Keluarga Ali Imran dalam Surat Al-Imran
Oleh: Nasrulloh Baksolahar
Kisah keluarga Ali Imran, seperti kisah Nabi Adam di surat Al-Baqarah, menjadi kisah pertama di surat Al-Imran. Bila kisah Nabi Adam terfokus figur suami, istri dan liku-likunya, maka kisah Ali Imran terfokus pada istri dan putrinya.
Istri Ali Imran sangat fokus pada visinya dalam memiliki anak? Apakah sekedar melanjutkan generasi? Tak ada sedikit pun kepentingan dirinya atas kehadiran anak-anaknya.
Fokusnya, menazarkan yang lahir dari kandungannya untuk mengabdi kepada Allah swt. Titik awal ini menentukan perjalanan berikutnya bagi anaknya.
Apa yang terjadi setelah mengetahui bahwa yang lahir ternyata seorang perempuan? Istri Ali Imran tetap teguh pada niat awalnya. Itulah keteguhan, tsabat, yang menjadi tema sentral surat Al-Imran.
Kisah awal menjadi tema sentral kisah-kisah berikutnya, walaupun dalam satu surat terdapat ragam kisah yang sosok, generasi, tempat dan waktunya yang sangat jauh berbeda.
Kisah ini juga menjadi titik awal kisah-kisah berikutnya, dar kisah Nabi Zakaria, Maryam, Nabi Isa dan pengikut setianya. Juga, dasar dialog-dialog Rasulullah saw dengan ahlul kitab, bahwa berdasarkan fakta sejarah, ahlu kitab yaitu Nasrani, seharusnya mengikuti jejak Rasulullah saw.
Seperti kisah Bani Israil di surat Al-Baqarah yang ditaruh di awal sebelum Rasulullah saw berdialog dengan Yahudi.
Berikut kisah keluarga Ali Imran di surat Al-Imran:
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
۞ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰىٓ اٰدَمَ وَنُوْحًا وَّاٰلَ اِبْرٰهِيْمَ وَاٰلَ عِمْرٰنَ عَلَى الْعٰلَمِيْنَۙ
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga Imran atas seluruh alam (manusia pada zamannya masing-masing).
(Āli ‘Imrān [3]:33)
ذُرِّيَّةً ۢ بَعْضُهَا مِنْۢ بَعْضٍۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌۚ
(Mereka adalah) satu keturunan, sebagiannya adalah (keturunan) dari sebagian yang lain. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(Āli ‘Imrān [3]:34)
اِذْ قَالَتِ امْرَاَتُ عِمْرٰنَ رَبِّ اِنِّيْ نَذَرْتُ لَكَ مَا فِيْ بَطْنِيْ مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّيْ ۚ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
(Ingatlah) ketika istri Imran berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada-Mu apa yang ada di dalam kandunganku murni untuk-Mu (berkhidmat di Baitulmaqdis). Maka, terimalah (nazar itu) dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(Āli ‘Imrān [3]:35)
فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ اِنِّيْ وَضَعْتُهَآ اُنْثٰىۗ وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْۗ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْاُنْثٰى ۚ وَاِنِّيْ سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَاِنِّيْٓ اُعِيْذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطٰنِ الرَّجِيْمِ
Ketika melahirkannya, dia berkata, “Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.” Padahal, Allah lebih tahu apa yang dia (istri Imran) lahirkan. “Laki-laki tidak sama dengan perempuan. Aku memberinya nama Maryam serta memohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari setan yang terkutuk.”
(Āli ‘Imrān [3]:36)
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُوْلٍ حَسَنٍ وَّاَنْۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًاۖ وَّكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ۗ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَۙ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا ۚ قَالَ يٰمَرْيَمُ اَنّٰى لَكِ هٰذَا ۗ قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يَرْزُقُ مَنْ يَّشَاۤءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Dia (Allah) menerimanya (Maryam) dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik, dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemui di mihrabnya, dia mendapati makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam, dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.
(Āli ‘Imrān [3]:37)
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.quran.kemenag
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif