basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Mengapa Manusia Pertama Itu Seorang Nabi?  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Generasi pertama adalah generasi terbaik. Manusia pertama ...

Mengapa Manusia Pertama Itu Seorang Nabi? 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Generasi pertama adalah generasi terbaik. Manusia pertama adalah manusia terbaik. Mengapa harus yang terbaik? Agar, menjadi petunjuk dan pembimbing bagi generasi selanjutnya.  Agar generasi berikutnya memiliki referensi terbaik dan paling utama dalam menghadapi liku-liku hidupnya.

Perbaiki sesuatu dari awalnya. Itulah prinsip menyelesaikan persoalan. Perbaikan amal bermula dari niatnya. Itulah agar sebuah amal menjadi amal terbaik dan diterima. Bukankah, mata air itu selalu jernih agar bisa dimanfaatka? Bagaimana bila dari mata airnya sudah tercemar? Akan hancur semua yang dilalui.

Sebagai rahmat Allah kepada manusia adalah yang pertama diturunkan ke muka bumi adalah seorang Nabi. Bukan manusia biasa. Bukan kera yang berevolusi sebagai manusia. Tetapi, manusia terpilih, terbaik dan termulia. Tetapi, para kekasih Allah yang telah dididik Allah untuk menghadapi liku-liku kehidupan di bumi.

Manusia pertama adalah sosok Nabi yang telah bertemu dengan Allah, malaikat, iblis dan surga. Jadi, sangat paham kehidupan yang ideal. Paham jalan keselamatan dan ketentraman. Paham kehidupan yang seharusnya diwujudkan. Paham musuh yang menjerumuskan. Paham perilaku dan cara berfikir yang benar.

Memahami sesuatu sangat mudah dan cepat diserap bila ada pembanding. Perbandingan membuat akal bisa berfikir. Perbandingan membuat mudah membedakan, memetakan, memilih, memilah, dan mengelompokan. 

Kesalahan dan keburukan. Kebenaran dan kesesatan. Introspeksi dan perbaikan diri. Mendapat inspirasi, motivasi dan energi hidup sangat mudah dipahami dan dicerna bila ada sosok ideal yang dijadikan role model.

Sosok manusia pertama memiliki peran dan tanggung jawab itu semua. Oleh sebab itulah, Allah menjadikan manusia pertama adalah sosok seorang Nabi, yaitu Nabi Adam.

Saat Pembaharu Syahid di Tengah Puncak Kezaliman Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Di hari wafatnya Imam Abu Hanifah, lahirlah Imam Sy...

Saat Pembaharu Syahid di Tengah Puncak Kezaliman

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Di hari wafatnya Imam Abu Hanifah, lahirlah Imam Syafii. Di saat puncak kemungkaran bangsa Mongol, lahirlah Saifuddin Qhutuz, yang keluarganya dibantai oleh Mongol. Saat puncak kemungkaran Tentara Salib lahirlah Shalahuddin Al-Ayubi. Inilah hukum lahirnya para pahlawan dan pembaharu.

Bukankah Nabi Musa lahir, di saat puncak kezaliman Firaun yang mengaku tuhan? Bukankah Nabi Ibrahim lahir, di saat puncak kezaliman Namrud? Bukankah lahirnya Nabi Muhammad, di saat seluruh permukaan bumi diselimuti kegelapan? Kepahlawanan dan para pembaharu dilahirkan di era puncak kezaliman dan kerusakan.

Di saat wafatnya Nabi Ibrahim, bukankah telah ada Nabi Ismail dan Ishak. Di saat kematian Nabi Musa, bukankah telah ada Yusha sang muridnya? Di saat kematian Nabi Muhammad saw, bukankah telah disiapkan para Sahabat? Estapet perjuangan selalu ada. Bila kosong, hanya untuk penempaan saja.

Bila sang pahlawan dan pembaharu  syahid di tengah puncak kezaliman,   apa yang akan terjadi? Hasan Al-Bana melahirkan gerakan Islam terbesar di dunia.  Sayid Qutb, melahirkan pemikiran yang mendalam tentang perjuangan yang berlandaskan ketauhidan. Abdullah bin Azzam melahirkan gerakan jihad di Afghanistan yang meruntuhkan Uni Soviet.

Dari Palestina, Syeikh Ahmad Yasin dan Ismail Haniyah melahirkan gerakan perlawanan muslimin di seluruh dunia terhadap kezaliman penjajah Israel dengan pendukung utamanya Amerika.

Penjajah Israel yang dahulu di dukung dunia, sekarang terkucil dalam pergaulan internasional. Banyak negara yang memutuskan hubungan diplomatik, banyak negara yang mendeklarasikan kemerdekaan Palestina, Lembaga Internasional mulai melakukan tekanan terhadap penjajah Israel. Setiap hari, masyarakat dunia melakukan demonstrasi atas kekejaman penjajah Israel.

Perpaduan kesyahidan para pembaharu dan pemimpin di tengah puncak kezaliman, akan melahirkan gelombang besar kebangkitan untuk memasuki era baru sejarah muslimin. Yaitu, tahapan sejarah ke lima. Lahirnya kepemimpinan muslimin di dunia, setelah era kelam peradaban yang diktator.

Saat Pemimpin Menjadi Martir Oleh: Nasrulloh Baksolahar Apa dampak kematian pemimpin bagi mukminin? Tidak pernah ada. Dalam pera...


Saat Pemimpin Menjadi Martir

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Apa dampak kematian pemimpin bagi mukminin? Tidak pernah ada. Dalam perang Mu'tah, Mukminin yang berjumlah 3.000 orang harus menghadapi 100.000- 200.000 pasukan Romawi. Tiga Panglima perangnya syahid, Zaid bumi Haritsah, Jafar bin Abdul Muthalib dan Abdullah bin Rahawah. Apakah kematian mereka memporakporandakan mukminin?

Dalam kondisi tersebut, Allah justru memunculkan panglima perang yang tidak pernah terkalahkan. Yaitu, Khalid bin Walid yang mendapat gelar oleh Rasulullah saw sebagai Pedang Allah. Kesyahidan pemimpin, melahirkan sosok baru. Kesyahidan pemimpin sebuah proses regenerasi.

Salah satu penyebabnya sakitnya Rasulullah saw adalah karena diracuni oleh kaum Yahudi saat perang Khaibar. Sakitnya menyebabkan kesyahidan Rasulullah saw. Kaum Mukminin terguncang. Lalu, apakah terjadi kemunduran dan kehancuran di tubuh mukminin?

Muncul Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib yang melanjutkan kepemimpinan Rasulullah saw. Islam terus menyebar hingga berhasil membebaskan Romawi, Persia hingga Mesir. Kesyahidan pemimpin melahirkan lebih banyak para pahlawan.

Umar bin Khatab syahid saat shalat subuh berjamaah. Dibunuh di masjid.  Utsman bin Affan syahid saat sedang membaca Al-Qur'an dan menanti berbuka puasa. Ali bin Abi Thalib syahid ketika melangkahkan kaki ke masjid. Apakah kesyahidan mereka melemahkan eksistensi Muslimin?

Muncullah Hasan bin Ali, cucu kesayangan Rasulullah saw, yang oleh Rasulullah saw diberitakan sebagai sosok yang menyatukan kaum Muslimin. Sosok yang memberikan energi baru bagi persatuan muslimin. Setelah Hasan bin Ali syahid. apa yang terjadi? Pemimpin berikut melahirkan kekhalifahan hingga ke Eropa dan Asia Tengah, bahkan 2/3 dunia.

Syeikh Ahmad Yasin, pendiri Hamas, syahid dirudal oleh penjajah Israel saat shalat subuh. Ismail Haniyah, pemimpin Hamas pelanjut Syeikh Ahmad Yasin, syahid setelah menghadiri pelantikan Presiden Iran. Apakah melemahkan perjuangan Palestina?  Sekarang di seluruh tanah Palestina bergema menanti kehadiran Hamas  untuk melawan penjajah Israel bersama-sama.

Mengapa Hati Jadi Keras? Belajarlah pada Tanah yang Dibakar Api Oleh: Nasrulloh Baksolahar Kisah Nabi Adam menjelaskan asal penc...

Mengapa Hati Jadi Keras? Belajarlah pada Tanah yang Dibakar Api

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Kisah Nabi Adam menjelaskan asal penciptaan dua makhluk Allah yang bernama manusia dan iblis. Manusia berasal dari tanah liat yang kering dan hitam. Sedangkan iblis berasal dari api. Bagaimana bila tanah liat dibakar oleh api? Bagaimana bila manusia terperangkap dalam kepungan tipu daya iblis?

Saat Musa berdakwah kepada Firaun. Surat Al-Qasas ayat 38 menjelaskan respon Firaun,

Dia Fir'aun berkata, "Wahai para pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarkanlah tanah liat untukku wahai Haman (untuk membuat batu bata), kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat Tuhannya Musa, dan aku yakin bahwa dia termasuk pendusta." (Al-Qasas: 38)


Di ayat ini, Firaun memerintahkan agar tanah liat dibakar untuk dijadikan batu bata yang digunakan untuk membangun gedung tinggi agar bisa melihat Tuhannya Musa. Tanah liat yang dibakar akan menjadi batu bata yang keras. Tanah gembur, tiba-tiba menjadi keras dengan pembakaran. Semakin tinggi suhu apinya, semakin keras tanah liatnya.

Inti manusia itu hatinya. Hati adalah raja. Hatilah penentu kebaikan dan keburukan manusia. Hati yang rusak dan tak beriman, sering kali disebut dengan hati yang keras. Hati yang keras merupakan siksaan paling terpedih. 

Muhammad Ibn ‘Asyur dalam At-Tahrir wa at-Tanwir, menyebutkan:
 “Seorang hamba tidaklah dihukum dengan suatu hukuman yang lebih besar daripada hatinya yang dijadikan keras. Tidaklah Allah ‘azza wa jalla marah terhadap suatu kaum kecuali Dia akan mencabut rasa kasih sayang-Nya terhadap mereka.”

Apa penyebab hati yang keras? Seperti tanah gembur yang dibakar api. Tanah jadi sekeras batu. Bahkan, lebih keras lagi. Manusia yang menjadikan iblis atau syetan sebagai teman dan pemimpinnya, seperti tanah liat yang senantiasa dibakar oleh api yang terus menyala. Semakin intensif mengikuti syetan akan semakin keras hatinya.

“Dia (Allah) ingin menjadikan godaan yang ditimbulkan setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang dalam hatinya ada penyakit dan orang yang berhati keras. Dan orang-orang yang zhalim itu benar-benar dalam permusuhan yang jauh.” (QS.Al-Hajj: 53).

Tanda hati yang keras adalah yang tidak ada dzikirnya kepada Allah,

Artinya: “Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS.Az-Zumar: 22).

Tanah dan api, sebuah perumpamaan yang sangat mudah dipahami untuk menggambarkan penyebab kerasnya hati.

Kisah Nabi Yusuf, Ayub dan Sulaiman, Kisah Sequel Perlindungan Allah Atas Iblis di Kisah Nabi Adam Oleh: Nasrulloh Baksolahar Da...

Kisah Nabi Yusuf, Ayub dan Sulaiman, Kisah Sequel Perlindungan Allah Atas Iblis di Kisah Nabi Adam

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Dalam kisah Nabi Adam di surat Al-Isra ayat 64-65, Allah berjanji bahwa  seluruh tipu daya iblis akan sia-sia, walaupun iblis telah mengerahkan seluruh pasukan dan sumber dayanya. Walaupun telah mengerahkan seluruh sekutunya,


Perdayakanlah (wahai Iblis) siapa saja di antara mereka yang engkau sanggup dengan ajakanmu. Kerahkanlah pasukanmu yang berkuda dan yang berjalan kaki terhadap mereka. Bersekutulah dengan mereka dalam harta dan anak-anak, lalu berilah janji kepada mereka.” Setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka. (Al-Isra: 64)

(Allah berfirman lagi,) “Sesungguhnya tidak ada kekuasaan bagimu (Iblis) atas hamba-hamba-Ku (yang mukmin). Cukuplah Tuhanmu sebagai penjaga. (Al-Isra: 65)


Kisah Nabi berikutnya merupakan kisah sequel dari Nabi Adam. 
Untuk mengungkapkan kebenaran janji perlindungan Allah atas tipu daya iblis tersebut, Allah berkisah tentang sepenggal fragmen Nabi Yusuf dan Ayub. Saat, kedua Nabi dan Rasul tersebut digoda iblis.

Berbeda dengan kisah Nabi Sulaiman, dimana potensi kekuatan syetan didayagunakan untuk membangun infrastruktur untuk kemakmuran negri. Bagaimana bentuk penjagaannya?

1. Nabi Yusuf melihat  tanda dari Tuhannya


Dan perempuan yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya sambil menggoda dirinya sendiri. Lalu dia menutup pintu-pintu, seraya berkata, "Marilah mendekat ke tengah." Yusuf berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku telah memperlakukanku dengan baik.” Sebenarnya orang yang zalim itu tidak akan beruntung. (Yusuf: 23)

Dan sungguh, perempuan itu telah berhasrat kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya.  Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih. (Yusuf: 24)


2. Nabi Ayyub diberi anugerah air yang bisa menyembuhkan penyakitnya 


Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, "Sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan dan bencana." (Shaad: 41)

(Allah berfirman), "Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum." (Shaad: 42)

Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami lipat gandakan jumlah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat.(Shaad: 43)

3. Nabi Sulaiman dianugerahkan bisa menundukkan syetan 

dan (Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan, semuanya ahli bangunan dan penyelam, (Shaad: 37)


Itulah perlindungan Allah terhadap hamba-Nya yang berserah diri dan taat kepada-Nya

Benarkah Ada Burung dengan Bulu Berwarna Bendera Palestina? KOMPAS.com - Di media sosial beredar narasi yang menyatakan seekor b...

Benarkah Ada Burung dengan Bulu Berwarna Bendera Palestina?


KOMPAS.com - Di media sosial beredar narasi yang menyatakan seekor burung memiliki bulu dengan warna yang mirip dengan bendera Palestina.

Narasi itu disertai gambar seekor burung dengan bulu berwarna hitam, putih, hijau, dan merah, yang merupakan kombinasi warna bendera Palestina.

Narasi tersebut dibagikan oleh akun Facebook ini pada dalam format Reels pada Sabtu (27/7/2024), dengan narasi sebagai berikut: Burung berlambangkan bendera Palestina. Ada yang tau ini burung apa?

Tim Cek Fakta Kompas.com menelusuri gambar burung tersebut menggunakan Google Lens. Hasilnya, burung itu diidentifikasi sebagai ivory-breasted pitta atau paok halmahera.

Dikutip dari laman Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, paok halmahera memiliki nama ilmiah Pitta maxima dan merupakan burung endemik Maluku Utara.

Burung ini memiliki warna bulu dada putih, punggung dan sayap hitam dengan aksen hijau, serta perut berwarna merah. Ukuran paok halmahera antara 22-28 centimeter.

Paok halmahera membangun sarang di semak-semak. Burung betina umumnya hanya menghasilkan satu butir telur berwarna putih dengan bercak coklat.

Paok halmahera jantan dan betina mengerami telur secara bergantian, dan telur akan menetas dalam waktu sekitar empat minggu. Makanan utama paok halmahera adalah cacing tanah.

Pada saat bersarang, burung ini akan mengumpulkan makanan untuk menjadi bekal pada saat mengerami telur. Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) menggolongkan paok halmahera sebagai spesies "Least Concern" atau tingkat risiko rendah, karena populasinya masih banyak.

IUCN menyebutkan, ukuran populasi paok halmahera belum dikuantifikasi, tetapi diyakini tidak mendekati ambang batas kategori "Vulnerable" atau rentan, yaitu kurang dari 10.000 individu dewasa dengan penurunan yang terus berlanjut. 

 https://www.kompas.com/cekfakta/read/2024/07/29/173000082/cek-fakta--benarkah-ada-burung-dengan-bulu-berwarna-bendera-palestina-.

Kisah Majed Abu Maraheel, Atlet Pertama Bawa Bendera Palestina di Olimpiade Jakarta - Air mata bahagia mengalir deras ketika Maj...

Kisah Majed Abu Maraheel, Atlet Pertama Bawa Bendera Palestina di Olimpiade


Jakarta - Air mata bahagia mengalir deras ketika Majed Abu Maraheel membawa bendera Palestina ketika memasuki Stadion Centennial, Amerika Serikat, dalam seremoni pembukaan Olimpiade Atlanta berlangsung pada 19 Juli 1996.
Di depannya, seorang anggota panitia berjalan membawa papan bertuliskan: Palestina.

Ini adalah hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Lebih dari 80.000 orang menyaksikan Maraheel secara langsung di stadion itu. Jutaan orang lainnya menonton melalui siaran televisi di seluruh dunia.

"Momen itu adalah tonggak penting bagi Palestina, tidak hanya dalam olahraga, tetapi juga soal klaim teritorial dan nasional sebagai sebuah negara. Karena untuk pertama kalinya Palestina muncul di semua saluran televisi," kata Profesor Javier Gonzlez del Castillo, anggota Pusat Studi dan Penelitian Olimpiade di Universitas Eropa kepada BBC Mundo.

"Itu adalah simbol perjuangan rakyat Palestina untuk diakui secara internasional," sambungnya.

Ini adalah kisah tentang mendiang Maraheel, sang pembawa bendera Palestina pertama di Olimpiade, yang meninggal dunia pada Juni 2024.

"Selama hampir 25 tahun saya mengenal Majed, tidak pernah sekalipun saya mendengar orang mengatakan hal negatif tentang dia, atau kata-kata buruk keluar dari mulutnya," kata sejarawan San Charles Haddad.

"Itu mustahil terjadi di tengah konflik antara Israel dan Palestina."

"Riwayat hubungan personalnya serta hubungan dengan komunitasnya dapat membantu kita memahami betapa luar biasa sosok Majed. Kematian Majed adalah kehilangan bagi komunitasnya, juga bagi dunia," tutur Haddad.

Kami sudah memenangkan medali emas
Beberapa hari setelah seremoni pembukaan di Atlanta, jurnalis Mark Sherman menulis sebuah artikel di The Atlanta Journal yang memaparkan bahwa Maraheel tidak khawatir soal perolehan medali maupun kompetisi melawan pelari-pelari terbaik dunia.

Maraheel yang saat itu berusia 32 tahun harus tiba di stadion itu demi mengikuti babak kualifikasi, yang menjadikannya sebagai orang Palestina pertama yang berkompetisi di Olimpiade membawa bendera Palestina.

"Kami sudah memenangkan medali emas karena berada di sini," kata Maraheel, sebagaimana dituturkan Sherman.

Dalam wawancara dengan Sherman, Maraheel sempat mengangkat lengan baju kanannya untuk menunjukkan bekas luka akibat peluru Israel.

Baginya, kehadiran warga Palestina di Atlanta akan membantu "menyembuhkan luka itu dan menghapus gambaran-gambaran pahit dari masa lalu".

Lalu dalam sebuah artikel yang ditulis jurnalis Judith Miller, Maraheel menekankan bahwa konfrontasi apa pun yang muncul antara Israel dan Palestina di Olimpiade akan menjadi "perjuangan untuk perdamaian".

Tulisan yang diterbitkan di The New York Times pada 4 April 1996 itu berjudul: "Bagi pelari Palestina, membawa bendera sudah cukup membanggakan".

Dalam babak kualifikasi, Maraheel finis pada posisi ke-21.

Seorang pekerja
Maraheel lahir pada 1963 di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza, tempat orang tuanya mengungsi dari Beersheba, sebuah kota di Israel selatan.

Kisah Maraheel pernah ditulis oleh penulis olahraga ternama, Dudley Doust, yang datang ke Gaza.

"Ketika bekerja sebagai buruh di Israel, Majed Abu Maraheel menjaga kebugarannya dengan berlari dari rumahnya di Gaza menuju pos pemeriksaan perbatasan di Erez, yang berjarak sekitar 20 kilometer ke arah utara," tulis Sunday Telegraph, tak lama sebelum Olimpiade, pada 24 Maret 1996.

Pemimpin Palestina, Yasser Arafat pernah memberi penghargaan kepada Maraheel (BBC)

Maraheel bertutur kepada Doust bahwa dia pernah mendapat penghargaan dari Yasser Arafat, yang saat itu menjabat sebagai Presiden Otoritas Palestina, setelah memenangkan perlombaan di sebuah festival olahraga.

Ketika itu, Arafat menanyakan apa pekerjaannya.

Dia menjawab bahwa dia bekerja di sebuah rumah kaca bunga di Israel. Ketika ada masalah, dia "dapat berlari cepat dan menemukan tempat berlindung yang aman."

Pemimpin Palestina itu kemudian tersenyum dan mengatakan, "Di masa depan, Anda akan menjadi pengawal pribadi saya ketika saya berada di Gaza."

Kalimat itu menjadi kenyataan. Dia menjadi salah satu pengawal lapis kedua Arafat. Yang paling dia sukai dari pekerjaan itu adalah dia memiliki waktu untuk latihan.

Lari semacam terapi baginya
Maraheel menjadi pelari karena dia benar-benar menyukai berlari, kata sejarawan San Charles Haddad.

"Dia sangat menyukai lari, saya tahu itu adalah semacam terapi baginya," tambahnya.

Meskipun karier olahraganya dimulai sebagai pemain sepak bola di Klub Al Zaytoon di Gaza, takdirnya ternyata berbeda.

"Walaupun tumbuh di tengah penjajahan dan konflik, dia memiliki hasrat di bidang atletik. Lewat ketekunan dan latihan seadanya di jalanan Gaza, dia berhasil menjadi unggul," kata Profesor Javier Gonzlez del Castillo, anggota Pusat Studi dan Penelitian Olimpiade di Universitas Eropa.

Persahabatan atlet Jerman dan atlet kulit hitam yang beraksi di depan Adolf Hitler di Olimpiade Berlin 1936
Salah satu rutinitas harian Maraheel adalah berlari di sepanjang pantai. Dia membuktikan dirinya sebagai pelari tercepat dalam kompetisi lokal.

Ketika jurnalis Mark Sherman bertanya kepadanya tentang perbedaan fasilitas olahraga di Atlanta dengan di Gaza, dia menjawab: "Bagai langit dan bumi."

"Dia tidak pernah memiliki pelatih dan sepatu lari yang layak," tulis jurnalis Judith Miller.

Sejarawan San Charles Haddad masih ingat dengan artikel The New York Times yang dia baca pada tahun 1996 itu.

Kisah Maraheel begitu berkesan baginya sebagai seorang sejarawan keturunan ayah Palestina dan ibu Amerika.

Dia sendiri ingin berkompetisi sebagai pendayung mewakili Amerika Serikat di Olimpiade Sydney 2000.

Haddad mempertimbangkan untuk melakukannya di bawah bendera Palestina.

"Itu membawa saya ke Gaza pada tahun 2000, di mana saya sempat bertemu dengan Majed."

Haddad tinggal di sana pada 2002 dan 2004, dia kemudian menjalin persahabatan dengan Maraheel.

Lebih dari seorang pelari
"Kali terakhir saya mengobrol dengannya tentang Atlanta adalah 20 tahun yang lalu, ketika saya tinggal di Gaza," kenangnya.

"Yang saya ingat adalah dia sadar betapa penting perannya dalam sejarah."

Selain profilnya sebagai atlet, Haddad percaya bahwa ada hal lain yang membuat Maraheel dihormati.

"Kerendahan hatinya. Dia tidak sombong, dia adalah orang yang setia, dapat dipercaya, dan dia tidak berusaha masuk ke partai."

Haddad merujuk pada Fatah, sebuah organisasi politik yang didirikan oleh Arafat pada tahun 1950-an, tempatMaraheel mendapat simpati.

"Dia menjalankan perannya dalam sejarah dengan anggun, rendah hati, dan dengan pengabdian tidak hanya kepada orang-orang Palestina. Dia percaya pada tujuan Olimpiade."

Proses panjang di balik momen bersejarah Maraheel
Ada proses yang panjang dan kompleks di balik momen Maraheel membawa bendera Palestina di Olimpiade.

Sejak era 1970-an, para pemimpin Palestina telah meminta agar Komite Olimpiade Internasional (IOC) mengakui Komite Olimpiade Palestina (POC). Itu baru terwujud pada 1993.

Momen yang ditunggu-tunggu itu pun akhirnya tiba.

"Itu adalah kali pertama bendera kami berkibar di Olimpiade dan kami menangis bahagia," kata Omar Ali yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Jenderal POC dalam dokumenter ABC Sports berjudul Our Greatest Hopes, Our Worst Fears. The Tragedy of the Munich Games.

Bagi Ibrahim Awad, seorang profesor Hubungan Internasional dari American University di Kairo, momen tersebut "jelas merupakan ekspresi penegasan kembali identitas Palestina".

Itu tidak hanya bersejarah bagi Palestina, namun juga bagi dunia Arab.

"Isu Palestina telah menjadi isu Arab sejak digaungkan pada tahun 1920-an hingga 1940-an. Ini bukan sekadar isu Palestina. Selama berdekade, konflik ini telah dianggap sebagai isu Arab-Israel," kata dia kepada BBC Mundo.

"IOC harus diapresiasi karena memungkinkan persaudaraan yang diwakili oleh gerakan Olimpiade untuk digaungkan."

Sejarah kelam Olimpiade Munich
Sayangnya bagi sebagian pihak, kehadiran delegasi Palestina di Atlanta sangat kontroversial karena apa yang terjadi pada Olimpiade Munich 1972.

Sebanyak 11 atlet dan pelatih Israel serta seorang polisi Jerman dibunuh dalam serangan yang dilakukan delapan anggota kelompok Black September asal Palestina.

Itu adalah "masa yang sangat kelam," kata Maraheel dalam artikel yang ditulis Miller.

"Kami telah membuka lembaran baru di mana ada perdamaian. Saya akan berlari untuk perdamaian, perdamaian, dan hanya perdamaian."

Dalam buku berjudul The File, Origins of the Munich Massacre yang ditulis oleh Haddad berdasarkan ribuan dokumen dan arsip mengenai POC, dia merefleksikan partisipasi Maraheel dalam upacara pembukaan Olimpiade.

"Ketika bendera Palestina dibawa masuk ke dalam stadion untuk pertama kalinya, sulit untuk menggambarkan perasaan penebusan dan harapan yang memenuhi hati banyak orang Israel dan Palestina," tulis Haddad.

Anak-anak dari para korban Munich berada di tribun dan memberikan tepuk tangan meriah saat Maraheel dan delegasi Palestina memasuki stadion.

Anouk Spitzer, putri pemain anggar Olimpiade Andre Spitzer, yang tewas dalam serangan itu, mengenang momen tersebut dalam film dokumenter ABC Sports.

"Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa segala sesuatunya bisa berbeda dan begitulah seharusnya," katanya.

"Olimpiade... seharusnya bukan tentang orang-orang yang duduk, diikat di sebuah ruangan, ketakutan dan merasa ngeri, lalu pulang dengan peti mati."

"Menyatukan orang-orang adalah tujuan Olimpiade dan kami [keluarga korban] bisa melangkah maju dan menghormati atlet-atlet ini, dan setelah itu, mereka juga orang Palestina, tetapi yang pertama dan terutama mereka adalah atlet dan kami menghormati mereka," ujar Spitzer.

Komunitas Yahudi di Atlanta bahkan menggelar peringatan untuk menghormati para korban serangan Munich. Mereka turut mengundang delegasi palestina.

"Mereka bertemu dengan keluarga korban Munich. Majed hadir dalam pertemuan itu," kata Haddad.

Putri dari Yossef Romano, atlet yang dibunuh dalam serangan itu, juga bercerita bahwa seorang anggota delegasi Palestina mendekatinya dan mengecup keningnya.

"Itu sangat emosional," kata Oshrat dalam dokumenter tersebut.

Menjadi pelatih
Kehadiran Maraheel di Atlanta juga menginspirasi anak-anak dan remaja Palestina untuk mengikuti jejaknya dalam cabang olahraga ini, kata Gonzlez del Castillo.

"Setelah Olimpiade, dia terus berkontribusi pada pengembangan atletik di Palestina, melatih bakat-bakat masa depan dan mempromosikan partisipasi Palestina dalam kompetisi internasional."

Dia mempersiapkan atlet untuk Olimpiade 2008 dan 2012.

Pembawa bendera pada Olimpiade London 2012 adalah atlet judo Maher Abu Rmilah. Di sisi kanan belakang, terlihat Maraheel, sebagai salah satu anggota delegasi. (Getty Images)

"Warisannya tetap hidup sebagai pengingat akan potensi dan tekad rakyat Palestina, di tengah keterbatasan akibat konflik politik dan militer."

Haddad, yang mendirikan Federasi Dayung Palestina pada 1998, mengatakan bahwa dia biasanya mengajak para atletnya berlari di lapangan olahraga di Gaza.

Di sana lah dia biasanya bertemu Maraheel.

"Setiap hari saya melatih tim dayung," kenangnya.

"Maraheel sangat disukai oleh para atlet. Dia melatih dan mengarahkan atlet dengan penuh hormat. Dia tidak pernah meninggikan suaranya."

"Ketika putranya terluka dalam salah satu konflik besar di Gaza, saya meneleponnya dan kami berbicara. Dia tidak mengatakan satu kata negatif pun tentang apa yang terjadi atau tentang orang Israel. Dia bukan orang yang bicara dengan penuh amarah."

Berbicara kepada BBC Mundo, POC mengatakan bahwa Maraheel mengisi jabatan administratif sejak 2017. Tugasnya fokus pada pengembangan atlet baru, dan juga menyelenggarakan kursus untuk pelatih, wasit, dan ofisial.

"Abu Maraheel mewujudkan etika, kerja sama, dan altruisme yang mulia. Dia sering mempersiapkan kamp pelatihan secara pribadi."

Akhir kisah Maraheel
Maraheel meninggal dunia pada Juni 2024 ketika berusia 61 tahun.

Menurut POC, konflik di Gaza belakangan ini membuat Maraheel yang "sebelumnya tidak memiliki masalah kesehatan, mengalami infeksi parah akibat kekurangan gizi setelah mengungsi dari rumahnya ke kamp al-Nuseirat".

"Ini menyebabkan gagal ginjal dan tidak ada perawatan medis tersedia. Tragisnya, meskipun dia sempat membaik, kondisinya kemudian memburuk dan dia mengalami koma sebelum meninggal dunia."

(nvc/nvc)
 https://news.detik.com/bbc-world/d-7459061/kisah-majed-abu-maraheel-atlet-pertama-bawa-bendera-palestina-di-olimpiade.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (248) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (379) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (270) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (446) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (185) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (206) Sirah Sahabat (128) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)