basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Sifat Petani Yang Membuat Panen Berlimpah  Oleh: Nasrulloh Baksolahar Sungguh menarik, Allah selalu mengaitkan infak dengan bert...

Sifat Petani Yang Membuat Panen Berlimpah 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Sungguh menarik, Allah selalu mengaitkan infak dengan bertani atau berkebun. Yang sukses bertani dan berkebun, apakah harus memiliki karakter berinfak? Yang gagal panen dalam Al-Qur'an, dalam kisah dua pemilik kebun,  pun dikaitkan dengan karakter kekikiran.

Sangat menarik, hasil dari istighfar pun dikaitkan dengan pertanian dan perkebunan. Kebun yang indah, buahnya berlimpah dan mata air yang mengalir di dalam kebun. Negri Saba yang makmur pun dikaitkan dengan Allah yang Maha Pengampun.

Agar panennya berlimpah maka gemarlah berinfak. Bila tata pengelolaan tanah kebunya ingin menjadi baik, maka banyaklah beristighfar. Semuanya dianugerahkan oleh Allah.

Allah menggambarkan mereka yang berinfak untuk mendapatkan ridha Allah bagaimana sebuah biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki.

Yang berinfak untuk mencari ridha Allah seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka embun pun memadai.

Bagi yang berinfak karena ria seperti mereka yang ingin memiliki kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, di sana dia memiliki segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tuanya sedang dia memiliki keturunan yang masih kecil-kecil. Lalu kebun itu ditiup oleh angin keras yang mengandung api.

Dalam sebuah hadist, ada petani yang hasil kebunnya berlimpah  karena setiap hasil panennya didistribusikan menjadi sepertiga untuk infak, investasi dan konsumsi. Allah yang telah menghidupkan tanaman dan mengeluarkan buah-buahan tanpa campur tangan manusia. Maka, berinfaklah sebagai bentuk rasa syukur.

Tak Terbatas Menjadi Terbatas? Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Manusia memburu yang terbatas dan mengabaikan yang tak terbatas. Dian...

Tak Terbatas Menjadi Terbatas?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Manusia memburu yang terbatas dan mengabaikan yang tak terbatas. Dianggap yang terbatas itu sangat bernilai. Bertempur dan bertarung demi yang terbatas. Anehnya, mengapa manusia justru mengabaikan "Yang Esa", justru memburu berhala yang tak terbatas?

Cadangan emas, minyak, dan sumber daya lainnya sangat terbatas. Lapangan pekerjaan kantoran terbatas. Semuanya diburu dan diperebutkan. Mengapa terbatas? Karena manusia menganggap hanya itu yang mulia. Semuanya mengarah ke satu titik, jadilah sangat berdesakan.

Mengolah tanah yang membutuhkan sumber daya manusia yang banyak justru diabaikan. Manusia menjauhinya. Pertanian yang membutuhkan terobosan dan teknologi justru tak dipikirkan. Teknologi mengarah pada bukan  yang mendasar. Justru pada peralatan militer.

Kebutuhan manusia sangat terbatas, mengapa menjadi tidak terbatas? Alam semesta sejak Nabi Adam mampu menghidupkan seluruh makhluk di bumi, mengapa menganggap yang ada di bumi terbatas? Keserakahan yang membentuk segala sesuatu menjadi sangat terbatas.

Keserakahan yang menciptakan persaingan dan perburuan. Saling berbangga yang menyebabkan yang tak dibutuhkan menjadi sangat penting. Padahal setelah diraih hanya menjadi sampah dan tak digunakan.

Banyak gedung-gedung ditinggalkan. Banyak rumah mewah yang runtuh, tak berpenghuni lagi. Banyak tanah yang terlantarkan. Banyak kekayaan hanya disimpan, tak digunakan. Padahal dahulu menjadi objek perburuan dan perselisihan.

Rahmat-Nya itu sangat luas. Rahmat-Nya tak terbatas. Bukankah seandainya seluruh manusia dari awal hingga akhir dipenuhi seluruh permintaannya pun, kekayaan Allah tak berkurang sedikitpun. Mengapa manusia selalu berfikir serba terbatas?

Hikmah dari Alam Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Bertani dan berkebun berarti menyiapkan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tidak saja ...

Hikmah dari Alam

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Bertani dan berkebun berarti menyiapkan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tidak saja manusia tetapi juga hewan dan tumbuhan lainnya. Hasil pertanian dan perkebunan akan mengisi "perut-perut" seluruh makhluk-Nya. Bila perut kenyang, maka akan menentramkan kehidupan.

Satu buah berarti satu kemaslahatan. Satu buah bisa jadi menjadi rangkaian produk-produk turunan lainnya. Berapa banyak kemaslahatan yang tercipta? Bukankah dasar perekonomian dan kesejahteraan adalah memberi makan dan minum?

Hasil panen dari menanam untuk meredam kekacauan. Rasulullah saw bersabda untuk mengolah tanah, menanam dan berternak, di saat huru-hara Hari Kiamat. Dengan menanam, interaksi lebih banyak kepada tanaman dan hewan yang senantiasa bertasbih dan bersujud. Terhindar dari kebisingan manusia.

Penglihatan, pendengaran dan hati diciptakan agar manusia fokus untuk memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah. Bertani membuat manusia terkepung dengan tanda-tanda kebesaran Allah. Inilah yang membuat hati dan keegoan nafsu tertunduk pada keagungan-Nya.

Dalam kisah persilatan, mengapa para pendekar utama lebih memilih kesunyian di saat tuanya? Memilih menjadi bertani dan warga biasa? Bahkan menanggalkan kehebatan dan kedigjayaannya.

Menyelesaikan persoalan dengan kepintaran dan ilmu. Menyelesaikan dengan pertengkaran dan pertempuran telah usai. Saatnya menyelesaikan kehidupan dengan hikmah dan kebijaksanaan yang dipelajari dari alam.

Bertani berarti memahami hikmah dan kebijaksanaan alam. Bukankah banyak nasihat  dengan perumpamaan alam? Bukankah Rasulullah saw bersedih karena sedikitnya manusia yang mau mengambil hikmah kehidupan dari alam?

Cara Alami Menghadapi Kemarau Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Sejak berkebun jadi peduli dengan iklim bulanan. Waktu terasa amat sin...

Cara Alami Menghadapi Kemarau

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Sejak berkebun jadi peduli dengan iklim bulanan. Waktu terasa amat singkat, tak terasa bersiap menghadapi kemarau lagi. Kemarau mulai di Juni, puncaknya di Juli-Agustus. Seperti itu prakiraan iklim menurut BMKG.

Iklim merupakan takdir-Nya. Hujan dan kemarau merupakan takdir-Nya. Dalam kisah Nabi Yusuf, setelah kemarau akan muncul masa pohon anggur berbuah lebat. Sebelum datang kemarau, Nabi Yusuf menyiapkan perbekalan.

Sudah setahun yang lalu memperbanyak tanaman pisang di sekitar tanaman utama. Beberapa pohon utama sudah berumur 2 hingga setahun. Ada beberapa yang baru ditanam untuk menggantikan pohon utama yang mati atau pertumbuhannya kurang baik.

Jadi, seharusnya di tahun ini lebih siap menghadapi kemarau. Sebab, pohon utama sudah besar, hanya sebagian kecil yang perlu perhatian. Di lahan yang baru dibuka pun, yang lebih dahulu ditanam adalah pohon pisang, jadi di musim kemarau, pohon pisang bisa jadi pelindung atau bila kekurangan air bisa dimanfaatkan untuk melembabkan tanah untuk pohon utama.

Cara lain menghadapi kemarau adalah membiarkan tanaman gulma hidup. Gulma membuat sinar matahari tidak langsung mengenai tanah jadi kelembaban tanah bisa lebih terjaga selama kemarau.

Gulma yang lebih tinggi dari rerumputan akan semakin baik  dan banyak menjaring embun di musim kemarau. Saat fajar menyingsing, embun akan berjatuhan ke tanah sehingga membantu kelembaban tanah.

Akar pohon pisang yang banyak mengandung air akan menyejukkan suhu dalam tanah. Semoga di kemarau ini tidak terlalu ekstra keras dalam menghadapinya.

Jejak Air dan Kezaliman Manusia Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Menyusuri sisi bawah gunung Halimun. Menapaki selokan yang kering di...

Jejak Air dan Kezaliman Manusia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Menyusuri sisi bawah gunung Halimun. Menapaki selokan yang kering di sisi tebingan. Dahulu, sepertinya air jernih mengalir di selokan tersebut. Mengapa sekarang kering?

Setelah hujan besar cukup deras semalaman, paginya mencoba menyelusuri selokan tersebut. Ternyata selokannya tetap kering. Terlihat jejak arus air yang cukup kencang dan erosi tanah dari gunung Halimun. Air hujan terbuang percuma. Padahal negri Saba  menjadi makmur karena pengelolaan air hujan.

Di ujung selokan, ada pancuran kecil, yang kering di musim kemarau. Namun bila habis hujan, pancuran tersebut mengalirkan air. Bila tidak hujan beberapa hari, pancuran tersebut tak mengeluarkan air lagi. Bagaimana agar pancuran tersebut selalu mengeluarkan air?

Keberadaan air dan warna air menunjukkan karakter manusia terhadap alam? Adakah kasih  sayang?  Bila zalim, air akan menjauh dan hilang. Warna air tidak jernih lagi.

Di pegunungan, air keluar dengan sendirinya. Penghuninya tinggal menampung dan menyalurkannya ke rumah-rumah. Di musim kemarau pun, air terus mengalir dengan lebih jernih dan sejuk.

Di kota, harus memasang instalasi air tanah hingga ratusan meter untuk mendapatkan air. Warna airnya hijau hingga hitam. Tak bisa dikonsumsi. Apa artinya? Zalim terhadap alam.

Di pegunungan pun bila penduduknya zalim, air sungainya berwarna kemerahan bila hujan karena kerusakan hutan di gunung. Di setiap rumah harus memasang mesin instalasi air tanah. Air tanda kasih sayang atau kezaliman pada alam.

Dilayani Alam Semesta Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Ingin merasakan bahwa hidup ini dilayani oleh alam semesta? Ingin merasakan ba...

Dilayani Alam Semesta

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Ingin merasakan bahwa hidup ini dilayani oleh alam semesta? Ingin merasakan bahwa manusia adalah sang khalifah Allah di bumi? Bertanilah. Berkebunlah. Langit melayani bumi agar kehidupan terus berlangsung. Bumi menampung dan memanfaatkan yang diberikan oleh langit.  Lalu manusia?

Tanpa manusia, kehidupan alam semesta tetap berjalan secara harmoni. Tanpa manusia, bumi tetap berjalan dengan harmoni dan makmur bagi penghuninya. Apa yang dilakukan oleh manusia, bisa dilakukan oleh penghuni bumi. Bukankah kecerdasan manusia hasil mencontek dari alam semesta?

Kecerdasan alam merupakan bawaan takdir-Nya. Manusia diberi akal untuk bisa memahami kecerdasan yang ada di alam. Lalu Allah memberikan fasilitas agar alam semesta bisa dimanfaatkan sebagai sarana dan prasarana mencontek alam semesta juga.

Alam semesta merupakan perwujudan kecil dari ilmu Allah. Alam semesta merupakan perwujudan dari maha berkuasa-Nya Allah tanpa campur tangan siapapun kecuali atas kehendak-Nya. Untuk siapakah kehendak-Nya itu? Hanya bagi manusia.

Air hujan, matahari, bulan, udara, angin, tanah, bebatuan dan yang lainnya, hanya agar manusia nyaman hidup di muka bumi. Hanya agar tumbuhan dan hewan menjadi bahan baku memenuhi kebutuhan manusia. Apakah manusia bisa memenuhi kebutuhannya?

Bukankah makan dan minum dari alam? Bukankah bernafas dan bisa berdiri di atas tanah dari alam? Bisakah manusia membuat butiran padi sendiri? Membuat daging dan telur sendiri? Semuanya berasal dari tumbuhan dan hewan.

Semua yang dibutuhkan manusia untuk hidup sudah disediakan di alam. Manusia hanya menikmatinya saja. Manusia hanya tinggal mencontek dan mengolahnya saja. Bila dilayani oleh alam, apa yang dilakukan manusia? Berkasih sayanglah pada alam. Maka, alam akan mengeluarkan keberkahan atas ijin-Nya.

Mendayagunakan Takdir Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Belajar takdir dari berkebun. Tanah memiliki takdir. Cacing, rayap, dan semut ...

Mendayagunakan Takdir

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Belajar takdir dari berkebun. Tanah memiliki takdir. Cacing, rayap, dan semut menjalani takdirnya. Setiap tumbuhan menjalani takdirnya. Apakah mereka bahagia? Tentu saja, setiap pagi, tumbuhan daunnya segar. Bunganya terus berseri. Setiap hewan menggeliat dengan semangat setiap pagi.

Tumbuhan dan hewan menjalani takdirnya. Apakah kehidupan mereka buruk? Apakah mereka tidak makan dan minum? Apakah mereka tersiksa? Semuanya tercukupi. Bila tidak ada kezaliman manusia, alam semesta berbahagia hidupnya.

Dengan berserah diri terhadap takdir, alam semesta  bergerak menjadi teratur, tertata, bersistem, bersinergi dan bersimbiosis mutualisme. Tak ada kerusakan dan kehancuran. Semuanya serba indah dan mengagumkan. Mengapa manusia justru memberontak terhadap takdirnya?

Alam semesta menyerahkan diri terhadap takdir karena "dorongan di luar alam sadarnya". Sedangkan manusia yang dianugerahi akal dan kebebasan, justru melawan takdirnya. Akal dan kebebasan merupakan anugerah, namun pada sisi lain adalah ujian.

Dalam kesempurnaan manusia ada ujiannya. Manusia harus melawan akal dan kebebasan yang dihiasi oleh keindahan hawa nafsu dan kepalsuan bisikan syetan. Manusia harus mengalahkan fikiran sadarnya terlebih dahulu untuk berserah diri terhadap takdirnya.

Padahal dengan berpasrah terhadap takdirnya, manusia akan seindah alam semesta. Bila akal dan kebebasannya digunakan sesuai tuntunan takdirnya, maka manusia akan bisa mendayagunakan takdir-takdir yang tersebar pada setiap makhluk Allah dan peristiwa di muka bumi.

Akal dan kebebasan bukan untuk merubah takdir. Bukan untuk memperbaiki takdir. Apalagi menentang takdir. Tetapi untuk mempelajari seluruh takdir yang ada di alam semesta, lalu mendayagunakan, meramu, menata takdir  sehingga kehidupan menjadi surga di bumi.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (278) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (404) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (307) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (450) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)