basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Cara Alami Menghadapi Kemarau Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Sejak berkebun jadi peduli dengan iklim bulanan. Waktu terasa amat sin...

Cara Alami Menghadapi Kemarau

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Sejak berkebun jadi peduli dengan iklim bulanan. Waktu terasa amat singkat, tak terasa bersiap menghadapi kemarau lagi. Kemarau mulai di Juni, puncaknya di Juli-Agustus. Seperti itu prakiraan iklim menurut BMKG.

Iklim merupakan takdir-Nya. Hujan dan kemarau merupakan takdir-Nya. Dalam kisah Nabi Yusuf, setelah kemarau akan muncul masa pohon anggur berbuah lebat. Sebelum datang kemarau, Nabi Yusuf menyiapkan perbekalan.

Sudah setahun yang lalu memperbanyak tanaman pisang di sekitar tanaman utama. Beberapa pohon utama sudah berumur 2 hingga setahun. Ada beberapa yang baru ditanam untuk menggantikan pohon utama yang mati atau pertumbuhannya kurang baik.

Jadi, seharusnya di tahun ini lebih siap menghadapi kemarau. Sebab, pohon utama sudah besar, hanya sebagian kecil yang perlu perhatian. Di lahan yang baru dibuka pun, yang lebih dahulu ditanam adalah pohon pisang, jadi di musim kemarau, pohon pisang bisa jadi pelindung atau bila kekurangan air bisa dimanfaatkan untuk melembabkan tanah untuk pohon utama.

Cara lain menghadapi kemarau adalah membiarkan tanaman gulma hidup. Gulma membuat sinar matahari tidak langsung mengenai tanah jadi kelembaban tanah bisa lebih terjaga selama kemarau.

Gulma yang lebih tinggi dari rerumputan akan semakin baik  dan banyak menjaring embun di musim kemarau. Saat fajar menyingsing, embun akan berjatuhan ke tanah sehingga membantu kelembaban tanah.

Akar pohon pisang yang banyak mengandung air akan menyejukkan suhu dalam tanah. Semoga di kemarau ini tidak terlalu ekstra keras dalam menghadapinya.

Jejak Air dan Kezaliman Manusia Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Menyusuri sisi bawah gunung Halimun. Menapaki selokan yang kering di...

Jejak Air dan Kezaliman Manusia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Menyusuri sisi bawah gunung Halimun. Menapaki selokan yang kering di sisi tebingan. Dahulu, sepertinya air jernih mengalir di selokan tersebut. Mengapa sekarang kering?

Setelah hujan besar cukup deras semalaman, paginya mencoba menyelusuri selokan tersebut. Ternyata selokannya tetap kering. Terlihat jejak arus air yang cukup kencang dan erosi tanah dari gunung Halimun. Air hujan terbuang percuma. Padahal negri Saba  menjadi makmur karena pengelolaan air hujan.

Di ujung selokan, ada pancuran kecil, yang kering di musim kemarau. Namun bila habis hujan, pancuran tersebut mengalirkan air. Bila tidak hujan beberapa hari, pancuran tersebut tak mengeluarkan air lagi. Bagaimana agar pancuran tersebut selalu mengeluarkan air?

Keberadaan air dan warna air menunjukkan karakter manusia terhadap alam? Adakah kasih  sayang?  Bila zalim, air akan menjauh dan hilang. Warna air tidak jernih lagi.

Di pegunungan, air keluar dengan sendirinya. Penghuninya tinggal menampung dan menyalurkannya ke rumah-rumah. Di musim kemarau pun, air terus mengalir dengan lebih jernih dan sejuk.

Di kota, harus memasang instalasi air tanah hingga ratusan meter untuk mendapatkan air. Warna airnya hijau hingga hitam. Tak bisa dikonsumsi. Apa artinya? Zalim terhadap alam.

Di pegunungan pun bila penduduknya zalim, air sungainya berwarna kemerahan bila hujan karena kerusakan hutan di gunung. Di setiap rumah harus memasang mesin instalasi air tanah. Air tanda kasih sayang atau kezaliman pada alam.

Dilayani Alam Semesta Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Ingin merasakan bahwa hidup ini dilayani oleh alam semesta? Ingin merasakan ba...

Dilayani Alam Semesta

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Ingin merasakan bahwa hidup ini dilayani oleh alam semesta? Ingin merasakan bahwa manusia adalah sang khalifah Allah di bumi? Bertanilah. Berkebunlah. Langit melayani bumi agar kehidupan terus berlangsung. Bumi menampung dan memanfaatkan yang diberikan oleh langit.  Lalu manusia?

Tanpa manusia, kehidupan alam semesta tetap berjalan secara harmoni. Tanpa manusia, bumi tetap berjalan dengan harmoni dan makmur bagi penghuninya. Apa yang dilakukan oleh manusia, bisa dilakukan oleh penghuni bumi. Bukankah kecerdasan manusia hasil mencontek dari alam semesta?

Kecerdasan alam merupakan bawaan takdir-Nya. Manusia diberi akal untuk bisa memahami kecerdasan yang ada di alam. Lalu Allah memberikan fasilitas agar alam semesta bisa dimanfaatkan sebagai sarana dan prasarana mencontek alam semesta juga.

Alam semesta merupakan perwujudan kecil dari ilmu Allah. Alam semesta merupakan perwujudan dari maha berkuasa-Nya Allah tanpa campur tangan siapapun kecuali atas kehendak-Nya. Untuk siapakah kehendak-Nya itu? Hanya bagi manusia.

Air hujan, matahari, bulan, udara, angin, tanah, bebatuan dan yang lainnya, hanya agar manusia nyaman hidup di muka bumi. Hanya agar tumbuhan dan hewan menjadi bahan baku memenuhi kebutuhan manusia. Apakah manusia bisa memenuhi kebutuhannya?

Bukankah makan dan minum dari alam? Bukankah bernafas dan bisa berdiri di atas tanah dari alam? Bisakah manusia membuat butiran padi sendiri? Membuat daging dan telur sendiri? Semuanya berasal dari tumbuhan dan hewan.

Semua yang dibutuhkan manusia untuk hidup sudah disediakan di alam. Manusia hanya menikmatinya saja. Manusia hanya tinggal mencontek dan mengolahnya saja. Bila dilayani oleh alam, apa yang dilakukan manusia? Berkasih sayanglah pada alam. Maka, alam akan mengeluarkan keberkahan atas ijin-Nya.

Mendayagunakan Takdir Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Belajar takdir dari berkebun. Tanah memiliki takdir. Cacing, rayap, dan semut ...

Mendayagunakan Takdir

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Belajar takdir dari berkebun. Tanah memiliki takdir. Cacing, rayap, dan semut menjalani takdirnya. Setiap tumbuhan menjalani takdirnya. Apakah mereka bahagia? Tentu saja, setiap pagi, tumbuhan daunnya segar. Bunganya terus berseri. Setiap hewan menggeliat dengan semangat setiap pagi.

Tumbuhan dan hewan menjalani takdirnya. Apakah kehidupan mereka buruk? Apakah mereka tidak makan dan minum? Apakah mereka tersiksa? Semuanya tercukupi. Bila tidak ada kezaliman manusia, alam semesta berbahagia hidupnya.

Dengan berserah diri terhadap takdir, alam semesta  bergerak menjadi teratur, tertata, bersistem, bersinergi dan bersimbiosis mutualisme. Tak ada kerusakan dan kehancuran. Semuanya serba indah dan mengagumkan. Mengapa manusia justru memberontak terhadap takdirnya?

Alam semesta menyerahkan diri terhadap takdir karena "dorongan di luar alam sadarnya". Sedangkan manusia yang dianugerahi akal dan kebebasan, justru melawan takdirnya. Akal dan kebebasan merupakan anugerah, namun pada sisi lain adalah ujian.

Dalam kesempurnaan manusia ada ujiannya. Manusia harus melawan akal dan kebebasan yang dihiasi oleh keindahan hawa nafsu dan kepalsuan bisikan syetan. Manusia harus mengalahkan fikiran sadarnya terlebih dahulu untuk berserah diri terhadap takdirnya.

Padahal dengan berpasrah terhadap takdirnya, manusia akan seindah alam semesta. Bila akal dan kebebasannya digunakan sesuai tuntunan takdirnya, maka manusia akan bisa mendayagunakan takdir-takdir yang tersebar pada setiap makhluk Allah dan peristiwa di muka bumi.

Akal dan kebebasan bukan untuk merubah takdir. Bukan untuk memperbaiki takdir. Apalagi menentang takdir. Tetapi untuk mempelajari seluruh takdir yang ada di alam semesta, lalu mendayagunakan, meramu, menata takdir  sehingga kehidupan menjadi surga di bumi.

Liku-liku Ketaatan Seorang yang imannya benar akan meninggalkan dosa besar dan kecil, lalu menetapkan ke-wara-an dengan meningga...

Liku-liku Ketaatan


Seorang yang imannya benar akan meninggalkan dosa besar dan kecil, lalu menetapkan ke-wara-an dengan meninggalkan syahwat, perkara mubah yang belum jelas dan hanya mencari kehalalan mutlak.

Sebagian besar waktunya, siang dan malam, untuk beribadah. Dia meninggalkan kebiasaan manusia sehingga tak heran jika terjadi hal-hal luar biasa. Dia pun mendapatkan rezeki yang tak terduga. Dia dibersihkan dan dijernihkan dari segala sesuatu.

Dia sudah lama menahan diri dan menghancurkan kebutuhan-kebutuhan yang bergelora di dadanya. Dia bersabar dalam memecah belah berbagai keinginannya. Tak jarang dia ditolak dalam ragam kondisi.

Dia berdoa, tetapi tak jua dikabulkan. Sudah meminta, tetapi tak diberi. Telah mengadu, tetapi yang diadukan malah bertambah. Telah meminta kelonggaran, tetapi tak mendapatkan. Sudah bertakwa, tetapi tak melihat jalan keluar.

Telah bertauhid dan ikhlas menjalani amalannya, tetapi tak kunjung didekatkan pada Dzat yang dituju oleh amalnya itu, seolah-olah dia bukan orang beriman dan bertauhid.

 Meskipun begitu, dia tetap teguh dan bersabar dalam menghadapi semuanya. Dia tahu bahwa kesabaran merupakan obat dan penyebab kejernihan hati dan kedekatan dengan Allah swt. Diapun meyakini bahwa kebaikan pasti datang setelah ujian ini.

Baginya, ujian ini merupakan penjelas, siapakah yang mukmin dan munafik. Manakah yang bertauhid dan musyrik. Yang ikhlas dan pamer. Pemberani dan pengecut. Yang konsisten dan labil. Yang sabar dan cengeng. Yang benar dan salah. Yang jujur dan pembohong. Pecinta dan pembenci.

Jadilah engkau di dunia ini seperti orang yang mengobati luka dan bersabar atas pahitnya obat karena mengharapkan hilangnya penyakit.

Sumber:
Syeikh Abdul Qadir Jaelani, Fathur Rabbani, Turos

Menghitung Sebuah Perintah Allah Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Segala peristiwa dan segala yang ada, semuanya bisa menjadi data ku...

Menghitung Sebuah Perintah Allah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Segala peristiwa dan segala yang ada, semuanya bisa menjadi data kuantitatif. Persoalannya kemampuan berhitung manusia terbatas. Sebab, manusia hanya bisa mengkalkulasi yang diketahuinya saja. Padahal yang tidak diketahui, tak terbatas. Itulah sebab, kalkulasi manusia sering salah.

Mengapa semuanya bisa dihitung? Allah menciptakan segala sesuatu dengan ukuran tertentu. Menciptakan segala sesuatu dengan petunjuk dan teratur. Setiap sesuatu ada ajal dan masanya.

Mengapa kalkulasi manusia bisa salah? Sebab, hanya Allah yang turun dan naik ke langit. Hanya Allah yang tahu yang masuk ke bumi dan keluar dari bumi. Hanya Allah yang tahu makhluk-Nya. Yang diketahui manusia sebatas yang dikehendaki-Nya.

Karena manusia sering salah berhitung, maka bertakwalah. Dengan takwa, Allah akan menghapus semua kesalahan, memperbaiki dan menyempurnakan urusan manusia. 

Manusia yang pandai berhitung mendapatkan tempat khusus di sisi Allah. Perdebatan di akhirat tentang berapa lama hidup di dunia? Tak bisa dijawab kecuali diserahkan kepada yang pandai berhitung. Allah memerintahkan bila ada persoalan bertanyalah kepada yang ahli berhitung.

Dahulu, seorang ulama fiqh pasti pandai berhitung. Sebab, bukankah hukum Islam dipenuhi dengan perhitungan? Shalat, zakat, waris, dan puasa, harus ditopang dengan keahlian menghitung.

Menentukan waktu shalat dan puasa, butuh perhitungan waktu. Pembagian zakat dan waris, butuh perhitungan agar didistribusikan sesuai hukum Allah. Keahlian menghitung merupakan keahlian yang dianjurkan oleh Allah.

Ilmu matematika, fisika dan kimia lahir dari para ulama Islam, sebab ada perintah dari Allah untuk bertanya kepada yang pandai berhitung. Sebab, alam semesta dan peristiwanya, semuanya bisa dihitung, karena Allah Maha Teliti dan Tidak Pernah Lengah. Berhitung bagian dari ketaatan kepada Allah yang memerintahkan untuk berhitung. 

Agar Pengadilannya Final di Dunia Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Perdebatan dan perselisihan tidak saja di dunia, tetapi juga di ak...

Agar Pengadilannya Final di Dunia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Perdebatan dan perselisihan tidak saja di dunia, tetapi juga di akhirat. Bedanya, di dunia, manusia bisa berdusta, merekayasa dan bersekongkol. Di akhirat, semua fakta terbuka. Sang Hakim Maha Bijaksana.

Perdebatan di akhirat, antara pembesar dengan  jongos kemungkaran. Antara syetan dengan pengikutnya. Ada juga perdebatan tentang berapa lama hidup di dunia. Pelajari perdebatan di akhirat. Seperti itulah perdebatan di persidangan dunia.

Di dunia, kisah Nabi Yusuf dengan saudaranya, merupakan kisah rekayasa bukti hukum. Kisah Nabi Yusuf dengan istri pembesar istana, merupakan kisah rekayasa kasus, walapun bukti hukum menunjukkan bahwa istri pembesar istana yang bersalah. Apakah keburukan bisa disembunyikan?

Dengan segala rekayasa bukti hukum dan kasus, Allah memberikan kelapangan bagi para hakim, yaitu bila ijtihadnya salah maka akan mendapatkan satu pahala. Bila benar, akan mendapatkan dua pahala. Hakim yang mampu menegakkan integritasnya, berpeluang semuanya didambakan surga. Namun mengapa justru banyak yang ke neraka?

Hakim adalah wakil Tuhan di bumi. Menyelesaikan persoalan dan perselisihan antar manusia di dunia. Bukankah Allah pun yang menyelesaikan perselisihan manusia di dunia? Pengadilan Allah adalah pengadilan final. Keputusan final. Sedangkan pengadilan di dunia akan dilanjutkan dengan pengadilan di akhirat.

Bagaimana agar pengadilan dunia tidak berlanjut ke akhirat? Bagaimana agar persoalan tuntas di dunia? Sebab, pengadilan di akhirat sangat berat dan melelahkan. Jadikan dunia, sebagai penghapusan beratnya pengadilan di akhirat.

Adili diri oleh diri sendiri, sebelum diadili oleh Allah. Hisablah diri, sebelum dihisab oleh Allah. Itu cara meringankan pengadilan di akhirat.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (230) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (338) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (15) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (4) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (210) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (176) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (122) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (125) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)