basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Saat Nabi Isa Diangkat ke Langit Oleh: Nasrulloh Baksolahar Permusuhan Bani Israil terhadap Nabi Isa semakin keras. Mereka terus...


Saat Nabi Isa Diangkat ke Langit

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Permusuhan Bani Israil terhadap Nabi Isa semakin keras. Mereka terus memburu dan mencari keberadaan Nabi Isa. Memahami kondisi ini, Nabi Isa pun mengumpulkan pengikutnya,

Ketika Isa merasakan kekufuran mereka (Bani Israil), dia berkata, “Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawari (sahabat setianya) menjawab, “Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah dan saksikanlah sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim.
(Āli ‘Imrān [3]:52)


Para pengikutnya menegaskan keteguhannya. Juga, menjadi penolong agama Allah swt. Lalu, mereka berdoa,

Wahai Tuhan kami, kami telah beriman pada apa yang Engkau turunkan dan kami telah mengikuti Rasul. Oleh karena itu, tetapkanlah kami bersama orang-orang yang memberikan kesaksian.”
(Āli ‘Imrān [3]:53)


Di luar itu, Bani Israil terus mencari-cari keberadaan Nabi Isa. Akhirnya, mereka mengendus keberadaannya. Mereka bersiap membunuh Nabi Isa. Namun, Allah swt memiliki tipu daya terhadap mereka,

Mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya dan Allah pun membalas tipu daya (mereka). Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.
(Āli ‘Imrān [3]:54)


Ternyata, Allah swt mengangkat Nabi Isa ke langit. Juga menegaskan kondisi para pengikutnya kelak,

(Ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai Isa, sesungguhnya Aku mengambilmu, mengangkatmu kepada-Ku, menyucikanmu dari orang-orang yang kufur, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu lebih unggul daripada orang-orang yang kufur hingga hari Kiamat. Kemudian, kepada-Kulah kamu kembali, lalu Aku beri keputusan tentang apa yang selalu kamu perselisihkan.
(Āli ‘Imrān [3]:55)


Apa yang terjadi setelah Bani Israil berusaha membunuh Nabi Isa? Penaklukan Yerusalem, terjadi pada tahun 70 Masehi. Tentara Romawi, dipimpin oleh Titus, mengepung dan menaklukan kota Yerusalem, yang dikuasai oleh orang Yahudi pada tahun 66. Kota ini dan Bait Kedua hancur.

Adapun orang-orang yang kufur akan Aku azab mereka dengan azab yang sangat keras di dunia dan di akhirat dan sekali-kali tidak ada penolong bagi mereka.”
(Āli ‘Imrān [3]:56)

Bagaimana dengan orang yang beriman?

Sementara itu, orang-orang yang beriman dan beramal saleh akan Dia berikan pahala mereka dengan sempurna. Allah tidak menyukai orang-orang zalim.
(Āli ‘Imrān [3]:57)

Itulah (kisah Isa) yang Kami bacakan kepadamu (Nabi Muhammad) sebagian bukti-bukti (kebenaranmu sebagai rasul) dan peringatan yang penuh hikmah (Al-Qur’an).
(Āli ‘Imrān [3]:58)

Penyebab Potensi, Sumberdaya dan Kekuatan, Tersia-siakan Oleh: Nasrulloh Baksolahar Awal surat Al-Baqarah dan Al-Imran, salah sa...


Penyebab Potensi, Sumberdaya dan Kekuatan, Tersia-siakan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Awal surat Al-Baqarah dan Al-Imran, salah satunya menggambarkan karakter yang menyebabkan seluruh potensi, sumberdaya dan kekuatannya menjadi tak berguna, hingga merusak dirinya sendiri.

Awal surat Al-Baqarah, potensi dirinya, internal, tak berguna. Awal surat Al-Imran, seluruh sumberdaya eksternalnya menjadi tak berguna. Apa penyebabnya?

Apa potensi diri? Penglihatan, pendengaran, dan hati. Ketiganya sarana untuk mendapatkan petunjuk, inspirasi dan ilmu.  Didayagunakan untuk berfikir, tadabur dan tafakur. Namun, semuanya tak bisa dilakukan. Semuanya tertutup dan terkunci. Sehingga tak mendapat petunjuk.


Sesungguhnya orang-orang yang kufur itu sama saja bagi mereka, apakah engkau (Nabi Muhammad) beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman.
(Al-Baqarah [2]:6)

Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka. Pada penglihatan mereka ada penutup, dan bagi mereka azab yang sangat berat.
(Al-Baqarah [2]:7)


Harta dan anak-anak. Sumberdaya dan pengikut. Seharusnya menyelamatkan dan membahagiakan hidupnya. Ternyata tidak, perjalanan hidupnya seperti Fir‘aun. Dimana, harta, kekuasaan, dan prajuritnya tak bisa menyelamatkannya dari gelombang lautan.


Sesungguhnya orang-orang yang kufur, tidak akan berguna bagi mereka sedikit pun harta benda dan anak-anak mereka (untuk menyelamatkan diri) dari (azab) Allah. Mereka itulah bahan bakar api neraka.
(Āli ‘Imrān [3]:10)

(Keadaan mereka) seperti keadaan pengikut Fir‘aun dan orang-orang sebelum mereka. Mereka mendustakan ayat-ayat Kami. Oleh sebab itu, Allah menyiksa mereka karena dosa-dosanya. Allah sangat keras hukuman-Nya.
(Āli ‘Imrān [3]:11)


Bila menghadapi pertarungan hidup pun. Bila menghadapi pertempuran pun, akan dikalahkan. Padahal, mereka menggengam dan mengungguli semua kekuatan dibandingkan lawannya.

Katakanlah (Nabi Muhammad) kepada orang-orang yang kufur, “Kamu (pasti) akan dikalahkan dan digiring ke dalam (neraka) Jahanam. Itulah seburuk-buruk tempat tinggal.”
(Āli ‘Imrān [3]:12)

Sungguh, telah ada tanda (bukti) bagimu pada dua golongan yang bertemu (dalam pertempuran. Satu golongan berperang di jalan Allah dan (golongan) yang lain kafir yang melihat dengan mata kepala bahwa mereka (golongan muslim) dua kali lipat jumlahnya. Allah menguatkan siapa yang Dia kehendaki dengan pertolongan-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan (mata hati).
(Āli ‘Imrān [3]:13)


Semua orang memiliki potensi, sumberdaya dan kekuatan dasar yang sama. Yang berbeda hanya kemampuan mengelolanya saja. Bagaimana agar muncul?

Bukalah hati, pendengaran dan penglihatan dengan iman dan berserah diri. Ikuti syariat dalam mengelola harta, anak-anak, potensi, sumberdaya dan kekuatan eksternal lainnya.

Esensi Hati dan Jiwa Para Pewaris Dakwah Oleh: Nasrulloh Baksolahar Di setiap zaman, generasi dan tempat, Allah swt selalu mengh...


Esensi Hati dan Jiwa Para Pewaris Dakwah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Di setiap zaman, generasi dan tempat, Allah swt selalu menghadirkan para Nabi dan Rasul, juga para pewarisnya. Allah swt selalu memilih para pengusung dan prajuritnya.

Para pewaris ini selalu berjumlah sedikit dibandingkan lautan manusia. Pewaris ini selalu diuji, ditempa dan dihadapan pada tantangan, bisakah bertahan?

Generasi ini selalu menghadapi sedikitnya sumberdaya dan infrastruktur, namun tantangannya melampaui kekuatannya.  Sehingga yang tersisa hanya pasukan kecil Thalut, para Hawariyun dan Sahabat.

Inilah generasi yang teruji, tertempa, berenergi dan terus berkiprah. Inilah generasi penyabar, generasi jihad, lagi bertakwa. Inilah generasi yang selalu bertaubat, menyucikan diri dan pembelajar. Mengapa generasi ini selalu membersamai kebenaran?

Allah swt mengungkapkan isi hati dan jiwa para pewaris dakwah ini di dalam Al-Qur'an. Allah swt menelusuri dinding hati dan jiwanya melalui doa yang mereka panjatkan.


Inilah ungkapkan esensi pasukan kecil Thalut yang menggambarkan isi hati dan jiwanya.

Ketika mereka maju melawan Jalut dan bala tentaranya, mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami, dan menangkanlah kami atas kaum yang kafir.”
(Al-Baqarah [2]:250)


Inilah rahasia hati dan jiwa para Hawariyun Nabi Isa di tengah kepungan Bani Israil dan pasukan Romawi, 

Ketika Isa merasakan kekufuran mereka (Bani Israil), dia berkata, “Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawari (sahabat setianya) menjawab, “Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah dan saksikanlah sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim.
(Āli ‘Imrān [3]:52)

Wahai Tuhan kami, kami telah beriman pada apa yang Engkau turunkan dan kami telah mengikuti Rasul. Oleh karena itu, tetapkanlah kami bersama orang-orang yang memberikan kesaksian.”
(Āli ‘Imrān [3]:53)


Inilah yang terpendam dan yang menghujam pada hati dan jiwa pasukan Uhud ketika terpuruk dan terguncang,

Betapa banyak nabi yang berperang didampingi sejumlah besar dari pengikut(-nya) yang bertakwa. Mereka tidak (menjadi) lemah karena bencana yang menimpanya di jalan Allah, tidak patah semangat, dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah mencintai orang-orang yang sabar.
(Āli ‘Imrān [3]:146)

Tidak lain ucapan mereka kecuali doa, “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami, tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”
(Āli ‘Imrān [3]:147)

Apakah esensi hati dan kejiwaan ini telah hadir saat ini? Bila ini telah hadir, maka yang dicapai oleh generasi masa lalu, akan diraih pula oleh generasi dakwah hari ini.

Mengkonversi Dunia Menjadi Akhirat Oleh: Nasrulloh Baksolahar Rasa indah adalah ujian. Rasa senang adalah ujian. Sebab dunia dik...

Mengkonversi Dunia Menjadi Akhirat

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Rasa indah adalah ujian. Rasa senang adalah ujian. Sebab dunia dikepung oleh keindahan dan kesenangan. Bagaimana agar selamat dari kepungan ini? Di sisi Allah swt tempat kembali yang terbaik.

Dijadikan indah bagi manusia kecintaan pada aneka kesenangan yang berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertimbun tak terhingga berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik.
(Āli ‘Imrān [3]:14)

Katakanlah, “Maukah aku beri tahukan kepadamu sesuatu yang lebih baik daripada yang demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertakwa, di sisi Tuhan mereka ada surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan (untuk mereka) pasangan yang disucikan serta rida Allah. Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya.
(Āli ‘Imrān [3]:15)


Andai berbekal dengan emas seberat, sebesar dan sepenuh bumi, tak akan bisa memudahkan dan meringankan urusan di akhirat. Sebab, dimensinya sudah berbeda. Dimensi raga, fisik dan benda sudah berakhir.

Ukuran bahagia dan sedih sudah berubah. Timbangan manfaat sudah berganti. Bukankah berbeda tempat dan wilayah pun berbeda pula bahasa dan cara pandangnya?

Sesungguhnya orang-orang yang kufur dan mati sebagai orang-orang kafir tidak akan diterima (tebusan) dari seseorang di antara mereka sekalipun (berupa) emas sepenuh bumi, sekiranya dia hendak menebus diri dengannya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang pedih dan tidak ada penolong bagi mereka.
(Āli ‘Imrān [3]:91)


Bagaimana berubah dimensi dunia menjadi akhirat? Bagaimana kesenangan dan keindahan dunia dikonversi ke akhirat?

Bila ingin mendapatkan sesuatu, harus ada proses tukar menukar, menukar barang dengan barang yang diinginkan. Mengorbankan uang untuk mendapatkan fasilitas dan barang yang didambakan. Maka, proses jual beli itu dengan berinfaq.

Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya.
(Āli ‘Imrān [3]:92)

Sesungguhnya orang-orang yang kufur, baik harta maupun anak-anaknya, sedikit pun tidak dapat menolak (azab) Allah. Mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
(Āli ‘Imrān [3]:116)

Jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya mengira bahwa (kekikiran) itu baik bagi mereka. Sebaliknya, (kekikiran) itu buruk bagi mereka. Pada hari Kiamat, mereka akan dikalungi dengan sesuatu yang dengannya mereka berbuat kikir. Milik Allahlah warisan (yang ada di) langit dan di bumi. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
(Āli ‘Imrān [3]:180)


Apakah harta ditimbun akan bermanfaat di dunia? Apakah mengembangkan harta untuk harta akan melanggengkan dan melimpahkan harta tampa henti? Ternyata harta itu akan hancur seperti tanaman yang diterjang angin yang sangat dingin.

Perumpamaan harta yang mereka infakkan di dalam kehidupan dunia ini adalah ibarat angin yang mengandung hawa sangat dingin yang menimpa tanaman (milik) suatu kaum yang menzalimi diri sendiri, lalu (angin itu) merusaknya. Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri sendiri.
(Āli ‘Imrān [3]:117)


Hidup adalah ujian cinta. Siapakah yang dicintai?

Kamu pasti akan diuji dalam (urusan) hartamu dan dirimu. 
(Āli ‘Imrān [3]:186)

Pengikut Nabi Musa dan Isa Oleh: Nasrulloh Baksolahar Sejarah dan karakter pengikut Nabi Musa, dijelaskan di surat Al-Baqarah. S...

Pengikut Nabi Musa dan Isa

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Sejarah dan karakter pengikut Nabi Musa, dijelaskan di surat Al-Baqarah. Sejarah dan karakter pengikut Nabi Isa, dijelaskan di surat Al-Imran. Pengikut kedua Nabi tersebut sangat jauh berbeda.

Kisah pengikut Nabi Musa menjadi tema sentral dan pemaparannya paling panjang. Kisah pribadi Nabi Musa hanya sisipan saja. Itulah yang ada di surat Al-Baqarah.

Sejak awal, pembangkangan pengikut Nabi Musa menjadi tema sentral hingga di akhir hayat Nabi Musa. Tak hanya itu, pembangkangan pun berlanjut hingga ke beberapa Nabi. Episode ini ditutup dengan kisah di era Thalut.

Bila di era Nabinya saja tidak beriman, bagaimana dengan kehadiran Nabi berikutnya? Itulah karakter Bani Israil, yang kemudian berevolusi menjadi Yahudi. Oleh sebab itu, hanya beberapa orang saja dari Yahudi Madinah yang memeluk Islam.

Bagaimana dengan pengikut Nabi Isa? Masih ada golongan yang setia menjadi pembelanya. Masih ada yang menegaskan bahwa mereka adalah pembela agama Allah swt dan berkepribadian muslim. Itulah yang tertulis di surat Al-Imran.

Ketika Isa merasakan kekufuran mereka (Bani Israil), dia berkata, “Siapakah yang akan menjadi penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawari (sahabat setianya) menjawab, “Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah dan saksikanlah sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim.
(Āli ‘Imrān [3]:52)

Wahai Tuhan kami, kami telah beriman pada apa yang Engkau turunkan dan kami telah mengikuti Rasul. Oleh karena itu, tetapkanlah kami bersama orang-orang yang memberikan kesaksian.”
(Āli ‘Imrān [3]:53)

Maka berdasarkan timbangan sejarah, yang lebih mudah menerima Islam adalah dari kalangan Nasrani. Oleh karena, banyak utusan Nasrani dari berbagai wilayah dan suku yang mendatangi Rasulullah saw di Madinah untuk bersyahadat.

Kisah Nabi Ibrahim dan Kabah dalam Surat Al-Baqarah dan Al-Imran Oleh: Nasrulloh Baksolahar Di Surat Al-Baqarah, Rasulullah saw ...


Kisah Nabi Ibrahim dan Kabah dalam Surat Al-Baqarah dan Al-Imran

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Di Surat Al-Baqarah, Rasulullah saw banyak berdialog dengan Yahudi. Di Surat Al-Imran, Rasulullah saw banyak berdialog dengan Nasrani. Walaupun berdialog dengan kaum yang berbeda, namun di kedua surat itu Allah swt menyisipkan kisah yang sama. Apa itu? Kisah Nabi Ibrahim dan Kabah.

Allah swt menjelaskan karakter Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub, dan keturunannya, serta Nabi Musa dan Nabi Isa. Apa karakternya? Berserah diri dan mentaati-Nya. Nabi Muhammad saw dan pengikutnya mengimani mereka semua.

Allah swt membantah bahwa Nabi Ibrahim itu Yahudi atau Nasrani? Nabi Ibrahim itu seorang yang hanif dan berserah diri, atau muslim. 

Allah swt juga menegaskan bahwa yang mengikuti Nabi Muhammad saw adalah orang yang paling dekat dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. Jadi bila Yahudi dan Nasrani berargumen mengikuti jejak pendahulunya, seharusnya mengikuti jejak Nabi Muhammad saw.

Bukanlah kiblat Muslimin itu ke Kabah, Mekah? Bukankah yang membangun kembali Kabah adalah Nabi Ibrahim?

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


۞ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰىٓ اٰدَمَ وَنُوْحًا وَّاٰلَ اِبْرٰهِيْمَ وَاٰلَ عِمْرٰنَ عَلَى الْعٰلَمِيْنَۙ

Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran atas seluruh alam (manusia pada zamannya masing-masing).
(Āli ‘Imrān [3]:33)



يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ لِمَ تُحَاۤجُّوْنَ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَمَآ اُنْزِلَتِ التَّوْرٰىةُ وَالْاِنْجِيْلُ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِهٖۗ  اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

Wahai Ahlulkitab, mengapa kamu berbantah-bantahan tentang Ibrahim? Padahal, Taurat dan Injil tidak diturunkan, kecuali setelah dia (Ibrahim). Apakah kamu tidak mengerti?
(Āli ‘Imrān [3]:65)


هٰٓاَنْتُمْ هٰٓؤُلَاۤءِ حَاجَجْتُمْ فِيْمَا لَكُمْ بِهٖ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاۤجُّوْنَ فِيْمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهٖ عِلْمٌ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

Begitulah kamu. Kamu berbantah-bantahan tentang apa yang kamu ketahui, tetapi mengapa kamu berbantah-bantahan (juga) tentang apa yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.
(Āli ‘Imrān [3]:66)


مَاكَانَ اِبْرٰهِيْمُ يَهُوْدِيًّا وَّلَا نَصْرَانِيًّا وَّلٰكِنْ كَانَ حَنِيْفًا مُّسْلِمًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, melainkan dia adalah seorang yang hanif lagi berserah diri (muslim). Dia bukan pula termasuk (golongan) orang-orang musyrik.
(Āli ‘Imrān [3]:67)


اِنَّ اَوْلَى النَّاسِ بِاِبْرٰهِيْمَ لَلَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُ وَهٰذَا النَّبِيُّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا ۗ وَاللّٰهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِيْنَ

Sesungguhnya orang yang paling dekat dengan Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya, Nabi ini (Nabi Muhammad), dan orang-orang yang beriman. Allah adalah pelindung orang-orang mukmin.
(Āli ‘Imrān [3]:68)


قُلْ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَآ اُنْزِلَ عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْمٰعِيْلَ وَاِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ وَالْاَسْبَاطِ وَمَآ اُوْتِيَ مُوْسٰى وَعِيْسٰى وَالنَّبِيُّوْنَ مِنْ رَّبِّهِمْۖ  لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْهُمْۖ وَنَحْنُ لَهٗ مُسْلِمُوْنَ

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Kami beriman kepada Allah dan pada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub beserta anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, serta para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya kami berserah diri.”
(Āli ‘Imrān [3]:84)


قُلْ صَدَقَ اللّٰهُ ۗ فَاتَّبِعُوْا مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًاۗ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Maha Benar Allah (dalam firman-Nya).” Maka, ikutilah agama Ibrahim yang hanif dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik.
(Āli ‘Imrān [3]:95)


اِنَّ اَوَّلَ بَيْتٍ وُّضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِيْ بِبَكَّةَ مُبٰرَكًا وَّهُدًى لِّلْعٰلَمِيْنَۚ

Sesungguhnya rumah (ibadah) pertama yang dibangun untuk manusia adalah (Baitullah) yang (berada) di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam.
(Āli ‘Imrān [3]:96)


فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ

Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim. Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam.
(Āli ‘Imrān [3]:97)

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag

Mendidik Diri, Berinteraksi dengan Al-Qur’an dan Alam Semesta  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Hiruk pikuk kehidupan tak membuatnya k...

Mendidik Diri, Berinteraksi dengan Al-Qur’an dan Alam Semesta 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Hiruk pikuk kehidupan tak membuatnya kehilangan titik fokus. Kesulitan, persoalan dan tantangan, tak membuat kekacauan pada jiwanya. Fokusnya terus menempa diri. Bagaimana caranya? Belajarlah kepada Ulilalbab.

Dua titik fokus sang Ulilalbab. Pertama, mendidik dirinya dengan Al-Qur’an. Mengintegrasikan jiwanya dengan jiwa Al-Qur’an. Mengepung dirinya dengan tafakur terhadap Al-Qur’an.

Dialah (Allah) yang menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu (Nabi Muhammad). Di antara ayat-ayatnya ada yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Kitab (Al-Qur’an) dan yang lain mutasyabihat.85) Adapun orang-orang yang dalam hatinya ada kecenderungan pada kesesatan, mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah (kekacauan dan keraguan) dan untuk mencari-cari takwilnya. Padahal, tidak ada yang mengetahui takwilnya, kecuali Allah. Orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur’an), semuanya dari Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran, kecuali ululalbab.
(Āli ‘Imrān [3]:7)


Penempaan ini memunculkan karakter bahwa tak ada jalan lain  yang ditempuhnya, tak ada yang bisa membawanya pada solusi, kebahagiaan dan kesuksesan, tak ada yang bisa membawanya pada kebenaran dan keselamatan, kecuali bersama Al-Qur’an.

(Mereka berdoa,) “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami berpaling setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan anugerahkanlah kepada kami rahmat dari hadirat-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.
(Āli ‘Imrān [3]:8)

Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya.” Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.
(Āli ‘Imrān [3]:9)


Kedua, berinteraksi dengan alam semesta. Bukankah alam semesta pelayannya? Bukankah sains dan teknologi hasil mencontek alam semesta? Bukankah fasilitas dan kemudahan hidup hasil mencontoh pada alam semesta? 

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,
(Āli ‘Imrān [3]:190)


Bukankah tanda-tanda kebesaran Allah swt tak terhingga di alam semesta? Bukankah banyak kekaguman dan kemukjizatan di alam semesta? Hingga berkesimpulan, tak ada yang sia-sia di kehidupan ini.

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka.
(Āli ‘Imrān [3]:191)


Berinteraksi dengan alam semesta, membuka pintu gerbang akhirat. Mengenal alam semesta membuatnya yakin dan rindu akan pertemuan dengan Rabbnya,

Ya Tuhan kami, sesungguhnya orang yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka Engkau benar-benar telah menghinakannya dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang yang zalim.
(Āli ‘Imrān [3]:192)


Mengenal Rabbnya, membuatnya cepat merespon seruan Allah swt. Peka terhadap kesalahan dan cepat bertaubat.

Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru pada keimanan, yaitu ‘Berimanlah kamu kepada Tuhanmu,’ maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang selalu berbuat kebaikan.
(Āli ‘Imrān [3]:193)


Hingga akhirnya, rindu kepada para Nabi dan Rasulnya.

Ya Tuhan kami, anugerahilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami melalui rasul-rasul-Mu dan janganlah Engkau hinakan kami pada hari Kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak pernah mengingkari janji.”
(Āli ‘Imrān [3]:194)

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (334) Al-Qur’an (2) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (245) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (2) Kisah Para Nabi dan Rasul (498) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (212) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (363) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (472) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (206) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (215) Sirah Sahabat (136) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (140) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)