basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Bumi Hangus Gaza Terus Berlanjut, yang Traum Justru IDF Oleh: Nasrulloh Baksolahar Knesset Penjajah Zionis Israel baru saja memp...

Bumi Hangus Gaza Terus Berlanjut, yang Traum Justru IDF

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Knesset Penjajah Zionis Israel baru saja memperpanjang status darurat negara hingga 16 Desember 2025 berdasarkan rekomendasi kabinet keamanan. Kondisi ini membuat Netanyahu bisa melakukan apapun tanpa persetujuan dari Knesset. Arti lainnya, agresi ke Gaza akan masih terus berlanjut.

Tidak hanya tentang perpanjangan waktu darurat, Knesset pun menambah pagu anggaran untuk belanja pertahanan dengan membolehkan defisit anggaran 6,6 persen menjadi 7,7 persen dari Produk Nasional Bruto. Perang Gaza sangat melelahkan dan menguras energi penjajah Zionis Israel.

Pertanyaannya, sampai kapan penjajah Zionis Israel mampu meladeni perang Gaza? Bukankah kesabaran itu hanya milik yang beriman? Bukankah Al-Qur'an menjadikan kesabaran sebagai dasar pasukan kecil bisa mengalahkan pasukan besar?

Amerika dan Uni Soviet tidak kuat melakukan perang panjang di Afghanistan. Mereka telah menghabiskan ratusan kuadran trilyun. Di 2024,  Rusia dan Iran tidak kuat mempertahankan rezim Assad yang harus menghadapi oposisi sejak 2011. 

Dana perang yang besar yang melimpah. Infrastruktur militer yang canggih dan megah. Pasukan yang terlatih dan banyak. Tidak bisa menjadi andalan untuk bisa berperang dalam waktu yang panjang. Sebab, kemampuan bertahan ditentukan oleh kesabaran, sedangkan kesabaran itu hanya milik yang beriman.

Penjajah Zionis Israel hanya bisa bertempur dalam waktu singkat saja. Seperti pada peristiwa Nakba, Perang Arab 6 hari, Perang Yam Kippur, dan agresi ke Lebanon. Serangan super kilat bumi hangus, setelah itu barulah serang darat datang untuk menuntaskanya dalam hitungan hari. Strategi ini selalu berhasil. Namun tidak, bagi Gaza.

Walaupun Gaza sudah dibumihanguskankan sejak Oktober 2023. Namun, perlawanan tak terduga selalu menyisakan banyak korban yang bergelimpangan bagi Zionis Israel. Banyak perwira Zionis Israel yang mengundurkan diri dari perang Gaza karena kelelahan dan faktor keuangan keluarga.

Kelelahan, trauma dan sakit mental terus menghantui tentara Zionis Israel.  Mereka akan terus diserang, dikepung dan dihantui penyakit ini tanpa henti. Mengapa? Karena kesabaran itu milik yang beriman.

Lidah Nabi Harun dan Hancurnya Narasi Fir'aun  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Kekuatan Fir'aun bukan saja pada Haman, Qarun ...

Lidah Nabi Harun dan Hancurnya Narasi Fir'aun 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Kekuatan Fir'aun bukan saja pada Haman, Qarun dan pasukannya, tetapi kemampuannya dalam bersilat lidah. Bagaimana mendapatkan dukungan walaupun dipenuhi kezaliman? Bagaimana meyakinkan rakyat Mesir bahwa dia tuhan? Bagaimana seolah-olah menjadi korban, walaupun dia berkuasa?

Kebenaran mukjizat Nabi Musa diputarbalikan sebagai sihir yang nyata. Kekuatan sihir Nabi Musa akan digunakan untuk mengusir rakyat Mesir dari negrinya. Bukankah selama ini Nabi Musa dan pengikutnya yang dibunuh dan disiksa?

Bukankah karakter Nabi tidak pernah berlaku zalim? Seperti sosok Nabi Yusuf yang bukan warga Mesir pun, namun mendedikasikan hidupnya untuk Mesir. 

Seruan Nabi Musa tentang ketauhidan dikatakan sebagai seruan asing yang sebelumnya tidak pernah ada. Bukankah sebelumnya terdapat Nabi Yusuf yang menyerukan ketauhidan?

Ketika Musa mendatangi mereka (Firʻaun dan pengikutnya) dengan (membawa) mukjizat Kami yang nyata, mereka berkata, “Ini hanyalah sihir yang dibuat-buat dan kami tidak pernah mendengar (ajakan) ini dari nenek moyang kami dahulu.”
(Al-Qaṣaṣ [28]:36)

Untuk menghancurkan narasi kebohongan Firaun ini, Nabi Musa meminta agar Harun dijadikan Nabi pula.

Adapun saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku. Maka, utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)-ku. Sesungguhnya aku takut mereka akan mendustakanku.”
(Al-Qaṣaṣ [28]:34)

Tujuannya, menghancurkan narasi Fir'aun yang menyesatkan yang bisa mempengaruhi banyak orang. Juga untuk mengokohkan kebenaran yang telah disampaikan oleh Nabi Musa.

Dia (Allah) berfirman, “Kami akan menguatkanmu dengan saudaramu dan Kami akan berikan kepadamu berdua hujah (mukjizat). Maka, mereka tidak akan dapat mencapaimu. (Berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami. Kamu berdua dan orang yang mengikutimu adalah para pemenang.”
(Al-Qaṣaṣ [28]:35)

Badai Al-Aqsa dan Kekalahan Ahli Sihir Fir'aun  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Nabi Musa kembali ke Mesir. Ini sungguh sangat me...

Badai Al-Aqsa dan Kekalahan Ahli Sihir Fir'aun 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Nabi Musa kembali ke Mesir. Ini sungguh sangat mencengangkan Fir'aun dan kalangan istana. Bukankah   sudah tidak ada lagi beritanya dari seluruh penjuru Mesir? Bukankah seluruh dinas rahasia sudah disebar untuk melacak keberadaannya? Tiba-tiba dengan sangat berani mendatangi istana.

Nabi Musa datang bukan untuk menyerahkan diri. Tetapi menyeru kepada sesuatu yang selama ini telah menjadi prinsip dasar Mesir. Yaitu, membuang ketuhanan selain Allah, bukankah ini berarti perlawanan langsung yang mengarah kepada Fir'aun?

Strategi Fir'aun adalah bagaimana mempermalukan Nabi Musa? Bagaimana menangkap Nabi Musa dengan legalitas hukum tanpa ada gejolak? Caranya, mengalahkan Nabi Musa dengan cara mengumpulkan seluruh para ahli sihir, dihadapan seluruh rakyat di hari raya pada waktu duha.

Namun apa yang terjadi? Ternyata ahli sihirnya yang kalah. Legitimasi menangkap Nabi Musa pupus. Strategi kemudian adalah membumihanguskan Nabi Musa dan para pengikutnya. Segala resiko ditanggungnya walaupun ada dari kalangan istana yang telah menasihatinya agar jangan membunuh Nabi Musa dan pengikutnya. 

Seperti itulah Netanyahu memperlakukan Rakyat Gaza. Disangka Gaza sudah ditundukan dengan agresi secara periodik yang bertujuan menghancurkan kekuatan Gaza yang baru tumbuh. Seluruh wilayah Gaza diblokade total baik, darat, laut dan udara. Bantuan kemanusiaan dan kesehatan yang diizinkan sebatas agar tidak mati karena kelaparan saja.

Tiba-tiba Badai Al-Aqsa menerjang. Mempermalukan badan intelejen dan militer penjajah Zionis Israel. Bukankah bagi Zionis, militer itu tuhan? Bukankah bisa menembus perbatasan wilayah jajahannya itu sangat mempermalukan "ketuhanan" militernya? Bukankah, seluruh negara takut kepada mereka karena militernya yang dianggap tak terkalahkan?

Gaza telah mempermalukan penjajah Zionis Israel di hadapan dunia, seperti malunya Fir'aun yang seluruh ahli sihirnya dikalahkan Nabi Musa. Maka tindakan Netanyahu pun seperti tindakan Fir'aun. Yaitu, membumihanguskan Nabi Musa dan pengikutnya.

Walaupun Netanyahu berhasil menjepit Gaza dan membumihanguskannya. Walaupun Fir'aun berhasil menjepit Nabi Musa ke tepian Laut Merah. Apa yang terjadi? Firaun terhempas gelombang. Bagaimana dengan Netanyahu?


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


اِلٰى فِرْعَوْنَ وَهَامٰنَ وَقَارُوْنَ فَقَالُوْا سٰحِرٌ كَذَّابٌ

kepada Fir‘aun, Haman, dan Qarun. Lalu, mereka berkata, “(Musa) itu seorang penyihir lagi pendusta.”
(Gāfir [40]:24)


فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ بِالْحَقِّ مِنْ عِنْدِنَا قَالُوا اقْتُلُوْٓا اَبْنَاۤءَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ وَاسْتَحْيُوْا نِسَاۤءَهُمْ ۗوَمَا كَيْدُ الْكٰفِرِيْنَ اِلَّا فِيْ ضَلٰلٍ

Ketika dia (Musa) datang kepada mereka membawa kebenaran dari Kami, mereka berkata, “Bunuhlah anak laki-laki orang-orang yang beriman bersama dia dan biarkan hidup perempuan-perempuan mereka.” Tidaklah tipu daya orang-orang kafir itu kecuali sia-sia belaka.
(Gāfir [40]:25)

وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُوْنِيْٓ اَقْتُلْ مُوْسٰى وَلْيَدْعُ رَبَّهٗ ۚاِنِّيْٓ اَخَافُ اَنْ يُّبَدِّلَ دِيْنَكُمْ اَوْ اَنْ يُّظْهِرَ فِى الْاَرْضِ الْفَسَادَ

Fir‘aun berkata (kepada pembesar-pembesarnya), “Biar aku yang membunuh Musa dan suruh dia memohon kepada Tuhannya. Sesungguhnya aku khawatir (bahwa) dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di bumi.”
(Gāfir [40]:26)


وَقَالَ مُوْسٰىٓ اِنِّيْ عُذْتُ بِرَبِّيْ وَرَبِّكُمْ مِّنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لَّا يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ ࣖ

Musa berkata, “Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari Perhitungan.”
(Gāfir [40]:27)

Tuduhan Antisemit, Untuk membungkam Ekspresi Melawan Penjajahan di Palestina? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Departemen Organisasi d...

Tuduhan Antisemit, Untuk membungkam Ekspresi Melawan Penjajahan di Palestina?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Departemen Organisasi dan Hubungan dengan Warga Israel di Diaspora WZO, merilis survei khusus terhadap diaspora warga Israel yang tinggal di luar negeri. Survei ini dilakukan pada Oktober 2024. Yang diteliti, perasaan mereka pasca satu tahun serangan 7 Oktober.

Hasilnya, hanya 20% warga diaspora Yahudi  yang memiliki hubungan positif dengan lingkungan sekitar. Berarti, 80%-nya, tidak. Ini berarti, terjadi penurunan 50% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya persepsi permusuhan, ketidakamanan, dan berkurangnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat setempat. Mereka merasa tidak nyaman mengidentifikasi diri sebagai warga Israel karena ketakutan pribadi, tantangan sosial, dan meningkatnya rasa kerentanan di lingkungan lokal mereka.

Apakah ini akibat meluasnya gerakan antisemit? Apakah sikap hilangnya harga diri di kalangan Yahudi karena negaranya melakukan genosida dan pemimpinnya sebagai penjahat perang? Apakah seni pembungkaman, yang mendukung kemerdekaan Palestina dituduh antisemit?

Mari melihat melihat kasus yang terjadi di Universitas Cornell Amerika pada awal November 2024, seorang Profesor pakar kolonialisme membuat silabus mata pelajaran tentang "Gaza, Indigeneity, Resistance." Namun, tiba-tiba diserang sebagai  gerakan Antisemit? 

Kontroversi ini bermula dari peluncuran mata kuliah yang akan diajarkan semester depan oleh Prof. Eric Cheyfitz dari Jurusan Sastra Amerika. Menurut silabus, mata kuliah ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendefinisikan istilah-istilah seperti "perlawanan" dan "genosida" dalam konteks perang di Gaza.

Namun, Prof. Menachem Rosensaft, seorang dosen hukum Yahudi di Cornell dan mantan wakil presiden Kongres Yahudi Dunia, mengirim email kepada Presiden Universitas Cornell, Prof. Kotlikoff, dengan mengklaim bahwa kursus tersebut, yang disampaikan Prof Eric Cheyfitz, bersifat antisemit dan dapat memicu kekerasan terhadap mahasiswa Yahudi dan Israel.

Bila mata kuliah ilmiah tentang Gaza, yang disampaikan oleh pakar kolonialisme saja dikecam sebagai gerakan antisemit, bagaimana dengan gerakan lainnya seperti demonstrasi yang menentang genosida di Palestina? 

Sepertinya cap gerakan antisemit oleh Barat dan pendukung genosida penjajah Zionis Israel telah digunakan untuk membungkam mereka yang bersuara tentang kemerdekaan Palestina.

Dapat dikatakan juga, terisolasinya diaspora Yahudi di sejumlah negara karena bentuk perlawanan terhadap penjajahan di Palestina dari masyarakat lokal?

Warga Kaya dan Diaspora Yahudi Semakin Tidak Tentram di Jajahan Zionis Israel Oleh: Nasrulloh Baksolahar Kenneth Brander, seoran...


Warga Kaya dan Diaspora Yahudi Semakin Tidak Tentram di Jajahan Zionis Israel

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Kenneth Brander, seorang rabi yang juga Presiden dan Rosh Yeshiva Ohr Torah Stone di Jerusalem Post pada 22/12/24, mengungkapkan kekhawatiran kondisi Penjajah Zionis Israel. Dia mengkhawatirkan kutukan Nabi Amos akan terulang kembali.

Dia berkata, "Di balik konflik saat ini, muncul krisis yang lebih dalam yang mengancam tatanan masyarakat kita. Bahkan sebelum perang saat ini, satu dari lima warga Israel sudah hidup di bawah garis kemiskinan. Angka tersebut terus meningkat karena pemilik usaha kecil telah tergusur atau dimobilisasi, dan industri pariwisata hancur."

"Ditambah lagi dengan perpecahan masyarakat yang makin besar, karena segmen masyarakat tertentu menanggung seluruh beban pertempuran sementara segmen lainnya berupaya keras untuk berhenti, yang menyebabkan lebih banyak polarisasi di antara warga negara dan kubu politik."

"Namun, ini bukan sekadar kejadian kontemporer – ini adalah pengulangan nubuat Amos, salah satu nabi Israel paling awal. Amos mengecam masyarakat di mana orang kaya secara sistematis mengeksploitasi orang miskin dan perpecahan internal mengancam akan memecah belah masyarakat."

"Ribuan tahun kemudian, apakah tidak ada yang berubah? Inilah krisis abadi."

Tidak hanya sang rabi, masyarakat Yahudi baik di dalam negri maupun diasporanya merasakan ketidaktentraman. Survei Institut Demokrasi Israel (IDI), dipublikasikan pada 17/12/24,  menunjukkan sepertiga rakyat Zionis Israel tidak tentram lagi menetap di jajahan Zionis Israel.

Times of Israel pada 20/12/24 mengkisahkan bagaimana pendapat orang kaya di daerah jajahan Zionis Israel. "Meninggalkan Israel lebih mudah, bahwa itu hanya untuk saat ini. Namun, dia tahu lebih baik." Menurut Shira Z. Carmel seorang penyanyi kelahiran Israel.

Sejak Badai Al-Aqsa, semakin banyak warga Israel yang relatif kaya yang meninggalkan Israel karena telah hancurnya rasa aman dan sekaligus menghancurkan janji pendirian Zionis Israel; yang menjadi tempat perlindungan yang aman bagi orang Yahudi di dunia.

Tak hanya yang berada di dalam jajahan Zionis Israel, warga diaspora Yahudi di luar negri pun semakin kurang berminat untuk bermigrasi menetap di daerah jajahan Zionis Israel.

60 persen diaspora Yahudi menyatakan bahwa  jajahan Zionis Israel bukan tempat yang aman. 80 persennya baru tahap mempertimbangkan untuk tinggal di jajahan Zionis Israel.

Ynetnews.com pada 22/12/24 mengungkapkan survei terbaru, yang dilakukan oleh Organisasi Zionis Dunia,  mengungkapkan bahwa 75% warga Israel di luar negeri memang merasakan hubungan yang lebih kuat dengan komunitas Diaspora mereka setelah 7 Oktober; Namun, ketakutan akan permusuhan dan ketidakamanan tetap ada.

Fakta lain, hanya 40% yang menganggap Israel sebagai tempat yang aman untuk ditinggali. Selain itu, hanya 20% warga Israel di luar negeri yang tidak mempertimbangkan untuk kembali ke Israel.

Al-Qur'an memang benar. Yahudi akan terus tercerai berai berdiaspor. Apakah tentram menetap di tanah hasil rampasan?

"Pondasinya Tidak Stabil, Bangsa Yahudi Israel Dalam Bahaya", Pasca Badai Al-Aqsa  Oleh: Nasrulloh Baksolahar  "K...

"Pondasinya Tidak Stabil, Bangsa Yahudi Israel Dalam Bahaya", Pasca Badai Al-Aqsa 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


"Kepercayaan yang kita miliki pada diri kita sendiri, pada rakyat kita, dan pada negara kita, selalu menjadi landasan bagi kita. Ketika kepercayaan terguncang, ketika fondasinya tidak stabil, bangsa ini dalam bahaya," kata Presiden Israel, Isaac Herzog, kepada Presiden Institut Demokrasi Israel (IDI) Yohanan Plesner setelah menerima hasil studi tersebut di kediaman presiden pada 17/12/24.

Studi tersebut menunjukkan kekhawatiran hancurnya demokrasi terus meningkat, pada sisi lain kepercayaan publik terhadap pemerintah dan Knesset merosot drastis pasca Badai Al-Aqsa yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.

Indeks tersebut menemukan bahwa 58 persen warga Israel meyakini demokrasi sedang terancam. Sedangkan  kepercayaan pada Knesset dan pemerintah anjlok tajam selama setahun terakhir, jatuh ke titik terendah masing-masing sebesar 13% dan 19%, pada bulan Mei 2024 di kalangan publik Yahudi, meskipun agak pulih menjadi 16% dan 25% pada bulan Oktober.

Survei lain yang dilakukan  Saluran 12 yang dipublikasikan pada 21/12/24 pun menunjukkan hal yang sama bahwa hanya 22 persen responden yang percaya pada pemerintah. Sedangkan secara personal, kepercayaan kepada Netanyahu hanya 29 persen saja.

Di tengah ketidakpercayaan masyarakat ini, para pemimpin negara, kubu koalisi sayap kanan, justru sangat aktif menyerang sistem pengawasan dan keseimbangan di negara tersebut, serta profesionalisme lembaga-lembaga utamanya. Terutama sistem peradilan yang terus diupayakan untuk dirombak walaupun upaya tersebut telah gagal pada tahun 2023.

Banyak menteri dalam pemerintahan saat ini telah berulang kali menyerang Mahkamah Agung selama setahun terakhir karena dianggap menentang "kehendak rakyat," terutama Menteri Kehakiman Yariv Levin, yang telah terlibat dalam pertikaian selama dua tahun dengan lembaga peradilan dan minggu lalu mengatakan bahwa ia akan menghidupkan kembali upayanya yang sangat memecah belah untuk membatasi kewenangan lembaga peradilan.

"Pelemahan yang tidak bertanggung jawab terhadap lembaga-lembaga yang telah menjadi sumber kekuatan dan kemakmuran Israel selama beberapa dekade merupakan fenomena yang berbahaya, terutama di masa perang. Padahal, para pemimpin kita memiliki banyak pekerjaan lain yang lebih utama yang harus dilakukan, dan waktu sangatlah penting," kata Plesner, Presiden IDI.

Pertikaian tersebut menimbulkan banyak pertengkaran:

A. Seorang mantan jaksa agung yang merekomendasikan agar para prajurit cadangan IDF menolak untuk menjadi sukarelawan untuk bertugas jika reformasi peradilan diluncurkan kembali;

B. Seorang mantan kepala rabbi yang menyerukan kepada kaum ultra-Ortodoks, seperdelapan dari populasi, untuk menolak mendaftar, menganjurkan ketidakpatuhan terhadap Undang-Undang Layanan Wajib;

C. Seorang menteri kehakiman dan anggota Knesset yang sedang menjabat yang secara terbuka mengutarakan kemungkinan menolak untuk tunduk pada putusan Pengadilan Tinggi.

D. Seorang menteri kabinet Israel telah menyatakan, dengan keberanian yang fanatik, bahwa ia tidak mengesampingkan "perubahan rezim."

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bagi Yedidia Stern, Presiden Jewish People Policy Institute dan profesor (emeritus) hukum di Universitas Bar-Ilan, yang berkomentar, "Hebatnya, Israel telah berhasil dalam tujuh front eksternal melawan musuh-musuhnya, tetapi hampir kalah dalam front kedelapan: front internal melawan dirinya sendiri."

"Harga kekalahan dalam perang internal bersifat struktural dan tidak dapat dengan mudah dikembalikan: lembaga-lembaga negara merusak kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara. Mayoritas pemerintah saat ini mengeksploitasi sistem demokrasi untuk mengikis fondasinya."

Dampak besar dari konflik internal yang tengah terjadi saat ini di internal penjajah Zionis Israel seperti yang diungkapkannya, "Menelan satu sama lain hidup-hidup.” Padahal sedang berperang. Apakah ini liku-liku kehancuran Penjajah Zionis Israel yang disebutkan oleh Syeikh Ahmad Yassin pendiri Hamas?

Menolak Bertempur di Gaza Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Jerusalem Post pada 20/12/24 memberitakan Perdana Menteri  Benjamin Netany...


Menolak Bertempur di Gaza

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Jerusalem Post pada 20/12/24 memberitakan Perdana Menteri  Benjamin Netanyahu  mengatakan bahwa dia tidak akan "setuju untuk mengakhiri perang sebelum kita menyingkirkan Hamas" dalam sebuah wawancara dengan  penulis editorial Wall Street Journal (WSJ) Elliot Kaufman, yang kemudian diterbitkan di surat kabar AS tersebut pada 19/12/24.

"Kami tidak akan membiarkan mereka (Hamas) berkuasa di Gaza, 30 mil dari Tel Aviv . Itu tidak akan terjadi," katanya di tengah seruan banyak pihak untuk menerima kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera yang langgeng di daerah kantong Palestina itu.

Opini di WSJ mencatat bahwa perdana menteri Penjajah Zionis Israel hanya membayangkan kesepakatan semacam itu akan bersifat parsial jika organisasi teroris Palestina itu masih utuh. Apakah pendapat Netanyahu selaras dengan keinginan rakyat Penjajah Zionis Israel? 

Times Of Israel pada 21/12/24 juga memberitakan hasil jajak pendapat Channel 13 yang menanyakan kepada responden bagaimana mereka mendefinisikan kemenangan dalam perang melawan Hamas di Jalur Gaza, hasilnya:

A.  68% mengatakan kemenangan hanya dapat diraih dengan memulangkan semua sandera,

B. 12% mengatakan kemenangan akan diraih dengan aneksasi Gaza dan penegakan kedaulatan Israel atas Jalur Gaza,

C. 4% mengatakan kemenangan akan diraih dengan kembalinya penduduk perbatasan ke rumah mereka,

D. 8% mengatakan kemenangan akan diraih dengan berdirinya kepemimpinan Palestina moderat di Gaza selain Hamas,

E. Dan, 8% mengatakan tidak tahu.

Dari hasil survei tersebut, hanya 12% responden yang mendefinisikan kemenangan perang di Gaza sesuai yang diinginkan juga oleh Netanyahu. Sedangkan 68% menginginkan keselamatan para sandera. Artinya, mayoritas rakyat Penjajah Zionis Israel menginginkan gencatan senjata sesegera mungkin.

Efek dari perbedaan ini menyebabkan sering terjadi gelombang demonstrasi yang menginginkan pemulangan sandera secepat mungkin. Pada sisi lain, Netanyahu selalu menghalangi terciptanya gencatan senjata yang sudah dimediasi oleh Qatar dan Mesir. 

Apakah pertempuran bumi hangus yang dilakukan oleh penjajah Zionis Israel atas Gaza  berhasil? Ternyata, tidak bisa menyelamatkan para sandera. Bahkan, para sandera tewas karena serangan yang mereka lakukan sendiri. Artinya,  penjajah Zionis Israel telah gagal di Gaza menurut persepsi rakyatnya sendiri. Apa akibatnya? 

Ternyata perang dan genosida ternyata ambisi pribadi Netanyahu. Wajar saja, bila rakyatnya mulai banyak yang menolak dan tidak mau memperpanjang wajib militer untuk bertempur di Gaza.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (404) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (305) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (450) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)