Kesamaan Esensi Fragmen dari Ragam Kisah di Surat Al-Baqarah?
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Membandingkan merupakan cara termudah untuk berfikir dan memahami sesuatu. Membandingkan merupakan cara efektif tercepat untuk menilai sesuatu.
Dalam surat Al-Baqarah, terdapat beberapa kisah yang berbeda. Namun, ada sejumlah kesamaan esensi fragmen dari kisah yang berbeda. Lalu, bagaimana tokoh-tokoh tersebut menyikapi esensi fragmen yang sama, walaupun kejadiannya berbeda?
Kisah Bani Israil dibandingkan dengan kisah-kisah lainnya yang sama-sama berada di Surat Al-Baqarah. Dengan cara ini, kita bisa mendapatkan pelajaran yang lebih mendalam dari kisah Bani Israil.
1. Bani Israil dengan Nabi Adam
Nabi Adam mendapatkan nikmat ilmu yang diajarkan langsung oleh Allah swt. Setelah itu, ditempatkan di surga. Setelah tergelincir oleh bisikan syetan, Nabi Adam bersegera bertaubat dengan kesadaran sendiri.
Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
(Al-Baqarah [2]:37)
Bani Israil ditolong Allah swt terlepas dari cengkraman Firaun. Dinaungi awan, diberikan makanan dan minuman gratis tanpa ikhtiar selama pengembaraannya. Saat mereka melakukan kesalahan karena keinginan sendiri, mereka baru bertaubat Setelah Gunung Sinai akan ditimpakan ke atas kepala mereka.
(Ingatlah) ketika Kami mengambil janjimu dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu (seraya berfirman), “Pegang teguhlah apa yang telah Kami berikan kepadamu dan ingatlah apa yang ada di dalamnya agar kamu bertakwa.”
(Al-Baqarah [2]:63)
2. Bani Israil dengan Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim mendatangi Mekah, yang saat itu gersang tanpa penghuni. Dia memohon kepada Allah swt agar anak keturunannya dilimpahkan rezeki, diutus para Nabi dan diterima amalnya. Memohon untuk generasi selanjutnya.
Ya Tuhan kami, utuslah di antara mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, mengajarkan kitab suci dan hikmah (sunah) kepada mereka, dan menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(Al-Baqarah [2]:129)
Untuk melanjutkan generasi Bani Israil, Allah swt memerintahkan untuk memasuki Baitul Maqdis yang saat itu sudah menjadi kota dengan fasilitas yang lengkap. Namun, apa yang terjadi? Bani Israil menolak memasukinya dengan melanggar perintah Allah swt.
Bani Israil mementingkan ego sesaat dan ego hari ini, namun menelantarkan masa depan generasinya. Bahkan, Bani Israil menolak bertaubat, padahal taubat tersebut untuk keberlanjutan generasinya.
Ingatlah) ketika Kami berfirman, “Masuklah ke negeri ini (Baitulmaqdis). Lalu, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. Masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk dan katakanlah, ‘Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa kami),’ niscaya Kami mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Kami akan menambah (karunia) kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.”
(Al-Baqarah [2]:58)
Lalu, orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (perintah lain) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka, Kami menurunkan malapetaka dari langit kepada orang-orang yang zalim itu karena mereka selalu berbuat fasik.
(Al-Baqarah [2]:59)
3. Bani Israil dengan kisah Thalut
Pasukan Thalut, saat mendapatkan kesulitan menghadapi musuhnya, mereka memohon karakter, mental dan akhlak dalam mengarungi lautan kesulitan yang dilalui sehingga mereka bisa mengokohkan kemenangan dalam jangka panjang.
Ketika mereka maju melawan Jalut dan bala tentaranya, mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami, dan menangkanlah kami atas kaum yang kafir.”
(Al-Baqarah [2]:250)
Sedangkan Bani Israil, saat mendapatkan sesuatu yang tidak disukai egonya, mereka memohon sesuatu materi, agar tuntas persoalan sesaat mereka.
Ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan. Maka, mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota. Pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian, mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena sesungguhnya mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu ditimpakan karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
(Al-Baqarah [2]:61)
4. Bani Israil dengan kisah Pemindahan Kiblat
Nabi Muhammad saw memohon kepada Allah swt agar kiblat shalat dipindahkan dari Baitul Maqdis ke Kabah, Masjidil Haram. Namun Bani Israil mencela pemindahan kiblat tersebut. Padahal, Bani Israil menolak untuk memasuki Masjidil Aqsha yang diperintahkan oleh Nabi Musa.
Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
(Al-Baqarah [2]:143)
5. Bani Israil dengan kisah Empat Burung dan Kota yang Hancur
Nabi Ibrahim untuk mengimani Allah swt cukup dengan memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah.
(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Dia (Allah) berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang.” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu, ambillah empat ekor burung, lalu dekatkanlah kepadamu (potong-potonglah). Kemudian, letakkanlah di atas setiap bukit satu bagian dari tiap-tiap burung. Selanjutnya, panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(Al-Baqarah [2]:260)
Atau, seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh menutupi (reruntuhan) atap-atapnya. Dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah kehancurannya?” Lalu, Allah mematikannya selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (kembali). Dia (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Sebenarnya engkau telah tinggal selama seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, (tetapi) lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang-belulang) dan Kami akan menjadikanmu sebagai tanda (kekuasaan Kami) bagi manusia. Lihatlah tulang-belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging (sehingga hidup kembali).” Maka, ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Aku mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(Al-Baqarah [2]:259)
Sedangkan Bani Israil baru mau mengimani Allah swt bila sudah melihat Dzat-Nya. Mereka lebih mengimani patung anak sapi yang terbuat dari emas.
(Ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum melihat Allah dengan jelas.” Maka, halilintar menyambarmu dan kamu menyaksikan(-nya).
(Al-Baqarah [2]:55)
6. Bani Israil dengan kisah Kehancuran Kota
Nabi Uzair mengimani-Nya, cukup dengan memperhatikan kota yang hancur, lalu setelah 100 tahun bisa kembali ke sedia kala. Sedangkan Bani Israil baru mau beriman setelah melihat Dzat-Nya.
7. Bani Israil dengan Nabi Isa
Nabi Isa dikukuhkan kedudukannya dengan kehadiran malaikat Jibril. Sedangkan Bani Israil justru menyatakan perang dengan malaikat Jibril.
Para rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian (yang lain). Di antara mereka ada yang Allah berbicara (langsung) dengannya dan sebagian lagi Dia tinggikan beberapa derajat. Kami telah menganugerahkan kepada Isa putra Maryam bukti-bukti yang sangat jelas (mukjizat) dan Kami memperkuat dia dengan Ruhulkudus (Jibril). Seandainya Allah menghendaki, niscaya orang-orang setelah mereka tidak akan saling membunuh setelah bukti-bukti sampai kepada mereka. Akan tetapi, mereka berselisih sehingga ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) yang kufur. Andaikata Allah menghendaki, tidaklah mereka saling membunuh. Namun, Allah melakukan apa yang Dia kehendaki.
(Al-Baqarah [2]:253)
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Siapa yang menjadi musuh Jibril?” Padahal, dialah yang telah menurunkan (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan izin Allah sebagai pembenaran terhadap apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.”
(Al-Baqarah [2]:97)
Apa kesimpulannya? Perjalanan Bani Israil tidak sejalan dengan sepak terjang seluruh kisah-kisah yang diabadikan dalam surat Al-Baqarah. Akibatnya, Allah menggolongkan Yahudi sebagai umat yang dimurkai.
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif