basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Kelak, Semua Manusia Ingin Menjadi Muslim Oleh: Nasrulloh Baksolahar Derajat tertinggi adalah mereka yang berserah diri kepada A...

Kelak, Semua Manusia Ingin Menjadi Muslim

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Derajat tertinggi adalah mereka yang berserah diri kepada Allah. Dari berserah diri ini muncul karakter yang utama, seperti ridha, tawakal, sabar, taat, istiqamah dan ragam kemuliaan lainnya. Siapa yang membentuknya?

Bukan dirinya. Bukan sistem pendidikannya. Bukan kemauannya. Bukan timbangan dorongan sukses dan bahagia. Tetapi, Allah swt yang membentuk dan mendidiknya. Allah swt yang membimbing dan memimpinnya. 

Berserah diri berarti taat kepada Allah swt. Taat kepada Allah swt melalui ibadah dan syariat-Nya. Dalam ibadah dan syariat-Nya terdapat penempaan diri. Seperti Allah swt yang telah menempa para Nabi, Rasul dan para wali-walinya.

Berserah diri hanya butuh kerendahan hati. Membuang ego diri. Memahami kesempurnaan dan kemuliaan Allah. Hanya butuh keyakinan akan keberkahan dari syariat dan takdir-Nya.

Berserah diri membuat hidupnya berkualitas tinggi. Letupan hatinya, bisikannya, pikirannya, perbuatan dan amalnya menjadi yang terbaik. Semua bukan bentukannya, bukan rekayasanya, tetapi nilai-nilai yang terkandung dari ketaatannya kepada Allah.

Ingin menjadi orang hebat berkharisma? Ingin menjadi orang sukses dan bahagia? Ingin bisa menyelesaikan persoalan hidup dengan mudah? Hanya cukup berserah diri saja. Semuanya akan lahir dan terbentuk dari berserah diri.


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


الۤرٰ ۗتِلْكَ اٰيٰتُ الْكِتٰبِ وَقُرْاٰنٍ مُّبِيْنٍ  ۔

Alif Lām Rā. Itulah ayat-ayat Kitab, yaitu (ayat-ayat) Al-Qur’an yang memberi penjelasan.
(Al-Ḥijr [15]:1)



رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ كَانُوْا مُسْلِمِيْنَ

Orang-orang yang kufur itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan, sekiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.
(Al-Ḥijr [15]:2)


ذَرْهُمْ يَأْكُلُوْا وَيَتَمَتَّعُوْا وَيُلْهِهِمُ الْاَمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَ

Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan, bersenang-senang, dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong). Kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya).
(Al-Ḥijr [15]:3)


وَمَآ اَهْلَكْنَا مِنْ قَرْيَةٍ اِلَّا وَلَهَا كِتَابٌ مَّعْلُوْمٌ

Kami tidak membinasakan suatu negeri, kecuali sudah ada ketentuan yang ditetapkan baginya.
(Al-Ḥijr [15]:4)


Degradasi Pemahaman Terhadap Persoalan Palestina Oleh: Nasrulloh Baksolahar Awalnya, persoalan Palestina adalah persoalan umat I...

Degradasi Pemahaman Terhadap Persoalan Palestina

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Awalnya, persoalan Palestina adalah persoalan umat Islam di seluruh dunia. Buktinya,  Nahdlatul Ulama (NU) telah menaruh perhatian kepada masalah ini sejak dahulu kala, yakni semenjak Indonesia belum merdeka.

Ulama NU, Kiai Mahfudz Shiddiq,  mengajak seluruh  ormas Islam di Indonesia untuk peduli pada Palestina. Seruan ini tertuang melalui suratnya tertanggal tertanggal 12 November 1938 M (19 Ramadhan 1357 H) yang mengajak PB al-Hidayah al-Islamiyah, PB Wartawan Muslimin Indonesia, PB al-Islam, PB Muhammadiyah, PB Musyawaratut Thalibin, PB al-Jam'iyyatul Washiliyah , PB al-lrsyad, PB ar-Rabithah al-AJawiyah, PB Perserikatan Ulama Indonesia, Lajnah Tanfidziyah PSII, Pucuk Pimpinan PSII Penyadar, dan Dewan Pimpinan Majelis Islam a'la Indonesia untuk menyikapi suasana Palestina saat itu.

Kemudian terjadi degradasi, persoalan   Palestina menjadi persoalan bangsa Arab saja. Menjadi persoalan kawasan Timur Tengah saja. Degradasi ini dimulai sejak Perang Arab-Israel 1967, yaitu perang antara Israel dan tiga negara Arab tetangganya, yakni Mesir, Yordania, dan Suriah, yang berlangsung dari tanggal 5–10 Juni 1967.

Degradasi ke tiga, sejak sejumlah negara Arab melakukan kerjasama sendiri-sendiri untuk melindungi dirinya karena tekanan khususnya Amerika. Persoalan Palestina menjadi persoalan bangsa Palestina sendiri.

Degradasi ini dimulai sejak Mesir menandatangani Persetujuan Camp David  di Gedung Putih Washington pada 26 Maret 1979. Isinya kesepakatan Mesir dan Israel mengakhiri permusuhan. Kedua negara akan memulai era yang baru perdamaian dan kerja sama.

Degradasi ke empat dimana sekelompok pemimpin Palestina tidak lagi menganggap  Zionis Israel sebagai penjajah. Era ini dimulai sejak Perjanjian Oslo. Sebuah kesepakatan yang ditandatangani oleh pemerintah Zionis Israel dan pimpinan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Perjanjian Oslo I diratifikasi pada 13 September 1993 di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat. Sedangkan Perjanjian Oslo II ditandatangani di Taba, Mesir, pada September 1995.  Perjanjian ini untuk
mengakhiri konflik Israel dan Palestina, sehingga kedua belah pihak dapat berdiri berdampingan secara damai. Walaupun dalam realisasinya, penjajah Zionis Israel terus melakukan penjajahan di Palestina.

Degradasi ke lima, Palestina dianggap sudah tidak ada lagi.  Era ini dimulai sejak Abraham Accords. Sebuah rangkaian perjanjian antara Israel dengan sejumlah negara Arab, antara lain Uni Emirat Arab, Bahrain dan Maroko. 

Perjanjian-perjanjian ini diperantarai oleh Amerika Serikat di era DonaldTrump.  Maksudnya untuk menormalisasi hubungan diplomatik dan ekonomi antara Israel dan negara-negara Arab. 

Kelemahan dari Abraham Accords adalah bahwa perjanjian itu mengabaikan nasib Negara Palestina. Abraham Accord diketahui mengakui keberadaan Israel tanpa persyaratan yang secara langsung terkait dengan permasalahan Palestina. 

Puncaknya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memamerkan peta "Timur Tengah Baru" tanpa keberadaan Palestina saat pidato di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York pada Jumat (22/9/2023).

Apakah degradasi ini terus berlanjut hingga lenyapnya Palestina dari peta dunia? Rakyat Palestina terus berjuang hingga terlahirlah gerakan Badai Al-Aqsa di Oktober 2023.

Akhir dari Makar Jahat Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  اَفَاَمِنَ الَّذِيْنَ مَكَرُوا السَّيِّاٰتِ اَنْ يَّخْسِفَ اللّ...

Akhir dari Makar Jahat


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


اَفَاَمِنَ الَّذِيْنَ مَكَرُوا السَّيِّاٰتِ اَنْ يَّخْسِفَ اللّٰهُ بِهِمُ الْاَرْضَ اَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُوْنَۙ

Apakah orang-orang yang membuat tipu daya yang jahat itu merasa aman (dari bencana) dibenamkannya bumi oleh Allah bersama mereka atau (terhadap) datangnya siksa kepada mereka dari arah yang tidak mereka sadari.
(An-Naḥl [16]:45)


اَوْ يَأْخُذَهُمْ فِيْ تَقَلُّبِهِمْ فَمَا هُمْ بِمُعْجِزِيْنَۙ

Atau, Allah mengazab mereka pada waktu mereka dalam perjalanan sehingga mereka tidak berdaya menolak (azab itu).
(An-Naḥl [16]:46)


اَوْ يَأْخُذَهُمْ عَلٰى تَخَوُّفٍۗ فَاِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

Atau, Allah mengazab mereka dengan kekurangan (secara berangsur-angsur sampai binasa). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
(An-Naḥl [16]:47)

Saat Allah Bertanya kepada Musa Tentang Tongkatnya Oleh: Nasrulloh Baksolahar Setelah Allah swt menjelaskan tentang Diri-Nya kep...

Saat Allah Bertanya kepada Musa Tentang Tongkatnya

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Setelah Allah swt menjelaskan tentang Diri-Nya kepada Musa. Lalu, Allah swt bertanya tentang tongkatnya yang senantiasa digenggam dan dibawanya. Bukankah Allah Maha Mengetahui?

Pengetahuan Nabi Musa tentang tongkatnya hanya sekedar yang kegunaan yang bersifat rutinitas saja. Sekedar yang biasa digunakan untuk bertani, berkebun dan berternak saja. Hanya itu saja.

Namun, saat keimanan kepada Allah swt begitu kokoh. Saat Musa mengambil amanah kenabian dan teguh berkomitmen, maka tiba-tiba tongkatnya menjadi sangat menakjubkan. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur'an.


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


وَمَا تِلْكَ بِيَمِيْنِكَ يٰمُوْسٰى

Apa yang ada di tangan kananmu itu, wahai Musa?”
(Ṭāhā [20]:17)

 

قَالَ هِيَ عَصَايَۚ اَتَوَكَّؤُا عَلَيْهَا وَاَهُشُّ بِهَا عَلٰى غَنَمِيْ وَلِيَ فِيْهَا مَاٰرِبُ اُخْرٰى

(Musa) berkata, “Ia adalah tongkatku. Aku (dapat) bersandar padanya, merontokkan (daun-daun) dengannya untuk (makanan) kambingku, dan memiliki keperluan lain padanya.”
(Ṭāhā [20]:18)


قَالَ اَلْقِهَا يٰمُوْسٰى

(Allah) berfirman, “Lemparkanlah (tongkat) itu, wahai Musa!”
(Ṭāhā [20]:19)


قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْۗ سَنُعِيْدُهَا سِيْرَتَهَا الْاُوْلٰى

Dia (Allah) berfirman, “Ambillah dan jangan takut! Kami akan mengembalikannya pada keadaannya semula.
(Ṭāhā [20]:21)


وَاضْمُمْ يَدَكَ اِلٰى جَنَاحِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاۤءَ مِنْ غَيْرِ سُوْۤءٍ اٰيَةً اُخْرٰىۙ

Kepitlah (telapak) tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia akan keluar dalam keadaan putih (bercahaya) tanpa cacat sebagai mukjizat yang lain.
(Ṭāhā [20]:22)


لِنُرِيَكَ مِنْ اٰيٰتِنَا الْكُبْرٰى ۚ

(Kami perintahkan itu) untuk memperlihatkan kepadamu sebagian tanda-tanda kebesaran Kami yang terbesar.
(Ṭāhā [20]:23)

Dialog Pertama Allah kepada Nabi Musa Oleh: Nasrulloh Baksolahar Saat Nabi Musa mudik dari Madyan ke Mesir, Nabi Musa melihat ap...


Dialog Pertama Allah kepada Nabi Musa

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Saat Nabi Musa mudik dari Madyan ke Mesir, Nabi Musa melihat api. Dia pun bergegas menuju api tersebut karena sangat membutuhkannya. Tiba-tiba terdengar suara yang mengejutkanya. Tiba-tiba ada yang memanggilnya.

Apa kalimat pertama yang didengarnya? Ada yang memanggil namanya. Yang memanggilnya sepertinya sangat mengenalinya. Siapakah? Bukankah selama perjalanan pelarian dari Mesir ke Madyan, tak ada yang ditemuinya? Tak ada yang diajak bicara untuk menjaga identitas dirinya?

Bukankah sudah 10 tahun tak keluar dari Madyan? Bukankah bekerja di ladang, kebun dan berternak juga banyak merubah penampakan fisiknya? Siapkah yang masih mengenalinya?

Semua suasana jiwa Nabi Musa di lembah Tuwa dijelaskan dalam Al-Qur'an. Juga, diabadikan kalimat pertama yang difirmankan-Nya. 


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


اِذْ رَاٰ نَارًا فَقَالَ لِاَهْلِهِ امْكُثُوْٓا اِنِّيْٓ اٰنَسْتُ نَارًا لَّعَلِّيْٓ اٰتِيْكُمْ مِّنْهَا بِقَبَسٍ اَوْ اَجِدُ عَلَى النَّارِ هُدًى

(Ingatlah) ketika dia (Musa) melihat api, lalu berkata kepada keluarganya, “Tinggallah (di sini)! Sesungguhnya aku melihat api. Mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit nyala api kepadamu atau mendapat petunjuk di tempat api itu.”
(Ṭāhā [20]:10)


فَلَمَّآ اَتٰىهَا نُوْدِيَ يٰمُوْسٰٓى ۙ

Ketika mendatanginya (tempat api), dia (Musa) dipanggil, “Wahai Musa.
(Ṭāhā [20]:11)


اِنِّيْٓ اَنَا۠ رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَۚ اِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى ۗ

Sesungguhnya Aku adalah Tuhanmu. Lepaskanlah kedua terompahmu karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci, yaitu Tuwa.
(Ṭāhā [20]:12)


وَاَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوْحٰى

Aku telah memilihmu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).
(Ṭāhā [20]:13)


اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ

Sesungguhnya Aku adalah Allah, tidak ada tuhan selain Aku. Maka, sembahlah Aku dan tegakkanlah salat untuk mengingat-Ku.
(Ṭāhā [20]:14)


اِنَّ السَّاعَةَ اٰتِيَةٌ اَكَادُ اُخْفِيْهَا لِتُجْزٰى كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا تَسْعٰى

Sesungguhnya hari Kiamat itu (pasti) akan datang. Aku hampir (benar-benar) menyembunyikannya. (Kedatangannya itu dimaksudkan) agar setiap jiwa dibalas sesuai dengan apa yang telah dia usahakan.
(Ṭāhā [20]:15)


فَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَنْ لَّا يُؤْمِنُ بِهَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ فَتَرْدٰى

Janganlah engkau dipalingkan darinya (iman pada hari Kiamat) oleh orang yang tidak beriman padanya dan mengikuti hawa nafsunya sehingga engkau binasa.
(Ṭāhā [20]:16)

Berhasilkah Makar Jahat Kepada Mukminin? Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:  اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا فِى ال...


Berhasilkah Makar Jahat Kepada Mukminin?


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ مَا يَكُوْنُ مِنْ نَّجْوٰى ثَلٰثَةٍ اِلَّا هُوَ رَابِعُهُمْ وَلَا خَمْسَةٍ اِلَّا هُوَ سَادِسُهُمْ وَلَآ اَدْنٰى مِنْ ذٰلِكَ وَلَآ اَكْثَرَ اِلَّا هُوَ مَعَهُمْ اَيْنَ مَا كَانُوْاۚ  ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ اِنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

Apakah engkau tidak memperhatikan bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? 

Tidak ada pembicaraan rahasia antara tiga orang, kecuali Dialah yang keempatnya dan tidak ada lima orang, kecuali Dialah yang keenamnya. Tidak kurang dari itu atau lebih banyak, kecuali Dia bersama mereka di mana pun mereka berada.

Kemudian, Dia memberitakan apa yang telah mereka kerjakan kepada mereka pada hari Kiamat. 

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(Al-Mujādalah [58]:7)


اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ نُهُوْا عَنِ النَّجْوٰى ثُمَّ يَعُوْدُوْنَ لِمَا نُهُوْا عَنْهُ وَيَتَنٰجَوْنَ بِالْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُوْلِۖ وَاِذَا جَاۤءُوْكَ حَيَّوْكَ بِمَا لَمْ يُحَيِّكَ بِهِ اللّٰهُ ۙوَيَقُوْلُوْنَ فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ لَوْلَا يُعَذِّبُنَا اللّٰهُ بِمَا نَقُوْلُۗ حَسْبُهُمْ جَهَنَّمُۚ يَصْلَوْنَهَاۚ فَبِئْسَ الْمَصِيْرُ

Apakah engkau tidak memperhatikan orang-orang yang telah dilarang mengadakan pembicaraan rahasia, kemudian mereka kembali (melakukan) apa yang telah dilarang itu?

Mereka saling mengadakan pembicaraan rahasia untuk berbuat dosa, permusuhan, dan durhaka kepada Rasul.

Apabila datang kepadamu (Nabi Muhammad), mereka mengucapkan salam kepadamu dengan cara yang bukan sebagaimana yang ditentukan Allah untukmu.

Mereka mengatakan dalam hati, “Mengapa Allah tidak menyiksa kita atas apa yang kita katakan?”

Cukuplah bagi mereka (neraka) Jahanam yang akan mereka masuki. Maka, (neraka itu) seburuk-buruk tempat kembali.
(Al-Mujādalah [58]:8)


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا تَنَاجَيْتُمْ فَلَا تَتَنَاجَوْا بِالْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُوْلِ وَتَنَاجَوْا بِالْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْٓ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu saling mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah berbicara tentang perbuatan dosa, permusuhan, dan durhaka kepada Rasul.

Akan tetapi, berbicaralah tentang perbuatan kebajikan dan takwa. 

Bertakwalah kepada Allah yang hanya kepada-Nya kamu akan dikumpulkan.
(Al-Mujādalah [58]:9)


اِنَّمَا النَّجْوٰى مِنَ الشَّيْطٰنِ لِيَحْزُنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَيْسَ بِضَاۤرِّهِمْ شَيْـًٔا اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ

Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu hanyalah dari setan, agar orang-orang yang beriman itu bersedih hati, sedangkan (pembicaraan) itu tidaklah memberi mudarat sedikit pun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah.

Hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal.
(Al-Mujādalah [58]:10)



Komunikasi Nabi Musa dengan Allah Saat Melawan Ahli Sihir Fir'aun Oleh: Nasrulloh Baksolahar Nabi Musa diperintahkan Allah s...

Komunikasi Nabi Musa dengan Allah Saat Melawan Ahli Sihir Fir'aun

Oleh: Nasrulloh Baksolahar

Nabi Musa diperintahkan Allah swt untuk menemui Fir'aun di istananya. Bukankah Nabi Musa lari ke Madyan untuk menghindari kezaliman Firaun? Saat sudah mewakafkan hidupnya pada Allah swt, tak perlu lagi ada yang ditakuti.

Saat tiba di istana Firaun, secara tak terduga diajak untuk bertarung dengan seluruh ahli sihir di Mesir yang sudah teruji ilmu dan kehandalannya. Sedangkan Nabi Musa, datang hanya berbekal diperintahkan oleh Allah swt untuk menyadarkan Firaun, bukan disiapkan untuk melawan ahli sihir.

Bagaimana suasana kejiwaan Nabi Musa menghadapi kondisi yang tak terduga? Bagaimana Allah swt meneguhkan hati Nabi Musa? Bagaimana komunikasinya Nabi Musa dengan Allah swt? Inilah pelajaran berharga yang jelaskan Allah swt dalam Al-Qur'an.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


قَالُوْا يٰمُوْسٰٓى اِمَّآ اَنْ تُلْقِيَ وَاِمَّآ اَنْ نَّكُوْنَ اَوَّلَ مَنْ اَلْقٰى

Mereka (para penyihir) berkata, “Wahai Musa, apakah engkau yang melemparkan (dahulu) atau kami yang lebih dahulu melemparkannya?”
(Ṭāhā [20]:65)


قَالَ بَلْ اَلْقُوْاۚ فَاِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ اِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ اَنَّهَا تَسْعٰى

Dia (Musa) berkata, “Silakan kamu melemparkan!” Tiba-tiba tali-temali dan tongkat-tongkat mereka terbayang olehnya (Musa) seakan-akan ia (ular-ular itu) merayap cepat karena sihir mereka.
(Ṭāhā [20]:66)

فَاَوْجَسَ فِيْ نَفْسِهٖ خِيْفَةً مُّوْسٰى

Maka, terlintaslah dalam hati Musa (perasaan) takut.
(Ṭāhā [20]:67)

قُلْنَا لَا تَخَفْ اِنَّكَ اَنْتَ الْاَعْلٰى

Kami berfirman, “Jangan takut! Sesungguhnya engkaulah yang paling unggul.
(Ṭāhā [20]:68)


وَاَلْقِ مَا فِيْ يَمِيْنِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوْاۗ اِنَّمَا صَنَعُوْا كَيْدُ سٰحِرٍۗ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ اَتٰى

Lemparkan apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat itu hanyalah tipu daya penyihir (belaka). Tidak akan menang penyihir itu, dari mana pun ia datang.”
(Ṭāhā [20]:69)


فَاُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوْٓا اٰمَنَّا بِرَبِّ هٰرُوْنَ وَمُوْسٰى

Lalu, para penyihir itu merunduk sujud seraya berkata, “Kami telah percaya kepada Tuhannya Harun dan Musa.”
(Ṭāhā [20]:70)

Dalam kondisi paling mencekam, jangan pernah terputus komunikasi dengan Allah. Bukankah Allah paling dekat dengan manusia? Bukankah Allah selalu bersama kita?

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (402) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (297) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)