basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Akhir Hidup Vladimir Lenin Pada 21 Januari 1924, tepat hari ini 95 tahun lalu, Vladimir Ilyich Ulyanov yang berada di rumahnya d...

Akhir Hidup Vladimir Lenin


Pada 21 Januari 1924, tepat hari ini 95 tahun lalu, Vladimir Ilyich Ulyanov yang berada di rumahnya di Gorki, sebuah desa berjarak dua puluh mil dari Moskwa, tiba-tiba tidak sadarkan diri, sebelum akhirnya meninggal tepat satu jam sebelum pukul tujuh malam.

Lenin memang sudah menderita sakit parah terhitung sejak pertengahan akhir tahun 1921. Berbagai penyakit, dari hiperakusis, insomnia, hingga nyeri di kepala, muncul secara berkala dan begitu menyiksanya. Politbiro pun mendesak agar Lenin meninggalkan Moskwa dan menjalani penyembuhan di Gorki. Di sana, Lenin dirawat oleh Nadezhda Krupskaya, pasangannya, dan saudara perempuannya, Anna Ulyanova, selama kurang lebih satu bulan.

Namun, keadaan Lenin tidak kunjung membaik dan ia pun kian frustrasi. Kepada Krupskaya dan Stalin, Lenin sempat meminta kalium sianida untuk bunuh diri. Tentu saja permintaan itu ditolak. Akhirnya, sebanyak 26 dokter pun didatangkan untuk mengobati penyakitnya. Beberapa di antaranya berasal dari luar negeri dengan upah yang sangat tinggi.

Setelah melakukan diagnosis selama beberapa pekan, beberapa dokter kepala menduga bahwa penyakit yang diderita Lenin disebabkan oleh oksidasi logam peluru-peluru yang bersarang di tubuhnya sejak upaya pembunuhan pada 1918 yang dilakukan Fania Kaplan, salah seorang anggota Partai Revolusioner Sosialis. Kemudian diputuskan bahwa butir-butir peluru itu harus diangkat lewat operasi yang dilakukan pada April 1922.

Namun demikian, tak banyak perubahan berarti dari kesehatan Lenin usai operasi. Gejala-gejala yang ia derita masih berlanjut dan para dokter tidak tahu secara pasti apa penyebabnya. Diagnosis kembali dilakukan dan beberapa dokter mengatakan, akibat peluru yang bersarang di tubuh sekitar empat tahun lamanya itu, Lenin mengidap neurastenia (lemah saraf) atau arteriosklerosis serebral.

Lenin mengalami stroke pertamanya pada Mei 1922. Ia tak dapat berbicara dan sebagian tubuh di sisi kanannya lumpuh. Memasuki bulan Juli, stroke itu berlangsung pulih. Secara perlahan, Lenin kembali belajar berbicara, berupaya melatih mobilitas pergerakannya, termasuk mencoba kembali cara menulis. Dan pada Oktober, ia pun dapat kembali ke Moskwa, fokus ke tugas-tugasnya, bahkan sempat menyampaikan tiga pidato panjang pada November.

Namun, pulihnya kesehatan Lenin itu hanya berlangsung beberapa bulan. Pada Desember, ia mengalami stroke kedua dan karenanya harus kembali dibawa pulang ke Gorki dan dirawat di sana. Kondisinya semakin parah sejak stroke ketiga menyerangnya pada Maret 1923, yang berujung kematian.

Jenazah Lenin dimasukkan ke dalam peti merah lalu diangkut dengan kereta api menuju Moskwa, untuk kemudian dibawa ke Gedung Serikat Buruh. Sekitar satu juta pelayat rela berdatangan dan mengantre di tengah cuaca dingin untuk melihat jasadnya. Sebab itu pula, upacara pemakaman Lenin baru diadakan pada hari berikutnya.

Di tengah Lapangan Merah, jenazahnya dimasukkan ke dalam sebuah mausoleum yang dibangun khusus untuknya. Pada Juli 1929, Politbiro sepakat untuk mengganti bangunan mausoleum yang bersifat sementara dengan bangunan granit permanen. Cara pemakaman demikian sejatinya sempat ditentang oleh Krupskaya, sebelum ia kemudian menyadari: hanya dengan diawetkanlah jasad Lenin dapat terus dilihat oleh siapa pun.

Perselisihan dengan Stalin dan Dibunuhnya Trotsky
Di periode menjelang kematiannya, Lenin terus memperlihatkan betapa besar energinya untuk Bolshevik. Bahkan karenanya ia sempat pula beberapa kali berselisih paham dengan Joseph Stalin.

Kisah ini dimulai pada minggu-minggu akhir 1922 dan minggu pertama 1923, ketika Lenin menulis dokumen yang kelak dinamakan “Wasiat Lenin". Dokumen ini berisi serangkaian surat yang terbagi menjadi tiga gagasan Lenin mengenai perubahan dalam struktur badan-badan pemerintahan Soviet. Ada satu hal yang menarik di dalamnya: pembahasan mengenai sifat-sifat para kamerad, Leon Trotsky dan Stalin.

Mengenai Stalin, Lenin mengusulkan agar ia dicopot dari jabatan sebagai Sekretaris Jenderal Komite Pusat Partai Komunis Rusia. Menurut Lenin, Stalin dianggap tidak cocok untuk jabatan tersebut dan untuk menggantikannya, ia pun menyodorkan nama Trotsky. Namun, Lenin turut mengkritik kepercayaan diri Trotsky yang dianggapnya kerap berlebihan dan bagaimana Trotsky terlalu sering memperhatikan urusan-urusan administrasi.

Stalin sebetulnya tahu bagaimana ketidakcocokan pandangan antara dirinya dengan Lenin. Pada pertengahan 1922, misalnya, ketika Lenin bersikeras agar negara terus mempertahankan monopolinya atas perdagangan internasional, Stalin memimpin sejumlah Bolshevik lain untuk mencoba melawan kebijakan tersebut, meski gagal.

Namun, perselisihan pribadi antar-keduanya pertama kali terjadi ketika Stalin berteriak-teriak kepada Krupskaya saat mereka sedang bertelepon. Kejadian ini membuat Lenin sangat murka hingga mengirimkan surat langsung kepada Stalin yang isinya singkat belaka, dengan intinya: “Jika Bung tidak meminta maaf atas kejadian tersebut, maka relasi di antara kita akan terpecah."

Atas berbagai hal yang terjadi, Stalin tetap berusaha menjaga citranya sebagai sosok yang paling dekat dengan Lenin. Hal ini dilakukannya agar publik tetap menganggap ia adalah orang yang tepat untuk menggantikan posisi Lenin.

Sejak Desember 1922, Politbiro bahkan menunjuknya untuk mengatur siapa yang dapat bertemu dengan Lenin. Namun, ia juga memanfaatkan ketidakhadiran Lenin dengan memberikan jabatan-jabatan penting kepada para pendukungnya. Hal tersebut dapat ditafsirkan sebagai upaya Stalin untuk mengonsolidasikan kekuatan politik.

Perpecahan antara Lenin dan Stalin kian meruncing sejak “Skandal Georgia". Hal ini bermula ketika Stalin mengusulkan agar Georgia dan negara-negara tetangganya (seperti Azerbaijan dan Armenia) digabung dengan negara Rusia yang kelak dinamakan "Republik Sosialis Federasi Soviet Transkaukasia". Usulan ini menuai banyak protes, termasuk dari Lenin, yang menganggapnya sebagai bentuk “chauvinisme Rusia Raya". Stalin balik menuduh Lenin dengan menyebut telah melakukan praktik "liberalisme nasional".

Lenin sejatinya menginginkan agar negara-negara tersebut bergabung dengan Rusia, tapi sebagai wilayah setengah merdeka di dalam sebuah persatuan yang lebih besar, dengan nama "Uni Republik Sosialis Soviet" (USSR). Pembentukan USSR diratifikasi pada Desember 1922; meskipun secara resmi bersistem federal, seluruh keputusan besar diambil oleh Politbiro di Moskwa.

Konflik lain antara Lenin dan Stalin terjadi dengan keberadaan Trotsky.

Lenin secara personal telah menunjuk Trotsky untuk menjabat sebagai Sekjen Komite Pusat Partai Komunis. Bagi Stalin, hal ini dianggap sebagai rintangan utama untuk mendominasi partai. Stalin pun menghimpun dukungan melalui Komite Pusat, dan secara bertahap barisan Oposisi Kiri dihapuskan dari jabatan berpengaruh mereka.

Adapun Trotsky dalam hal ini mendapat dukungan dari Lev Borisovich Kamenev dan Grigory Zinoviev--dua tokoh yang termasuk ke dalam tujuh pendiri Politbiro bersama Lenin, Stalin, Trotsky, juga Sokolnikov dan Bubnov. Sebelumnya, pada musim gugur 1924, Stalin telah mencopot seluruh pendukung Kamenev dan Zinoviev dari jabatan-jabatan penting.

Dua tahun setelah Lenin meninggal, musim gugur 1926, Kamenev dan Zinoviev bergabung dengan para pengikut Trotsky untuk membentuk Oposisi Bersatu melawan Stalin. Mereka juga bersepakat untuk menghentikan kegiatan faksional di bawah ancaman pengusiran, lalu secara terbuka menarik pandangan di bawah komando Stalin.

Hal ini dibalas Stalin dengan ancaman pengunduran diri pada Desember 1926 dan Desember 1927, setelah sebelumnya ia mengeluarkan Zinoviev dan Trotsky dari Komite Pusat pada Oktober 1927. Trotsky kemudian diasingkan ke Kazakhstan, sebelum dideportasi dari negara tersebut pada 1929.

11 tahun sejak itu, pada satu sore tertanggal 21 Agustus 1940, Trotsky dibunuh di sebuah negara yang berjarak 10,241 kilometer dari Rusia: Meksiko. Pelakunya: Frank Jacson alias Ramon Mercader, seorang agen Gosudarstvennoye Politicheskoye Upravlenie (GPU), unit intelijen Soviet di era Stalin.

Untuk urusan menghabisi musuh politik, Stalin sebetulnya pernah mencoba melakukan hal tersebut bahkan kepada Lenin. Hal ini diungkapkan oleh seorang ahli sejarah Russia, Lev Lurie. Kepada New York Times (7/5/2012), ia meyakini bahwa kematian Lenin akibat diracun oleh Stalin yang sudah kebelet ingin berkuasa. Selain itu, Lurie mengatakan: Rusia pada era 1920-an adalah tempat yang penuh dengan intrik ala mafia.

Namun, tentu, Lurie tidak pernah bisa membuktikan hipotesisnya yang lebih mirip desas-desus tersebut.

Efek Kemarahan dan Kezaliman Penguasa pada Dirinya Sendiri Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Apa yang d...

Efek Kemarahan dan Kezaliman Penguasa pada Dirinya Sendiri

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Apa yang dirasa saat marah? Apa efeknya pada tubuh, jiwa dan pikiran? Bagaimana bila marah jadi dasar strategi, keputusan dan solusi harian?

Saat marah, ulu hati sakit, asam lambung meningkat, detak jantung semakin cepat, nafas pun tersengal? Bila solusi berdasarkan marah, apa jadinya?

Perhatikan para pemimpin yang menjadikan amarah menjadi dasar kebijakannya. Kediktatorannya mudah menghancurkan lawan, juga dirinya sendiri.

Bagaimana akhir Namrud dan Abu Lahab, apa penyakitnya? Bagaimana Ratu Isabella dan Keturunanny, apa penyakit dan efeknya?

Ratu Isabella I dari Kastila meninggal pada 24 November 1504, setelah lama sakit. Menderita demam dan sakit gembur-gembur. Keturunannya berakhir tragis

Ratu Isabel pembantai muslimin di Andalusia, melakukan penyiksaan siapapun yang tidak mau beragama Katolik.

Sifilis akut memiliki efek serius pada otak, ini dialami Mussolini pada 1940-an. Ia menjadi paranoid pada akhir Perang Dunia II. Keadaan mentalnya pun rapuh.

Mussolini pembantai Muslimin di Libya dan menghukum gantung Syeikh Umar Mukhtar, Mursyid Thariqah Sanusiyah Libya

Pada 1817, kesehatan Napoleon memburuk, awalnya maag, lalu kanker perut. Awal 1821 dia terbaring di tempat tidur dan semakin lemah dari hari ke hari.

Stalin percaya kalau semua orang di sekitarnya bersekongkol menjatuhkannya. Pembuluh darah di otaknya mengeras hingga merusak mentalnya.

Tatapan Stalin sangat mengerikan, marah atau mungkin geram dan penuh ketakutan akan kematian.

Stalin tubuhnya basah kuyup dengan air seninya sendiri. Bau busuk yang meresap ke ruangan menambah kengerian suasana saat itu

Lenin dari hiperakusis, insomnia, hingga nyeri di kepala, muncul secara berkala dan begitu menyiksanya dari 1921-1924

Marilah ungkap perjalanan penguasa yang kemarahannya menjadi kebijakan negara. Keseharian dihantui efek kemarahannya

Kemarahannya menghancurkan fisik, jiwa dan raga serta keluarga dan Keturunannya.

Mussolini Dieksekusi Mati, Jasadnya Dirusak Rakyatnya, Pasca Menggantung Syeikh Umar Mukhtar  Libya pernah menghadapi perjuangan...

Mussolini Dieksekusi Mati, Jasadnya Dirusak Rakyatnya, Pasca Menggantung Syeikh Umar Mukhtar 


Libya pernah menghadapi perjuangan berat melawan imperialisme dan kolonialisme. Sejak Italia menduduki negara itu pada 1911 --usai mengalahkan Turki-- rakyat Libya tak henti-hentinya melakukan perlawanan.
Lebih-lebih ketika Mussolini yang fasis dan diktator berkuasa di Italia pada 1922, dia tanpa mengenal ampun melakukan kekejaman luar biasa dalam mematahkan perlawanan rakyat. 

Di antara pahlawan Libya yang mendapat julukan lion of the desert (singa padang pasir) adalah Omar Mukhtar. Seorang guru sekolah agama (pesantren) dari Benghazi.

Selama 10 tahun, dia memimpin perlawanan rakyat Libya melawan penjajah Italia. Mussolini sang diktator semakin kalap melihat perjuangan rakyat Libya yang telah syahid melawan penjajah.

Beratus rakyat Libya dibunuh, termasuk wanita dan orang tua. Pada 16 September 1931, Omar Mukhtar (setelah menderita luka-luka dalam pertempuran yang tidak seimbang), ditangkap bersama para syuhada lainnya.

Pejuang Islam ini pun mati sebagai syuhada setelah dihukum gantung di depan umum bersama sejumlah pengikutnya yang setia. Dia menuju tiang gantungan tanpa gentar sedikit pun dan meminta agar sebelum dihukum mati, dia bisa terlebih dulu melakukan shalat.

Sebelum mati sebagai syahid, dia berkata, "Saya boleh mati, tapi perjuangan untuk kemerdekaan, melawan ketidakadilan, dan nafsu serakah kaum imperialis tidak akan pernah berakhir."

------------------
Pada pagi hari 28 April 1945, seorang anggota partisan Walter Audisio datang dari Milan untuk "menjemput" Mussolini di Dongo.

Sesuai perintah, Audisio akan bertemu dengan pemimpin partisan setempat Bellini delle Stelle untuk mengambil Mussolini.

Siang harinya, Audisio alias Kolonel Valerio bersama beberapa anggota partisan bergerak menuju ke peternakan De Maria untuk menjemput Mussolini dan Petacci.

Setelah menjemput keduanya, mereka bergerak menuju ke desa Giulino de Mezzegra. Mobil mereka kemudian berhenti di pintu masuk Villa Belmonte di sebuah jalan sempit bernama Via XXIV Maggio.

Audisio kemudian memerintahkan Mussolini dan Pettaci berdiri di depan dinding pagar Villa Belmonte dan menembak mereka dengan menggunakan sebuah senapan mesin.

Eksekusi tersebut dilakukan pada pukul 16.10 petang waktu setempat.

Malam harinya, jenazah Mussolini, Petacci, dan sejumlah pemimpin fasis dinaikan ke atas sebuah truk dan dibawa ke kota Milan.

Truk itu tiba di Milan pada 29 April dini hari dan jenazah Mussolini dan kawan-kawannya diturunkan di Piazalle Loreto, sebuah lapangan di dekat stasiun kereta api utama Milan.

Jenazah para petinggi fasis itu dibiarkan begitu saja hingga sekitar pukul 09.00 saat warga mulai melemparinya dengan sayuran busuk, ditembaki, ditendangi, dan dikencingi.

Akibatnya, wajah Mussolini hancur akibat ditendangi beramai-ramai. Setelah itu, jasad Mussolini, Petacci, dan lainnya digantung terbalik dengan menggunakan kait daging di lapangan itu.

Sekitar pukul 14.00, otorita militer AS tiba di Milan dan memerintahkan jenazah Mussolini diturunkan untuk diotopsi.

Pada 30 April otopsi digelar di Institut Kedokteran Milan. Salah satu hasil otopsi menyebutkan Mussolini ditembak sembilan kali.

Empat puluru bersarang dekat jantung yang menyebabkan kematiannya. Akhir tragis dan miris dari seorang fasis.


Sumber:
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/o4vjzf282

Haji Karim Oei Pimpin Demonstrasi dan Pemboikotan Produk Italia, Saat Mussolini Gantung Lion Of Dessert Libya  Suatu waktu, tent...


Haji Karim Oei Pimpin Demonstrasi dan Pemboikotan Produk Italia, Saat Mussolini Gantung Lion Of Dessert Libya 


Suatu waktu, tentara Itali berhasil mengangkap Omar Mukhtar hidup-hidup . Orang tua itu dijebloskan ke dalam penjara. Dengan kaki dan tangan dirantai , Omar Mukhtar tetap  berusaha melaksanakan sholat lima waktu. Ia juga memelihara hafalan Qur’annya selama berada dalam penjara. Tahun 1931, pemimpin kharismatik Libya ini dihatuhi hukuman gantung.


Omar Mukhtar digantung disebuah panggung di lapangan terbuka disaksikan ratusan warga  Libya yang tidak berbuat apa-apa. Ulah penjajah Italia ini menimbulkan kemarahan dunia Islam. Aksi demo pecah di berbagai negeri Islam mengecam kesadisan tentara-nya Mussolini tersebut. Di Indonesia, juga timbul aksi demo yang dipelopori para pemuda dan para kiai.


Dunia Islam pun mengutuk tindakan biadab itu. Di Indonesia yang masih dalam penjajahan Belanda dan informasi belum secanggih sekarang, para ulama dan umat Islam turut mengutuk dengan aksi-aksi demo dengan cara memboikot produk-produk Italia.


Kala itu, produk Italia yang masuk Indonesia adalah mobil Fiat dan Tarbus. Peci berbentuk bundar dengan kuncir hitam di tengahnya, peci yang banyak dipakai keturunan Arab ini menjadi sasaran pembakaran di jalan-jalan di Batavia.


Pemerhati sejarah Islam, H. Ridwan Saidi mencatat, Pada Tahun 1931, aksi demo pecah di Indonesia mengecam  tindakan Italia itu. Aksi boikot terhadap produk Italia juga diserukan. Ridwan menambahkan, saking geramnya , seorang tokoh Islam Indonesia, Haji Karim Oei membakar fiat  kesayangannya hingga habis hangus terbakar.


Ini dilakukan Haji Karim Oei sebagai bentuk protes terhadap pemerintah Italia yang dianggapnya telah berbuat kejam dengan menggantung  mati seorang tua  yang untuk berlari saja sudah tidak sanggup.


Haji Karim Oei juga menyatakan bahwa tindakannya itu juga dilakukan sebagai bentuk solidaritas dengan seruan dunia Islam untuk memboikot semua produk dan barang buatan Italia. Haji Karim Oei dikenal sebagai pendiri Yayasan Masjid Lautze di wilayah Jakarta Kota.


Sumber:

https://m.eramuslim.com/tahukah-anda/tahukah-anda-ketika-omar-mokhtar-digantung-mussolini-haji-karim-oei-bakar-fiat.htm

https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/o4vjzf282


7 Nasib Tragis yang Menimpa Keturunan Pembantai Muslimin di Andalusia Ratu Isabella atau Isabel I dari Kastila adala...


7 Nasib Tragis yang Menimpa Keturunan Pembantai Muslimin di Andalusia


Ratu Isabella atau Isabel I dari Kastila adalah putri Juan II dari Kastila dan Leon bersama dengan Isabel dari Portugal. Isabella yang berasal dari wangsa Trastamara ini menikah dengan Fernando II, Raja Aragon pada 19 Oktober 1469.

Ratu Isabella adalah orang yang membiayai penjelajahan Christopher Columbus untuk menemukan dunia baru. Ia juga merupakan pemantik awal bagi bangsa-bangsa di Eropa untuk melakukan penjelajahan samudera sekaligus menerapkan kolonialisme di berbagai wilayah di dunia. Sepak terjang Ratu Isabella yang tak kenal ampun pada wilayah yang ingin didudukinya membuatnya menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah dunia.

Selain itu, Ratu Isabella tentu saja paling dikenal karena berhasil menguasai Granada, benteng terakhir umat Islam di Andalusia. Tak hanya itu saja, kisahnya yang melakukan pengusiran dan pembantaian umat Muslim dan Yahudi dari tanah Spanyol begitu dikenang. 

Dia mendirikan inkuisisi Spanyol di mana umat Muslim dipaksa untuk murtad atau akan disiksa dan dibunuh dengan kejam. Bahkan ada salah satu peristiwa di mana umat Islam Spanyol dijanjikan untuk dikeluarkan dari Spanyol dengan kapal, namun kapal tersebut dibakar dan mereka yang tengah menunggu di pelabuhan dibantai hingga tak tersisa seorang pun. 

Kekejaman Ratu Isabella memang telah melegenda. Namun rupanya beberapa tahun terakhir menjelang akhir hayatnya ia mendapatkan balasan atas segala yang telah diperbuatnya. Deretan kisah tragis dan nasib naas menimpa anak dan cucu keturunan Ratu Isabella. Inilah 7 Balasan dan Nasib Tragis yang Menimpa Anak Cucu Keturunan Ratu Isabella.


1. Sang Putri Sulung yang Malang

Isabel adalah putri pertama Ratu Isabella dan Raja Ferdinand. Pada tahun 1479 melalui perjanjian Alcacovas, Putri Isabel dijodohkan dengan cucu Afonso V, Afonso, yang usianya 5 tahun lebih muda dari sang Putri. Perjanjian itu menetapkan bahwa Isabel dan Fernando wajib membayar mas kawin dalam jumlah besar untuk putri mereka. Selain itu juga Isabel diharuskan tinggal di Portugal sebagai jaminan bahwa orang tuanya akan mematuhi perjanjian tersebut.

Afonso adalah putra semata wayang dan pewaris raja Joao II. Meskipun pernikahan itu berjalan dengan mulus, namun rupanya itu hanya sementara. Pada Juli 1491, Afonso meninggal dunia mendadak. Ia terbunuh dalam kecelakaan berkuda. Isabel begitu bersedih dan larut dalam duka yang dalam.

Isabel lalu dikirimkan kembali ke Spanyol atas permintaan Ratu Isabella. Namun Isabel tetap berduka. Ia bahkan melaparkan dan juga mencambuk dirinya sendiri. Hal ini dilakukannya sebagai bagian dari rasa berkabung atas kematian suaminya.

Isabel kemudian menikah lagi dengan Manuel I dari Portugal pada September 1497. Isabel hamil dan melahirkan seorang putra, Miguel da Paz pada 23 Agustus 1498. Namun hanya satu jam setelah melahirkan putranya itu, Isabel meninggal dunia. Usianya baru 27 tahun saat itu.


2. Miguel da Paz, Cucu Isabel yang Tak Pernah Naik Tahta

Miguel de la Paz de Avis y Trastamara adalah putra semata wayang Isabel dan Manuel I dari Portugal yang lahir pada 23 Agustus 1498. Ibunya, Isabel, meninggal dunia sesaat setelah melahirkannya.

Miguel da Paz yang merupakan cucu pertama Ratu Isabella ini digadang-gadang akan menjadi pewaris Portugal dan Asturias, menjadi penguasa Portugal dan Spanyol. Ia disumpah sebagai ahli waris oleh tiga istana sekaligus, Istana Portugal, Kastila, dan Spanyol.

Namun rencana itu runtuh seketika ketika sang pewaris tahta meninggal dunia saat usianya masih 2 tahun. Miguel meninggal dunia pada 19 Juli 1500. Ratu Isabella begitu terpukul dengan kematian cucu pertama laki-lakinya ini. Apalagi sebelumnya sang ratu juga telah kehilangan putra semata wayangnya.


3. Kematian Sang Pangeran Asturias

Ratu Isabella memiliki putra semata wayang bernama Juan atau John yang bergelar Pangeran Asturias. Anak kedua Isabella ini merupakan anak laki-laki satu-satunya sekaligus kesayangan sang ratu. John memiliki tempat istimewa di hati ratu. Isabella bahkan seringkali memanggilnya dengan sebutan "malaikatku".

Begitu cintanya Isabella pada putranya itu, pada ekspedisi Columbus (yang perjalanannya dipelopori dan dibiayai oleh Isabella) tahun 1492 menemukan sebuah pulau yang kemudian dinamai Isla Juana yang merujuk pada Juan sang Pangeran.

Juan atau John dijodohkan dengan Margaret dari Austria yang merupakan putri Maximilian saat usianya 18 tahun pada 3 April 1497. Namun pernikahan itu baru seumur jagung saat 6 bulan setelah pesta besar digelar, sang pangeran meninggal dunia. Sang pangeran dikabarkan sakit keras di Salamanca. Ratu Isabella yang mendapatkan kabar tentang sakit sang putra segera pergi ke Salamanca dan mendapati putra semata wayangnya tengah sekarat. John meninggal pada 4 Oktober 1497.

Sementara itu dua bulan kemudian Margaret melahirkan bayi hasil pernikahannya dengan John. Sayangnya bayi perempuan itu lahir prematur dan tak selamat.


4. Juana si Gila

Juana adalah anak ketiga Isabella dan Ferdinand. Ia menikah di usia yang sangat muda, 16 tahun dengan Felipe atau Philip si Tampan, putra Maximilian I, Kaisar Romawi Suci. Tak lama setelah pernikahan itu, Isabel, kakak tertua Juana meninggal dunia yang kemudian disusul dengan kematian Juan atau John pada tahun 1497.

Setelah kematian kedua kakaknya dan juga anak-anak mereka, Juana kemudian menjadi pewaris Kastila, Leon, dan Aragon. Ia kemudian disumpah sebagai pewaris kerajaan dan bergelar putri Asturias setelah itu.

Namun rupanya pernikahan Juana dan Philip tak berjalan mulus. Sejak awal memang terlihat bahwa Juana begitu mencintai suaminya, sebaliknya sang suami tak memiliki perasaan sebesar yang dimiliki Juana. Memiliki tempramen dan sikap yang buruk, Juana terkadang mengamuk tak terkendali dan sering menghempaskan dirinya ke tembok mana kala sang suami terlihat melihat ke wanita lain.

Ratu Isabella bahkan pernah mengurungnya di Kastil La Monda di Medina del Campo. Namun tabiat  buruk Juana makin menjadi-jadi kala suaminya pergi meninggalkannya. Juana menyusul sang suami dan di sana ia sempat menyerang seorang wanita dengan gunting karena cemburu.

Dalam bidang pemerintahan, Juana juga benar-benar tak beruntung. Begitu ibunya, Ratu Isabella wafat, ia hanya menjadi Ratu sebagai simbol, sementara yang menjalankan kerajaan adalah ayahnya yang mengatakan pada parlemen bahwa Juana menderita gangguan mental.

Felipe meninggal dunia secara mendadak. Rumornya ia diracun oleh mertuanya sendiri. Sementara itu kegilaan Juana semakin menjadi. Ia menolak untuk menguburkan jasad suaminya dan membawanya ke mana pun. Juana meninggal dunia dalam pengasingan setelah putranya sendiri, Karl, menempatkannya di biara Santa Clara hingga kematian menjemputnya.

5. Maria yang Meninggal Usia Muda

Maria menikah dengan duda kakaknya Isabel, Manuel I pada tahun 1500. Maria merupakan putri Isabella yang tak menonjol. Tak banyak kisah tentangnya yang ditulis. Anak ke empat Isabella ini meninggal dunia di usia yang cukup muda, 34 tahun tak lama setelah melahirkan anaknya. Ia meninggal di Lisbon pada 7 Maret 1517 dan dimakamkan di Jeronimos Monastery of Belem.


6. Catherine dari Aragon, Istri yang Tak Bahagia

Catherine dari Aragon adalah putri bungsu Ratu Isabella dan nasibnya tak jauh lebih baik dari pada keempat kakaknya. Ia menikah dengan Raja Arthur pada 1501. Namun pernikahan itu hanya berlangsung setahun. Pada tahun 1502 Arthur meninggal dunia.

Catherine kemudian menikah lagi dengan Henry VIII dari Inggris di tahun yang sama dengan kematian Arthur. Awalnya pernikahan Catherine dan Henry berjalan dengan mulus, keduanya tampak bahagia apalagi ketika kelahiran putra pertama mereka yang sangat dinantikan.

Namun putra pertama yang lahir tahun 1510 itu hanya bertahan 7 minggu saja. Setelah itu Catherine sempat melahirkan anak-anak lainnya namun sayangnya sebagian dari mereka meninggal saat bayi sedangkan sisanya tak bertahan hingga dewasa. Satu-satunya yang selamat adalah seorang perempuan, Putri Mary.

Demi mendapatkan putra untuk meneruskan Dinasti Tudor, Henry kemudian mulai mencari wanita lainnya. Ia lalu menikah dengan Anne Boleyn yang merupakan mantan dayang Catherine. Henry bahkan menuntut perceraian dengan Catherine dan mendesak Paul Klemens untuk memuluskan niatnya tersebut. Namun Catherine tetap pada pendiriannya mempertahankan pernikahannya.

Masalah yang terus menerus mendera Catherine membuatnya terlihat sangat lelah dan tua. Ia banyak menghabiskan harinya dengan berdoa. Kondisi kesehatan Catherine terus memburuk hingga ia divonis menderita kanker.

Di akhir hidupnya ia menolak semua makanan karena berpikir Henry akan meracuninya yang tentu saja memperburuk kondisi kesehatannya. Catherine sekarat pada akhir tahun 1535, namun tetap bertahan dengan kondisi yang sudah sangat parah.

Tubuhnya begitu kurus hingga ia bahkan tidak sanggup untuk sekedar duduk di ranjangnya. Ia juga memuntahkan semua makanan yang ditelannya. Catherine wafat pada 9 Januari 1536.

7. Ratu Mary I dari Inggris, Sang Bloody Mary

Mary I dari Inggris atau Mary Tudor adalah penguasa Inggris dan Irlandia. Ia adalah putri Catherine dari Aragon dan Raja Henry VIII. Mary adalah pewaris tahta pertama Inggris, saingannya adalah Edward VI yang merupakan putra Henry dengan Jane Seymor serta Elizabeth yang merupakan putri ayahnya bersama Anne Boleyn.

Masa kekuasaan Mary I awalnya baik. Rakyat menyukai ratu Mary. Namun seiring berjalannya waktu dan ambisinya ia menghukum mati hampir 300 orang penentangnya. Mereka dieksekusi mati dengan digantung dan sisanya dibakar hidup-hidup. Termasuk di dalamnya Guildford y dan Lady Jane Gray. Kekejaman neneknya Isabel tampaknya telah menurun kepada Mary.

Begitu kejamnya sang ratu sampai-sampai rakyat menjulukinya sebagai Bloody Mary. Rakyat Inggris menjadi benci pada Mary, mereka kemudian menaruh simpati pada saudara sekaligus saingannya, Elizabeth yang kelak akan menjadi ratu Inggris.

Kehidupan pernikahan Mary pun tak kalah mengenaskan. Ia menikah dengan pria yang begitu dicintainya, Philip II dari Spanyol. Namun sayangnya cinta itu hanya sepihak saja. Philip tak begitu mencintai Mary. Ia menikahi Mary karena terpaksa atas permintaan ayahnya, Raja Charlos yang ingin bersekutu dengan Inggris.

Setelah beberapa waktu setelah pernikahannya, Mary merasa ia sedang mengandung. Pesta pun digelar dengan meriah untuk menyambut kelahiran anaknya. Namun rupanya kehamilan itu hanyalah kekeliruan. Mary sebenarnya tak pernah mengandung. Ia akhirnya mengakui itu. Kejadian ini membuatnya terpuruk dalam kesedihan. Belum lagi kenyataan bahwa Philip II pergi meninggalkannya.

Ratu Mary sakit dalam kondisi menyedihkan. Ia sekarat pada November 1558. Dalam keadaan sekarat itu ia meracau melihat anak-anak kecil dalam mimpinya. Mary kemudian meninggal pada 17 November 1558. Berita kematiannya segera menyebar ke seantero Inggris yang disambut suka cita rakyat. Mereka menari-nari di jalanan dan lonceng-lonceng berdentangan. Kematian cucu Isabel ini tampak seperti kemerdekaan bagi rakyat Inggris.



https://www.merinding.com/2019/05/7-nasib-tragis-yang-menimpa-keturunan-ratu-isabella.html?m=1

Kematian Napoleon Bonaparte Sebab Sakit atau Diracun? Mungkin tidak banyak yang mengetahui detail peristiwa yang membuat kaisar ...

Kematian Napoleon Bonaparte Sebab Sakit atau Diracun?


Mungkin tidak banyak yang mengetahui detail peristiwa yang membuat kaisar sekaligus pemimpin militer Prancis, Napoleon Bonaparte, meninggal dunia. Kematiannya secara resmi diumumkan pada usianya yang menginjak 51 tahun. Saat itu disampaikan bahwa Napoleon meninggal akibat kanker perut.

Namun, pengumuman resmi itu tidak mengubur pertanyaan tentang apa detail penyebab Napoleon meninggal. Apalagi, dokternya pun menolak untuk menandatangani laporan autopsi.

Napoleon Bonaparte lahir di Pulau Corsica, Prancis, pada 15 Agustus 1769. Ketika Revolusi Prancis meletus pada 1789, kesempatan baiknya datang. Keberhasilan militer yang dipimpinnya dalam Pengepungan Toulon pada 1793 menjadikannya sebagai kekuatan yang diperhitungkan.

Pada 1795, Napoleon Bonaparte, yang saat itu berusia 26 tahun, menghentikan pemberontakan melawan republik di Paris. Sejak saat itu, kehadiran Napoleon mengejutkan seluruh Eropa karena dia dengan cepat menjadi kekuatan politik. Dia mengambil kendali Pemerintah Prancis dalam "kudeta 18 Brumaire" pada 1799. Lima tahun kemudian, Napoleon Bonaparte, pada usia 35, menobatkan dir sebagai Kaisar Prancis.

Kemenangan Napoleon bergulir di medan perang, misalnya dengan menghancurkan Rusia dan Austria pada Pertempuran Austerlitz pada 1805 dan juga menaklukkan Kekaisaran Romawi yang berusia 1.000 tahun.

Napoleon mencatatkan awal dari akhir hidupnya ketika dia memutuskan untuk menginvasi Rusia pada 1812. Rusia membakar desa dan kota saat mereka mundur, meninggalkan tentara Prancis dengan sedikit pasukan dan hampir tidak ada yang bisa dimakan. Pada September 1812, pasukan Prancis terisolasi di Moskow tanpa persediaan makanan dan musim dingin akan tiba.

Prancis akhirnya terpaksa mundur dari Moskow dan Napoleon kehilangan ratusan ribu tentaranya. Seluruh Eropa merasakan kelemahan pasukan Napoleon pada saat itu. Austria, Prusia, Rusia, dan Swedia menyatukan pasukan mereka melawan Prancis dalam Pertempuran Leipzig pada 1813. Napoleon menyerah pada April 1814 dan dipaksa untuk melepaskan takhtanya.

Lalu Napoleon diasingkan ke Pulau Elba di Mediterania, tetapi berhasil melarikan diri dan berusaha merebut kekuasaan di Prancis lagi sampai ia dikalahkan dalam "Pertempuran Waterloo" pada Juni 1815. 

Setelah itu, Napoleon dikirim kembali ke pengasingan, kali ini ke Saint Helena, sebuah pulau kecil yang terisolasi di Inggris yang pernah digambarkan sebagai lokasi yang sangat jauh dari tempat mana pun di dunia. 

Napoleon tahu bahwa akhir hidupnya sudah dekat, dan pada April 1821 dia memutuskan untuk mendikte wasiatnya, menuduh Inggris menyebabkan kematiannya dan memerintahkan penguburannya di "tepi Sungai Seine" di Prancis.

Napoleon bimbang antara hidup dan mati selama berminggu-minggu. Kesehatannya memburuk pada 5 Mei 1821. "Dia sangat kesakitan. Dia mengucapkan beberapa kata yang tidak bisa dibedakan yang tampaknya tentang tentara," ujar Jenderal Prancis Henri Bertrand, salah satu komandan tentara Napoleon, mengenang. 

Napoleon Bonaparte meninggal pada hari yang sama saat usianya menginjak 51 tahun. Sekelompok dokter kemudian mengaitkan kematiannya dengan kanker perut. Namun, perdebatan tentang penyebab kematian tidak berhenti sampai di sini karena muncul kontroversi pascakematiannya terkait apa yang menyebabkannya meninggal. 

Pertama, Inggris dan Prancis tidak sampai pada titik temu soal autopsi Napoleon. Beberapa dokter yang memeriksa tubuhnya mengakui bahwa dia meninggal karena kanker perut. Ini masuk akal sebab kakek, ayah, saudara laki-laki, dan tiga saudara perempuan Napoleon semuanya meninggal karena kanker perut juga. 

Namun, salah satu dokter Napoleon, Francesco Antomarchi, menolak untuk menandatangani laporan autopsi, yang menimbulkan beberapa pertanyaan. Setelah melihat lebih dekat pada mayat Napoleon, Antomarchi melihat bahwa livernya membesar. 

Akan tetapi, ada tuduhan bahwa pihak Inggris tidak mau menunjukkan hal ini dalam laporan autopsi sehingga dia tidak akan dikatakan memiliki riwayat penyakit pada livernya, di mana pihak Inggris mengirimnya ke pengasingan tanpa pengobatan. Karena itu, catatan Francesco Antomarchi tentang pembesaran liver Napoleon dihilangkan dari laporan tersebut.  

Selain itu, dokter Inggris mengecualikan pengamatan Antomarchi tentang kondisi paru-paru Napoleon yang buruk. Karena itu, tidak mengherankan jika Antomarchi menahan diri untuk menandatangani laporan ini.

Setelah itu, Inggris dan Prancis berselisih tentang di mana mantan kaisar itu dimakamkan. Napoleon telah meminta agar tubuhnya dikembalikan untuk dimakamkan di Prancis, yang sangat dia cintai. Tetapi, Inggris tidak ingin makam Napoleon ada di Eropa. Dia akhirnya dimakamkan di Pulau Saint Helena. 

Akhirnya, Inggris dan Prancis memperdebatkan apa yang harus ditulis di nisannya. Prancis ingin menulis nama Napoleon sebagai Kaisar, sementara Inggris menolak memberikan legitimasi apa pun pada pemerintahannya dan ingin mencukupi dengan sebuah tulisan dengan nama lengkapnya, "Napoleon Bonaparte".

Tubuh Napoleon terbaring selama hampir 20 tahun di kuburan tanpa saksi sampai tahun 1840, yaitu ketika Inggris, yang membutuhkan kerja sama Prancis dalam persoalan politik, setuju untuk mengembalikan jasad Napoleon ke Paris. 

Namun, para penganut teori pembunuhan sering merujuk pada "satu tersangka", yaitu Pangeran Charles Montholon, orang Prancis yang tinggal di pPlau Saint Helena bersama Napoleon. 

Alasan utama kecurigaan terhadap orang ini adalah karena beberapa sejarawan percaya bahwa Montholon adalah agen dari kaum royalis Prancis sehingga mungkin dia ingin memastikan bahwa Napoleon tidak akan mencoba merebut kekuasaan lagi. 

Menurut teori itu, diasumsikan bahwa Montholon meracuni Napoleon dengan arsen dengan memasukkannya ke dalam botol anggur. Beberapa helai rambut Napoleon yang diawetkan setelah kematiannya menunjukkan kadar arsenik 38 kali lebih tinggi dari biasanya.

Meski begitu, hasil yang lebih baru menunjukkan bahwa laporan autopsi awal yang dikeluarkan pada 1821 adalah benar sehingga ini membantah teori pembunuhan Napoleon oleh Montholon. Karena, walaupun kadar arseniknya mengkhawatirkan, perlu diketahui arsenik sangat populer selama abad ke-19 untuk digunakan dalam pengobatan, produk makanan, dan produk perawatan rambut.    

Selain itu, gejala Napoleon identik dengan gejala pasien kanker perut. Pemeriksaan celana yang dia kenakan dalam pengasingannya di Pulau Saint Helena mengungkapkan bahwa pinggangnya lebih kecil daripada saat di Prancis sehingga memungkinkan dia kehilangan berat 30 pon sebelum kematiannya. 

Kondisi ini biasa terjadi pada seseorang dengan kanker perut, dan bukan pada keracunan arsenik. Pada saat yang sama, kulit dan kuku Napoleon digambarkan sebagai "pucat", yang bisa disebabkan oleh dosis arsenik yang fatal.

Terlepas dari kemungkinan tidak pernah mendapatkan kebenaran yang dikonfirmasi, fakta bahwa pertanyaan itu diajukan dan tidak menemukan jawaban, menunjukkan bahwa Inggris gagal membendung nama besar Napoleon ketika mereka membawanya ke Saint Helena. Sebab, kehidupan dan biografinya terus menempati sebagian besar sejarah.

 
Sumber: arabicpost


7 Fakta di Balik Kematian Joseph Stalin, Diracun atau Kena Stroke? Pada tahun 1924, Joseph Stalin mengambil alih kendali Uni Sov...

7 Fakta di Balik Kematian Joseph Stalin, Diracun atau Kena Stroke?



Pada tahun 1924, Joseph Stalin mengambil alih kendali Uni Soviet setelah Vladimir Lenin meninggal karena stroke. Stalin pun menjabat sebagai Sekjen Partai Komunis Uni Soviet dari tahun 1922 sampai kematiannya pada 5 Maret 1953. Sampai saat ini, ada banyak spekulasi yang menyelimuti kematian Stalin yang mendadak di usia 74 tahun.

Artikel ini akan membahas beberapa fakta tentang kematiannya. Tanpa harus menunggu lebih lama lagi, berikut 7 fakta di balik kematian Joseph Stalin.

1. Kesehatan Stalin sempat menurun sebelum kematiannya
Beberapa tahun sebelum kematiannya, Stalin menjadi semakin paranoid. Dia percaya kalau semua orang di sekitarnya bersekongkol untuk menjatuhkannya. Pada tahun 1952, kondisi kesehatannya semakin menurun. Di salah satu kesempatan, salah satu dokter pribadi Stalin, Vladimir Vinogradov, menyarankan agar ia menanggapi segalanya dengan kepala dingin.

Namun, Stalin tak mau mendengar saran dari dokternya dan malah membuang mereka ke penjara. Peristiwa ini dikenal sebagai "Doctors' plot," yang memicu desas-desus yang mengatakan kalau sekelompok dokter berencana untuk membunuh para petinggi Soviet.

Seperti dikutip dari History Today, enam dari sembilan dokter yang dipenjara Stalin adalah orang Yahudi. Tak lama setelahnya, kerusuhan anti-Semitisme pecah di seluruh Uni Soviet. Untungnya, Stalin meninggal beberapa minggu sebelum para dokter itu diadili dan dieksekusi.

2. Penyebab kematiannya
Dokter pribadi Stalin, Alexander Myasnikov, menulis kondisi kesehatan dan hasil otopsi Stalin di buku hariannya. Namun, buku itu baru bisa diakses oleh publik ketika keluarganya memulihkannya dari arsip negara yang disembunyikan. Hal yang menarik adalah pendapat Myasnikov yang menyebut Stalin menderita penyakit mental.

Myasnikov mengklaim kalau kegilaan Stalin berasal dari aterosklerosis serebral tingkat lanjut, yang menyebabkan pengerasan pembuluh darah di otak dan bisa memicu stroke. Menurut Myasnikov, penyakit otak ini memengaruhi pengambilan keputusan Stalin dan berkontribusi pada paranoia dan peningkatan kekejamannya di akhir hidupnya.

3. Terkapar di ruangannya sendiri
Pada pagi hari ketika ditemukan, para dokter dan pemimpin Partai Komunis Soviet melihat tubuh Stalin terbaring tak sadarkan diri di lantai. Saat itu, tubuhnya basah kuyup dengan air seninya sendiri. Bau busuk yang meresap ke ruangan menambah kengerian suasana saat itu.

Butuh waktu empat hari setelah Stalin ditemukan tidak sadarkan diri sampai ia menghembuskan napas terakhirnya. Namun alih-alih memanggil dokter, pengawalnya justru menghubungi menteri keamanan negara. Para pemimpin komunis itu baru memanggil dokter yang bisa mereka temui 12 jam setelah melihat tubuh Stalin.

Dalam sebuah ironi, beberapa dokter terbaik Uni Soviet yang sebelumnya merawat Stalin justru sedang mendekam di penjara sehingga tidak bisa mengeceknya. Tak hanya dokter, para sekutu dan orang kepercayaan Stalin juga tidak berani menyentuh tubuhnya. 


Dalam wawancara dengan jurnalis Rusia Edvard Radzinsky, Peter Lozgachev, pengawal yang pertama kali melihat jasad Stalin, menceritakan, "Semua dokter sangat ketakutan. Mereka menatap Stalin dengan perasaan terguncang. Mereka harus memeriksanya, tapi tangan mereka gemetar karena ketakutan."

Ketika diperiksa, tekanan darah Stalin 210/120, lengan dan kaki kanannya lumpuh, dan gigi palsu kesayangannya hampir hancur semua. Menurut kepala dokter gigi Kremlin, Alexei Doinikov, Stalin hanya memiliki tiga gigi asli pada hari ketika dia meninggal.

4. Penggunaan lintah dan enema nutrisi 
Lintah sudah digunakan sejak abad ke-18 dan ke-19 untuk mengurangi tekanan darah pasien. Seperti dikutip dari buku The Last Days of Stalin, para dokter juga menaruh lintah di kepala Stalin untuk menyadarkannya. Tak hanya itu, mereka juga menyuntikkan enema glukosa serta "enema nutrisi" yang berisi krim dan kuning telur ke dalam tubuhnya.

Ketika Stalin tak kunjung sadar dari koma, para dokter menggunakan kompres dingin, pernapasan buatan, dan suntikan adrenalin. Pada saat itu, putra Stalin, Vasily, memprotes perlakuan terhadap ayahnya dengan berteriak, "Kalian bajingan. Kalian membunuh ayahku."

Putri Stalin, Svetlana Alliluyeva, juga menceritakan saat-saat terakhir ayahnya. "Dia tiba-tiba membuka matanya dan menatap semua orang di ruangan itu," katanya. "Itu adalah tatapan yang mengerikan, marah atau mungkin geram dan penuh ketakutan akan kematian."

Ketika Stalin menghembuskan nafas terakhirnya, semua orang yang hadir berlutut dan mencium tangannya, kecuali kepala polisi rahasia Uni Soviet, Lavrenti Beria. Dikatakan kalau Beria telah meludahi jasad Stalin pada saat kematiannya.

5. Tetap "membunuh" rakyat Soviet sampai akhir hayatnya
Setelah hidup selama puluhan tahun dengan keyakinan yang salah, yakni bahwa Stalin telah melindungi dan merawat rakyat Soviet, warga Soviet langsung menangis setelah mendengar kabar wafatnya Stalin. Puluhan ribu orang bahkan berkumpul di Trubnaya Square untuk menghadiri prosesi pemakamannya.

Dalam putaran nasib yang ironis, Stalin masih membawa teror ke jalan-jalan Uni Soviet setelah kematiannya. Pada hari pemakamannya, orang-orang yang ingin melihat jasadnya harus berdesak-desakkan. Ratusan orang bahkan terinjak-injak di tengah kerumunan itu sampai mati.

Menurut beberapa sumber, diperkirakan kalau 500 orang harus meninggal hanya karena ingin melihat jasad Stalin di Hall of Columns, Moskow.

6. Mumifikasi jasad Stalin
Ketika Lenin meninggal pada Januari 1924, Stalin menyarankan agar jasadnya dibalsem agar bisa dipamerkan di depan umum meskipun mayoritas pemimpin Soviet menentang gagasan tersebut. Tidak mengherankan kalau Stalin menginginkan prosedur yang sama setelah kematiannya sendiri. Namun, prosesnya tidak semudah itu.

Pada saat Stalin meninggal, Profesor Vorobyev, yang memimpin pembalseman Lenin, juga telah meninggal. Oleh karena itu, tugas yang berat ini diserahkan kepada asisten Profesor Vorobyev, Profesor Zharsky. Sayangnya, pembalseman Stalin tidak direncanakan dengan baik mengingat kematiannya yang sangat mendadak.

Pada akhirnya, butuh waktu tujuh bulan untuk menyelesaikan proses "mumifikasi" Stalin. Tubuhnya ditempatkan di dalam kuburan kaca di samping Lenin, tetapi dipindahkan lagi ketika Nikita Khrushchev menjadi kepala negara Uni Soviet. 

Setelah naik ke tampuk pemerintahan Soviet, Khrushchev langsung bertekad untuk memberlakukan kebijakan de-Stalinisasi. Khrushchev percaya kalau diktator kejam itu tidak pantas mendapat tempat di samping Lenin.

Akibatnya, delapan tahun setelah dibalsem dan dimakamkan dalam kuburan kaca, jenazah Stalin dikeluarkan dari mausoleum di Lapangan Merah dan dikubur di dekat Tembok Kremlin. Pada akhirnya, Stalin kehilangan kehormatan dan prestise yang dia yakini sebagai haknya. 

Alih-alih beristirahat di samping Lenin, Stalin malah ditempatkan di samping tokoh-tokoh yang lebih rendah dari para pentolan Revolusi Rusia. Secara kebetulan, hari "penggusuran" makam Stalin bertepatan pada hari Halloween 1961.

7. Konspirasi di sekitar kematiannya
Misteri terus berputar di sekitar kematian Stalin meskipun ada bukti yang telah merinci penyebab kematiannya. Selama bertahun-tahun, para sejarawan terus memperdebatkan kemungkinan kalau pemimpin Soviet itu telah diracun secara bertahap.

Misalnya, pada malam kematian Stalin, dia muntah darah karena mengalami pendarahan saluran pencernaan. Rincian pendarahan perutnya baru dipublikasikan pada 2011 ketika laporan otopsi resmi dirilis. Akibatnya, beberapa spekulasi liar pun bermunculan.

Beberapa menyangka kalau orang-orang di lingkaran dalam Stalin memberinya warfarin, pengencer darah yang tidak berasa dan tidak berwarna. Diyakini kalau Stalin diberikan racun selama makan malam terakhir dengan empat anggota Politbiro-nya, termasuk Nikita Khrushchev dan Lavrenti Beria.

Bahkan, Beria sempat membual tentang pembunuhan Stalin sekitar dua bulan setelah kematiannya. Pada saat itu, ia mengatakan "Aku membunuhnya! Aku menyelamatkan kalian semua." Dipercaya kalau mereka takut akan perang nuklir dengan Amerika Serikat.

Oleh karena itu, mereka bersekongkol untuk meracuni Stalin selama 5-10 hari secara bertahap agar tidak dicurigai oleh Stalin sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Nah, itu tadi 7 fakta di balik kematian Joseph Stalin. Jadi, bagaimana menurutmu? Setujukah kalian kalau Stalin meninggal karena serangan stroke? Atau, kalian lebih percaya kalau Stalin meninggal karena diracun?


Sumber:
https://www.google.com/amp/s/www.idntimes.com/science/discovery/amp/shandy-pradana/7-fakta-di-balik-kematian-joseph-stalin-diracun-atau-kena-stroke-c1c2

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (230) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (338) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (15) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (4) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (210) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (178) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (122) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (125) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)