basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Rakyat, Kehilangan Kasih Sayang Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Seorang Yahudi masuk Islam setelah dit...

Rakyat, Kehilangan Kasih Sayang

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Seorang Yahudi masuk Islam setelah ditawan oleh seorang muslim.  Penyebabnya, Sang muslim tidak mau bertarung dengan Yahudi karena tangannya terikat. Sang muslim ingin fair dalam berkelahi. Tidak mau keroyokan. Tidak mau sang musuh dihajar dalam kondisi tangan dan kaki terikat. Sang Yahudi akhirnya menjadi tokoh dunia yang menjadi muslim. Itulah adab.

Ali bin Abi Thalib tidak bertarung ketika musuhnya terjatuh dan meludahinya. Khawatir bertarungnya karena marah bukan karena Allah. Bertarung pun masih berfikir tentang orientasi dan tujuan. Itulah uniknya iman.

Usman bin Zaid dimarahi Rasulullah saw ketika dia membunuh lawan yang sudah bersyahadat dengan alasan tindakan tersebut hanya kebohongan saja. Masih adakah adab ini?

Rasulullah saw mengutus Ali bin Abi Thalib untuk membayar diat kepada keluarga korban karena ulah Khalid Bin Walid yang membunuh musuh yang telah dikalahkannya. Hingga Rasulullah saw berdoa, "Ya Allah aku tak bertanggungjawab atas apa yang dilakukan Khalid." Apakah masih ada pemimpin yang seperti ini?

Negri ini sudah kehilangan akhlak kepada rakyatnya. Telah kehilangan kasih sayang kepada anak bangsa. Rasulullah saw terhadap musuh yang menentangnya pun masih peduli dan beretika. Pemimpin di negri ini, rakyat adalah musuh yang harus dilenyapkan. Berapa korban 22 Mei? Berapa yang terluka?

Pemerintah segera membongkar semua informasi peristiwa 22 mei hanya demi melegalkan tindakannya. Apalagi kalo bukan terrorist? Apalagi bila bukan perusuh? Apalagi bila bukan makar? Apalagi kalo bukan penentang hukum?

Senjata tercanggih dibeberkan. Panah dan peralatan lain dipaparkan. Pemerintah tak peduli dengan rakyat yang terkena peluru, dihajar dan dipukul hingga tewas dan terluka. Yang penting rekayasa sudah bisa merendam gejolak rakyat atas tuntutan pemilu yang curang.

Adakah tindakan seperti Rasulullah saw yang memarahi Usamah bin Zaid? Adakah tindakan mengganti diat kepada para korban? Padahal Rasulullah saw melakukan itu semua terhadap musuhnya? Bila terhadap rakyatnya mungkin para pelakunya sudah di Qishash. Bagi pemerintah semua tidak perlu. Peluru, gas air mata, penganiayaan itu perlu untuk menangkal perusuh versi pemerintah. Begitulah enaknya jadi penguasa. Kebal hukum terhadap dirinya sendiri.

Para korban memang diam, termasuk keluarganya. Komnas HAM berkata tidak ada pelanggaran HAM. Namun apakah mereka akan diam di akhirat nanti wahai penguasa? Apakah mereka tidak akan menuntut di hadapan Allah wahai para penguasa? Apakah mereka akan diam wahai para ahli hukum, hakim dan jaksa?

Suara mereka mungkin hilang dengan hiruk pikuk nafsu kekuasaan. Namun suara hati mereka terus mengadu dan menuntut dihadapan Allah. Ingatlah itu wahai penguasa. Ketika rakyat tak lagi mengadukan kesulitan dan keresahan, tandanya rakyat tak percaya lagi kepada para penguasa.

Kikir, Sang Perampas Keberkahan Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Bakhillah, Kikirlah, namun ingatlah ji...

Kikir, Sang Perampas Keberkahan

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Bakhillah, Kikirlah, namun ingatlah jiwa akan membimbingmu untuk menghancurkan hartamu sendiri. Seluruh ilham, besitan hati dan pikiran akan membawamu untuk menghancurleburkan hartamu sendiri. Itulah mengap kikir akan membawa pada kebinasaan.

Kikir membawa pada kebinasaan, melalui tanganmu sendiri atau Allah. Begitulah jalur kebinasaannya.

Ketika kikir, Allah akan menghadirkan dan memilihkan pemimpin yang zalim yang akan merampas hartamu. Inikah zamannya? Penguasa merampas harta kita dengan tarif toll yang tinggi, kenaikan listrik dan BBM, kenaikan pajak PBB dan harga barang? Allah memilihkan pemimpin yang akan memiskinkan? Membuka tenaga asing dan mengabaikan kita?

Saat kikir, hawa nafsu akan mengelora. Mengapa bisa? Memang seperti itu hukumnya. Harta akan ludes untuk melampiaskan hawa nafsu, boros, berlebih-lebihan dan menyia-nyiakan dalam berbelanja. Yang tak penting dan bermanfaat dibeli. Yang dibeli tidak menghasilkan harta kembali tetapi menimbulkan pengeluaran uang yang baru. Aset yang dibeli, bila dijual kembali nilainya jatuh total. Harta habis untuk menyumpal hawa nafsunya. Sama saja bukan? Mau dermawan atau ludes oleh hawa nafsu?

Saat kikir, penyakit bermunculan entah datangnya darimana. Padahal gaya hidup sudah sehat? Harta habis hanya untuk mengobati penyakit. Mengapa bisa? Banyak cara harta kita dirampas bila tak berderma. Harta sebenarnya adalah kotoran manusia. Itulah mengapa Ahlulbait di masa Rasulullah saw tidak boleh menerima harta sedekah dan zakat? Saat kikir, apa yang dikonsumsi dan digunakan sebenarnya kotoran manusia. Berderma untuk mensucikan harta dan apa yang dikonsumsi.

Saat kikir, musibah akan datang bertubi-tubi bisa berupa tenggelam, kebakaran,  pencurian atau yang lainnya. Kikir berarti merampas hak orang lain yang ada pada harta kita. Kikir bukanlah mengumpulkan atau melipatgandakan harta. Kikir justru menyebabkan harta habis dan musnah. Kikir justru mengundang beragam kesulitan untuk datang.

Saat kikir, muncul berbagai ide investasi yang kelak akan merugikan, membangkrutkan dan menghancurkannya. Menurut Abu Bakar ra, saat kikir akan muncul ide mendirikan bangunan diwilayah yang rawan bencana, yang pada saatnya akan runtuh dan menguras hartanya. Investasinya akan terlupakan dan tidak bisa ditemukannya lagi.

Kikir membuat harta tak berdaya guna. Hartanya menganggur. Hartanya tak menciptakan kebaikan. Yang akan menghabiskannya justru orang lain setelah kita meninggal.

Kikir itu musibah hidup. Kikir itu hukuman hidup. Kikir itu prahara kehidupan. Bukankah ketika sebuah negri akan dihancurkan diberi tanda-tandanya? Apa itu? Orang kaya di negri tersebut sangat kikir. Kikir adalah tanda sebuah negri akan dihancurkan Allah.

(Terinspirasi dari kitab Nashaihul Ibad, Syekh Nawawi Al Bantani)

Fokus Ijtihad pada Tantangan Baru Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Agama dan budaya, apakah bertentang...

Fokus Ijtihad pada Tantangan Baru

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Agama dan budaya, apakah bertentangan? Tolak ukur kebenarannya adalah agama, bukan budaya. Persoalannya, siapakah yang berhak menentukan bahwa budaya tertentu bertentangan dengan agama? Pelajari Ushul Fiqh ada pembahasan bahwa budaya yang tidak bertentangan dengan agama merupakan bagian dari syariat Islam.

Para ulama di Nusantara sudah berijtihad terhadap budaya-budaya yang ada di Nusantara. Ada yang dibiarkan. Ada yang diwarnai dan ada yang dihapus. Ulama Nusantara berkelas dunia. Komunitas Jawi di Mekkah telah menjadi rujukan ulama dunia. Bila budaya yang ada justru dijadikan sarana dakwah oleh para ulama terdahulu, bertanda mereka sudah menimbang dengan timbangan syariat yang mendalam.

Apakah ulama terdahulu bisa salah berijtihad? Bisa saja. Karena kebenaran hanya milik Allah dan Rasulullah saw. Metode pembagian rampasan perang setiap Khalifatur Rasyidin pun berbeda-beda. Namun mereka tidak pernah mengecam apa yang sudah diijtihadkan. Karena setiap ijtihad yang salah pun mendapatkan satu kebaikan dari Allah.

Ulama Madinah dengan Ulama yang ada di Kuffah pun berbeda pendapat. Padahal banyak sahabat yang masih hidup. Namun perbedaan pendapat ini dirangkum dan diramu oleh imam Syafii menjadi ilmu Ushul Fiqh dalam kitabnya Ar Risalah. Pertentangan persoalan aqidah oleh ulama yang cendrung pada pemikiran Filsafat dan ulama yang teguh dengan Sunnah Rasulullah saw diramu menjadi sifat 20 oleh imam Asyari.

Perbedaan pendapat para ulama sudah dibukukan dalam beribu-ribu buku. Mengapa tidak menjadi rujukan? Banyak dalil untuk mendukung suatu pendapat. Mengapa masih terus muncul perbedaan yang menghujat, menyudutkan, saling mengharamkan dan membidahkan? Bila terus berkutat dipersoalan ini, bertanda syetanlah yang telah memasuki hati sehingga terus berselisih.

Yang sudah dituntaskan oleh generasi ulama masa lalu, cukupkanlah. Tentramkan dengan pendapat mereka. Tugas generasi sekarang bagaimana menjawab persoalan yang ada. Bagaimana memecahkan persoalan dan beramal melalui pemahaman yang sudah digali dan dikembangkan oleh ulama-ulama sebelumnya. Juga menggali pemahaman baru untuk menghadapi persoalan yang baru.

Yang sibuk dengan mengkafirkan dan membidahkan, biarkanlah. Yang sibuk dengan perselisihan dan perdebatan, biarkanlah. Mengapa kita sibuk dengan sesuatu yang sudah dituntaskan oleh generasi sebelumnya?  Sibukan dengan ilmu dan amal. Sibukan dengan pembangunan umat dengan karya. Berijtihad terhadap persoalan baru yang harus dijawab dengan ilmu, amal dan keikhlasan.

Wayang Sebuah Metode Dakwah Walisanga  Kajian bulan      :    Februari, 17/02/2022      Penulis                :    Nur Ali  Ham...

Wayang Sebuah Metode Dakwah Walisanga 


Kajian bulan      :    Februari, 17/02/2022     
Penulis                :    Nur Ali  Hamidy
 
Cara dakwah para  wali sanga
Kalau kita baca biografi para sunan yang sembilan di dalam menjalankan misinya berdakwah sangat bijak dan penuh cinta terhadap mereka yang belum mengetahui tentang agama Islam.  Misi mereka berdakwah dimulai dengan rasa cinta, bukan dengan kebencian apalagi dengan ucapan kasar,seperti munafik, kafir dan kalimat yang membuat mereka lari dari mereka.

 ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن........
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. An-Nahl : 125)

Media dakwah adalah alat yang objektif yang menjadi saluran yang dapat menghubungkan ide dengan umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam totalitas dakwah yang keberdaannya sangat urgent dalam menentuan perjalanan dakwah.Adapun media dakwah yang digunaan sunan kalijaga dalam penyebaran agama Islam yaitu dengan menggunakan diantaranya adalah sebagai berikut:

Mereka berdakwah hingga ke tingkat lapisan masyarakat paling bawah, ke waisya dan sudra saat itu. Lebih dari itu, masyarakat diajari tentang nilai-nilai Islam, perbedaan antara pandangan hidup Islam dengan yang lainnya, dan menanamkan dasar-dasar Islam. Para sunan  membangun pesantren, membuat pelatihan dan pengkaderan, serta menugaskan muridnya untuk berdakwah di suatu tempat. Selain itu, Sunan Giri juga menggunakan permainan sebagai medium atau media untuk berdakwah. Tak ayal,  Sunan Giri menciptakan permainan anak-anak seperti jemblongan, tembang syair seperti ilir-ilir, padang bulan, dan lainnya. Singkatnya, Sunan Giri mengembangkan dakwah secara sistematis dan metodologis.

Sunan Muria dan Sunan Drajat lebih senang hidup jauh dari keramaian. Mereka memilih untuk berdakwah pada masyarakat kecil di desa-desa atau kampung-kampung. Mereka mengajarkan masyarakat kecil untuk meningkatkan pemahaman keagamaannya. Lebih dari itu, Mereka juga membina masyarakat agar kehidupan sosialnya meningkat

Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang lebih menonjolkan dengan menggunakan pendekatan kultural. Hal itu dilakukan karena mereka sadar bahwa budaya adalah sesuatu yang sudah mendarah daging di masyarakat. Jika langsung ditolak, maka masyarakat  malah tidak akan mau mengikutinya.

Solusinya, keduanya melakukan islamisasi budaya. Budaya-budaya yang sudah ada dan berkembang disisipi dengan ajaran-ajaran Islam. Tidak hanya itu, mereka juga menciptakan budaya-budaya baru yang mengandung nilai-nilai Islam. Diantaranya produk budaya yang mereka ciptakan dan masih ada hingga hari ini. Salah satunya adalah Gamelan Sekaten, yang berasal dari syahadatain. Kemudian ada Gapura Masjid dari kata ghofura, baju takwo dari kata takwa, dan lain sebagainya.
Pada abad kelima setelah runtuhnya kerajaan "Majapahit" yang dikuasai oleh agama Hindu dan Budha para sunan istikhoroh untuk mendapatkan metode baru didalam berdakwah. Karena Islam dikalangan orang orang Hindu dan Budha masih asing di dibenak dan telinga mereka.

Islam dianggap agama baru dan aneh dilingkungan kerajaan Majapahit. Oleh karena itulah, dalam berdakwah mereka juga memakai sarana media tradisional dan sudah dikenal dekat, oleh masyarakat pada masa itu. Media tradisional disini yang dipakai Sunan Kalijaga dalam penyebaran agama Islam yaitu Sunan Kalijaga menjadikan Wayang Kulit, Tembang, Gerebeg, Sekaten dan Surohnan.

Wayang Kulit adalah media dakwah yang digunakan Sunan Kalijaga sebagai media pendidikan atau dakwah. Dia menampilkan tokoh-tokoh perwayangan favorit rakyat dalam kisah dialog-dialog tentang tasawuf dan akhlakul karimah. Karena dia paham betul, audiens yang dihadapi adalah pemeluk Hindu ataupun Budha yang keseluruhan ajarannya berpusat pada ajaran kebatinan. Dari hasil istikhoroh para sunan bagaimana mengambil ikan yang ada di balong tapi airnya tidak keruh.

Muncullah kaidah usul fiqih "Aladatu Muhakkamah" العادة محكمة 
Maksudnya didalam mereka berdakwah, mereka harus cerdas menghadapi kebudayaan, adat istiadat, situasi mereka. 
Contohnya, ketika kita menonton kisah Mahabharata pasti akan bertanya-tanya mengapa dalam cerita tersebut tidak tampak satupun sosok para punakawan yang selama ini sering muncul dalam pewayangan jawa. Mahabharata versi India, anda memang tidak akan menemukan sosok-sosok penggembira seperti Cepot / Bagong, Dawala/Petruk, Gareng, atau Semar.

Hal itu karena tokoh-tokoh tersebut merupakan unsur lokal  yang dikreasi oleh Sunan Kalijaga yang selalu ditampilkan dalam cerita-cerita pewayangan versi Jawa sebagai penambah rasa atau mengusir kejenuhan dari tontonan wayang yang bisa berlangsung sepanjang malam ini. Hanya esensi bahasan pokoknya saja yang dirubah, yaitu tentang sejati diri manusia. Yang dikenal dengan filsafat Semar, Petruk, Gareng, Bagong (Punakawan) dalam pewayangan.

Seseorang akan berhasil dalam hidup yang paripurna jika didasari oleh:
Pikiran jernih (  Cipta  )
Hati ikhlas      (  Rasa   )
Niat, tekad bulat  ( Karsa  )
Kerja keras      (  Karya  )

Lambangnya:
Cipta oleh Semar
Rasa   oleh gareng
Karsa  oleh Petruk
Karya   oleh Bagong.

Tokoh Semar diambil dari bahasa Arab, ialah syimar atau ismar. Yang artinya paku. Karena paku dijadikan pengokok setiap bangunan, kebenaran yang ada atau sebagai rujukan untuk mencari kebenaran. Oleh karena itu gunung juga dinamakan pakunya bumi. Dikemasnya Semar sebagai tokoh sentral,dari empat orang yang ditugaskan masing masing untuk menjalankan tugasnya. Semar yang diberi lambang cipta dalam seni pewayangan merupakan manusia yang banyak mempunyai ide-ide yang bagus, selalu update dalam berfikir dan bertindak.

Dia membimbing, mendidik tiga orang ini, ialah Gareng, Petruk dan Bagong sesuai dengan krakternya. Kalau di dalam bahasa agama dinamakan "Balliq" Tugas Semar ialah untuk menyampaikan tugas pokok manusia di dalam kehidupan ini sebagai  kholifah Allah.

FirmanNya dalam surat Al- Baqoroh ayat 34.

.وإذ قلنا للملائكة اسجدوا لادم فسجدوا الا ابليس ابى واستكبر وكان من الكافرين.

Artinya. Ketika Allah berfirman kepada para Malaikat,sujudlah kamu kepada Adam maka mereka bersujud kecuali Iblis,ia enggan dan sombong maka jadilah Iblis termasuk orang orang yang kafir.

Sosok Semar di dalam pewayangan digambarkan sebagai orang yang bijak, cerdas, santun, hatinya penuh dengan rasa cinta kepada siapapun, agama apapun, ras apapun. Karena berdakwahnya Semar diawali dengan "  Bismillahirrahnir rahim .بسم الله الرحمن الرحيم.
Surat pembuka dari semua aktivitasnya seorang mukmin, muslim dalam kehidupannya. Surat inilah yang menjadi awal star para Sunan didalam menjalankan misi ketauhidan mereka dalam berdakwah.

Kata "Arrahim" dalam Basmallah merupakan isarat yang Maha Kuasa didalam menjalankan misi dakwah. Bagaimana orang bisa cinta kepada agama Islam terlebih dahulu tidak dibebani dengan kata dosa,neraka, ini kerjakan dan ini tinggalkan.

Kata cinta terhadap Islam dahulu yang ditanamkan kedalam hati,pikiran mereka sebelum yang lain. Hal ini ditanamkan kedalam kesadaran mereka butuh waktu yang lama dan kesabaran yang luar biasa. Di dalam mereka berdakwah melalui wayang, banyak hal yang mengundang gelak tawa, lelucon yang lucu-lucu sehingga mereka para penonton terbawa hanyut bersama sang dalang dalam pertunjukan wayang.

Wayang yang disuguhkan benar benar update di jamannya sehingga membuat penonton betah, tidak ngantuk, capek walaupun waktu sudah lewat jam 12 malam. Hal ini saya rasakan ketika usia saya baru SD di tahun 1965,1966,1977. Apalagi ketika Gareng, Cepot, Petruk ditampilkan oleh sang Dalang yang banyak mengundang tawa, lucu, humor. Dari menonton wayang kulit yang disajikan oleh seorang pedalang yang profesional ceritanya sangat berkesan buat saya sampai sekarang. Terutama pesan moral kalimat syahadat yang membuat orang yang mengamalkannya bisa sakti.

Satu contoh gareng yang tubuhnya kecil bisa mengalahkan Hanoman yang sakti mandra guna. Dalam cerita pewayangan kesaktian Hanoman yang bisa meminum air yang ada di laut diminum habis semua, bisa dikalahkan oleh seorang Gareng yang kecil dan kurus. Setelah saya dewasa saya baru paham kenapa  Gareng yang kecil itu bisa mengalahkan orang yang saktinya luar biasa seperti Hanoman.

Kembali ke pembahasan semula, ternyata para sunan, awliya cerdas, pandai melihat situasi, kondisi yang dihadapi saat itu. Bukan seperti sekarang para da’i banyak yang menyuguhkan dakwahnya tidak sejuk bahkan mereka seakan menghakimi dakwah-dakwah ulama terdahulu.

Contoh yang sedang berkembang sekarang seorang penda'wah yang katanya ulama dari Timur Tengah dalam ceramahnya mengatakan, "Wayang itu haram! harus dimusnahkan!!” Akhirnya mengundang polemik dan mau dilaporkan ke Breskim oleh persatuan dalang se Jawa Tengah. Yang akhirnya beliau minta maaf karena mau diperkarakan secara hukum.

Pertanyaan saya sebagai orang yang awam kok hukum bisa berubah dengan sebab mau diperkarakan? Katanya tidak ada yang kita takuti dalam hidup ini kecuali Allah. Itulah ulama johir yang hanya bisa melihat sesuatu produk hukum secara empirik. Kita harus berterima kasih kepada ulama ulama kita yang telah menyajikan agama Islam dengan penuh cinta, kasih sayang, bijaksana, sehingga kita kenal Allah dan Rasulnya dengan baik.

Semoga mereka semua para pendahulu kita yang telah berjuang untuk menyampaikan misi  ketauhidan,dengan beragam metode, termasuk dengan metode seni wayang mendapat rahmat dan ridhoNya dialam barzah.
والله اعلم بالصواب

Fasilitas Hidup Khalifah Abu Bakar Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Sehari diangkat sebagai khalifah, ...

Fasilitas Hidup Khalifah Abu Bakar


Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Sehari diangkat sebagai khalifah, Abu Bakar masih terlihat  beranjak ke pasar dengan membawa kain untuk dijual. Umar bin Khatab memergokinya. Umar bin Khatab meminta Abu Bakar untuk fokus mengurusi urusan kaum muslimin.

Lalu Umar memanggil Abu Ubaidah bin Jarrah untuk memberi beragam fasilitas bagi kepala negara. Apa saja yang diterima oleh Abu Bakar:

1. Makanan standar, bukan makanan orang yang paling kaya dan juga bukan makanan yang paling miskin.
2. Pakaian untuk musim dingin dan musim panas. Jika pakaian telah usang maka akan dikembalikan dan diganti dengan yang baru.
3. Setengah daging kambing dalam sehari
4. Keperluan lainnya yang dipakai di  kepala dan badan
5. Seekor unta perahan  yang diambil air susunya
6. Wadah dari kulit unta sebagai tempat minum
7. Kain beludru

Point 5-7 dikembalikan kembali ke Baitul Mall saat Abu Bakar wafat.

Sebelum wafat Abu Bakar berkata kepada Aisyah, "Wahai putriku, kita tidak makan satu dinar atau satu dirham pun dari harta rakyat. Kita tidak mendapatkan harta rampasan  perang sedikitpun kecuali hamba sahaya dari Abesinia." 

Saat Abu Bakar wafat, Umar Bin Khatab memeriksa Baitul Mall. Didapatkan dalam keadaan kosong karena kekayaannya sudah diberikan kepada kaum muslimin.

Di masa Abu Bakar, seluruh jazirah Arab dapat dikuasainya. Persia dapat ditaklukkannya. Namun bagaimana gaya hidup sang pemimpin negara? Tak sebanding antara kekuasaannya yang sangat luas dengan yang dinikmati sehari-hari.

Hidup bukan untuk menikmati tetapi mengambil peran dalam kehidupan. Hidup bukan untuk mengumpulkan kekayaan tetapi untuk memberikan sumbangsih bagi peradaban dunia.

Mengapa Banyak Bangsa Mencabik  Muslimin? Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Jangan melihat masa kini li...

Mengapa Banyak Bangsa Mencabik  Muslimin?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Jangan melihat masa kini lihat perjalanan masa depan. Sebuah peradaban naik dan turun. Sebuah peradaban terus bergulir mengikuti takdir Allah. Setiap zaman memiliki pemimpin peradabannya sendiri.

Peradaban pernah digenggam oleh Bani Israel. Pernah digenggam oleh Nasrani. Lalu bergulir ke tangan umat Islam. Lalu umat Islam lalai meninggalkan agamanya. Terbuai dengan peradaban bangsa lain. Maka peran peradabannya dicabut oleh Allah hingga waktu yang ditentukan. Oleh Allah diserahkan ke umat lain. Sekarang, melalui liku-liku yang panjang umat Islam menuju kebangkitannya lagi untuk menjadi guru peradaban dunia. Geliat sangat terlihat.

Umat Islam adalah umat yang paling tahan terhadap semua krisis. Kelemahan terbesarnya hanya satu, kondisi internal. Bila kondisi internalnya hancur maka bangsa yang terlemah dan terbodoh pun akan mampu menguasai umat ini. Karena kekuatan umat Islam bukan pada sumber dayanya, tetapi pada keteguhan hidup pada ajaran dan ukhuwahnya. Hanya itu.

Ketika peradaban umat Islam melemah, bukan karena tak memiliki kekuatan. Tetapi, karena kekuatan itu dicabut. Allah menghilangkan keberanian pada umat ini. Allah menghilangkan ketakutan umat lain pada umat ini. Allah memberikan banyak keutamaan umat Islam atas umat-umat lain disaat kokoh keyakinan dan kedisplinannya pada syariat Allah.

Ketika umat Islam menjauhi Allah dan syariat-Nya. Maka Allah mentakdirkan, bangsa-bangsa lain akan mengepung dan melahapnya seperti nasi yang diperebutkan oleh manusia yang kelaparan dan serakah. Mengapa ini hanya berlaku pada umat Islam? Agar umat ini kembali tersedar agar segera kembali kepada Allah.

Bangsa-bangsa yang mencabik-cabik umat ini adalah seperti anjing penjaga umat Islam. Menggonggong dan mengejar agar kembali ke kerumunannya. Agar kembali ke area pengembalaannya. Agar dijaga, dilindungi, diarahkan, diberi pertolongan oleh sang gembala. Ini sebuah kasih sayang Allah pada umat Islam.

Lihatlah sejarah kemunduran umat Islam. Penyebab kelemahan dan keterpurukan, cinta dunia dan takut mati. Lihat sejarah kegemilangan umat Islam. Penyebabnya, kembali kepada Islam dan Sunnah Rasulullah saw. Begitulah kesimpulan para sejarawan muslim melihat perjalanan umat Islam.

Akhlak Terkena Wabah Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Wabah Amwas di era Umar bin Khatab memakan korba...

Akhlak Terkena Wabah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Wabah Amwas di era Umar bin Khatab memakan korban hingga 25.000-30.000 jiwa. 8 Sahabat wafat dalam wabah ini diantaranya, Abu Ubaidah bin Jarah dan Muadz bin Jabal.

Abu Ubaidah seorang kepercayaan umat. Begitulah Rasulullah saw memanggilnya. Saat wabah mengenai tubuhnya, dia bersumpah bahwa dia pasti menolak jika apa yang menimpanya itu diganti dengan unta merah.

Dia menambahkan, "Aku berharap Allah memberi keberkahan pada wabah ini. Sebab, jika Allah telah memberikan keberkahan yang sedikit, Dia akan memberikan berkah yang banyak."

Muadz bin Jabal, yang disebut oleh Rasulullah saw sebagai orang yang paling paham tentang halal dan haram, tak lepas dari musibah ini. Seluruh istri dan anaknya wafat. Dalam kondisi ini dia berkata, "Kamu akan menemuiku insyaallah termasuk orang yang sabar. Ya Allah, berilah keluarga Muadz bagian terbanyak mendapatkan rahmat ini."

Setelah seluruh keluarganya wafat. Muadz bin Jabal terkena wabah juga. Saat ajal tiba dia berdoa, "Ya Allah, selama ini aku selalu takut kepada-Mu, maka hari ini aku mengharapkan rahmat-Mu."

Istri Abu Musa terkena wabah. Hal itu baru diketahui ketika Abu Musa  hendak  membawa pasukannya ke pegunungan bersama Abu Ubaidah.   Khalid Bin Walid yang dijuluki pedang Allah pun tak luput dari musibah ini. Empat puluh orang keturunannya wafat terkena wabah ini.

Wabah Amwas telah merenggut banyak jiwa manusia. Namun bagi Abu Ubaidah bin Jarah dan Muaz bin Jabal, wabah merupakan rahmat dari Allah, doa para Nabi dan kematian orang shaleh terdahulu.

Dalam kitab ath-Thibb, Imam Bukhari menuliskan sebuah hadist, "Tidaklah seorang hamba berada di sebuah wilayah wabah, lalu menetap di wilayah tersebut dengan sabar dalam keadaan meyakini bahwa apa yang menimpanya tidak lepas dari apa yang Allah tetapkan atasnya, kecuali ia akan mendapatkan pahala sebanding dengan orang yang mati syahid."

Andai wabah menimpa tak usah merisaukan diri. Serahkan semua urusan pada Allah. Bersikaplah seperti sikap para Sahabat yang terkena wabah.


 

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (230) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (338) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (15) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (4) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (210) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (178) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (122) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (125) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)