basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Tuduhan Antisemit, Untuk membungkam Ekspresi Melawan Penjajahan di Palestina? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Departemen Organisasi d...

Tuduhan Antisemit, Untuk membungkam Ekspresi Melawan Penjajahan di Palestina?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Departemen Organisasi dan Hubungan dengan Warga Israel di Diaspora WZO, merilis survei khusus terhadap diaspora warga Israel yang tinggal di luar negeri. Survei ini dilakukan pada Oktober 2024. Yang diteliti, perasaan mereka pasca satu tahun serangan 7 Oktober.

Hasilnya, hanya 20% warga diaspora Yahudi  yang memiliki hubungan positif dengan lingkungan sekitar. Berarti, 80%-nya, tidak. Ini berarti, terjadi penurunan 50% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya persepsi permusuhan, ketidakamanan, dan berkurangnya dukungan dari pemerintah dan masyarakat setempat. Mereka merasa tidak nyaman mengidentifikasi diri sebagai warga Israel karena ketakutan pribadi, tantangan sosial, dan meningkatnya rasa kerentanan di lingkungan lokal mereka.

Apakah ini akibat meluasnya gerakan antisemit? Apakah sikap hilangnya harga diri di kalangan Yahudi karena negaranya melakukan genosida dan pemimpinnya sebagai penjahat perang? Apakah seni pembungkaman, yang mendukung kemerdekaan Palestina dituduh antisemit?

Mari melihat melihat kasus yang terjadi di Universitas Cornell Amerika pada awal November 2024, seorang Profesor pakar kolonialisme membuat silabus mata pelajaran tentang "Gaza, Indigeneity, Resistance." Namun, tiba-tiba diserang sebagai  gerakan Antisemit? 

Kontroversi ini bermula dari peluncuran mata kuliah yang akan diajarkan semester depan oleh Prof. Eric Cheyfitz dari Jurusan Sastra Amerika. Menurut silabus, mata kuliah ini bertujuan untuk mengeksplorasi dan mendefinisikan istilah-istilah seperti "perlawanan" dan "genosida" dalam konteks perang di Gaza.

Namun, Prof. Menachem Rosensaft, seorang dosen hukum Yahudi di Cornell dan mantan wakil presiden Kongres Yahudi Dunia, mengirim email kepada Presiden Universitas Cornell, Prof. Kotlikoff, dengan mengklaim bahwa kursus tersebut, yang disampaikan Prof Eric Cheyfitz, bersifat antisemit dan dapat memicu kekerasan terhadap mahasiswa Yahudi dan Israel.

Bila mata kuliah ilmiah tentang Gaza, yang disampaikan oleh pakar kolonialisme saja dikecam sebagai gerakan antisemit, bagaimana dengan gerakan lainnya seperti demonstrasi yang menentang genosida di Palestina? 

Sepertinya cap gerakan antisemit oleh Barat dan pendukung genosida penjajah Zionis Israel telah digunakan untuk membungkam mereka yang bersuara tentang kemerdekaan Palestina.

Dapat dikatakan juga, terisolasinya diaspora Yahudi di sejumlah negara karena bentuk perlawanan terhadap penjajahan di Palestina dari masyarakat lokal?

Warga Kaya dan Diaspora Yahudi Semakin Tidak Tentram di Jajahan Zionis Israel Oleh: Nasrulloh Baksolahar Kenneth Brander, seoran...


Warga Kaya dan Diaspora Yahudi Semakin Tidak Tentram di Jajahan Zionis Israel

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Kenneth Brander, seorang rabi yang juga Presiden dan Rosh Yeshiva Ohr Torah Stone di Jerusalem Post pada 22/12/24, mengungkapkan kekhawatiran kondisi Penjajah Zionis Israel. Dia mengkhawatirkan kutukan Nabi Amos akan terulang kembali.

Dia berkata, "Di balik konflik saat ini, muncul krisis yang lebih dalam yang mengancam tatanan masyarakat kita. Bahkan sebelum perang saat ini, satu dari lima warga Israel sudah hidup di bawah garis kemiskinan. Angka tersebut terus meningkat karena pemilik usaha kecil telah tergusur atau dimobilisasi, dan industri pariwisata hancur."

"Ditambah lagi dengan perpecahan masyarakat yang makin besar, karena segmen masyarakat tertentu menanggung seluruh beban pertempuran sementara segmen lainnya berupaya keras untuk berhenti, yang menyebabkan lebih banyak polarisasi di antara warga negara dan kubu politik."

"Namun, ini bukan sekadar kejadian kontemporer – ini adalah pengulangan nubuat Amos, salah satu nabi Israel paling awal. Amos mengecam masyarakat di mana orang kaya secara sistematis mengeksploitasi orang miskin dan perpecahan internal mengancam akan memecah belah masyarakat."

"Ribuan tahun kemudian, apakah tidak ada yang berubah? Inilah krisis abadi."

Tidak hanya sang rabi, masyarakat Yahudi baik di dalam negri maupun diasporanya merasakan ketidaktentraman. Survei Institut Demokrasi Israel (IDI), dipublikasikan pada 17/12/24,  menunjukkan sepertiga rakyat Zionis Israel tidak tentram lagi menetap di jajahan Zionis Israel.

Times of Israel pada 20/12/24 mengkisahkan bagaimana pendapat orang kaya di daerah jajahan Zionis Israel. "Meninggalkan Israel lebih mudah, bahwa itu hanya untuk saat ini. Namun, dia tahu lebih baik." Menurut Shira Z. Carmel seorang penyanyi kelahiran Israel.

Sejak Badai Al-Aqsa, semakin banyak warga Israel yang relatif kaya yang meninggalkan Israel karena telah hancurnya rasa aman dan sekaligus menghancurkan janji pendirian Zionis Israel; yang menjadi tempat perlindungan yang aman bagi orang Yahudi di dunia.

Tak hanya yang berada di dalam jajahan Zionis Israel, warga diaspora Yahudi di luar negri pun semakin kurang berminat untuk bermigrasi menetap di daerah jajahan Zionis Israel.

60 persen diaspora Yahudi menyatakan bahwa  jajahan Zionis Israel bukan tempat yang aman. 80 persennya baru tahap mempertimbangkan untuk tinggal di jajahan Zionis Israel.

Ynetnews.com pada 22/12/24 mengungkapkan survei terbaru, yang dilakukan oleh Organisasi Zionis Dunia,  mengungkapkan bahwa 75% warga Israel di luar negeri memang merasakan hubungan yang lebih kuat dengan komunitas Diaspora mereka setelah 7 Oktober; Namun, ketakutan akan permusuhan dan ketidakamanan tetap ada.

Fakta lain, hanya 40% yang menganggap Israel sebagai tempat yang aman untuk ditinggali. Selain itu, hanya 20% warga Israel di luar negeri yang tidak mempertimbangkan untuk kembali ke Israel.

Al-Qur'an memang benar. Yahudi akan terus tercerai berai berdiaspor. Apakah tentram menetap di tanah hasil rampasan?

"Pondasinya Tidak Stabil, Bangsa Yahudi Israel Dalam Bahaya", Pasca Badai Al-Aqsa  Oleh: Nasrulloh Baksolahar  "K...

"Pondasinya Tidak Stabil, Bangsa Yahudi Israel Dalam Bahaya", Pasca Badai Al-Aqsa 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


"Kepercayaan yang kita miliki pada diri kita sendiri, pada rakyat kita, dan pada negara kita, selalu menjadi landasan bagi kita. Ketika kepercayaan terguncang, ketika fondasinya tidak stabil, bangsa ini dalam bahaya," kata Presiden Israel, Isaac Herzog, kepada Presiden Institut Demokrasi Israel (IDI) Yohanan Plesner setelah menerima hasil studi tersebut di kediaman presiden pada 17/12/24.

Studi tersebut menunjukkan kekhawatiran hancurnya demokrasi terus meningkat, pada sisi lain kepercayaan publik terhadap pemerintah dan Knesset merosot drastis pasca Badai Al-Aqsa yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.

Indeks tersebut menemukan bahwa 58 persen warga Israel meyakini demokrasi sedang terancam. Sedangkan  kepercayaan pada Knesset dan pemerintah anjlok tajam selama setahun terakhir, jatuh ke titik terendah masing-masing sebesar 13% dan 19%, pada bulan Mei 2024 di kalangan publik Yahudi, meskipun agak pulih menjadi 16% dan 25% pada bulan Oktober.

Survei lain yang dilakukan  Saluran 12 yang dipublikasikan pada 21/12/24 pun menunjukkan hal yang sama bahwa hanya 22 persen responden yang percaya pada pemerintah. Sedangkan secara personal, kepercayaan kepada Netanyahu hanya 29 persen saja.

Di tengah ketidakpercayaan masyarakat ini, para pemimpin negara, kubu koalisi sayap kanan, justru sangat aktif menyerang sistem pengawasan dan keseimbangan di negara tersebut, serta profesionalisme lembaga-lembaga utamanya. Terutama sistem peradilan yang terus diupayakan untuk dirombak walaupun upaya tersebut telah gagal pada tahun 2023.

Banyak menteri dalam pemerintahan saat ini telah berulang kali menyerang Mahkamah Agung selama setahun terakhir karena dianggap menentang "kehendak rakyat," terutama Menteri Kehakiman Yariv Levin, yang telah terlibat dalam pertikaian selama dua tahun dengan lembaga peradilan dan minggu lalu mengatakan bahwa ia akan menghidupkan kembali upayanya yang sangat memecah belah untuk membatasi kewenangan lembaga peradilan.

"Pelemahan yang tidak bertanggung jawab terhadap lembaga-lembaga yang telah menjadi sumber kekuatan dan kemakmuran Israel selama beberapa dekade merupakan fenomena yang berbahaya, terutama di masa perang. Padahal, para pemimpin kita memiliki banyak pekerjaan lain yang lebih utama yang harus dilakukan, dan waktu sangatlah penting," kata Plesner, Presiden IDI.

Pertikaian tersebut menimbulkan banyak pertengkaran:

A. Seorang mantan jaksa agung yang merekomendasikan agar para prajurit cadangan IDF menolak untuk menjadi sukarelawan untuk bertugas jika reformasi peradilan diluncurkan kembali;

B. Seorang mantan kepala rabbi yang menyerukan kepada kaum ultra-Ortodoks, seperdelapan dari populasi, untuk menolak mendaftar, menganjurkan ketidakpatuhan terhadap Undang-Undang Layanan Wajib;

C. Seorang menteri kehakiman dan anggota Knesset yang sedang menjabat yang secara terbuka mengutarakan kemungkinan menolak untuk tunduk pada putusan Pengadilan Tinggi.

D. Seorang menteri kabinet Israel telah menyatakan, dengan keberanian yang fanatik, bahwa ia tidak mengesampingkan "perubahan rezim."

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bagi Yedidia Stern, Presiden Jewish People Policy Institute dan profesor (emeritus) hukum di Universitas Bar-Ilan, yang berkomentar, "Hebatnya, Israel telah berhasil dalam tujuh front eksternal melawan musuh-musuhnya, tetapi hampir kalah dalam front kedelapan: front internal melawan dirinya sendiri."

"Harga kekalahan dalam perang internal bersifat struktural dan tidak dapat dengan mudah dikembalikan: lembaga-lembaga negara merusak kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara. Mayoritas pemerintah saat ini mengeksploitasi sistem demokrasi untuk mengikis fondasinya."

Dampak besar dari konflik internal yang tengah terjadi saat ini di internal penjajah Zionis Israel seperti yang diungkapkannya, "Menelan satu sama lain hidup-hidup.” Padahal sedang berperang. Apakah ini liku-liku kehancuran Penjajah Zionis Israel yang disebutkan oleh Syeikh Ahmad Yassin pendiri Hamas?

Menolak Bertempur di Gaza Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Jerusalem Post pada 20/12/24 memberitakan Perdana Menteri  Benjamin Netany...


Menolak Bertempur di Gaza

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Jerusalem Post pada 20/12/24 memberitakan Perdana Menteri  Benjamin Netanyahu  mengatakan bahwa dia tidak akan "setuju untuk mengakhiri perang sebelum kita menyingkirkan Hamas" dalam sebuah wawancara dengan  penulis editorial Wall Street Journal (WSJ) Elliot Kaufman, yang kemudian diterbitkan di surat kabar AS tersebut pada 19/12/24.

"Kami tidak akan membiarkan mereka (Hamas) berkuasa di Gaza, 30 mil dari Tel Aviv . Itu tidak akan terjadi," katanya di tengah seruan banyak pihak untuk menerima kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera yang langgeng di daerah kantong Palestina itu.

Opini di WSJ mencatat bahwa perdana menteri Penjajah Zionis Israel hanya membayangkan kesepakatan semacam itu akan bersifat parsial jika organisasi teroris Palestina itu masih utuh. Apakah pendapat Netanyahu selaras dengan keinginan rakyat Penjajah Zionis Israel? 

Times Of Israel pada 21/12/24 juga memberitakan hasil jajak pendapat Channel 13 yang menanyakan kepada responden bagaimana mereka mendefinisikan kemenangan dalam perang melawan Hamas di Jalur Gaza, hasilnya:

A.  68% mengatakan kemenangan hanya dapat diraih dengan memulangkan semua sandera,

B. 12% mengatakan kemenangan akan diraih dengan aneksasi Gaza dan penegakan kedaulatan Israel atas Jalur Gaza,

C. 4% mengatakan kemenangan akan diraih dengan kembalinya penduduk perbatasan ke rumah mereka,

D. 8% mengatakan kemenangan akan diraih dengan berdirinya kepemimpinan Palestina moderat di Gaza selain Hamas,

E. Dan, 8% mengatakan tidak tahu.

Dari hasil survei tersebut, hanya 12% responden yang mendefinisikan kemenangan perang di Gaza sesuai yang diinginkan juga oleh Netanyahu. Sedangkan 68% menginginkan keselamatan para sandera. Artinya, mayoritas rakyat Penjajah Zionis Israel menginginkan gencatan senjata sesegera mungkin.

Efek dari perbedaan ini menyebabkan sering terjadi gelombang demonstrasi yang menginginkan pemulangan sandera secepat mungkin. Pada sisi lain, Netanyahu selalu menghalangi terciptanya gencatan senjata yang sudah dimediasi oleh Qatar dan Mesir. 

Apakah pertempuran bumi hangus yang dilakukan oleh penjajah Zionis Israel atas Gaza  berhasil? Ternyata, tidak bisa menyelamatkan para sandera. Bahkan, para sandera tewas karena serangan yang mereka lakukan sendiri. Artinya,  penjajah Zionis Israel telah gagal di Gaza menurut persepsi rakyatnya sendiri. Apa akibatnya? 

Ternyata perang dan genosida ternyata ambisi pribadi Netanyahu. Wajar saja, bila rakyatnya mulai banyak yang menolak dan tidak mau memperpanjang wajib militer untuk bertempur di Gaza.

Penjajah Zionis Israel Cemas Hancur di Front Kedelapan  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Penjajah Zionis Israel merasa yakin dengan se...

Penjajah Zionis Israel Cemas Hancur di Front Kedelapan 


Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Penjajah Zionis Israel merasa yakin dengan seluruh front pertempuran militer di Gaza, Tepi Barat, Lebanon, Yaman, Iran, Irak dan Suriah, namun ada kecemasan yang lebih besar dari itu. Yaitu, front ke delapan, pertikaian internal.

Di Suriah, seluruh fasilitas militer sudah dihancurkan secara persisi dengan bantuan data dari Assad yang kabur ke Rusia. Dataran tinggi Golan dan Gunung Harmoni sudah dianeksasi. 

Hizbullah sudah takluk karena jalur senjata dari Iran sudah diputus. Fasilitas strategis Yaman sudah dibombardir. Iran sedang menghadapi kesulitan internal karena pengaruhnya berkurang sejak oposisi Suriah mengalahkan rezin Assad. Iran melemah, maka faksi perlawanan Irak pun melemah pula.

Di Tepi Barat, Otoritas Palestina menjadi kepanjangan tangan Penjajah Zionis Israel untuk menghancurkan perlawanan. Di Gaza, merasa yakin bisa menghancurkan Hamas hingga ke akar-akarnya.

Dalam kondisi perang, Perdana Menteri Penjajah Zionis Israel memiliki kekebalan hukum. Tampaknya sistem kekebalan tubuh politik Israel ini menyerang dirinya sendiri. Dengan kekebalan ini, penguasa mengeksploitasi sistem demokrasi untuk mengikis fondasinya.

Reformasi peradilan oleh penguasa menyebabkan kehancuran bersifat struktural dan tidak dapat dengan mudah dikembalikan: lembaga-lembaga negara merusak kepercayaan publik terhadap lembaga-lembaga negara.

Akibatnya,  seorang mantan jaksa agung yang merekomendasikan agar para prajurit cadangan IDF menolak untuk menjadi sukarelawan untuk bertugas jika reformasi peradilan diluncurkan kembali.

Seorang mantan kepala rabbi yang menyerukan kepada kaum ultra-Ortodoks, seperdelapan dari populasi, untuk menolak mendaftar, menganjurkan ketidakpatuhan terhadap Undang-Undang Layanan Wajib;

Seorang menteri kehakiman dan anggota Knesset yang sedang menjabat yang secara terbuka mengutarakan kemungkinan menolak untuk tunduk pada putusan Pengadilan Tinggi.

Seorang menteri kabinet Israel telah menyatakan, dengan keberanian yang fanatik, bahwa ia tidak mengesampingkan "perubahan rezim."

Orang-orang ini merusak kemampuan untuk menegakkan supremasi hukum di sini, yang merupakan satu-satunya dasar yang mencegah kita untuk “menelan satu sama lain hidup-hidup.”

IDF "Perang" Internal Oleh: Nasrulloh Baksolahar Survei tahunan Institut Demokrasi  Israel pekan ini menunjukkan bahwa...



IDF "Perang" Internal


Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Survei tahunan Institut Demokrasi  Israel pekan ini menunjukkan bahwa hampir setengah responden, 48%,  kini menganggap gesekan antara Sayap kanan dan kiri sebagai "ketegangan sosial paling akut di Israel saat ini." Ini terjadi pasca Badai Al-Aqsa.

Ketegangan ini pun terbawa ke institusi militenya juga. Puncaknya,  pemecatan Menteri Pertahanan penjajah Zionis Israel, Gallant, lalu digantikan dari kelompok Sayap Kanan, Katz. Apakah selesai hingga disini?

Menteri Pertahanan yang baru, Katz,  mengatakan pada hari Kamis (18/12/24) bahwa ia membekukan promosi para perwira senior di Pasukan Israel Defense Forces (IDF) sampai militer menyerahkan kepadanya semua penyelidikan yang telah dilakukan terkait pembantaian 7 Oktober.

Pernyataan ini sebagai respon karena  promosi di IDF sejak serangan 7 Oktober telah mendapat kecaman dari beberapa anggota koalisi Sayap Kanan, yang berpendapat bahwa Herzi Halevi, Kepala Staff IDF, dianggap gagal dalam perannya, dia seharusnya tidak menjadi orang yang menunjuk para komandan.

"Perang" di interal IDF tidak saja di petingginya, tetapi juga di perwira lapangan. Dimana, sedang diselidiki tuduhan atas pelanggaran berulang terhadap kepala Brigade Parasut.

Beberapa perwira cadangan senior dilaporkan menuduh bahwa Kolonel Ami Biton, Kepala Brigade Parasut, tidak terlibat dalam pertempuran dan pada suatu kesempatan tertidur di markas komando selama penyerangan. Mereka juga mengatakan bahwa ia mempertaruhkan nyawa prajuritnya secara tidak perlu, memperlakukan bawahannya dengan cara yang memalukan, dan menghabiskan banyak waktu bersama prajurit dan perwira wanita.

Para perwira tersebut juga dilaporkan mengklaim bahwa Biton memberikan perlakuan istimewa kepada para wanita di brigade tersebut, bertukar nomor telepon dengan para perwira dan prajurit wanita, memanggil mereka dengan sebutan sayang, dan “tertawa terbahak-bahak dengan mereka tanpa henti.”

Kejadian tersebut merupakan yang terungkap oleh media, bagaimana dengan mundurnya 600 perwira IDF selama 6 bulan pertama di 2024? Tentu menyisakan banyak rivalitas internal  yang  tersembunyi di tengah perang.

Rekrutment Pasukan Baru, Siapakah yang Bisa Bernafas Panjang di Palestina? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Jepang mengkhawatirkan kon...

Rekrutment Pasukan Baru, Siapakah yang Bisa Bernafas Panjang di Palestina?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Jepang mengkhawatirkan kondisi masa depannya, apakah ada persoalan dengan kondisi ekonomi, penguasaan teknologi, dan keuangannya? Ternyata, soal generasi muda yang semakin menyusut. Ini pula yang dialami juga oleh penjajah Zionis Israel.

Penjajah Zionis Israel terus mengembangkan sisi pertahanan dan keamanannya, mereka membutuhkan 15.000 pasukan baru untuk menjaga perbatasan. Tujuannya, jangan terulang kembali serangan mendadak seperti Badai Al-Aqsa.

Persenjataannya pun boleh dibawa pulang ke rumah. Bila terjadi serangan mendadak, pasukan yang sedang tidak bertugas pun dapat langsung bergerak cepat. Namun persoalannya, dari 15.000, hanya 3.000 yang baru bisa direkrut?

Untuk memperluas jangkauan yang bisa direkrut, penjajah Zionis Israel merubah aturan bahwa usia di atas 40 tahun pun bisa untuk bergabung.

Penjajah Zionis Israel tak hanya memiliki persoalan di rekrutmentnya, tetapi juga tentara berpangkat prawira pun banyak yang mengundurkan diri. Di saat perang saja, dalam waktu 6 bulan pertama,  yang mengundurkan diri sebanyak 600 personel.

Bila rekrutmentnya sulit, ditambah banyak yang mengundurkan diri, bagaimana masa depan pertempuran penjajah Zionis Israel melawan faksi perlawanan? Padahal front pertempurannya terus ditambah di sejumlah wilayah.

Berbeda dengan faksi perlawanan Palestina, mereka sangat mudah untuk mendapatkan sukarelawan tempur baru. Bukankah kekuatan itu berada pada "Behind The Gun"-nya.

Dengan mudahnya rekrutment pejuang oleh Hamas, mereka dapat dengan mudah mengisi kembali daerah-daerah yang sebelumnya oleh Penjajah Zionis Israel  dianggap telah dibersihkan dari kekuatan Hamas.






Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (404) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (303) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)