basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Kisah Bani Israil Sebuah Prototipe dan Modeling Masyarakat yang Dihadapi Para Pemimpin  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Kisah Nabi Ad...

Kisah Bani Israil Sebuah Prototipe dan Modeling Masyarakat yang Dihadapi Para Pemimpin 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Kisah Nabi Adam memuat bekal dan tempaan bagi para pemimpin. Bagaimana mengembangkan diri oleh dirinya sendiri untuk menghadapi tantangan? 

Mengapa dari kisah Nabi Adam berlanjut ke kisah Bani Israil, di surat Al-Baqarah? Bukankah ini beda zaman, tempat dan generasi? Bukankah melampaui beberapa periode kenabian?

Kisah Bani Israil memang paling tepat dan sempurna sebagai prototipe dan model dalam menggambarkan liku-liku tantangan bagi seluruh para pemimpin. Bagaimana membawa kaumnya pada kebangkitan setelah tertindas? Juga, dalam keterhinaan karakter dan mental?

Bila kisah para Nabi dan Rasul dicukupkan dengan interaksi dengan satu kaumnya saja. Namun, dalam kisah Bani Israil, satu kaum berinteraksi dengan banyak para Nabi dan Rasul, baik yang tergolong Ulul Azmi maupun bukan, hingga yang tak dikenal namanya. Juga, tokoh-tokoh yang bermunculan dari kalangan Bani Israil itu sendiri.

Membangun umat memang tidak cukup dengan satu periode kepemimpinan. Butuh lintas tokoh dan model kepemimpinan. Seperti kehadiran Nabi Musa, Harun, Nabi Yusha bin Nun, Nabi Samuel hingga Thalut.

Setiap pemimpin memiliki perannya sendiri pada kaumnya. Nabi Musa dan Harun, membawa Bani Israil dari perbudakan dan pembebasan. Liku-liku ini, digambarkan jelas dalam kisah yang memunculkan figur Firaun.

Bagaimana membangun umat yang sudah meraih kebebasan atau kemerdekaan? Bagaimana mengisi kemerdekaan? Apa tantangan yang dihadapi oleh sebuah kaum? Liku-liku ini digambarkan jelas dalam kisah perjalanan dari Mesir ke Palestina.

Untuk bangkit, ternyata tidak hanya butuh kemerdekaan. Penyakit masa lalu masih terbawa dan melekat. Mindset masa lalu sangat sulit ditinggalkan. Bagaimana memperbaiki ini semua? Liku-liku ini digambarkan jelas pada periode terlunta-lunta Bani Israil di Sinai.

Setelah melalui periode ini, bangkitlah kesadaran untuk membangun dan siap menghadapi tantangan eksternal. Juga, apa saja tantangannya? Liku-liku ini digambarkan jelas pada kisah Thalut.

Setelah berhasil menghadapi tantangan eksternal, berupa perang Thalut dan Jalut, apakah sudah cukup? Ternyata muncul kembali penyakitnya sebuah kemenangan. Liku-liku ini digambarkan pada pembangkangan Bani Israil saat memasuki Baitul Maqdis.

Setelah liku-liku ini selesai, baru muncul sosok Nabi Daud, apa yang dibangun setelah rangkaian liku-liku persoalan kemasyarakatan dituntaskan.

Memahami kisah Bani Israil berarti memahami seluk beluk masyakarat juga cara mengatasinya.

Kisah Nabi Adam di surat Al-Baqarah, Kemampuan Esensi Para Pemimpin  Oleh:  Nasrulloh Baksolahar Kisah Nabi Adam di surat Al-Baq...

Kisah Nabi Adam di surat Al-Baqarah, Kemampuan Esensi Para Pemimpin 

Oleh:  Nasrulloh Baksolahar


Kisah Nabi Adam di surat Al-Baqarah merupakan legitimasi dari Allah swt bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah swt di muka bumi. Wakil-Nya agar alam semesta dikelola sesuai dengan kehendak-Nya. 

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(Al-Baqarah [2]:30)

Agar bisa mengelola sesuai kehendak Allah swt. Allah swt langsung turun tangan mendidik para pemimpin. Allah swt mengajarkan nama-nama benda di alam semesta kepada Nabi Adam.

Nabi Adam pun merespon dan bersemangat untuk belajar sehingga mampu memperlihatkan hasil pembelajaran kepada para malaikat. 

Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!”
(Al-Baqarah [2]:31)

Nabi Adam melampaui  keilmuan malaikat. Nabi Adam memang belajar untuk mengelola bumi yang tidak diajarkan kepada para malaikat. Allah swt mengajarkan kepada makhluk-Nya sesuai dengan perannya.

Mereka menjawab, “Maha Suci Engkau. Tidak ada pengetahuan bagi kami, selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(Al-Baqarah [2]:32)

Bukan hanya belajar, Nabi Adam berhasil menyerap ilmu dengan baik, hingga mendapatkan ijazah  dan sertifikasi bahwa Nabi Adam sudah kompatibel untuk mengelola alam semesta.

Dia (Allah) berfirman, “Wahai Adam, beri tahukanlah kepada mereka nama-nama benda itu!” Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-nama itu, Dia berfirman, “Bukankah telah Kukatakan kepadamu bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang selalu kamu sembunyikan?”
(Al-Baqarah [2]:33)

Apakah hanya ilmu? Bagaimana mengelola hati, jiwa dan perasaannya? Bagaimana mengelola yang berkecamuk di dalam dirinya sendiri? 

Bagaimana bila kesenangan itu datang? Bagaimana bila mendapatkan tantangan dari lingkaran internal dirinya sendiri? Bagaimana bila ada bisikan dari yang dicintai dirinya sendiri dan kalangan terdekatnya? 

Apakah yang masih konsisten dengan perannya sebagai wakil Allah swt di muka bumi? Bekalnya harus tuntas. Sebab, persoalan esensi seorang pemimpin adalah dirinya sendiri. Bukankah dia makhluk tertinggi yang berpotensi hanya mendengarkan egonya sendiri? Bukankah makhluk yang lain hanya melayani?

(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.
(Al-Baqarah [2]:34)

Apakah pemimpin bisa melakukan semaunya, sekehendaknya? Harus ada pembatasan ego, wewenang dan  kekuasaan, agar tidak terperosok  pada kezaliman dan melampaui batas.

Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!”
(Al-Baqarah [2]:35)

Bila akhirnya jatuh dan tersungkur, apa akibatnya? Bagaimana agar bisa bangkit kembali? Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki? Apakah bersembunyi dan berdiam diri karena malu?

Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana (surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.”
(Al-Baqarah [2]:36)

Kemudian, Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu Dia pun menerima tobatnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
(Al-Baqarah [2]:37)

Kejatuhan, kegagalan dan keterpurukan justru jadi penyempurna bekal kepemimpinan. Belajar seluruh liku-liku kehidupan. Bersiap memasuki era baru. Setelah jatuh, barulah Nabi Adam dinobatkan sebagai sang khalifah Allah di muka bumi.

Kami berfirman, “Turunlah kamu semua dari surga! Lalu, jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati.”
(Al-Baqarah [2]:38)

Dibangkitkan Sesuai Niatnya Ummul Mukminin, Ummu Abdillah, Aisyah ra berkata, Rasulullah saw bersabda, "Satu pasukan tentar...


Dibangkitkan Sesuai Niatnya

Ummul Mukminin, Ummu Abdillah, Aisyah ra berkata, Rasulullah saw bersabda, "Satu pasukan tentara akan menyerang Kabah. Ketika tiba di suatu tanah lapang, mereka semua dibenamkan ( ke tanah)."

Aisyah bertanya, "Ya Rasulullah saw, mengapa mereka dibinasakan semuanya. Padahal, di antara mereka terdapat kaum awam ( yang tidak paham persoalan) dan orang-orang yang bukan golongan mereka ( ikut terpaksa).

Rasulullah saw bersabda, "Mereka semua dibinasakan. Kemudian mereka akan dibangkitkan ( Hari Kiamat) sesuai niat mereka."
(Muttafaq'alaih)

Manna dan Salwa bagi Bani Israil, Serta Satu Kurma bagi Muslimin Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Dalam Tafsir Ibnu Katsir, selama pe...

Manna dan Salwa bagi Bani Israil, Serta Satu Kurma bagi Muslimin

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Dalam Tafsir Ibnu Katsir, selama perjalanan dari Mesir, Bani Israil dianugerahkan Allah swt Manna dan Salwa, sebagai makanan yang terbaik dan bermanfaat, menyenangkan dan mudah diperoleh.

Namun, karena makanan mereka tidak pernah diganti dan berubah setiap harinya, maka dikatakan sebagai satu makanan saja. Mereka menolaknya dan tidak tahan dengannya.

Lalu, mereka menyebutkan gaya hidup yang mereka jalani, sebagai kaum yang sangat gemar pada kacang adas, bawang merah, sayuran, dan bawang putih.

(Ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan. Maka, mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota. Pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian, mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena sesungguhnya mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu ditimpakan karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
(Al-Baqarah [2]:61)

Permintaan ini tidak dipenuhi, sebab hanya bentuk kesombongan dan mengkufuri nikmat atas makanan, juga bukan hal yang darurat.


Bagaimana dengan kaum Muslimin dengan Kurmanya?

Imam Syahid Hasan al Banna  menjelaskan, sulitnya perjalanan  perang Tabuk, membuat setiap tentara hanya diberikan jatah satu ekor unta. Bekal mereka berupa kurma dan gandum. Terkadang, satu butir kurma harus dibagi untuk dua orang. Padahal, jarak Madinah ke Tabuk 778 Km. 

Di perang Khandaq, 
saat sedang menggali parit, seorang anak membawa kurma kepada ayahnya. Rasulullah saw pun memanggil anak tersebut dan kurmanya didoakan. Ternyata, setelah seluruh para sahabat bergiliran mengambil kurma tersebut, kurma itu tidak habis. 

Kisah Bani Israil dan Muslimin sangat kontradiksi tentang makanan selama perjalanan? Sebab, Bani Israil terfokus pada mencari kenikmatan di perjalanan. Sedangkan Muslimin fokus pada perjuangannya, sehingga tidak memperdulikan kenikmata bekal yang dibawa.  

Kemenangan Bani Israil di Baitul Maqdis dan Futuh Mekah Oleh: Nasrulloh Baksolahar Menurut Tafsir Ibnu Katsir, setelah 40 tahun ...

Kemenangan Bani Israil di Baitul Maqdis dan Futuh Mekah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Menurut Tafsir Ibnu Katsir, setelah 40 tahun terlunta-lunta dan tersesat di gurun pasir. Dengan dipimpin oleh Yusya bin Nun, Allah swt membukakan Baitul Maqdis pada Jumat sore. 

Hari itu, perjalanan matahari ditahan-Nya sebentar hingga akhirnya mereka meraih kemenangan. 

Allah swt memerintahkan Bani Israil untuk bersujud saat memasuki Baitul Maqdis, sebagai pernyataan bersyukur atas nikmat yang Allah swt berikan berupa kemenangan, pertolongan, dan kembalinya negeri mereka, serta selamatnya mereka setelah tersesat di padang sahara.

Rasulullah saw bersabda, "Dikatakan kepada Bani Israil: 'Masukilah pintu gerbang itu sambil bersujud dan katakanlah: Bebaskanlah kami dari dosa.'"

"Maka, mereka memasuki pintu dengan merangkak dan mendahulukan pantat mereka. Lalu, mengganti ucapkan itu dengan mengatakan: Biji-bijian di dalam gandum."

Setelah diberi kemenangan, Bani Israil kembali membuat pembangkangan dan pengingkaran. Lalu, bagaimana Muslimin saat memasuki kota Mekah atau Futuh Mekah?

Kaum Muslimin bersegera tunduk kepada Allah swt ketika meraih kemenangan, baik dalam perbuatan maupun ucapan. Selain itu memohon ampunan atasnya, mensyukuri nikmat dan bersegera melakukan perbuatan yang disukai Allah swt.

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah. Bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat.
(An-Naá¹£r [110]:1-3)

Bani Israil Menghadapi Amaliq di Baitul Maqdis dan Perang Badar Oleh: Nasrulloh Baksolahar Bani Israil telah menempuh perjalanan...

Bani Israil Menghadapi Amaliq di Baitul Maqdis dan Perang Badar

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Bani Israil telah menempuh perjalanan yang panjang dengan ragam kenikmatan yang Allah swt curahkan. Bagaimana setelah mereka tiba di Palestina?

(Ingatlah) ketika Kami berfirman, “Masuklah ke negeri ini (Baitulmaqdis). Lalu, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. Masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk dan katakanlah, ‘Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa kami),’ niscaya Kami mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Kami akan menambah (karunia) kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.”
(Al-Baqarah [2]:58)

Lalu, orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (perintah lain) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka, Kami menurunkan malapetaka dari langit kepada orang-orang yang zalim itu karena mereka selalu berbuat fasik.
(Al-Baqarah [2]:59)


Di Tafsir Ibnu Katsir,  ayat ini untuk mencela Bani Israil karena  mereka menolak untuk berjihad dan memasuki Tanah Suci, Baitul Maqdis, ketika tiba dari Mesir bersama Nabi Musa.

Allah swt memerintahkan mereka untuk memasuki Tanah Suci yang merupakan warisan nenek moyang mereka, Nabi Yaqub. Juga, memerangi kaum Amaliq yang kafir, namun mereka menolak berperang dan bersikap lemah dan lesu. Maka, Allah swt mencampakan Bani Israil terlunta-lunta dan tersesat.

Ada yang mengatakan mereka menolak karena kaum Amaliq merupakan bangsa yang bertubuh tinggi dan kekar.

Ibnu Katsir sangat unik dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan Bani Israil, beliau sering membandingkannya dengan perjalanan jihad dan dakwah para Sahabat Rasulullah saw.

Bagaimana respons para Sahabat, saat menghadapi kaum Quraisy di Perang Badar? Padahal Muslimin tidak siap untuk bertempur, jumlahnya sedikit, peralatan tempurnya minim?

Miqdad berkata kepada Rasulullah saw, "Kami tidak akan berkata kepada-mu sebagaimana kaum Nabi Musa yang berkata, "Maka pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya akan duduk menanti di sini saja." 

"Akan tetapi,  kami akan berperang di sebelah kanan dan kirimu, di depan dan belakangmu." Ketika Rasulullah saw mendengar hal itu, wajah beliau bersinar cerah, dan para Sahabat lainnya gembira dengan apa yang didengarnya. Rasulullah saw bersabda, "Berangkatlah kalian dan bergembiralah."

Amat jauh, kualitas Bani Israil dengan kaum Muslimin. Ini akan terus berlaku hingga Hari Kiamat. Bila saat ini terjadi pergolakan antara Penjajah Zionis Israel dengan Muslimin di Palestina, maka sebenarnya kita sudah tahu siapa pemenangnya.

Perjalanan Bani Israil dari Mesir dan Pasukan Tabuk Oleh Nasrulloh Baksolahar Nabi Musa meminta kepada Firaun agar melepaskan Ba...

Perjalanan Bani Israil dari Mesir dan Pasukan Tabuk

Oleh Nasrulloh Baksolahar


Nabi Musa meminta kepada Firaun agar melepaskan Bani Israil pergi dari Mesir. Namun dihalangi. Ketika Firaun tenggelam, barulah perjalanan itu dimulai. Bagaimana perjalanannya?

Allah swt memulai kisahnya dengan perintah agar Bani Israil mengingat nikmat tersebut dan bersyukur. Artinya, saat perjalanan merupakan kesulitan dan kesengsaraan, namun bagi Bani Israil itu kenikmatan.

Kami menaungi kamu dengan awan dan Kami menurunkan kepadamu manna dan salwa. Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu. Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi justru merekalah yang menzalimi diri sendiri.
(Al-Baqarah [2]:57)

(Ingatlah) ketika Kami berfirman, “Masuklah ke negeri ini (Baitulmaqdis). Lalu, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. Masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk dan katakanlah, ‘Bebaskanlah kami (dari dosa-dosa kami),’ niscaya Kami mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Kami akan menambah (karunia) kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.”
(Al-Baqarah [2]:58)

(Ingatlah) ketika Musa memohon (curahan) air untuk kaumnya. Lalu, Kami berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka, memancarlah darinya (batu itu) dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah dan janganlah melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.
(Al-Baqarah [2]:60)

(Ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu macam makanan. Maka, mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia memberi kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti sayur-mayur, mentimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu kota. Pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian, mereka ditimpa kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena sesungguhnya mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu ditimpakan karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
(Al-Baqarah [2]:61)


Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, membandingkan kisah perjalanan Bani Israil ini dengan perjalanan para Sahabat dalam perang Tabuk. Sangat super kontradiktif sekali.

Menurut Ibnu Katsir, perjalanan ke Tabuk sangat terik dan melelahkan. Para Sahabat tidak meminta kemukjizatan serta tidak meminta pengadaan sesuatu, meskipun itu sangat mudah bagi Rasulullah saw.

Setelah benar-benar dililit rasa lapar dan haus luar biasa, tak bisa lagi menahannya, barulah mereka minta untuk diperbanyak makanan dan minuman mereka, dengan mengumpulkan semua yang ada pada mereka.

Lalu, terkumpullah setinggi unta yang sedang menderum. Selanjutnya, Rasulullah saw berdoa memohon berkah atasnya. Setelah itu, Rasulullah saw menyuruh mereka memenuhi wadah masing-masing.

Demikian juga saat kekurangan air, lalu beliau berdoa, maka datanglah awan, lalu turunlah hujan. Akhirnya, mereka minum dan memberi minum untanya dari air tersebut.

Itulah gambaran kebenaran, keteguhan, dan tidak menyusahkan dalam perjalanan dan peperangan para Sahabat bersama Rasulullah saw. Sangat berbeda sekali dengan Bani Israil yang cepat "merengek" saat menghadapi kesulitan.

Bagaimana bila dibandingkan dengan perjalanan hijrah Abu Bakar dan Rasulullah saw? Mereka berdua merasakan seluk beluk perjalanan seperti manusia kebanyakan saja.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Baqarah (1) Al-Qur'an (308) Al-Qur’an (2) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (245) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Hadist (4) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) kisah para nabi dan (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (490) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) Kisah Penguasa (1) Kisah ulama (1) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (71) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (212) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (355) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (471) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (193) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (215) Sirah Sahabat (136) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (140) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)