basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Kerahmanan Allah Pada Ahli Maksiat  Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Allah membiarkan para ahli maksia...

Kerahmanan Allah Pada Ahli Maksiat 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Allah membiarkan para ahli maksiat. Allah memberikan ruang para pendurhaka dan pelaku kezaliman. Padahal Allah mengetahui apa yang mereka kerjakan. Lemahkah Allah?

Ketika Manusia meremehkan Allah. Allah membiarkannya, menunggu pembalasan di alam barzah. Allah tidak butuh ibadah dan amal sholeh manusia. Kebaikan manusia tidak akan menaikan derajat keagungan-Nya. Keburukan manusia tidak akan menjatuhkan kekuasaan-Nya. Itulah mengapa Allah tidak bersegera menghukum para pendurhaka.

Namun ketika manusia mengganggu Alam, segera dibalas dengan banjir, longsor, kebakaran, tanah yang tandus. Ketika manusia merusak raganya dengan khamar, narkoba, dan kebiasaan yang buruk, Allah menegur dengan jatuh sakit. Alam dan raga tidak berdaya dengan ulah manusia. Allah ingin menjaga ciptaan-Nya. Dalam kondisi ini Allah bertindak cepat menghukum manusia.

Lihatlah kerahmanan Allah ketika kita bermaksiat. Rasakan kerahmanan Allah ketika kita malas beribadah. Rasakan kerahmanan Allah ketika durhaka. Mengapa Allah tidak langsung menghukum kita? Mengapa Allah tidak langsung mencabut nyawa kita?

Allah terus menunggu kita untuk menata diri. Allah terus menunggu kita untuk menghidupkan kesadaran untuk taat. Allah terus menunggu langkah-langkah taubat kita hingga waktu yang ditentukan Allah. Itulah 
Maha Sabar-Nya Allah.

Pergolakan terus terjadi dalam jiwa manusia. Syetan dihadirkan ke muka bumi untuk melihat jati diri manusia. Allah menghadirkan hawa nafsu untuk melihat kekuatan jiwa manusia. Tangguh atau lemahkah? Terperdayakah hanya dengan sebuah bisikan? Mereka yang dikalahkan oleh bisikan dan dorongan, itulah selemah-lemahnya makhluk. Layakah diberi penghargaan Surga?

Kemaksiatan adalah saat-saat untuk berintopeksi diri. Kemalasan beribadah adalah momentum untuk bercermin. Masa lemah dan kuat selalu dipergilirkan. Namun selalu ada keajaiban pada diri seorang mukmin.

Perang Total Sang Penguasa Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Perang Total, bila artinya memberangus law...

Perang Total Sang Penguasa

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Perang Total, bila artinya memberangus lawan hingga ke akarnya, ini tidak ada kamusnya dalam perjalanan peperangan Rasulullah saw. Tak boleh membunuh wanita, anak-anak dan orang tua dalam peperangan. Tak boleh menebang pohon dan tumbuhan sembarangan. Taktik perang Rasulullah, hancurkan kekuatan utama lawan dengan meminimalisir korban. Dalam setiap peperangan Rasulullah saw, yang menjadi korban sangat minimal juga pengguna sumber daya di pihak Rasulullah saw pun sangat minimal. Inilah perang yang mengutamakan kecerdikan.

Prinsip tujuan syariah harus tetap terjaga dalam peperangan. Menjaga raga, jiwa, harta, akal, agama dan akal, itulah yang tetap dipelihara dalam peperangan-peperangan Rasulullah saw. Adakah pembunuhan massal terhadap penduduk yang kalah perang? Adakah pemberangusan daerah? Yang dihukum oleh Rasulullah saw hanya tokoh-tokoh tertentu yang secara terbuka memusuhi dan menghina Islam serta memobilisasi massa untuk menghancurkan Islam.

Saat perang Badar hampir seluruh tawanan perang dibebaskan dengan syarat mengajarkan baca-tulis kepada kaum muslimin. Kekuatan musuh diberdayakan untuk membangun umat. Saat pembebasan Mekkah, hanya 8 orang  dihukum, sisanya diberikan grasi masal. Adakah dalam perang kuno dan modern yang berakhlak seperti ini dalam peperangan? Grasi inilah yang membuat musuh menjadi penopang pembela Rasulullah saw. Merubah musuh menjadi pembela dengan kelembutan dan kebijaksanaan. Inilah kekuatan pemimpin. 

Bila lawan dibungkam dengan penangkapan dan penjara. Bila lawan dibungkam dengan tuduhan, ancaman dan persekusi. Pembungkaman dengan menyodorkan kasus-kasus yang bisa menjeratnya, semua orang bisa. Ini bukan cermin kualitas kepemimpinan. Ini sudah ada sejak jaman purba. Namun menundukkan lawan menjadi pembela dengan moralitas dan akhlak, itulah cermin kepemimpinan.

Jangan mencari pemimpin yang senjatanya menyudutkan, menjatuhkan dan menghinakan lawanya. Saat Rasulullah saw berdebat dengan pemuka Quraisy yang memusuhinya, Rasulullah saw mendengarkan dengan seksama hingga musuhnya menyelesaikan ucapannya, setelah itu Rasulullah saw menjelaskan logika dan prinsipnya.

Bagaimana pemimpin akan mendengarkan suara hati rakyatnya, bila level yang sejajar  saja dijatuhkan dan dihinakan. Bagaimana bisa menciptakan perdamaian, bila lawan dianggap musuh yang harus diperangi secara total? Kualitas pemimpin, bisa melihat kebaikan dari lawan lalu diberdayakan untuk membangun kekuatan baru. Seperti itulah yang lakukan oleh Abu Bakar, Umar Bin Khatab, Utsman bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib dalam menghadapi lawan-lawannya. Lawan menjadi mitra dan berkolaborasi dalam menciptakan kemaslahatan yang baru.

Pemimpin itu rendah hati dan berlapang dada karena yang dihadapi jutaan manusia yang beragam pemikiran dan karakter. Pemimpin yang sudah membuat blok dan peta siapa kawan dan musuh takkan bisa mengelola keberagaman. Pemimpin yang mudah menuduh anti NKRI, anti Bhineka Tunggal Ika, intolernasi, lalu disikapi dengan penjara dan penangkapan,  bagaimana bisa menjadi payung sebuah peradaban manusia?

Mengistighfari Amal Oleh: Nasruloh Baksolahar Channel Youtube Dengerin Hati) Hidup hanya untuk menunggu kematian. Mengapa harus ...

Mengistighfari Amal

Oleh: Nasruloh Baksolahar
Channel Youtube Dengerin Hati)

Hidup hanya untuk menunggu kematian. Mengapa harus berkiprah di politik, ekonomi dan bidang lainnya? Dalam menunggu kematian kita harus menitipkan kemaslahatan bagi kehidupan ini.

Amal kita di bandingkan dengan perjuangan para Nabi dan Rasul tak ada artinya. Iman seluruh umat manusia bila dibandingkan dengan iman Abu Bakar tak ada artinya. Namun mengapa kita masih membanggakan prestasi dan kesuksesan kita? Semestinya menangisi amal lebih layak dibandingkan membanggakan amal.

Banyak pemimpin yang membesarkan prestasinya, pembangunan, infrastrukturnya dan seolah-olah hanya dialah yang bisa melakukan segalanya. Apakah para Rasul seperti ini? Apakah para pemimpin yang shaleh seperti ini? Apakah para pemimpin adil menyewa para pembuat berita untuk menyebarkan kebaikannya? Mereka lebih banyak beristighfar dengan segala amalnya. Mereka sering menangis karena keburukan prestasinya.

Banyak pemimpin yang baru menjadi imam shalat saja minta diberitakan sebesar-besarnya.  Ada pemimpin yang shalatnya harus diekspos menjadi headline semua berita mainstream. Namun Imam Abu Hanifah, yang semalaman shalat sambil menangis tersedu-sedu meminta orang yang melihatnya agar tidak diinformasikan ke orang lain. Agar amal itu menjadi rahasia antara Allah dan dirinya saja. Amal itu untuk disembunyikan bukan untuk dipublikasikan.

Mereka yang pandai memblowup pekerjaan remeh menjadi berita yang mendunia, menandakan kekosongan amal itu sendiri. Menandakan rapuhnya amal. Menandakan tak berguna amal tersebut. Amalnya dibalas tuntas oleh Allah di dunia, sehingga tidak tersisa sedikitpun untuk akhirat. Sungguh tak berguna amalnya. Sungguh tak berarti kehidupannya.

Beramallah dengan bersembunyi. Beramallah di kesunyian dan keheningan. Beramallah dalam kegelapan dari para penulis dan pembuat berita. Karena amal itu bukan untuk menonjolkan kehebatan diri mu tetapi agar tercatat menjadi hamba Allah saja. 

Namun terkadang Allah membongkar kebaikan seseorang dihadapan manusia yang sengaja disembunyikan oleh pelakunya. Itu haknya Allah. Seperti Allah yang menyiarkan kiprah para Nabi dan Rasul dengan kitab suci-Nya untuk menjadi tuntunan hidup manusia. Menyembunyikan amal itu lebih nikmat dibandingkan mempublikasikan demi tujuan kebanggaan dan ketenaran diri. Balasan dunia itu tak ada artinya. Mengapa amal yang mulia mau dibalas dengan kehinaan dunia dan popularitas?

Mereka yang hina selalu menikmati kehinaan dunia. Merubah prestasi menjadi popularitas. Merubah karya menjadi pencitraan. Merubah kelelahan kerja hanya dengan decak kagum dari manusia yang tidak bisa memberikan kemaslahatan dan menghindarkan dari keburukan, untuk apa? Namun itulah wajah kita saat ini.

Energi Rahasia Saat Sakit Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Rasulullah saw mengalami sakit. Nabi Ayub p...

Energi Rahasia Saat Sakit

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Rasulullah saw mengalami sakit. Nabi Ayub pun diuji dengan sakit. Namun mengapa Firaun tidak pernah mengalami sakit dalam hidupnya?  Hamba yang dicintai merasakan sakit. Hamba yang dilaknat justru tak pernah mengalami sakit dalam hidupnya.

Saat sehat maupun sakit harus sama nilai amalnya. Yang berbeda hanya cara menunaikannya. Saat sakit, wudhunya bisa dengan bertayamum. Shalatnya bisa dengan duduk, berbaring dan isyarat. Puasanya bisa diqadha atau dibayar dengan fidyah.

Abu Bakar Asy Syibli saat sakit tetap menjaga wudhunya. Banyak ulama yang terus membaca dan menulis kitab di saat sakit. Utsman bin Affan tetap berpuasa dan membaca Al-Qur'an saat tubuhnya sakit dianiaya para pemberontak.  Seorang kiyai di pondok pesantren tak mau membatalkan puasanya di saat sakit. Bagi mereka, berkarya, beramal dan beribadah tak lagi dibatasi oleh sehat dan sakit.

Sehat itu sama dengan sakit. Rukun Islam tetap harus dilaksanakan dalam kondisi sehat maupun sakit, yang berbeda hanya mekanisme dan waktunya saja. Menikmati sehat dan sakit, karena setiap kondisi memiliki keutamaan yang tidak bisa saling menggantikan. Ada kebaikan di saat sehat dan sakit.

Sakit mengandung energi kekuatan. Perhatikan Jenderal Soedirman yang memimpin perlawanan terhadap Agresi Militer Belanda. Perhatikan Cut Nyak Dien, memimpin perang sabil Aceh walaupun dalam keadaan sakit. Tak ada ide brilian di saat sakit? Bila masih terfokus pada raga, maka sakit menjadi penghalang. Bila terfokus pada ruh, ruh itu tak mengenal sakit. Bisa jadi semakin melambung kebersihannya.

Mengapa banyak ulama yang terus menulis kitab di saat sakit? Sedangkan kita hanya terkapar dipembaringan? Mengapa banyak ulama yang memimpin pertempuran di saat sakit, namun kita tak berguna di saat sakit? Banyak yang menderita penyakit bawaan sejak lahir, namun bisa menjadi hafidz Al-Qur'an?

Sakit itu hanya membatasi gerak raga namun tidak pernah membatasi gerak ruh dan hati. Sakitnya hanya menganggu satu nikmat dari milyaran nikmat yang tak terhingga. Mengapa hidup jadi dibatasi oleh sakit? Ada banyak kiprah yang bisa dilakukan di saat sakit.

Sakit hanya untuk melihat, apakah manusia masih dibatasi oleh raganya? Apakah manusia masih menuhankan raganya? Manusia itu makhluk langit bukan makhluk bumi. Mengapa dibatasi oleh ketidakberdayaan raga?

Arena Keimanan, Bangun Peradaban Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Ini era manusia mudah berjanji dan mu...

Arena Keimanan, Bangun Peradaban

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Ini era manusia mudah berjanji dan mudah mengingkari janjinya. Dengan jejak digital kita lebih mudah membongkar para pengingkar janji. Namun mengapa kita masih sangat mudah tertipu oleh janji? Mereka yang tak memiliki karakter kuat akan mudah tertipu oleh janji. Generasi pemalas, generasi korban janji.

Mengapa kita menyandarkan hidup pada orang lain? Mengapa keberhasilan hidup harus disandarkan kepada orang lain? Mengapa kebahagiaan harus disandarkan pada orang lain? Karakter tak berdaya membuat orang mengandalkan orang lain, hingga terbuai oleh janji-janji. Begitulah mengapa janji selalu bisa membuai banyak orang.

Ini era munafikin, semakin melayang khayalan janjinya maka akan semakin dipuja. Para munafikin bekerjasama dengan media dan membeli media, tertutup sudah kebohongan janjinya. Yang membongkar kepalsuan cukup dituduh menebar Hoax, lalu dimasukkan ke penjara. Cukup sudah membungkam sebuah realita. Rakyat terbuai oleh berita kesuksesan. Bergembira dengan kepalsuan. Walau realitanya diselimuti kesulitan. Namun mendengarkan buaian janji sudah cukup untuk mengobati kesulitan hidup. Itulah realita.

Untuk melanggengkan kekuasaan, kadang dengan melanggengkan kemiskinan. Cukup diberi janji dan sedikit akomodasi sebelum pemilihan raya untuk melupakan obralan janji masa lalu. Kemiskinan kadang membuat orang berfikir jangka pendek, tak peduli lagi akan masa depannya. Maka memberikan akomodasi  saat pemilihan sebuah cara menghibur dan melupakan derita masyarakat. Itulah mengapa kaum Munafikin selalu menggenggam kekuasaan?

Kemana perginya orang soleh? Mereka sibuk dengan dirinya. Sibuk dengan kebaikan dirinya. Namun tidak sibuk dengan kebaikan masyarakat dan bangsanya. Padahal para ulama dan ustadz para pendahulu seperti Walisongo berjibaku membangun sebuah negara dengan nama Demak, yang kemudian berevolusi menjadi Pajang, Mataram dan beragam kesultanan yang tersebar di Nusantara. Sisanya ada di Surakarta,  Jogyakarta dan kesultanan lainnya. Itulah perjalanan para Wali membangun bangsa melalui kekuasaan.

Para pendiri Nahdulatul Ulama, Muhamadiyah, Persis, PUI, Al-Irsyad adalah sebuah cermin bagaimana para ulama merubah dakwah mimbar dan ceramah menjadi meleburkan diri ke dalam hati dan jiwa rakyat. Masyumi sebuah cermin para ulama memperbaiki bangsa melalui kekuasaan. Akankah muncul kembali generasi yang jiwa dan hatinya bersama masyarakat? Bukan menikmati kekayaan dan kekuasaan dengan membangun menara gading kemegahan?

Sudah saatnya setiap anak bangsa membuat satu persatu mercusuar peradaban. Membangun kerajaan bisnis yang menggurita. Membangun pendidikan yang berkarakter. Membangun berbagai lembaga dan perusahaan untuk rakyatnya, bukan untuk kepongahan dirinya. Bukti kesolehan bukan sekedar berada di masjid dan majelis taklim, tetapi membangun peradaban iman disemua sektor profesi dan seluruh sektor kehidupan. Itulah pembuktian iman yang sesungguhnya.

Menuntut Yang Tidak Sempurna Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Bila sudah mencapai seluruh mimpi, apakah...

Menuntut Yang Tidak Sempurna

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Bila sudah mencapai seluruh mimpi, apakah kebahagiaan akan diraih di dunia? Dunia ini makhluk Allah, adakah kesempurnaan pada makhlukNya? Maka wajar saja di beragam visual dunia oleh ulama digambarkan sebagai seorang nenek yang tua renta. Bila masih terobsesi pada makhluk-Nya takkan bisa merasakan kesempurnaan yang sesungguhnya.

Yang memperebutkan jabatan, seperti anak kecil yang sedang memperebutkan mainan. Yang memperebutkan kekayaan, seperti anak kecil yang memperebutkan mainan. Namun masih lebih baik anak kecil karena mereka bermain dengan penuh persahabatan dan kegembiraan. Sedangkan orang dewasa memperebutkan dengan permusuhan dan penindasan.

Memburu kesempurnaan pada yang tidak pernah bisa sempurna. Itulah mengapa kehidupan itu melahirkan banyak kekecewaan. Itulah mengapa setiap pemimpi keduniaan takkan pernah merengkuh kebahagiaan. Menuntut apa yang tidak bisa direalisasikan adalah tanda kebodohan. Itulah yang selalu ditemukan oleh para pecinta dunia.

Yang tidak sempurna namun dituntut untuk sempurna, maka disitulah butuh kepalsuan, kamuflase dan pencitraan. Maka apapun yang diraih di dunia ini, semuanya hanya kepalsuan. Kepalsuan itu murah, maka banyak yang mengejarnya dengan menghinakan diri, dengan  cara murahan.

Yang cerdas, menjual dan membuang yang murah. Lalu menggantinya dengan yang tak ternilai harganya. Cara berfikir ini bermunculan pada hati yang terdapat iman. Kecerdasan itu bermunculan pada mereka yang menyiapkan kematian.

Sehebat apa pun yang diraih, setinggi apapun capaian yang direngkuh di dunia, tetap saja tidak sempurna. Karena yang sempurna hanyalah Allah. Mengapa obsesi kita masih belum kepada Allah? Mengapa belum membuang semuanya demi Allah? Mengapa masih menggenggam kehinaan dunia dengan kebanggaan dan kesombongan?

Menggenggam harta untuk meraih cinta Allah. Menggenggam kekuasaan dan kekuatan untuk meraih cinta Allah. Meraih semua pernak-pernik dunia dengan cara yang diridhoi Allah. Itulah cara merubah ketidaksempurnaan dunia menjadi sempurna.

Generasi Buih, Dimangsa Umat Lain  Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Generasi buih, generasi yang diman...

Generasi Buih, Dimangsa Umat Lain 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Generasi buih, generasi yang dimangsa oleh umat lain. Generasi buih, generasi yang diremehkan oleh umat lain. Generasi buih, berkeliaran mengikuti ombak gelombang umat lain. Generasi buih, generasi yang riuh rendah dipermukaan laut namun kehidupannya tak tahu akan dibawa kemana.y

Generasi buih, generasi yang diselimuti kecintaan pada dunia. Cinta dunia adalah selemah-lemahnya kekuatan manusia. Orientasinya hanya kesenangan. Adakah yang bisa dibangun dari kesenangan? Adakah peradaban yang bisa dibangun dari kesenangan? Adakah karya besar dari sebuah pelampiasan kesenangan? Kesenangan justru menghancurkan manusia dan alam.

Generasi buih, cinta dunianya penyebab takut kematian. Generasi buih, generasi yang tidak paham titik akhir. Generasi yang tak memiliki obsesi yang melampaui kehidupannya. Urusannya hanya perut dan kemaluan. Urusannya hanya rumah, kendaraan dan kekayaan. Apakah peradaban manusia dibangun atas pondasi ini? Inilah peradaban hewan.

Generasi buih, bukanlah generasi pencipta arus, bukan pula pencipta gelombang. Generasi buih generasi yang muncul dipermukaan, terlihat ramai dengan keriuhan namun kehidupannya dikendalikan oleh arus yang diciptakan untuk menghancurkannya.

Generasi buih adalah generasi bubble, besar dan banyak tetapi tak berisi, tak memiliki kekuatan dan harga diri, mudah pecah dan terbang hanya oleh tiupan yang kecil. Menjadi permainan anak-anak kecil yang menginginkan kesenangan diri. Generasi buih, generasi yang diperebutkan dan dihinakan oleh umat-umat lainnya.

Mengapa generasi ini dihinakan? Karena Allah ingin menggantikannya dengan generasi baru. Mereka dimusnahkan oleh gaya hidup, pemikiran dan kesenangannya. Mereka terpojok disudut ruang sempit dan gelap peradaban. Mereka generasi penikmat kehidupan bukan pencipta peradaban. Mereka generasi yang tersisih dalam pergulatan kehidupan. Bila tak ada karya kehidupan maka takdirnya adalah terkubur dalam percaturan peradaban.

Generasi buih akan lenyap karena terhinakan. Generasi buih akan tersadarkan setelah paham  bahwa dirinya dipermainkan dan dikorbankan oleh pencipta arus kerusakan. Generasi buih akan tersentak dan bangkit oleh mereka yang menyadarkan dengan keikhlasan. Generasi buih akan berevolusi menjadi pemangku kebangkitan setelah ditempa oleh pedihnya sebagai kaum yang terpinggirkan.

Generasi buih selalu ada dalam rentang sebuah zaman. Para pembaharu akan bangkit untuk memperbaikinya. Setiap ada penyakit pasti ada obatnya. Takdir Allah adalah akan selalu muncul keseimbangan baru, akan muncul pembaharu dalam setiap zamannya. Kitakah pembaharunya? Atau bagian generasi buih?

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (230) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (338) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (15) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (4) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (210) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (176) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (122) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (125) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)