basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Adab Terhadap Kezaliman Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Dalam periodisasi sejarah umat Islam, mengapa...

Adab Terhadap Kezaliman

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Dalam periodisasi sejarah umat Islam, mengapa ada periode menghadapi penguasa yang sangat zalim? Mengapa periode Mekkah lebih lama daripada periode Madinah? Mengapa Nabi Musa lebih banyak disebut dalam Al-Qur'an dibandingkan Nabi yang lain termasuk Rasulullah saw? Mengapa kisah para Nabi lebih banyak berhadapan dengan penguasa atau para pembesar?

Inilah perjalanan amar makruf nahi munkar yang terpanjang, paling sering dihadapi dan melelahkan. Inilah hukum kehidupan yang sudah ditetapkan. Inilah sunatullah abadi yang telah digoreskan. Maka hadapilah dengan ketentraman hati apa pun yang terjadi.

Nabi Ibrahim dan pemuda ashabul ukhdud menghadapi jilatan api dengan ketentraman. Nabi Yahya digregaji tanpa sedikitpun keluhan. Khubaib menghadapi penyaliban dengan ketenangan. Bahkan Sayid Qutb dan Abdul Qadir Al-Audah menghadapi tiang gantungan dengan tersenyum.

Mengapa sangat tentram? Bukankah jihad menghadapi penguasa yang zalim adalah puncaknya jihad? Hadapi kezaliman  seperti Nabi Musa menghadapi Firaun. Hadapi dan nasihat. Ajak dan ingatkan. Ungkapkan penyimpangan dan kerusakannya
 
Kezaliman memang selalu membuat tipu daya dan muslihat. Kezaliman memang selalu disibukkan membuat makar terhadap kebenaran. Kezaliman memang tak pernah tentram walaupun beragam rekayasa terus dilakukan. Itulah hukuman Allah terhadap pelaku kezaliman. Padahal seluruh tipu daya kezaliman akan dipatahkan Allah.

Bila kezaliman pasti dipatahkan oleh Allah, maka hadapilah kezaliman dengan akhlak terpuji. Jangan tergesa-gesa untuk menghancurkannya dengan beragam kekerasan yang melampaui batas. Jangan menghadapi dengan emosional dan gelap mata. Jangan bertindak ekstrim yang menimbulkan kerusakan.

Berpegang teguhlah dengan syariat Allah dan adab yang dicontohkan Rasulullah saw. Seperti nasihat Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib sebelum menggempur benteng Khaibar yang harus menyerukan berislam, dan  membayar jizyah terlebih dahulu.

Belajarlah pada Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Ahmad saat menghadapi kezaliman. Belajarlah pada Musa bin Nusair, sang panglima penakluk  Andalusia, saat dia disiksa oleh khalifah Sulaiman bin Abdul Malik.

Musa bin Nusair memiliki ratusan ribu budak, persenjataan dan kekuatan ekonomi yang dapat dikerahkan melawan khalifah. Namun dia tidak melakukannya. Karena  bermar makruf nahi munkar ada proses dan adabnya juga. Tetap beradab dalam menghadapi kezaliman, itulah kemenangan jiwa.
 
 

Model Pengelolaan Kekuasaan Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Apa kabar dengan Alp  Arslan, yang mampu ...

Model Pengelolaan Kekuasaan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Apa kabar dengan Alp  Arslan, yang mampu memukul Romawi Timur yang berkekuatan 250.000 pasukan  dengan hanya 15.000 pasukan? Apa resep rahasia Umar bin Abdul Aziz, Harun Al Rasyid, Nuruddin Zanky, Shalahuddin Al Ayubi, Saifuddin Qutudz, Muhammad Al Fatih dan Sulaiman Al Qanuny yang membawa umat Islam pada era keemasan dan memukul semua kekuatan yang memerangi kaum Muslimin? 

Semestinya rahasia ini digali, dikaji, dijadikan referensi, dan diterapkan oleh para penguasa dan politisi. Seperti Umar bin Abdul Aziz yang mengumpulkan semua dokumentasi sepak terjang nenek moyangnya Umar bin Khatab. Seperti Nurudin Zanky dan Shalahuddin Al Ayubi yang berusaha melintasi jalan pemerintah khalifah dua Umar. Bukankah semua terdokumentasilan dengan baik oleh para sejarawan muslim?

Kunci semua keberhasilan pemerintah mereka adalah kolaborasi antara penguasa dan ulama. Penguasa harus mendengarkan dan mematuhi ulama. Bukan memusuhinya? Dalam rentang sejarah pemerintah islam mereka yang berhadapan dan memusuhi ulama akan hancur kekuasaannya  baik karena kezaliman dari hawa nafsu dan bisikan syetan yang terus mengepung mereka.

Penguasa memiliki seluruh kekuatan dan sumber daya. Namun mereka tak paham untuk apa semua itu? Akhirnya hanya untuk memenuhi hawa nafsunya. Penguasa perlu mendengarkan dan taat pada ulama. Kejernihan hati para ulama. Zuhud dan waranya para ulama menciptakan  kebijaksanaan dan keadilan. Tak adanya kepentingan para ulama akan dunia, menciptakan kekuasaan berada dalam rel kebenaran.

Hati yang bersih para ulama membuka tabir rahasia tentang masa depan. Firasatnya menembus batas waktu. Taufik dan hidayah dari Allah terus membimbingnya. Ingat ketika Alp Arslan dan Muhammad Al Fatih sempat merasakan ketakutan menghadapi Romawi Timur? Para ulamalah yang meneguhkannya.

Pada diri ulama ada ilmu dan kebijaksanaan. Pada diri ulama ada kebersihan hati dan ketakutan terhadap kematian. Inilah mata air kecerdasan, kecerdikan dan inovasi yang dahsyat terhadap pengelolaan kekuasaan.

Bila benih-benih keadilan sudah ditancapkan. Bila pondasi syariat Allah dan Sunnah Rasulullah saw sudah dihidupkan. Maka Allah akan mengilhamkan, menganugerahkan dan menopang berbagai sumber kekuatan dan kemakmuran. Seluruh  semesta alam dan malaikat akan mendukungnya. Masyarakat akan tentram, patuh dan bahu membahu membangun negrinya.

Ulama Sebagai Elit Kekuasaan Dalam Sejarah Nusantara Oleh: Nasrulloh Baksolahar Sejak terbentuknya komunitas muslim dan berdirin...

Ulama Sebagai Elit Kekuasaan Dalam Sejarah Nusantara

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Sejak terbentuknya komunitas muslim dan berdirinya  kesultanan di Nusantara, ulama telah menjadi bagian dari elit kekuasaan.

Saat terbentuknya komunitas muslim di pesisir  Nusantara, peran ulama sebagai tahkim untuk menyelesaikan persoalan hukum, sosial, budaya dan juru damai.

Era awal Pasai, pusat studi Islam telah didirikan di lingkungan istana. Ulama dan elit kekuasaan terlibat diskusi intensif dalam memecahkan persoalan negara

Peran ulama di kesultanan sebagai Kadi, Syaikhul Islam dan Ahlul Halli wal Aqdi. Setiap kesultanan menempatkan ulama pada posisi yang berbeda-beda.

Peran ulama sudah mulai mapan sebagai bagian dari struktur kekuasaan sejak era Iskandar Muda di kesultanan Aceh (1607-1636) dengan dibentuknya lembaga Kadi

Lembaga Kadi dibentuk dari level Istana atau pusat, tingkat lokal atau regional hingga level kampung yang dipimpin oleh Teungku (ulama)

Peran Kadi, bertanggungjawab urusan keagamaan dan lembaga hukum dalam kasus sipil, kriminal dan ekonomi.

Peran ulama dilembagakan juga menjadi Syaikhul Islam perannya memberikan nasihat kepada sultan mengenai kebijakan negara dalam soal sosial, ekonomi dan politik

Hamzah Fanshuri, Nurudin ar-Raniri, Abdul Rauf Sinkili, Yusuf al-Makasari, Muhamad Arsyad al Banjari, Khatib Tunggal Dato Ri Bandang, contoh ulama yang berperan sebagai Syaikhul Islam di Kesultanan yang ada Nusantara

Wali Sanga, dewan yang berperan sebagai ahlul halli wal aqdi di kesultanan Demak. Perannya, memutuskan persoalan agama, kenegaraan dan kemasyarakatan.

Di bawah pimpinan Sunan Giri, Majelis Walisanga mendorong Raden Fatah mendeklarasikan berdirinya Kesultanan Demak.

Di Jawa, Kadi dikenal sebagai Penghulu. Di Demak, Sunan Bonang, Makdum Sampang, Kiai Pembayun, Rahmatullah dan Sunan Kudus pernah memimpin lembaga ini

Di era Mataram, terjadi perubahan struktur, dimana lembaga Kadi menjadi langsung di bawah kontrol kerajaan dengan nama Mahkamah Surambi.

Di Kesultanan Banten, model Kadinya mengikuti  Kesultanan Aceh, dikenal sebagai Pakih Najmuddin yang dipimpin oleh ulama. Strukturnya hingga ke desa

Di Kesultanan Gowa-Tallo, Khatib Tunggal Dato Ri Bandang, ulama dari Minangkabau, membentuk lembaga Kadi dan jadi Syaikhul Islam.

Di Kesultanan Bone, lembaga model Kadi diberi nama Pejabat Sara yang dipimpin oleh Petta (Tuan Guru)

Di Kesultanan Ternate Maluku Utara, lembaga Kadi dikenal sebagai Babato Akhirat. Lembaga ini terbentuk atas saran Sunan Giri.

Dalam sejarah Nusantara, para ulama berperan sebagai pedagang, memasuki dunia pendidikan dan kekuasaan, lalu membangun sosial dan kebudayaan.

Sumber: 
Islam Dalam Arus Sejarah Indonesia, Jajat Burhanuddin, Kencana

Ulama dan Kekuasaan, Jajat Burhanuddin, Mizan

Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslimin di Indonesia, Uka Tjandrasasmita, Menara Kudus

Sunah Rasulullah saw, Berkuasa Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Sunah berkuasa, sering kali dianggap k...

Sunah Rasulullah saw, Berkuasa

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Sunah berkuasa, sering kali dianggap kotor dan keji. Umat Islam menggenggam peradaban dunia sejak akhir 600 M hingga 1924 M, hitung berapa tahun? hampir 1.300 tahun. Baru 100 tahun ini saja umat Islam hidup tanpa kekuasaan yang melindunginya.

Kita sering meributkan sunah berjenggot dan celana cingkrang, mengapa tidak membahas sunah berkuasa? Bukankah sunah berkuasa paling pertama hilang lalu yang terakhir shalat?

Saatnya berfikir dan berjuang membangun sunah berskala dunia, menggenggam peradaban dunia,  bukan saja berkutat pada soal persoalan individu saja.

Nabi Sulaiman dan Daud menggenggam kekuasaan. Nabi Yusuf menggenggam kekuasaan. Rasulullah saw dan Khalifatur Rasyidin menggenggam kekuasaan. Umar Bin Abdul Aziz, Shalahuddin Al Ayubi, Nuruddin Zanky, Baibars, Al Qhutuz hingga Muhammad al Fatih, semuanya menggenggam kekuasaan. Namun mengapa kita sekarang mengatakan kekuasaan itu kotor. Politik itu kotor? Sepertinya ada yang salah dalam memahami dan mengimani Islam.

Nabi Sulaiman, Daud, Yusuf dan Musa memperbaiki umatnya dengan kekuasaan. Kecepatan memperbaiki masyarakat hanya bisa dilakukan dengan kekuasaan dan kultural. Walisanga saja memadukan kekuasaan dengan kultural untuk mengislamkan Nusantara.

Apakah para Nabi dan Rasul hanya mengandalkan ibadah mahdoh saja? Apakah para Sahabat mengandalkan ibadah mahdoh saja untuk meraih surga? Mereka selalu ingin menjadi yang pertama mendapatkan perlindungan Allah. Caranya, berkuasalah dengan keadilan. Andai kita belum bisa menjadi pemimpin adil, jadilah penyokong dan pengusung untuk lahirnya dan berkuasanya pemimpin yang adil.

Setelah para Sahabat Rasulullah saw dididik, kemana mereka berkiprah? Hanya Abu Dzar Al Ghifari saja yang ditolak memegang kekuasaan.  Selebihnya menjadi Khalifah dan pejabat publik? Bila kekuasaan diramu dengan spiritualitas dan intelektualitas, hasilnya kemaslahatan yang luar biasa.

Ibnu Abbas, ahlul  Quran, yang didoakan Rasulullah saw. Apakah dia hanya menjadi ahli tafsir? Yang berkecimpung di ranah intelektual saja? Dia penasihat khusus khalifah Ali bin Abi Thalib. Ibnu Umar yang diberikan keluasan ilmu Fiqh, dia seorang bendaharawan sebuah wilayah setingkat gubernur. Abu Hurairah ahli hadist dia menjabat walikota. Imam Syafii seorang hakim. Jadi adakah pertentangan iman dan kekuasaan? Antara ulama dan kekuasaan? Apakah kekuasaan itu kotor? Mengapa mereka bergelut dengan kekuasaan?

Apakah Abu Dzar Ghifari berdiam diri dengan kekuasaan? Dia tidak menggenggam kekuasaan tetapi menjadi oposisi yang meluruskan para Sahabat yang berkuasa agar tetap berada di relung kebenaran.

10 Sahabat Rasulullah saw yang dijamin masuk surga, hidup hingga matinya bergelut dengan kekuasaan. Kecuali satu orang. Hasan dan Husein, penghulu para pemuda di Surga, juga bergelut dengan kekuasaan. Mengapa kita yang ilmu dan pemahamannya sedikit, mengatakan bahwa politik kekuasaan itu kotor?

Memadukan Sejarah Fiqh dan Tasawuf Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Memadukan membaca buku  sejarah ilm...

Memadukan Sejarah Fiqh dan Tasawuf

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Memadukan membaca buku  sejarah ilmu Fiqh dan Tasawuf, bagaimana jadinya? Sejarah ilmu Tasawuf dibaca dari karangan Buya  Hamka. Sejarah ilmu Fiqh dibaca dari karangan Syaikh Manna Al-Qathtan,  guru besar Universitas Muhammad bin Sud Riyadh Arab Saudi. Kita bisa membaca siklus pertumbuhan keduanya dalam rentang waktu yang sama. Sangat menarik.

Dari sejarah ilmu Fiqh, kita akan tahu bagaimana pemikiran manusia dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dalam formalitas beribadah, menyelesaikan masalah hak dan kewajiban serta beragam problematika  interaksi manusia. Sejarah ilmu Tasawuf, kita akan tahu suasana kebathinan dan kejiwaan dalam berinteraksi dengan berbagi persoalan hidup. Apakah siklus ilmu Fiqh akan sejajar atau berkebalikan dengan ilmu Tasawuf? Berbanding lurus atau terbalik?

Semakin kuat Tasawufnya, logikanya problematika yang harus dipecahkan  dengan ilmu Fiqh semakin berkurang. Karena jiwanya bersih. Ilmu Fiqh berkembang pesat seiring pertumbuhan daerah yang menerima Islam dan semakin kompleks tanggungjawab yang diemban hingga level pemerintah. Dari urusan mandi air hingga urusan negara. Bagaimana mengelola pemerintah, sosial, ekonomi, pertahanan, budaya? Semakin luas kekuasaan, semakin kompleks kehidupan manusia, maka pertumbuhan ilmu Fiqh seharusnya semakin berkembang.

Ilmu Tasawuf semakin berkembang ketika kekuasaan semakin luas digenggam dan kekayaan semakin merata. Bagaimana agar jiwa manusia tidak digenggam oleh hawa nafsu kekuasaan dan kekayaan? Bagaimana interaksi dengan kekuasaan dan kekayaan tidak menyebabkan cinta dunia dan takut pada kematian?

Dalam keadaan tertentu, hubungan Tasawuf dan Fiqh berjalan terbalik . Dalam kondisi yang lain berjalan seiring. Kekompleksan hidup butuh komprehensif pemecahan secara Tasawuf dan Fiqh. Semakin kompleks, butuh rambu keadilan dan kemaslahatan. Semakin kompleks, butuh obat hati yang semakin mujarab. Fiqh menata kehidupan. Tasawuf menata jiwa agar tentram hidupnya.

Fiqh memiliki tokohnya sendiri seperti empat imam Mazhab, Hanafi, Malik, Syafii dan Ahmad. Tasawuf memiliki tokohnya sendiri seperti Hasan Al Bashri, Sofyan At Tsauri, Malik Bin Dinar, Junaid Al Baghdadi, Adawiyah, Imam Al Ghazali hingga Syekh Abdul Qadir Jailani. Ahli tasawuf memiliki thariqah seperti mazhab dalam fiqh.

Penerapan ilmu Fiqh kadang bisa dilakukan secara mandiri. Tetapi kadang butuh legalitas kekuasaan. Berwudhu, setiap orang bisa melakukannya. Namun yang berkaitan pidana dan perdata, butuh legalitas kekuasaan. Fiqh menciptakan keharmonisan dalam bermasyarakat dan bernegara. Sedangkan Tasawuf menjadi tanggungjawab dirinya sendiri. Itu tanggungjawab diri terhadap Allah. Menciptakan keharmonisan jiwa bathin  manusia.

Memadukan sejarah ilmu Fiqh dan Tasawuf membuat kita paham pertumbuhan formalitas hukum yang mengatur masyarakat dan negara serta jatuh bangunya jiwa manusia yang menjalaninya.

Kebijaksanaan Dari Ilmu Fiqh Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Kiyai Abdullah Syafii pernah menegur sant...

Kebijaksanaan Dari Ilmu Fiqh

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Kiyai Abdullah Syafii pernah menegur santrinya yang tidak belajar dengan alasan lemas karena puasa sunah. Oleh sang Kiyai, puasanya disuruh dibatalkan agar bisa bisa belajar. Karena belajar itu wajib, sedang puasa itu sunah. Jangan menggugurkan yang wajib demi membela yang sunah. Inilah kepahaman atas ushul fiqh. Inilah kepahaman atas fiqh prioritas yang sering diabaikan.

Ali Bin Abi Thalib, melihat sebuah fenomena di masjid. Ada dua kumpulan manusia. Satu kumpulan yang sedang berzikir. Satu kumpulan yang sedang belajar. Lalu Imam Ali, memerintahkan yang sedang berzikir untuk berpindah ke kumpulan orang yang sedang belajar. Zikir itu ibadah sunah. Belajar itu wajib. Begitulah menahami prioritas dalam beramal.

Ulama mengklasifikasikan tingkatan amal. Mengklasifikasikan tingkatan kebaikan dan keburukan. Tingkatan kebaikan, fardhu kifayah, fardhu ain, sunah muakadah dan sunah. Mengapa kebaikan perlu dibedakan tingkatannya? Karena manusia tidak bisa melakukan kebaikan sekaligus. Dalam satu momentum, ada kebaikan yang harus dilakukan secara bersamaan. Dengan tingkatan kebaikan, kita lebih mudah menentukan apa yang didahulukan dan apa yang difokuskan.

Keburukan ada tingkatannya makruh dan haram. Haram yang membawa pada kemurtadan dan Haram yang hanya sebuah kemaksiatan dengan dosa besar. Inilah tingkatan haram. Namun orang itu tetaplah sebagai muslim. Haram harus dihindari. Sedangkan makruh lebih baik dihindari karena ada efek buruknya juga. Mengapa tingkatan kebaikan lebih banyak daripada tingkatan keburukan?

Efek keburukan lebih besar kerusakannya. Tidak ada toleransi dalam keburukan. Tak ada negosiasi dalam keburukan. Mencegah kerusakan harus didahulukan daripada menciptakan kebaikan. Sejuta kebaikan bisa dihancurkan hanya dengan satu keburukan saja. Keburukan itu dinikmati oleh nafsu dan kecendrungan manusia. Bila dihadapan satu kondisi, berbuat baik atau mencegah keburukan? Maka dahulukan mencegah keburukan. Begitulah kaidah fikihnya.

Itulah sebab Abu Bakar memberantas mereka yang tidak membayar zakat dan murtad. Untuk Itulah mengapa Umar sangat tegas dengan benih-benih keburukan. Itulah mengapa Ali sangat tegas terhadap kaum Khawarij. Menuntaskan penyimpangan Khawarij, baru kemudian  menyelesaikan urusannya dengan Muawiyah.

Cara menghancurkan keburukan dengan memberikan medan yang luas dalam kiprah kebaikan. Kondisi kondusif kebaikan harus didahulukan untuk menekan keburukan. Bisa jadi keburukan itu efek dari tidak adanya ruang kebaikan. Sibukan manusia dengan kebaikan agar tidak memikirkan dan berbuat keburukan.

Untuk itulah tingkatan amal kebaikan lebih banyak jenjangnya. Fardu Kifayah, Fardu Ain, Sunah Muakadah dan Sunah. Jiwa manusia pun diberi ruang rileksasi dari kejenuhan dan kejemuan kebaikan yaiti mencicipi hal yang mubah. Apa itu? makan, minum, istirahat, berkeluarga, menikmati keindahan dan kehidupan. Itulah ruang besar agar manusia melupakan keburukan.

Untuk itulah amar makruf didahulukan daripada nahi mungkar. Ciptakan kebaikan. Buat ruang kebaikan seluas mungkin. Bila masih tetap berbuat buruk. Berarti jiwa manusia tersebut sudah terkontaminasi dengan penyakit. Bukan lagi keterpaksaan. Bukanlah keterdesakan. Tetapi sudah menjadi karakternya. Untuk itulah mengapa ada hukum Islam sangat tegas dan keras.

Islam memberikan ruang besar berkiprah dalam kebaikan. Memberikan ruang rileksasi berupa hal-hal yang mubah. Mubah sebuah ruang menikmati kesenangan dan kehidupan dalam sebuah bingkai fitrah manusia. Lalu menutup rapat keburukan dengan ketegasan. Namun pada sisi lain membuka keran taubat bagi pelaku keburukan. Itulah keindahan hukum Islam. Adakah hukum sesempurna ini?

Anak Kecil Di Perang Badar Oleh : Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Perang Badar menggugah banyak orang. Tak g...

Anak Kecil Di Perang Badar

Oleh : Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Perang Badar menggugah banyak orang. Tak gentar menghadapi kekuatan besar. Tak bergeming mundur saat lawan memiliki kekuatan tak terkalahkan.

Apakah ini bunuh diri ? Apakah ini mati konyol ?  Bila musuh sudah dihadapan, tidak ada kata mundur apalagi lari. Kenyataan harus dihadapi.

Mundur yang diijinkan bukan mundur karena kekalahan dan ketakutan. Tapi mundur untuk mengatur strategi baru. Mundur menata kembali barisan dan langkah.

Hadapi apa pun kenyataan hidup. Karena dua kondisi ini sangatlah mulia. Menang atau bergelar syuhada. Hadapi dan hadapi. Karena hidup itu bergerak maju bukan mundur kebelakang.

Hadapi semua hal. Sehebat apapun yang engkau hadapi. Bila tanpa persiapan harus menghadapi sesuatu, hadapi saja karena menunggu kesempurnaan untuk menghadapi hanyalah sebuah ketidakmungkinan.

Seperti kisah Umair yang mengendap-endap menjauh dari pandangan Rasulullah saw. Agar bisa berjihad bersama Rasulullah saw. Walau sebenarnya tidak diijinkan berperang.

Sang anak ini sudah paham akan hakikat hidup. Walau belum sempurna menghadapi peperangan namun dia terus bergerak dan maju untuk menghadapi yang tidak sepadan dengan kekuatan dan kemampuannya.

Sang Umair wafat. Namun kisah kepahlawanan terus tercatat. Kekalahan menghadapi perjuangan, lebih baik daripada kehidupan yang dipenuhi senda gurau dan kemalasan.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (402) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (300) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)