basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Interaksi Walisongo dengan Majapahit Oleh: Nasrulloh Baksolahar Dongeng yang menyebar di tanah Jawa, keruntuhan Majapahit akibat...

Interaksi Walisongo dengan Majapahit

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Dongeng yang menyebar di tanah Jawa, keruntuhan Majapahit akibat serangan Demak pada 1478 M. Sunan Fatah membanjiri halaman Kraton Majapahit dengan laskar Demak. Cahaya kilatan pedang mereka mengalahkan sinar matahari. Prabu Majapahit pun terbang ke langit lalu mengutuk putranya, Sunan Fatah, yang tidak menghormati orang tuanya. Benarkah seperti itu?

Demak tidak pernah meruntuhkan Majapahit. Yang meruntuhkan Majapahit adalah Prabhu Girindro Wardhono dari daerah Kalinga, Jenggala dan Kediri yang terletak Jawa Timur yang memberontak terhadap raja Brawijaya V. Setelah Majapahit runtuh,  ia menggelari dirinya Raja Brawijaya VI. Namun pada 1498 M,  dia diserang oleh Prabhu Udhoro hingga tewas. Maka Majapahit pun dikuasai Prabhu Udhoro dengan gelar Brawijaya VII.

Sunan Fattah memang pernah menyerbu Kraton Majapahit, namun tujuannya untuk merebut kembali tahta ayahnya, Brawijaya V, dari tangan Prabhu Udhoro. Di samping itu pula, pada 1512 M, Prabhu Udhoro telah mengirimkan utusan ke Portugis di Malaka, bertemu dengan Alfonso d'Albuquerque untuk menghancurkan kekuatan Islam di tanah Jawa dengan meruntuhkan kesultanan Demak.

Pada 1518 M, Prabhu Udhoro berhasil dikalahkan. Sunan Fattah memimpin langsung peperangan ini bersama Sunan Kudus. Serangan darat melalui Madiun lalu ke Kediri. Serangan laut dipimpin oleh Adipati Yunus melalui Sedayu. Dengan kemenangan ini, kedaulatan Demak diakui hampir di seluruh tanah Jawa. Pamor Majapahit pun telah berpindah ke Demak.

Sebelum kehancuran Majapahit, awal kedatangan Walisongo ke tanah Jawa, Sunan Ampel dan Maulana Ishaq pernah mengunjungi Kraton Majapahit bertemu baginda raja. Maksudnya, menjelaskan cita-cita dan maksud ajaran Islam. Penjelasannya diterima baik oleh baginda dan mempersilahkan menyebarkannya  ke rakyat Majapahit asalkan dengan suka relanya sendiri, tidak dengan paksaan.  Baginda tidak akan menghalangi perkembangan Islam dan justru menganjurkan tetap melanjutkan cita-citanya menyiarkan agama Islam dengan berpusat di Ampel.

Sunan Ampel menikahkan putrinya dengan Sunan Fattah, yang juga muridnya. Dibukalah daerah yang bernama Bintara (Demak). Para Walisongo bermusyawarah untuk mendirikan masjid besar di daerah tersebut sebagai pusat dari masjid yang sudah ada di Kudus, Ngampel, Giri dan lainnya. Berita ini sampai ke Majapahit. Majapahit pun mengundang Sunan Fattah ke Kraton Majapahit untuk bertemu ayahnya.

Tiba di Majapahit, Sunan Fattah diberi gelar Pangeran Adipati oleh ayahnya, raja Brawijaya V. Sekembalinya dari Majapahit, Sunan Fattah segera mendirikan masjid besar di Demak dengan tonggaknya sembilan buah sebagai lambang dari Walisongo yang telah memelopori Islam di Tanah Jawa. Sejak itu daerah Bintara berubah namanya menjadi Demak. Interaksi antara Walisongo dengan Majapahit penuh kelembutan dan toleransi sehingga tidak ada benturan dan gesekan.


Sumber:
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, Penerbit Surya Dinasti
Buya Hamka, Sejarah Umat Islam, GIP
Rachmad Abdullah, Walisongo, Wafi Publishing 

Walisongo, Perwujudan Firasat Muawiyah Bin Abu Sofyan tentang Tanah Jawa? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Apakah umat Islam di Jawa b...

Walisongo, Perwujudan Firasat Muawiyah Bin Abu Sofyan tentang Tanah Jawa?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Apakah umat Islam di Jawa baru ada setelah kedatangan Walisongo pada 1404 M? Menurut Buya Hamka, yang tercatat dalam sejarah dari tulisan pengembaraan Cina pada sekitar tahun 674-675 M, telah menginjakkan kaki utusan khalifah Muawiyah Bin Abu Sofyan di tanah Jawa untuk bertemu dengan Ratu Simo dari kerajaan Kalingga yang masih beragam Hindu.

Perkampungan muslim sudah ada di Pesisir Utara Jawa di era Kerajaan Jenggala, Daha  dan Singasari. Buktinya pada tahun 1101 M ditemukannya batu nisan dari perkuburan muslimin, atau 300 tahun sebelum kedatangan Maulana Malik Ibrahim yang merupakan Walisongo pertama di Jawa pada 1404 M. Bahkan, Buya Hamka meyakini 500 tahun sebelum kedatangan para Walisongo kaum Muslimin sudah ada di tanah Jawa.

Di era kerajaan Pajajaran, Haji Purwa yang merupakan kakak kandung Prabu Mundingsari, menjadi orang yang pertama kali pergi haji dari tataran tanah Sunda. Dia berusaha berdakwah di istana Pajajaran pada 1337 M walapun belum berhasil.

Pendirian kerajaan Majapahit salah satunya hasil jerih payah kaum muslimin dari tentara Mongol muslim yang tidak pulang ke Tiongkok pada 1293 M. Mereka berkolaborasi dengan dengan Raden Wijaya membangun Majapahit. Oleh sebab itu saat Laksamana Ceng Ho ke Jawa pada 1406 M, di Majapahit telah ada masyarakat bercorak Islam   hingga di sekitar Istana Majapahit.

Informasi tanah Jawa, tentang kondisi Majapahit bercorak Hindu,  yang diselimuti perang Paregreg (1404-1406 M) akibat kemelut internal telah sampai ke Khalifah Muhammad I Kekhalifahan Turki Utsmani melalui pedagang muslim. Maka, khalifah pun mengutus duta dakwah sebanyak 9 ulama dari berbagai negri untuk berlayar dari Turki ke Jawa. Untuk apakah?

Menurut Buya Hamka, Muawiyah Bin Abu Sofyan sudah memperhitungkan bahwa islamisasi tanah Jawa belum bisa dilakukan di eranya karena sangat kuatnya kekuasaan kerajaan Hindu. Ternyata hal ini dipahami juga oleh Khalifah Muhammad I di era Turki Utsmani. Maka, setelah masyarakat muslim berkembang  dan kerajaan Hindu memasuki era kemunduran di tanah Jawa, barulah dakwah di tanah Jawa dilakukan secara serius, sistematis dan terorganisir dengan didatangkannya Walisongo sebagai utusannya.

Setibanya di tanah Jawa, generasi pertama Walisongo disebar ke Jawa Barat yaitu Maulana Malik Israil, Muhammad Ali Akbar, Hasanudin dan Aliyudin. Ke Jawa Tengah, Syeikh Subakir dan Maulana Muhammad al-Maghribi. Ke Jawa Timur, Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq dan Ahmad Jumadil Kubra. Mereka berdakwah hingga lahir generasi Walisongo berikutnya yang mendirikan Kesultanan Demak, Giri, Cirebon dan Banten.

Sumber:
Buya Hamka, Sejarah Umat Islam, GIP
Rachmad Abdullah, Walisongo, Wafi Publishing 

Kitab-Kitab Karya Sunan Walisongo Oleh: Nasrulloh Baksolahar Melacak jejak para Walisongo seringkali dilakukan dengan berziarah ...

Kitab-Kitab Karya Sunan Walisongo

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Melacak jejak para Walisongo seringkali dilakukan dengan berziarah ke makam-makamnya saja, sangat jarang yang berinteraksi dengan karya mereka yang memuat ajarannya. Ada dua teks yang menjadi sumber rujukan Walisongo yaitu Teks Wejangan Sunan Bonang (Het Boek Van Bonang)  yang menjadi bahan tesis Dr. Schrieke dan Kropak Ferrara yang menjadi tesis GJW Drewes.

Banyak sumber rujukan tentang Walisongo berupa babad, serat, suluk dan sejenisnya, hanya saja ditulis atas perintah para penguasa di masa jauh setelahnya, yang berpeluang digunakan untuk kepentingan politik tertentu. Dilihat dari sisi tersebut, Het Boek Van Bonang dan Kroprak Ferrara menjadi bahan otentik tentang ajaran Walisongo.

Het Boek Van Bonang sebuah tulisan pada daun lontar yang ditulis oleh Sunan Bonang, diyakini  dapat yang mewakili ajaran Walisongo, sebab  dia putra sekaligus murid Sunan Ampel. Berguru juga dengan angkatan pertama Walisongo yaitu Maulana ishaq, berteman dengan Sunan Giri, Raden Fattah, Sunan Gunung Jati, dan gurunya Sunan Kalijaga.

Het Boek Van Bonang sering disebut juga sebagai Primbon Bonang yang berisi ajaran tasawuf yang mendalam yang referensinya yang salah satunya berasal dari Ihya Ulumuddin dari Imam Al-Ghazali, Qut al-Qulub dari Abu Thalib al-Makki, Talkhis al-Minhaj dari Imam Nawawi. Sedangkan tokoh yang disebutkan dalam kitab tersebut adalah Abu Yazid Al-Busthami, Ibnu Arabi, Syeikh Abdul Qadir Jailani.

Menurut Poerbatjaraka dalam Majalah Djawa vol XVIII 1938, menyebutkan bahwa selain Primbon Bonang, Suluk Wujil diyakini ditulis oleh Sunan Bonang yang memuat pengetahuan tasawuf yang lebih dalam dan rahasia lagi yang membahas hakikat Ketuhanan.

Kropak Jawa atau Kropak Ferrara berisi ajaran Islam yang diajarkan kepada penduduk Jawa yang tersimpan selama tiga abad di perpustakaan Marquis Cristino, Ferrara, Italia. Isinya tentang dasar fikih, tasawuf, dan ilmu kalam, serta etika bersifat praktis. Naskah itu dibawa para pelaut Belanda dari pelabuhan Sedayu dekat Tuban menuju Eropa pada 1585.

Drewes menisbahkan Kropak Ferrara  sebagai ajaran Maulana Malik Ibrahim (w. 1414). Judul risalah yang dimuat dalam naskah ini sama dengan judul risalah Imam al-Ghazali, Bidayat al-Hidayah (Menjelang Hidayah). Tetapi versi Maulana Malik Ibrahim adalah ringkasan dan tak semua yang diajarkan Imam al-Ghazali dikemukakan.

Sumber:
Rachmad Abdullah, Walisongo, Al-Wafi Publishing
Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, Pustaka Iman
https://historia.id/amp/agama/articles/naskah-ajaran-islam-awal-di-jawa-DL3w6

Jalan Ruhani Walisongo Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Menurut para Walisongo, yang terhimpun dalam Keropak Ferrara,  para penempuh ...

Jalan Ruhani Walisongo

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Menurut para Walisongo, yang terhimpun dalam Keropak Ferrara,  para penempuh jalan ruhani adalah gemar berpuasa, bangun tengah malam dan menyendiri untuk tafakur, tadabur, dan muhasabah. Dengan berpuasa, akal akan bercahaya. Dengan bangun malam, hati akan bercahaya. Dengan menyendiri, tak terpedaya dengan fitnah dunia. Orientasi dunia sangat mudah dienyahkan.

Akal menjadi sempurna bila tidak disetir dan dikendalikan oleh hawa nafsu. Pertimbangan dan keputusan menjadi rusak bila orientasinya hawa nafsu. Strategi dan implementasi menyimpang karena dorongan hawa nafsu. Bila akal rusak maka buah pikiran pun akan rusak pula.

Cara mendidik hawa nafsu hanya dengan memisahkannya dari apa yang digandrunginya. Mengambil kebutuhan dan membuang keinginan dan gaya hidup. Yang melampaui batas akan menyuburkan dan memperkokoh hawa nafsu. Bagaimana mengetahui batasnya? Ikutilah syariat-Nya.

Menyinari hati dengan bangun di sepertiga akhir malam. Saat Allah turun ke langit dunia untuk menebarkan ampunan dan rahmat-Nya. Bukankah yang bisa membolak balikan hati hanya Allah? Bukankah yang bisa membimbing  hati hanya Allah? Dengan cahaya hati dari Allah, hawa nafsu diberi rahmat-Nya sehingga tidak melampui batas dan menyimpang. Hawa nafsu menjadi teman seperjalanan dan seperjuangan.

Menyendiri berarti menghalau kepungan fitnah dunia. Mengurangi ketertarikan akal dan hati dengan gemerlapnya dunia. Mengurangi interaksi panca indera dengan sentuhan dunia. Terjun ke dunia hanya untuk mengemban amanah kekhalifahan saja bukan bersenda gurau dengan dunia.

Para Walisongo terjun mengarungi dan bergelut dengan dunia untuk membangun kesultanan Demak, Cirebon, Banten, Gresik, Kalimantan dan kesultanan lain di Indonesia Timur. Memerangi Portugis di Malaka dan Sunda Kelapa yang akan menjajah Nusantara. Serta menanam jiwa merdeka yang hanya tunduk kepada Allah sebagai modal perlawanan terhadap para penjajah di kemudian hari.

Para Walisongo bergelut dengan kehidupan untuk membangun pertanian, perdagangan, pembangunan infrastruktur, pendidikan, kebudayaan,  kesustraan dan keprajuritan. Semuanya diawali dari penempaan diri untuk menjalani jalan para ruhani.

Sumber:
Rachmad Abdullah, Walisongo, Al Wafi Publishing 

Tanaman, Merubah Air Hujan Jadi Sayuran dan Buah Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Banyak pohon yang bisa hidup tanpa tanah. Namun tan...

Tanaman, Merubah Air Hujan Jadi Sayuran dan Buah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Banyak pohon yang bisa hidup tanpa tanah. Namun tanaman tidak bisa hidup tanpa air. Dalam Al-Qur'an, pembahasan tanaman selalu disandingkan dengan air hujan dan air mengalir. Sedangkan pembahasan manusia sering kali disandingkan dengan tanah. Jadi apa peran tanah bagi tumbuhan?

Pertumbuhan tanaman yang disiram dengan air tanah, mengapa sangat berbeda dengan yang disiram dengan air hujan? Padahal tanahnya sama. Dengan air hujan, seketika menghijau dan pertumbuhan batangan cukup pesat, begitu pula dengan buahnya. Berarti di tanah yang sama, dengan tumbuhan yang sama, namun disiram dengan air hujan dan bukan, mengapa perbedaannya drastis? Berarti tanah tidak terlalu primer? Yang primer justru air hujannya.

Coba perhatikan unsur hara yang ada di sisa daun dan batang tumbuhan, berapa kandungan unsur haranya? Kebanyakan nol koma nol atau nol koma persen. Sangat jarang yang satuan persen. Berarti peran pemupukan organik menunjukkan peran yang tidak signifikan untuk kebutuhan hara tanaman.  Bagaimana dengan air hujan?

Unsur hara esensial tumbuhan adalah Nitrogen, Kalium dan Fosfor. Di air hujan, seluruh unsur ini melimpah dan sudah berbentuk senyawa sehingga mudah diserap tumbuhan. Sedangkan pada sampah butuh proses panjang untuk diubah menjadi atau terurai menjadi senyawa. Jadi apa peran pemupukan dan tanah?

Peran utama tanah adalah menampung unsur hara, baik yang berasal dari sisa bangkai hewan maupun tumbuhan. Tetapi yang lebih utama adalah unsur hara yang berasal dari air hujan. Air hujan pun cendrung memiliki Ph (tingkat keasaman tanah) yang normal sehingga membentuk tanah menjadi tempat yang kondusif bagi akar untuk mengambil unsur hara dari tanah.


Peran utama pemupukan organik adalah menjaga kelembaban tanah, menjaga erosi tanah karena hantaman air hujan membuat tanah menjadi keras yang membuat air hujan langsung terbuang yang membuat unsur hara tidak meresap ke tanah. Dengan pemupukan unsur hara air hujan tertahan di beragam jenis sampah organik tersebut.

Peran tanah yang lainnya membuat pohon bisa berdiri tegak dengan topangan akarnya yang menghujam ke bumi. Jadi, peran utama tumbuhan adalah mengubah unsur hara yang sebagian besar dari air hujan sehingga mengubahnya menjadi kayu, daun dan buah.

Merespon Fenomena Alam Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Umat Nabi Muhammad saw selalu memperhatikan peredaran matahari dan bulan. Set...

Merespon Fenomena Alam

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Umat Nabi Muhammad saw selalu memperhatikan peredaran matahari dan bulan. Setiap hari dan setiap waktu menenggadahkan ke langit. Melihat matahari untuk mengerjakan shalat. Melihat bulan untuk berpuasa dan berhaji. Alam semesta selalu dikaitkan dengan penghambaan diri kepada Allah.

Di setiap perubahan suasana alam. Di setiap perubahan warna alam karena efek cahaya matahari. Disetiap perubahan bayangan yang mencolok. Disitulah shalat ditegakan. Perhatian pada cahaya matahari direspon dengan rukuk, sujud, bertasbih dan memuji Allah. Menguak alam semesta untuk ketundukan kepada Sang Pencipta.

Memperhatikan cahaya bulan, berarti memperhatikan pergantian bulan-bulan dalam satu tahun. Sangat sederhana bukan? Pergantian cahaya bulan untuk mengendalikan hawa nafsu. Selama 3 hari di cahaya purnama disunahkan berpuasa mutih. Di setiap bulan ada hari-hari tertentu untuk berpuasa. Ada satu bulan berpuasa. Memperhatikan cahaya bulan direspon dengan pengendalian hawa nafsu.

Sebelum penutupan akhir tahun Hijriyah disambut dengan ibadah haji. Ibadah yang menyatukan hati, perasaan dan suasana kejiwaan kaum Muslimin. Ibadah yang menyatukan tujuan hidup dan menyatukan langkah gerakan penghambaan. Perhatian terhadap bulan dan matahari memperkokoh perhatian terhadap waktu yang dikaitkan dengan penghambaan.

Waktu dhuha disambut dengan  shalat. Sepertiga akhir malam direspon dengan shalat. Waktu syuruq dijawab dengan shalat. Hari Senin dan Kamis diisi dengan pengendalian hawa nafsu yaitu berpuasa. Hari Jumat disambut dengan shalat Jumat. Merespon fenomena alam dengan beribadah.

Fenomena alam direspon dengan doa dan dzikir. Berdoa saat turun hujan. Shalat ketika tanah kering kerontang. Berdoa ketika petir dan kilatannya menyambar. Berdzikir ketika melihat keindahan alam. Bertakbir ketika berjalan di tanah yang menanjak.

Tujuan utama bertafakur dan bertadabur adalah menumbuhkembangkan jiwa kehambaan dan kelembutan hati. Setelah itu kesadaran bahwa tidak ada yang sia-sia dalam penciptaan alam semesta yang memunculkan kesadaran akan sains dan teknologi.

Pengakuan Kemuliaan Kabilah Quraisy Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Suku Quraisy terkuat dan paling dihormati oleh seluruh kabilah d...

Pengakuan Kemuliaan Kabilah Quraisy

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Suku Quraisy terkuat dan paling dihormati oleh seluruh kabilah di Jazirah Arab. Suku Quraisy memiliki jaringan perdagangan yang luas dan kuat dengan Habasyah, Romawi, Persia, dan para penguasa di sekitarnya. Mereka yang berhaji dijamu makan, minum dan tempat tinggal selama berhaji oleh suku Quraisy, terutama Bani Hasyim. Quraisy dimuliakan karena menjadi pelayan bagi manusia yang beribadah di Kabah.

Pedagang dari luar Mekah dizalimi oleh salah satu penduduk Mekah. Para pemuka  Quraisy segera membuat perjanjian Hilf al-Fudul. Yaitu, sebuah persekutuan para pemuka di Mekah, termasuk Muhammad muda, yang terjadi pada abad ke-7 sebelum masa kenabian. Persekutuan ini diadakan untuk menjaga ketertiban dan keadilan dalam perdagangan, yang menjadi urat nadi kehidupan penduduk Mekah. Quraisy dimuliakan karena tak ada perampasan hak dalam perniagaan.

Tak ada yang berani mengusik Mekah dan suku Quraisy. Jauh sebelum peristiwa Ashabul Ukhdud, atau ratusan tahun sebelum Rasulullah saw lahir,  penguasa Yaman Raja Tubba', As'ad Abu Karb al-Himyari,  bermaksud menyerbu Mekah karena ingin merampas kekayaan yang ada di Mekah, namun dilarang oleh para Ahlul Kitab, karena bila dilakukan maka yang hancur bukan Mekahnya tetapi pasukannya sendiri. Akhirnya, berdasarkan mimpi, sang raja memasang Kiswah untuk Kabah. Quraisy dimuliakan karena tempat dimana mereka tinggal.

Saat penobatan raja Yaman, Saif bin Z Yazin al-Himyari, sebagai wakil kisra Persia di Yaman, dia mengundang khusus suku Quraisy. Quraisy memandatkan Abdul Muthalib untuk menjadi duta Quraisy. Di pertemuan ini sang raja melakukan pembicaraan rahasia dengan Abdul Muthalib tentang Nabi akhir zaman dari keturunannya. Dia pun berjanji mengerahkan kekuasaannya untuk membela sang Nabi tersebut. Quraisy dimuliakan karena akan lahir Nabi terakhir dari rahim mereka.

Puncak penghormatan seluruh suku di Jazirah Arab terhadap Quraisy adalah saat kekalahan  raja Abrahah dari Yaman yang menyerbu secara besar-besaran dengan pasukan gajah ke Mekah untuk menghancurkan Kabah. Peristiwa ini sangat mahsyur di Jazirah Arab, sehingga disebut tahun gajah.  Sejak itu, perhitungan waktu peristiwa oleh bangsa Arab dihitung dari  sebelum atau sesudah tahun gajah.


Saat Rasulullah saw wafat. Sebelum jasad Rasulullah saw dikuburkan. Kaum Anshar berkumpul di Saqifah Bani Saidah. Mereka bermaksud mengangkat pemimpin dari kalangan Anshar sebagai pengganti Rasulullah saw dalam mengelola kehidupan mereka. Terjadi tarik ulur, siapakah yang pantas menggantikannya? Kaum Muhajirin atau Anshar? Mereka saling membanggakan kontribusinya. Apa solusinya?

Anshar dan Muhajirin memiliki perannya masing-masing, namun siapakah yang paling mulia dan menjadi pemimpin sejak bangsa Arab ini ada? Umar bin Khatab mengungkapkan kemuliaan suku Quraisy di antara seluruh suku di Jazirah Arab. Maka akhirnya disepakati bahwa pengganti Rasulullah saw dari Muhajirin yang kebanyakan dari Quraisy. Kemulian suku Quraisy karena sejarahnya, ini diabadikan dalam Al-Qur'an.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (230) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (338) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (15) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (4) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (210) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (178) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (122) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (125) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)