basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Tak Perlu Menghadirkan Para Nabi untuk Menyaksikan Kemukjizatan Materi  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Allah swt Maha Kuasa atas seg...

Tak Perlu Menghadirkan Para Nabi untuk Menyaksikan Kemukjizatan Materi 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Allah swt Maha Kuasa atas segala sesuatu. Allah swt Maha Berkehendak atas segala sesuatu. Maka sangat mudah untuk menghadirkan Hari Kebangkitan.

Allah swt menampilkan Maha Kekuasaan-Nya di muka bumi. Apa yang paling mudah untuk dilihat dan dipikirkan? Apa yang paling keras menghadirkan kesadaran?

Alam Semesta adalah ayat-ayat kebesaran-Nya yang menakjubkan dan diliputi kemukjizatan. Tak perlu menghadirkan tongkat Nabi Musa.

Tak perlu menghadirkan para nabi dan rasul untuk melihat nyata kemukjizatan. Alam semesta adalah kemukijzatan materi yang mengepung manusia. 

Banyak yang ragu saat para nabi dan rasul membuktikan kenabiannya dengan bukti kemukjizatannya. Sekarang pun sama, tetap banyak yang ragu saat kemukjizatan fisik alam semesta mengepungnya.

Bukankah alam semesta tidak hanya dilihat? Tetapi dirasakan dan dinikmati kemanfaatannya? Bukankah seluruh panca indra dan komponen fisik manusia telah merasakan pelayanannya? Namun, kedustaan tetap hadir di setiap zaman dan generasi.

Bila meragukan hari kebangkitan, perhatikan kekuasaan Allah swt di bumi. Allah swt mengajak titik penting agar manusia tersadarkan. Titik-titik penting itu dihadirkan dalam awal Surat An-Naba.


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

عَمَّ يَتَسَاۤءَلُوْنَۚ

Tentang apakah mereka saling bertanya?
(An-Naba' [78]:1)


عَنِ النَّبَاِ الْعَظِيْمِۙ

Tentang berita yang besar (hari Kebangkitan)
(An-Naba' [78]:2)


الَّذِيْ هُمْ فِيْهِ مُخْتَلِفُوْنَۗ

yang dalam hal itu mereka berselisih.
(An-Naba' [78]:3)


كَلَّا سَيَعْلَمُوْنَۙ

Sekali-kali tidak! Kelak mereka akan mengetahui.
(An-Naba' [78]:4)


ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُوْنَ

Sekali lagi, tidak! Kelak mereka akan mengetahui.
(An-Naba' [78]:5)


اَلَمْ نَجْعَلِ الْاَرْضَ مِهٰدًاۙ

Bukankah Kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan
(An-Naba' [78]:6)


وَّالْجِبَالَ اَوْتَادًاۖ

dan gunung-gunung sebagai pasak?
(An-Naba' [78]:7)


وَّخَلَقْنٰكُمْ اَزْوَاجًاۙ

Kami menciptakan kamu berpasang-pasangan.
(An-Naba' [78]:8)


وَّجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًاۙ

Kami menjadikan tidurmu untuk beristirahat.
(An-Naba' [78]:9)


وَّجَعَلْنَا الَّيْلَ لِبَاسًاۙ

Kami menjadikan malam sebagai pakaian.
(An-Naba' [78]:10)


وَّجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًاۚ

Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan.
(An-Naba' [78]:11)


وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًاۙ

Kami membangun tujuh (langit) yang kukuh di atasmu.
(An-Naba' [78]:12)


وَّجَعَلْنَا سِرَاجًا وَّهَّاجًاۖ

Kami menjadikan pelita yang terang-benderang (matahari).
(An-Naba' [78]:13)


وَّاَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرٰتِ مَاۤءً ثَجَّاجًاۙ

Kami menurunkan dari awan air hujan yang tercurah dengan deras
(An-Naba' [78]:14)


لِّنُخْرِجَ بِهٖ حَبًّا وَّنَبَاتًاۙ

agar Kami menumbuhkan dengannya biji-bijian, tanam-tanaman,
(An-Naba' [78]:15)


وَّجَنّٰتٍ اَلْفَافًاۗ

dan kebun-kebun yang rindang.
(An-Naba' [78]:16)

Kisah Nabi Yakub dan Kesatuan Agama Samawi Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Di surat Al-Baqarah, Al-Qur'an mengabadikan detik-det...

Kisah Nabi Yakub dan Kesatuan Agama Samawi

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Di surat Al-Baqarah, Al-Qur'an mengabadikan detik-detik terakhir Nabi Yaqub. Detik terakhir hembusan nafasnya. Detik terakhir yang sangat berharga yang biasanya memuat pesan yang paling berharga.

Pesan yang menyatukan semua agama samawi. Pesan yang tidak akan menimbulkan perpecahan, perselisihkan, dan debat kusir apalagi pertempuran karena sebab agama samawi. 

Di detik terakhirnya, ternyata Nabi Yaqub tidak mengungkapkan pesan, tetapi ingin mengetahui apakah didikannya terhadap anak-anaknya sudah benar dan menghujam di jiwa mereka?

Nabi Yaqub bertanya tentang ketauhidan. Nabi Yaqub bertanya komitmennya terhadap ajaran para leluhurnya kepada anak-anaknya. 

Apakah kamu (hadir) menjadi saksi menjelang kematian Ya‘qub ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu: Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.”
(Al-Baqarah [2]:133)

Nabi Yaqub sangat antusias mentransfer amanah kepemimpinan dari para pendahulunya, Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Nabi Ishaq kepada generasi selanjutnya dari kalangan putranya, dari Bani Israil.

Setelah itu, seharusnya agama Samawi itu hanya satu. Tidak ada yang lain. Tidak ada Yahudi dan Nasrani. Yang ada hanya yang dibawa oleh Nabi Ibrahim. 

Mereka berkata, “Jadilah kamu (penganut) Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.” Katakanlah, “(Tidak.) Akan tetapi, (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus dan dia tidak termasuk orang-orang musyrik.”
(Al-Baqarah [2]:135)

Setelah itu, seharusnya hanya satu agama samawi yang memiliki kesamaaan ciri dengan agama yang diyakini dan diperjuangkan oleh Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, Nabi Yaqub dan keturunannya. Juga generasi sesudahnya, Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi-nabi yang lainnya.

Katakanlah (wahai orang-orang yang beriman), “Kami beriman kepada Allah, pada apa yang diturunkan kepada kami, pada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‘qub dan keturunannya, pada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa, serta pada apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan (hanya) kepada-Nya kami berserah diri.”
(Al-Baqarah [2]:136)

Agama apakah yang mengimani seluruh Nabi-nabi yang telah ada? Yang mengimani seluruh kitab suci sebelumnya? Juga tidak membeda-bedakan antara satu Nabi dengan Nabi yang lainnya?

Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Mereka juga berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali.”
(Al-Baqarah [2]:285)

Memilih, Dalam Perjuangan atau Dalam Kesenangan? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Sejak diciptakan, manusia tak pernah bertopang dagu....

Memilih, Dalam Perjuangan atau Dalam Kesenangan?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Sejak diciptakan, manusia tak pernah bertopang dagu. Baru saja diciptakan, Nabi Adam langsung belajar nama-nama benda di alam semesta. Setelah itu, mengajarkannya kepada para Malaikat.

Sujudnya para Malaikat dan dengkinya Iblis karena setelah Nabi Adam bergelut dengan ilmu yang diajarkan Allah swt. Adakah bertopang dagu? Bagaimana dengan di Surga?

Di Surga, Nabi Adam berjibaku dengan bisikan nafsu dan syetan. Bila keduanya, seiya sekata, apa yang terjadi? Nabi Adam melanjutkan perjuangan di muka bumi.

Bagi yang mengaku dirinya muslim, apa lagi yang telah mendeklarasikan sebagai juru dakwah. Perjalanannya akan mengikuti perjalanan para Nabi dan Rasul. Seperti para pendahulunya, Nabi Adam, Nuh dan Ibrahim. Apakah sulit?

Hidup tanpa tantangan justru hampa, hambar dan membosankan. Hidup tanpa perjuangan, justru tidak nikmat.

Nikmat itu, beristirahat setelah lelah. Makan dan setelah lapar dan haus. Sehat setelah sakit. Berteduh setelah kepanasan.

Apakah selalu senang itu bahagia? Apakah selalu berkecukupan itu senang? Apakah selalu berkelimpahan itu mengasyikan? Mengapa setelah sukses, yang banyak diceritakan justru di saat penuh perjuangan? 

Nikmat itu bila hidup selalu dalam kancah perjuangan, pergulatan, dan pertempuran. Tak ada kesenangan dalam kesenangan. Tak ada kesenangan dalam keberlimpahan. 

Keluarga dalam Surat Al-Baqarah Surat Al-Baqarah memaparkan aturan dalam berkeluarga, dari pernikahan, perceraian, penyusunan da...

Keluarga dalam Surat Al-Baqarah

Surat Al-Baqarah memaparkan aturan dalam berkeluarga, dari pernikahan, perceraian, penyusunan dan peminangan.  Mungkin ada yang bertanya, mengapa aturan berkeluarga disebutkan di akhir? Tidak di awal?

Membangun keluarga merupakan pekerjaan yang sangat berat sehingga butuh persiapan. Untuk itu ketaatan kepada Allah swt, takwa, shalat, shaum, dan haji adalah bentuk persiapan tersebut.

Berjuta aturan tidak akan sanggup meluruskan jiwa-jiwa yang cenderung menyimpang. Oleh karena itu, kebanyakan ayat yang berkaitan dengan keluarga diakhiri dengan takwa kepada Allah swt, mengingatkan tentang Ilmu Allah swt dan pengawasan-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 


وَاِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاۤءَ فَبَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَاَمْسِكُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍ اَوْ سَرِّحُوْهُنَّ بِمَعْرُوْفٍۗ وَلَا تُمْسِكُوْهُنَّ ضِرَارًا لِّتَعْتَدُوْا ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهٗ ۗ وَلَا تَتَّخِذُوْٓا اٰيٰتِ اللّٰهِ هُزُوًا وَّاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ وَمَآ اَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِّنَ الْكِتٰبِ وَالْحِكْمَةِ يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗوَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ

Apabila kamu menceraikan istri(-mu), hingga (hampir) berakhir masa idahnya,69) tahanlah (rujuk) mereka dengan cara yang patut atau ceraikanlah mereka dengan cara yang patut (pula). Janganlah kamu menahan (rujuk) mereka untuk memberi kemudaratan sehingga kamu melampaui batas. Siapa yang melakukan demikian, dia sungguh telah menzalimi dirinya sendiri. Janganlah kamu jadikan ayat-ayat (hukum-hukum) Allah sebagai bahan ejekan. Ingatlah nikmat Allah kepadamu dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu, yaitu Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunah), untuk memberi pengajaran kepadamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(Al-Baqarah [2]:231)

وَاِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاۤءَ فَبَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَلَا تَعْضُلُوْهُنَّ اَنْ يَّنْكِحْنَ اَزْوَاجَهُنَّ اِذَا تَرَاضَوْا بَيْنَهُمْ بِالْمَعْرُوْفِ ۗ ذٰلِكَ يُوْعَظُ بِهٖ مَنْ كَانَ مِنْكُمْ يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ ۗ ذٰلِكُمْ اَزْكٰى لَكُمْ وَاَطْهَرُ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

Apabila kamu (sudah) menceraikan istri(-mu) lalu telah sampai (habis) masa idahnya, janganlah kamu menghalangi mereka untuk menikah dengan (calon) suaminya70) apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang patut. Itulah yang dinasihatkan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman kepada Allah dan hari Akhir. Hal itu lebih bersih bagi (jiwa)-mu dan lebih suci (bagi kehormatanmu). Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.
(Al-Baqarah [2]:232)


۞ وَالْوٰلِدٰتُ يُرْضِعْنَ اَوْلَادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ اَرَادَ اَنْ يُّتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۗ وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهٗ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ  لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ اِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَا تُضَاۤرَّ وَالِدَةٌ ۢبِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُوْدٌ لَّهٗ بِوَلَدِهٖ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذٰلِكَ ۚ فَاِنْ اَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗوَاِنْ اَرَدْتُّمْ اَنْ تَسْتَرْضِعُوْٓا اَوْلَادَكُمْ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اِذَا سَلَّمْتُمْ مَّآ اٰتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوْفِۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

Ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Kewajiban ayah menanggung makan dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani, kecuali sesuai dengan kemampuannya. Janganlah seorang ibu dibuat menderita karena anaknya dan jangan pula ayahnya dibuat menderita karena anaknya. Ahli waris pun seperti itu pula. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) berdasarkan persetujuan dan musyawarah antara keduanya, tidak ada dosa atas keduanya. Apabila kamu ingin menyusukan anakmu (kepada orang lain), tidak ada dosa bagimu jika kamu memberikan pembayaran dengan cara yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
(Al-Baqarah [2]:233)

وَالَّذِيْنَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُوْنَ اَزْوَاجًا يَّتَرَبَّصْنَ بِاَنْفُسِهِنَّ اَرْبَعَةَ اَشْهُرٍ وَّعَشْرًا ۚ فَاِذَا بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْمَا فَعَلْنَ فِيْٓ اَنْفُسِهِنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Orang-orang yang mati di antara kamu dan meninggalkan istri-istri hendaklah mereka (istri-istri) menunggu dirinya (beridah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian, apabila telah sampai (akhir) idah mereka, tidak ada dosa bagimu (wali) mengenai apa yang mereka lakukan terhadap diri mereka71) menurut cara yang patut. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Al-Baqarah [2]:234)

وَالَّذِيْنَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُوْنَ اَزْوَاجًا يَّتَرَبَّصْنَ بِاَنْفُسِهِنَّ اَرْبَعَةَ اَشْهُرٍ وَّعَشْرًا ۚ فَاِذَا بَلَغْنَ اَجَلَهُنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيْمَا فَعَلْنَ فِيْٓ اَنْفُسِهِنَّ بِالْمَعْرُوْفِۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Orang-orang yang mati di antara kamu dan meninggalkan istri-istri hendaklah mereka (istri-istri) menunggu dirinya (beridah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian, apabila telah sampai (akhir) idah mereka, tidak ada dosa bagimu (wali) mengenai apa yang mereka lakukan terhadap diri mereka71) menurut cara yang patut. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Al-Baqarah [2]:234)

وَاِنْ طَلَّقْتُمُوْهُنَّ مِنْ قَبْلِ اَنْ تَمَسُّوْهُنَّ وَقَدْ فَرَضْتُمْ لَهُنَّ فَرِيْضَةً فَنِصْفُ مَا فَرَضْتُمْ اِلَّآ اَنْ يَّعْفُوْنَ اَوْ يَعْفُوَا الَّذِيْ بِيَدِهٖ عُقْدَةُ النِّكَاحِ ۗ وَاَنْ تَعْفُوْٓا اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۗ وَلَا تَنْسَوُا الْفَضْلَ بَيْنَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

Jika kamu menceraikan mereka sebelum kamu sentuh (campuri), padahal kamu sudah menentukan maharnya, maka (bayarlah) separuh dari apa yang telah kamu tentukan, kecuali jika mereka atau pihak yang memiliki kewenangan nikah (suami atau wali) membebaskannya.74) Pembebasanmu itu lebih dekat pada ketakwaan. Janganlah melupakan kebaikan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
(Al-Baqarah [2]:237)


وَلِلْمُطَلَّقٰتِ مَتَاعٌ ۢبِالْمَعْرُوْفِۗ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِيْنَ

Bagi istri-istri yang diceraikan terdapat hak mut‘ah dengan cara yang patut. Demikian ini adalah ketentuan bagi orang-orang yang bertakwa.
(Al-Baqarah [2]:241)


Pembingkaian aturan keluarga dengan ketakwaan mengajarkan kepada kita bahwa aturan akhlak dan aturan aktivitas dalam Islam selalu berkaitan.


Surat Al-Baqarah Sebagai Isyarat Kepemimpinan Surat Al-Baqarah merupakan surat yang komprehensif, mencakup hukum dan aturan Isla...

Surat Al-Baqarah Sebagai Isyarat Kepemimpinan


Surat Al-Baqarah merupakan surat yang komprehensif, mencakup hukum dan aturan Islam, maka dapat dipahami mengapa Rasulullah saw mengangkat seseorang yang hafal surat Al-Baqarah untuk menjadi pemimpin sebuah kaum.

Diharapkan dengan hafalannya, dia telah menguasai rambu-rambu manhaj yang komprehensif, menpresentasikan shirath mustaqim dalam Surat Al-Fatihah.

Manhaj aqidah terdapat dalam ayat Kursi, manhaj ibadah terdapat dalam ayat-ayat tentang shalat, shaum, dan haji.

Sedangkan manhaj muamalah (transaksi sesama manusia) terdapat dalam ayat-ayat infaq, dokumentasi hutang piutang, pengharaman riba, dan aturan perang, juga perkawinan.

Semuanya dibingkai dengan tiga pokok utama, yaitu ketaatan, kemandirian yang moderat dan ketakwaan. 


Tiga Kisah untuk Menjelaskan Ayat Kursi Ayat Kursi merupakan ayat teragung di dalam Al-Qur'an. Ayat ini merupakan pembicaraa...

Tiga Kisah untuk Menjelaskan Ayat Kursi


Ayat Kursi merupakan ayat teragung di dalam Al-Qur'an. Ayat ini merupakan pembicaraan paling indah mengenai Allah swt, dan sifat-sifat-Nya yang diketahui manusia sepanjang masa.

Allah, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Hidup lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak dilanda oleh kantuk dan tidak (pula) oleh tidur. Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun dari ilmu-Nya, kecuali apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya (ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi langit dan bumi. Dia tidak merasa berat memelihara keduanya. Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.
(Al-Baqarah [2]:255)


Ayat ini sangat agung. Bagaimana agar manusia memahami Ayat Kursi sesuai tujuan dan hakekatnya? Tidak melenceng dan salah? Tidak melebih-lebihkanan juga tidak menyepelekannya? 

Menurut Amru Khalid dalam Khowathir Quraniyah, setelah Ayat Kursi, Allah swt memaparkan tiga contoh konkrit untuk mendukungnya, yaitu dua kisah Nabi Ibrahim dan satu kisah Nabi Uzair.

1. Perdebatan Nabi Ibrahim dengan Penguasa 

Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya karena Allah telah menganugerahkan kepadanya (orang itu) kerajaan (kekuasaan), (yakni) ketika Ibrahim berkata, “Tuhankulah yang menghidupkan dan mematikan.” (Orang itu) berkata, “Aku (pun) dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Kalau begitu, sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur. Maka, terbitkanlah ia dari barat.” Akhirnya, bingunglah orang yang kufur itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
(Al-Baqarah [2]:258)


2. Kehancuran kota di era Nabi Uzair 

Atau, seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh menutupi (reruntuhan) atap-atapnya. Dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah kehancurannya?” Lalu, Allah mematikannya selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (kembali). Dia (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Sebenarnya engkau telah tinggal selama seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, (tetapi) lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang-belulang) dan Kami akan menjadikanmu sebagai tanda (kekuasaan Kami) bagi manusia. Lihatlah tulang-belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging (sehingga hidup kembali).” Maka, ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Aku mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(Al-Baqarah [2]:259)


3. Kisah 4 Burung yang potong-potong

(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Dia (Allah) berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang.” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu, ambillah empat ekor burung, lalu dekatkanlah kepadamu (potong-potonglah). Kemudian, letakkanlah di atas setiap bukit satu bagian dari tiap-tiap burung. Selanjutnya, panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.8
(Al-Baqarah [2]:260)


Tiga tema besar ketiga kisah itu adalah hanya Allah swt yang memiliki kekuasaan untuk menghidupkan dan mematikan. Sedangkan manusia, tak berdaya sedikit pun.

Keberanian  Selalu Menemukan Cara untuk Menang Oleh: Nasrulloh Baksolahar Amru Khalid dalam Khowathir Quraniyah mengatakan bahwa...

Keberanian  Selalu Menemukan Cara untuk Menang

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Amru Khalid dalam Khowathir Quraniyah mengatakan bahwa kisah Thalut melawan Jalut, sebuah kisah tentang sekelompok Bani Israil yang sukses dalam mengemban tugas dan kelompok lain yang gagal karena beberapa sebab.

Sebab itu antara lain, mengabaikan perintah Allah swt, berpaling setelah diperintah berperang, tidak taat kepada Nabi, tidak lulus ujian dengan meminum air sungai, dan mengukur kemenangan atau kekalahan secara materi.

Kisah ini memuat pertempuran yaitu manusia yang ketakutan menghadapi musuh, dan manusia lain yang berperang dengan keberanian. Apa rahasia agar tumbuh mental pemberani? Sabar dan kokoh dalam melangkah.

Ketika mereka maju melawan Jalut dan bala tentaranya, mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami, kukuhkanlah langkah kami, dan menangkanlah kami atas kaum yang kafir.”
(Al-Baqarah [2]:250)


Kisah Thalut melawan Jalut menegaskan keharusan berperang untuk menjaga sistem hidup atau  manhaj, dan bahwa para penakut serta pengecut tidak layak mengusung manhaj. Oleh karena itu, mereka tidak layak untuk memegang kepemimpinan di muka bumi.

Mereka (tentara Talut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan Daud membunuh Jalut. Kemudian, Allah menganugerahinya (Daud) kerajaan dan hikmah (kenabian); Dia (juga) mengajarinya apa yang Dia kehendaki. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, niscaya rusaklah bumi ini. Akan tetapi, Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan-Nya) atas seluruh alam.
(Al-Baqarah [2]:251)

Thalut dengan pasukannya yang kecil, dengan gagah berani,  menghadapi pasukan Jalut yang besar. Walaupun ditinggalkan oleh sebagian besar pasukannya, Thalut dengan pasukannya yang tersisa, terus kokoh berperang.

Dawud yang bertubuh kecil, yang hanya bersenjata ketapel dengan batu kerikil, dengan gagah berani menghadapi Jalut yang tubuhnya bagaikan raksasa dengan bersenjatakan pedang dan baju besi. 

Keberanian memang selalu punya jalan dan cara. Selalu memberikan inspirasi dan kreatifitas yang tak terduga untuk menang. Saat ini keberanian itu ada di rakyat Palestina.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (347) Al-Qur’an (2) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (245) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (2) Kisah Para Nabi dan Rasul (514) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (212) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (371) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (478) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (206) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (215) Sirah Sahabat (136) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (140) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)