basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Nilai Dunia Hanya Debu di Alam Semesta Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Hingga detik ini, manusia tida...

Nilai Dunia Hanya Debu di Alam Semesta

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Hingga detik ini, manusia tidak tahu, apakah alam semesta memiliki ujung atau batasnya? Alam semesta tak terhingga luasnya.

Bumi dihamparan alam semesta hanyalah debu. Andai ada manusia yang menguasai seluruh kekayaan dan kekuasaan satu planet bumi. Nilainya sebesar debu.

Alhamdulillah, nilanya lebih berat dari langit dan bumi. Kalimat Tauhid nilai lebih berat dari alam semesta.

Shalat Fajar nilainya lebih baik dari kekayaan seisi  bumi. Betapa remehnya semua yang ada di alam semesta ini.

Ilmu, teknologi dan kepintaran akal manusia belum bisa membongkar rahasia alam semesta. Semua masih misteri. Selalu muncul misteri baru.

Mengapa manusia memburu dunia? Memburu kekayaan dan kekuasaannya? Padahal nilanya seberat debu?

Mengapa manusia terus bertikai, berselisih, bertempur, saling menguasai dan merendahkan, bila yang diburu nilainya hanya sebuah debu?

Mengapa manusia saling berbangga, sombong, iri dan dengki, bila yang ada pada dirinya dan orang lain hanya setitik di alam semesta?

Mengapa ada kesedihan dan penderitaan, bila segala yang ada dan yang terjadi hanya senilai debu di alam semesta?

Manusia dipermainkan dengan cara pandang kehidupan yang teramat sempit. Tak mau berpindah pada cara pandang ketauhidan.

Semua kerusakan jiwa, raga, alam dan hidup, karena mengabaikan cara pandang ketauhidan yang sangat luas tak bertepi yang menciptakan keluasan dada dan pikiran.

Bila cara pandangnya hanya keduniaan, maka ruang dada dan pikirannya akan mengerucut seluas dan seberat debu saja.

Luaskan cara pandang hidup dengan tauhid, maka dada, pikiran dan cakrawala menjadi tak terbatas, lebih luas dari alam semesta ini.

Menjelajah Gua Tsur di Musim Haji 1900 M Gua Tsur hingga detik ini masih dapat disaksikan. Masih ada dan dapat dilihat mata sehi...

Menjelajah Gua Tsur di Musim Haji 1900 M

Gua Tsur hingga detik ini masih dapat disaksikan. Masih ada dan dapat dilihat mata sehingga apabila kita dapat ziarah ke sana, akan tergambar dalam ingatan kita kedahsyatan Hijrah saat itu, seakan-akan baru terjadi kemarin, maka akan bertambahlah cinta kita kepada Rasulullah saw kalau kita kuat mendaki Gunung Tsur hingga ke guanya.

Jauh kaki gunung itu dari Masjidil Haram adalah 5,5 mil. Sebelum kendaraan bermotor ada, termasuk sukar mencapainya. Dahulu dengan  baik kuda memakan waktu ke kaki bukitnya saja kira-kira 2 jam. Sekarang beberapa menit saja. Tetapi mendaki ke atasnya membutuhkan kekuatan nafas.

Dahulu tempat itu dibiarkan saja tak terurus. Tetapi orang-orang Haji yang yakin mencoba juga untuk mendakinya.

Pada tahun 1318 Hijriah atau 1900 Masehi, Amirul Haji dari Mesir, yaitu Ibrahim Rifat Pasya telah mencoba mendakinya, tetapi memakai kawal tentara Mesir beberapa kompi, karena waktu itu gangguan Badui terlalu banyak.

Pada waktu itu kalau mendaki tidak memakai rombongan, bisa mati dibunuh Badui dan dirampas barang-barang yang dibawa. Tetapi di zaman sekarang, asal badan kuat dan nafas tidak sesak, orang sudah mudah mendaki dan memasuki gua yang bersejarah itu.

Pintu gua ada dua, di sebelah timur dan barat. Masuk dari sebelah barat dengan merangkak, dan dari timur lebih lapang. Pintu sebelah barat itulah yang dimasuki Rasulullah saw dengan merangkak, dan disanalah laba-laba membuat sarang, sesudah Rasulullah saw masuk.

Sayangnya, sekarang sudah dihancurkan dengan dinamit, supaya orang-orang mudah memasukinya, tetapi nilai sejarahnya menjadi kurang karena itu.

Bila kita lihat bebas tempat itu, pahamlah kita bahwa dengan cara yang amat sukar Rasulullah saw dapat masuk ke dalamnya. Besar kemungkinan bahwa tempat itu sudah diteliti terlebih dahulu oleh beliau atau oleh suruhan beliau sebelum beliau bersembunyi ke sana.

Sumber:
Tafsir Al Azhar jilid 4, Buya Hamka, GIP

Manajemen Berkecamuknya Hati Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Amati kebun. Apa pun dapat hidup, tumbuh...

Manajemen Berkecamuknya Hati

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Amati kebun. Apa pun dapat hidup, tumbuh dan berbuah. Yang merusak maupun yang bermanfaat. Hewan yang berbisa maupun ternak. Bila dibiarkan, apa yang terjadi? Yang bermanfaat bisa mati, kurus dan tak produktif. Kebun pun gersang dipenuhi rumput dan ilalang. Andai dihuni hewan berbisa, justru mencelakakan pemiliknya sendiri. Itulah kebun yang tak pernah dikelola.

Petani harus paham yang ditanam dan dipelihara. Mencabuti akar gulma pada saat yang tepat. Hingga tahu cara agar gulma tak bisa tumbuh. Olah tanah. Tanam tumpang sari yang menjadi musuh alami gulma tersebut. Inilah seni mengelola kebun. Bagaimana dengan hati?

Hati terus berkecamuk tak pernah berhenti. Seperti beragam tanaman yang tumbuh di kebun. Hati berbolak balik hingga sulit dikendalikan. Bisikan fujur (keburukan) dan takwa (kebaikan) terus bersaing agar menjadi besar, hingga saling mematikan. Pikiran positif dan negatif terus bergesekan. Suaranya membisingkan angkasa hati hingga membingungkan dan menggalaukan. Itulah centang merentangnya suasana hati.

Hanya bisikan takwa yang harus didengar. Hanya gaung takbir yang boleh membahana. Hanya pandangan positif yang terus menyelimuti. Hanya niat besar dan mulia yang dikuatkan. Hanya keyakinan boleh menghujam. Itulah tanaman dan suara yang harus ditanam dan dipelihara di kebun hati.

Bila paham yang harus ditanam, secara otomatis paham pula gulmanya. Mudah pula mengidentifikasikan bisikan yang harus diredam dan dimatikan volume suaranya. Paham pula bagaimana olahan tanah dan pupuk nya. Paham pula tumpang sari yang dapat menyuburkan tanaman dan membunuh gulmanya. Inilah langkah awal mengelola kebun hati.

Setiap hari kebun harus dibersihkan  dan dirawat. Tak boleh dibiarkan terbengkalai. Tunas gulma harus segera dicabut akarnya. Tumbuhan yang kekurangan nutrisi harus segera dipupuk. Hati pun tak boleh dibiarkan tanpa perhatian dan perawatan. Setiap tunas penyakit hati yang baru tumbuh, segera dicabut akarnya. Beri energi pada obat hati agar terus tumbuh dan tak pernah layu.

Hati medan jihad terberat. Karena gulma dan hamanya terus tumbuh, berkembang biak dan mendatanginya. Tak boleh lengah sedikit pun. Harus terus waspada tanpa henti. Bila terus fokus pada pengelolaan hati, maka manajemen kehidupan dan kesuksesan akan terbentuk dengan sendirinya.

Sumber Kebijaksanaan  Dalam sebuah hadist disebutkan, "Siapa yang ingin ilmu oleh Allah tanpa belajar, mendapatkan petunjuk...

Sumber Kebijaksanaan 

Dalam sebuah hadist disebutkan, "Siapa yang ingin ilmu oleh Allah tanpa belajar, mendapatkan petunjuk tanpa hidayah, maka zuhudlah dari dunia."

Setiap hikmah ada ahli dan zamannya, dan zaman itu telah berlalu dengan sejumlah besar ahlinya, sedangkan yang tersisa kini hanyalah musibah. Maka kami kepada Allah, dan kami kepadaNya kembali.

Carilah lampu-lampu kalam kaum 'arifin sebelum mereka wafat, suatu nikmat yang kalian rasakan kemuliaannya, keutamaannya yang paripurna dan Luqman dipilih oleh Allah dengan hikmah, karena kemuliaan hikmahnya. Hikmah itu shiddiqun, kebanggaan muttaqun, firadus para 'arifin, warisan para nabi dan Mursalun. Burulah sebelum sirna.

Dian-dian cahaya manusia di setiap bumi Merekalah Ulama generasi mulia Ilmunya memancarkan cahaya di setiap lembah Bagai purnama yang membias tanpa awan.

Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Visi Orang-orang Shaleh  Abu Said al-Balkhi ditanya: "Kenapa ucapan orang pendahulu (salaf) lebih utama dibanding orang akh...


Visi Orang-orang Shaleh 

Abu Said al-Balkhi ditanya: "Kenapa ucapan orang pendahulu (salaf) lebih utama dibanding orang akhir (khalaf)?" "Karena kehendak mereka adalah memuliakan Islam, menyelamatkan jiwa, kasih sayang pada sesama saudara dan ridho kepada Ar-Rahman..." jawabnya.

"Sedangkan kehendak kita adalah memanjakan hawa nafsu, mencari pujian orang dan mencari kenikmatan dunia." tambahnya lagi.

Seorang hamba manakala taat pada Tuhannya Allah memberinya rizki seteguk air dari sumber ma'rifat, lalu ia mengucapkan dengan lisannya.

Namun jika ia meninggalkan taatnya, ia tidak akan merusak taat itu, namun tetap tersimpan di hatinya, dan tidak mengucapkannya dengan lisannya, agar ia tetap dalam sesalnya dan menjadi cobaan dengan berbagai ujian. Tiada dua orang beriman yang bertemu, yang keduanya berdzikir kepada Allah, melainkan Allah menambah cahaya ma'rifatullah pada kedua hatinya, sebelum keduanya berpisah. Sesungguhnya Allah memunculkan ahli ma'rifat di atas puncak gelombang lautan intuisi qalbu dan memuliakan mereka di atas perbendaharaan rahasia serta rahasia pengetahuan yang tak terhingga jumlahnya, tidak pernah putus uraiannya, tidak pernah ditemukan ujung dalaninya, tidak sirna keajaibannya, hingga mereka menyelami cahaya ma'rifat, dalam kedalaman isyarat yang terpendam, dalam makna-maknanya yang tersembunyi, hingga keluar dengan keajaiban satriguna dan kelembutan bekal-bekal melimpahnya, hakikat-hakikat dan isyaratnya, yang membakar qalbu para pecinta, memesrakan ruh para penempuh. Itulah cahaya dari cahaya hidayah, dimana seorang hamba meraih petunjuk dari kebajikan ri'ayah (penjagaan jiwa) jika meraih Taufiq dan 'inayah.

Yahya bin Mu'adz RA berkata, "Aku bertemu kaum 'arifin yang dilimpahi hikmah, aku temukan mayoritas mereka tidak memiliki apa-apa, malah mereka dibiayai yang lain."

Laits al-Mishry RA punya saudara yang ada di Iskandariyah, ketika ia datang, saudaranya menjawab, "Aku sedang menghadap Allah." "Mana faedah dari penghadapanmu pada Tuhanmu?" Saudaranya diam, Lalu Laits mengatakan, "Sang hamba jika menghadap pada Allah dengan keselarasan yang benar, Allah memberikan faedah-faedah yang tak pernah terlintas di hati manusia.

Yahya bin Mu'adz, manakala bicara suatu hari, tiba-tiba ada orang yang berteriak keras di sembari merobek-robek bajunya. "Hai! Apa yang kamu katakan?!
"Kalam ahli ma'rifat, ketika muncul dari sumber rahasia kemanunggalan, ia menggali hati orang yang dibakar rindu dan cinta dengan apinya, lantas sifat-sifat manusiawi sirna."

Karena itu kalimat orang yang bertaqwa itu posisinya mendekati wahyu. Suatu ketika ada kata-kata terucap dari mereka, lalu ditanya, "Apa yang membuatmu bicara seperti ini?"

"Hatiku mengatakan demikian, bermula dari fikiranku, dari rahasia jiwaku, dari Tuhanku..." katanya.

Sandaran hikmah adalah wujudnya hikmah, yaitu barang berharga yang hilang dari penempuh, ketika ditemukan ia ambil. Ia tak peduli darimana pun wadahnya, dari mana pun diucapkannya, dari hati mana dinukil atau dari dinding mana terukir atau dari kafir mana di dengar.


Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Malunya Kaum 'Arifin Rasulullah SAW bersabda: الحياء من الايمان » "Malu itu sebagian dari iman." (Hr. Muslim) MALU...

Malunya Kaum 'Arifin

Rasulullah SAW bersabda:

الحياء من الايمان »

"Malu itu sebagian dari iman." (Hr. Muslim)

MALU yang yang biasanya terekspresi pada wajah manusia merupakan gambaran tentang malu yang ada dalam hati manusia, yaitu malu karena sesuatu dari Allah Ta'ala.

Sehingga malu terekspresikan dari Malu Wajah dan Malu Qalbu, merupakan bagian dari iman kepada Allah Ta'ala, dimana kaum 'arifin menjadikannya sebagai orientasi atas kelemahan dan cacat rahasia hatinya di hadapan Allah Ta'ala.

Karena itulah, qalbu kaum 'arifin merupakan perbendaharaan Allah Ta'ala di muka bumi. Di dalam qalbu itu ada titipan rahasiaNya, kelembutan hikmahNya, kelembutan cintaNya, cahaya-cahaya ilmuNya dan amanah kema'rifatanNya.

Wacana kaum 'arifin senantiasa muncul dari musyahadah qalbunya, aksentuasi dari pengetahuan rahasia, dan penjelasan mengenai amaliyah batin, berupa penjelasan mengenai pemisahan perkara dengan wushul, penjelasan faktor-faktor yang menganggu hubungan dengan Allah Ta'ala, dan faktor faktor yang yang mendorong menuju Allah Ta'ala.

Faktor pendorong pada kepentingan makhluk (selain Allahi adalah: Dunia, Nafsu dan Makhluk itu sendiri. Sedangkan faktor yang mendorong kita menuju Allah Ta'ala adalah: Akal, Yaqin, dan Ma'rifat, sebagaimana disebutkan dalam hadits: "Siapa yang mengenal dirinya maka ia mengenal Tuhannya." Yakni siapa yang mengenal apa yang mesti dilakukan untuk dirinya, ia mengenal apa yang harus dilaksanakan untuk Tuhannya.

Ungkapan para 'arifin, berkisar pada lima arah:

1. Bihi (bersama Allah)
2. Lahu (bagi Allah)
3. Minhu (dari Allah)
4. Ilaihi (menuju Allah) 
5. 'Alaihi (bersandar pada Allah).

Dalam ucapan mereka tidak ada kata seperti: Aku, sesungguhnya diriku, kami, bagiku dan denganku... Karena kata kata mereka bersifat manunggal (fardaniyah), Geraknya adalah serba bergantung padaNya (Shomadaniyah), Akhlaq mereka senantiasa merupakan manifestasi Robbaniyah, Kehendak mereka adalah kemanunggalan (Wahdaniyyah), Isyarat mereka tidak akan dikenal kecuali oleh orang yang hatinya membara kepadaNya, yang didalamnya ada rahasia-rahasia tersembunyi, mutiara-mutiara suci, pancaran-pancaran cahaya, lautan kasih, kunci-kunci keghaiban rahasia, wadah kerinduan dan taman kemesraan.

Yahya bin Mu'adz RA mengatakan: Hati itu seperti periuk, wadah ciduknya adalah lisan. Setiap lisan senantiasa menciduk apa yang ada di periuk hatinya."

Abu Bakr al-Wasithy RA ditanya tentang pendapatnya seputar ucapan ahli ma'rifat. Ia menjawab, "Gambaran tentang ma'rifat seperti cahaya dalam lampu dan lampu itu digantung di dalam rumah, sepanjang lampu itu ada dalam rumah, sepanjang itu pula terang. Ketika pintu rumah dibuka, maka cahaya lampu itu akan menerangi halaman." Kalau kaum 'arifin senantiasa memancarkan cahaya kepada ahli cahaya, hingga air mata mereka meleleh dan lisannya berdzikir.

Allah Ta'ala berfirman:

ه وإذا سمعوا ما أنزل إلى الرسول تـرى أعينهم تفيض من الدمع مما عرفوا من الحق، يقولون ربنا آمنا فاكتبنا مع الشاهدين »

"Bila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul, kamu melihat air mata mereka meleleh, karena ma'rifat mereka terhadap Allah, mereka mengatakan, "Oh Tuhan kami, kami beriman dan catatlah kami bersama orang-orang yang menyaksikan(Mu)." (QS. Al-Maidah 83).

Metafor jiwa kaum 'arif seperti rumah, hatinya seperti lampu, minyaknya adalah rasa yaqin, airnya dari kejujuran hati, pintalannya dari ikhlas, kacanya dari kebeningan dan kerelaan hati, dan gantungannya dari akal. Khauf itu adalah api dalam cahaya. Sedangkan Raja (harapan) adalah cahaya dalam api. Ma'rifat seperti cahaya dalam cahaya. Lampu itu digantung dipintu lobang, jika seorang arif membuka mulutnya, muncul hikmah dari dalam hatinya, mengalirlah cahaya hati lewat mulutnya, lalu cahaya itu membisa kepada mereka yang siap disemai cahaya, lalu cahaya saling bergantungan dengan cahaya.

Ada sebagian ucapan lebih dahsyat dibanding cahaya matahari, dan sebagian lebih gulita dibanding gelapnya malam. Kalam ahli ma'rifat senantiasa adalah perbendaharaan Tuhan Yang Maha Suci, dimana sumber-sumbernya adalah qalbu kaum 'arifin, dimana Allah memerintahkan agar menginfaqkan cahaya itu kepada yang lain yang berhak menerimanya, dalam firmanNya:

و ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن، إن ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتدين» .

"Ajaklah mereka ke Jalan Tuhanmu dan dengan hikmah dan nasehat yang bagus berilah argumentasi dengan argument yang lebih bagus. Sesungguhnya Tuhanmu Dia lebih Tahu pada orang yang tersesat dari jalannya, dan ia Maha Tahu pada orang yang diberi hidayah." (Qs. An-Nahl 125).

Sebagian 'arifin ditanya,
"Manakah cahaya yang lebih hebat ketimbang matahari?" "Ma'rifat," jawabnya. 
"Apa yang lebih berguna dibanding air?"
"Ucapan ahli ma'rifat." katanya. "Apa yang lebih harum aromanya ketimbang minyak kesturi?"
"Waktunya orang 'arif."
"Apa pekerjaan orang 'arifin?"
"Memandang pekerjaan Rububiyah dan panji-panji kelembutan qudrah." jawabnya.


Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Syeikh Abdul Qadir Jaelani: Mencontoh yang Telah Menuju Jalan Allah  (Pengajian Jum'at pagi, 7 Jumadil Akhir 545 H, di Madra...

Syeikh Abdul Qadir Jaelani: Mencontoh yang Telah Menuju Jalan Allah 

(Pengajian Jum'at pagi, 7 Jumadil Akhir 545 H, di Madrasah)

Datanglah pada para syekh dan belajarlah dari mereka cara melangkah di jalan yang berujung pada al-Haqq Azza wa Jalla, sebab jalan tersebut pernah mereka tempuh dan lalui.

Tanyakanlah pada mereka ihwal petaka-petaka hawa nafsu dan tabiat, sebab mereka telah merasakan (pahitnya) petaka-petaka, dan mengetahui bencana-bencana serta kegilaannya. Mereka pernah terlibat di dalamnya beberapa waktu, dan satu demi satu berhasil diatasinya, hingga mereka mampu mengalahkan dan menguasai (diri) mereka.

Jangan terlena dengan hembusan-hembusan (bujuk rayu) setan dalam dirimu, dan jangan kalah oleh panah-panah nafsu. Sebab, ia (nafsu) melemparimu dengan panah setan, dan memang setan tidak dapat menguasaimu kecuali dengan sarana nafsu.

Setan jin tidak akan dapat menguasai dirimu, kecuali lewat media setan manusia, yaitu nafsu dan kolega kalega yang buruk. Memohonlah pada Allah Azza wa Jalla dan mintalah tolong pada-Nya dalam menghadapi musuh-musuh ini, niscaya Dia akan menolongmu.

Jika engkau telah menemukan-Nya, lalu engkau lihat pula apa yang ada di sisi-Nya dan engkau pun dianugerahi-Nya hal tersebut, maka pulanglah kembali pada keluargamu dan khalayak manusia, serta gandenglah mereka menuju-Nya.

 Katakan pada mereka, "Bawalah keluargamu semuanya kepadaku," sebagaimana Nabi Yusuf As. ketika mendapatkan anugerah kepemilikan dan kerajaan, maka ia pun berkata pada keluarganya : 

"Dan bawalah keluargamu semuanya kepadaku?" (QS. 12:93).

Orang yang tertolak (al-mahrum) adalah orang yang menolak al-Haqq 'Azza wa Jalla dan kehilangan kedekatan bersama-Nya di dunia dan akhirat. Allah Azza wa Jalla berfirman dalam beberapa kitab-Nya:

"Hai anak Adam! Jika Aku melewatkanmu, maka akan lepas pula (dari)mu segala sesuatu". 

Bagaimana al-Haqq Azza wa Jalla tidak melewatkanmu jika engkau berpaling dari Nya, dan dari kaum Mukmin serta hamba-hamba-Nya yang saleh, bahkan malah menyakiti mereka dengan ucapan dan tindakanmu, serta menentang mereka secara lahir dan batin. Nabi Muhammad Saw, bersabda:

"Menyakiti orang Mukmin lima belas kali lebih besar (dosanya) di sisi Allah daripada merobohkan Ka'bah dan Baitul Makmur.

Dengarkan, hai orang yang selalu menyakiti kaum fuqara' Allah, padahal mereka adalah orang-orang yang beriman pada-Nya, saleh demi-Nya, arif mengenal-Nya, dan berpasrah diri pada-Nya. 

Celakalah kaul Sebentar lagi, engkau akan menjadi mayat pucat yang dikeluarkan dari rumahmu, dan kekayaan yang engkau bangga-banggakan akan terbakar ludes tanpa bisa memberimu kemanfaatan apa-apa dan tidak pula mampu melindungimu.

Sumber :
Bekal-Bekal Menjadi Kekasih Allah, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (230) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (338) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (15) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (4) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (210) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (177) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (122) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (125) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)