basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Gejolak Jiwa Nabi Ayyub Saat Diuji Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Buya Hamka, di Tafsir Al-Azharnya, mengatakan bahwa lamanya cobaa...

Gejolak Jiwa Nabi Ayyub Saat Diuji

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Buya Hamka, di Tafsir Al-Azharnya, mengatakan bahwa lamanya cobaan yang dialami oleh Nabi Ayyub berlangsung selama  14 hingga 18 tahun. Ini sebuah periode yang cukup lama. Cobaannya, perpaduan antara sakit yang tak kunjung sembuh dan kemiskinan yang luar biasa. Bukankah sangat berat?

Bila hanya sakit, namun masih ada sedikit harta, masih ada harapan untuk sembuh dengan berobat. Bila miskin, namun masih sehat, masih ada harapan untuk kaya kembali dengan berusaha. Namun, bila keduanya berpadu, apakah ada jalan keluar dari cobaan ini?

Ujian yang rentang waktunya cukup lama tersebut, apa gejolak di dada Nabi Ayyub? Apa ungkapan pembicaraan yang tercatat dari lisan Nabi Ayyub? Ternyata Nabi Ayyub sangat sedikit berbicara. Ini tanda, jiwanya sangat tentram. Ini tanda keridhaanya terhadap takdir-Nya. Bukankah, takdir-Nya merupakan rahmat-Nya?

Ibnu Arabi menyimpulkan hanya ada dua ucapan yang direkam dalam sejarah. Pertama, di surat Al-Anbiyaa ayat 83, "Sesungguhnya aku telah disentuh kemelaratan, padahal Engkau adalah maha penyayang diantara sekalian yang Penyayang." Nabi Ayyub hanya mengungkapkan fakta saja, setelah itu mengagungkan asmaulhusna-Nya Allah.

Ucapan Nabi Ayyub yang kedua dicatat dalam surat Shaad ayat 41, "Sesungguhnya aku telah diganggu syetan dengan kepayahan dan siksaan." Ujian Nabi Ayyub bukan saja sakit yang berat dan kemiskinan yang pekat saja, tetapi juga godaan syetan yang luar biasa, sehingga jiwanya kepayahan dan tersiksa untuk menetralisir godaan dari syetan.

Dari dua ucapannya, ada ungkapan yang memuat fakta ujian yang dialaminya. Yaitu, kemelaratan dan gangguan syetan. Tak ada ungkapan keluh kesah atau pun segera diakhiri ujiannya.  Ujian yang terberat justru gangguan syetan bukan kemelaratannya. 

Ungkapan dari ucapan yang luar biasa dari Nabi Ayyub, "Engkau adalah yang maha penyayang di antara sekalian yang penyayang." Nabi Ayyub tetap memuji Allah, padahal tengah menghadapi ujian yang tidak diketahui solusinya. Nabi Ayyub telah menjadi model terbaik dalam bersabar.

Negri Saba Makmur Karena Sukses Mengelola Air Hujan Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Negri Saba diberi gelar dalam Al-Qur'an seba...

Negri Saba Makmur Karena Sukses Mengelola Air Hujan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Negri Saba diberi gelar dalam Al-Qur'an sebagai negri yang baik dan Tuhan Yang Maha Pengampun. Menurut Buya Hamka, dalam Tafsir Al-Azhar, dari penghasilan buminya timbul kemakmuran. Kemakmurannya menambah dekat pada Allah dan segala dosa diampuni selama dalam segala gerak gerik hidup itu Allah swt tidak dilupakan.

Qatadah meriwayatkan kemakmuran negri Saba. Jika, seseorang masuk ke tengah kebun dengan membawa keranjang dan menjunjung di atas kepalanya, maka buah-buahan yang telah masak dan ranum jatuh sendiri ke keranjang tanpa perlu dipetiknya. Setelah ia keluar, keranjangnya telah penuh dengan buah-buahan.

Buya Hamka menjelaskan kondisi geografis negri Saba, dimana kota tempat mereka diam itu terletak pada sebuah lembah yang subur permai yang diapit oleh dua buah gunung di kiri  dan kanannya. Kotanya dikelilingi oleh kebun-kebun sehingga tak pernah kekurangan makanan justru berlebihan.

Letak geografisnya pun berdekatan dengan negri-negri lainnya. Seperti, Syam, Hijaz dan Mesir sehingga hasil panen mudah didistribusikan dan dijual. Bila berjalan ke negri-negri tersebut pun, sepanjang perjalanan telah ada lembah di tengah padang pasir yang terdapat telaga sumber air yang berdekatan tanpa menempuh perjalanan berhari-hari. Di sana terdapat pemukim yang hidup sambil mengembalikan ternaknya. Perjalanan mereka pun sangat aman dan tidak melelahkan.

Negri Saba berawal dari sebuah negri yang tandus. Mengapa tiba-tiba menjadi negri yang makmur? Menurut Prof Dr Ali Muhammad Shalabi, dalam Sirah Nabawiyahnya, karena mereka mencoba mengambil keuntungan dari air hujan yang terbuang sia-sia hingga bermuara ke laut. Air hujan yang sering menciptakan bencana dengan air bahnya  karena berlebihan, ditampung dengan membuat bendungan.

Rakyat Saba membangun bendungan Ma'rib untuk menampung air hujan dengan teknik yang sangat maju kala itu. Kemudian, air hujannya digunakan untuk mengairi ladang dan tanah perkebunan yang isinya tanaman indah dan buah yang menggiurkan.

Menurut Buya Hamka, air hujan yang ditampung digunakan untuk kebutuhan hidup, baik untuk makanan dan minuman ataupun untuk mengaliri kebun-kebun mereka sehingga sanggup membangun kebun-kebun yang luas di lereng-lereng gunung. Rupanya tanahnya sangat subur dan mengeluarkan hasil buah-buahan dan makanan yang lezat.

Tak Pernah Mendoakan Keburukan  Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Jangan pernah membalas karena sakit hati. Jangan pernah membalas den...

Tak Pernah Mendoakan Keburukan 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Jangan pernah membalas karena sakit hati. Jangan pernah membalas dendam. Jangan pernah keburukan dibalas keburukan. Membalas akan sesuatu adalah urusan Allah. Biarkan Allah yang membalas sesuai kehendak-Nya. Bukankah tugas manusia hanya menjadi hamba-Nya?

Apakah para Nabi dan Rasul pernah membalaskan sakit hatinya? Pernah membalas keburukan kaumnya?  Nabi Nuh dan Hud hanya berdoa, "Ya Allah, tolonglah kami karena mereka telah mendustakan." Setelah itu biarkan Allah yang berkehendak.

Tetap bersama kaumnya, apa pun kedurhakaan kaumnya. Tetap berbuat baik dan menyadarkan kaumnya apa pun keburukan kaumnya. Tugas dakwah harus digengam erat apa pun tantangannya. Kisah Nabi Yunus menjadi pelajaran jangan pernah meninggalkan tugas yang diemban.

Nabi Yunus meninggalkan kaumnya saja dihukum oleh Allah dengan dimakan ikan paus, bagaimana bila membalas sakit hati pada kaumnya? Bagaimana bila memohonkan keburukan? Rasulullah saw melarang mendoakan keburukan bagi orang lain. Mengapa?

Jangan pernah membantu syetan dengan doa untuk keburukan orang lain. Sebab dalam kehidupan sudah ada rumus bakunya. Akhir kesudahan yang kafir, munafik, sesat, zalim dan durhaka sudah ada hukumnya. Mengapa harus mendoakan keburukan bagi mereka?

Mengapa kaum Nuh dan Hud diazab Allah? Bukan para Nabi dan Rasul yang meminta, tetapi kaumnya sendiri yang meminta. Kaumnya meminta azab disegerakan saat itu juga untuk mengejek para Nabi dan Rasul. Untuk memojokkan para Nabi dan Rasul bahwa ajarannya dusta.

Sedangkan para Nabi dan Rasul  mengatakan pada kaumnya bahwa tugasnya hanya berdakwah sedangkan tentang mengazab atau memberikan nikmat, semuanya urusan Allah. Bukankah tidak mengikuti kebenaran itu sebenarnya sudah kehancuran? Bukan tidak mengikuti firman Allah swt dan Sunnah Rasulullah saw sebenarnya sudah azab?

Yang Rendah, Yang Tersubur dan Paling Bermanfaat Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Jati diri manusia adalah tanah. Tanah yang paling r...

Yang Rendah, Yang Tersubur dan Paling Bermanfaat

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Jati diri manusia adalah tanah. Tanah yang paling rendah, itulah yang paling subur. Karena air, sampah dan humus yang terhanyut akan berakhir di lokasi yang paling rendah. Mata air dan sungai berada di lokasi yang paling rendah.

Lautan terluas berada di bagian bumi yang paling rendah. Sebagai besar luas bumi merupakan dataran rendah yang kemudian terbentuk lautan. Di lautan, kekayaan tersimpan tak terhingga. Yang paling banyak menampung kehidupan adalah tanah yang paling rendah. Bukan yang paling tinggi.

Tanah yang paling subur adalah tanah yang paling banyak dipenuhi kotoran, sampah dan bangkai. Tanah yang paling subur adalah yang berwarna hitam bukan yang paling putih atau berwarna. Yang dianggap kotor dan hina, justru yang paling dicari untuk menumbuhkan tanaman.

Untuk membangun bendungan atau waduk, yang dibutuhkan dan dicari adalah daerah yang paling rendah di antara perbukitan. Hanya dataran yang rendah yang bisa menampung dan menghimpun air hujan, sungai dan mata air.

Di pegunungan dan perbukitan, lahan yang ditanami oleh para petani adalah daerah yang paling rendah. Binatang hutan atau gunung, saat kelaparan mencari daerah yang rendah untuk mendapatkan makanan. Kebermanfaatan ada di lokasi yang rendah. Kota-kota lebih banyak yang dibangun di dataran rendah.

Bila yang rendah menjadi tanah yang paling subur, mengapa manusia yang berasal dari tanah justru berlomba dengan kegagahan, kesombongan, takabur dan merendahkan yang lain? Padahal Allah pun akan menghancurkan kesombongan manusia agar kembali kepada karakter asal tanah yaitu kerendahan.

Sebab kehancuran manusia adalah kesombongan. Dengan kesombongan ini manusia menghancurkan kebenaran dan merendahkan makhluk-Nya. Yang sombong pum diharamkan memasuki surga-Nya Allah karena telah mengikrarkan diri ingin menyamai Tuhan.

Melembutkan  Hati Seperti Mengolah Tanah Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Mendidik jiwa seperti mengolah tanah. Cukup digemburkan aga...


Melembutkan  Hati Seperti Mengolah Tanah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Mendidik jiwa seperti mengolah tanah. Cukup digemburkan agar air hujan dan sinar matahari  merembes dan merambat maksimal ke dalam tanah. Atau, menanam beragam pohon yang akarnya kecil-kecil, agar tanah gembur alamiah tanpa harus kerja keras mengayunkan pacul dan garpu tanah.

Tanah yang buruk adalah tanah yang membuang seluruh air hujan dari langit. Air hujan yang merupakan rahmat-Nya, justru membawa tanah humus yang ada di atasnya. Tanah yang baik, yang bisa menahan dan menyimpan air hujan. Bila berkelebihan disimpan atau disalurkan ke tempat yang benar.

Karakter hati seperti karakter tanah. Hati yang keras tak bisa membuahkan kebaikan apa pun, seperti tanah keras yang membuang air hujan dan humus tanahnya tergerus. Tanah pun bisa berubah menjadi benda yang sangat keras. Jadi bagaimana melembutkan hati?

Hati bisa lembut dengan tempaan ujian yang berat, bertafakur, bertadabur, merasakan nikmat Allah, mengimani akhirat, surga dan nerakat. Ada yang melembutkan hati dengan dzikir dan berpuasa. Semua perintah Allah dan Sunnah Rasulullah saw pada akhirnya akan melembutkan hati.

Semakin banyak tanaman, walapun tidak dipacul dan digarpu, tanah akan terjaga kegemburannya. Karena akar tanaman yang akan menembus tanah-tanah yang keras. Bila sudah ditembus akar maka air hujan akan masuk untuk melunakkan tanah tersebut.

Tanaman tersebut adalah seluruh perintah Allah dan Sunnah Rasulullah saw. Merubah tanah yang tandus menjadi subur dan terus bertambah kesuburannya hanya dengan menanam. Di awal, mengolah tanah yang tandus sangat sulit dan berat, namun di saat ada satu tanaman yang hidup, maka semakin mudah mengolah tanahnya.

Cara pertama mengolah tanah yang tandus adalah dengan menjaga air hujan agar tidak terbuang. Menampung seluruh yang datangnya dari langit. Cara pertama mengelola hati ada dengan menampung semua hal yang berasal dari Allah swt dan Sunnah Rasulullah saw.

Yang Tak Henti Mengeluarkan Kekayaannya Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Rasulullah saw memerintahkan menanam bukan menikmati buah at...

Yang Tak Henti Mengeluarkan Kekayaannya

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Rasulullah saw memerintahkan menanam bukan menikmati buah atau panen. Saat bercerita tentang buah, Rasulullah saw justru bersabda bahwa yang dicuri adalah sedekah. Yang dimakan makhluk lain adalah sedekah. Hidup itu soal karya, bukan tentang hasil.

Saat hiruk pikuk menggema, Rasulullah saw memerintahkan untuk tidak mengikuti arus kebisingan, tetapi memerintahkan mengolah tanah dan menanam. Sibukkan dengan karya bukan berkoar-koar dan perselisihan.

Sumber daya yang terus tanpa henti memberikan kehidupan pada makhluk di muka bumi adalah tanah. Mengolah tanah berarti awal menjaga kesinambungan generasi dan seluruh makhluk-Nya. Menanam berarti membangun optimisme dan harapan.

Bukankah misi para penjelajah adalah mendapatkan tanah baru? Bukankah pertempuran paling sengit di muka bumi tentang perebutan tanah? Bukankah dari tanah seluruh pundi-pundi kekayaan berasal? Anehnya, mengapa justru merasa terhina dengan mengolah tanah?

Tanah bisa mengeluarkan perbendaharaannya hanya dengan menggali dan menanamnya. Tanah hanya bisa mengeluarkan keberkahannya hanya dengan bertakwa. Bila mengolah tanah dan menanamnya disemangati oleh takwa, maka bumi ini menjadi surga.

Mengolah tanah itu sangat mudah, hanya dengan menggemburkannya. Menanam itu sangat mudah, hanya dengan memasukan biji-bijian ke tanah yang gembur. Setelah itu, Allah yang menjaga dan memeliharanya. Setelah itu,  tugas alam semesta yang untuk membesarkannya.

Tanah merupakan harta karun yang tak pernah berhenti mengeluarkan kekayaannya. Caranya amat mudah hanya dengan menggemburkan dan memasukkan biji-bijian ke dalamnya. Dengan cara ini kehidupan di muka bumi terus berkelanjutan.

Memilih Ujian Yang Resikonya Terukur Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Hidup itu ujian. Manusia itu khalifah yang diberikan kebebasan....

Memilih Ujian Yang Resikonya Terukur

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Hidup itu ujian. Manusia itu khalifah yang diberikan kebebasan. Maka pilihlah ujian yang resikonya terukur dan terringan.  Jangan mengambil resiko yang tidak terukur karena bisa menghancurkan dan sangat membebankan hingga taraf tak sanggup menanggungnya.

Ujian yang resikonya terukur adalah dengan tunduk dan taat kepada Allah. Ibadah adalah ujian bagi sang hamba. Ujian bagi sang khalifah, mau tetap menjadi wakil Allah di muka bumi atau wakil egonya? Mau mengikuti kebebasan egonya atau kebebasan yang terkelola dan terarah dengan bimbingan Allah?

Yang kikir, hartanya akan musnah. Yang tamak, hartanya tidak memberikan kemanfaatan walaupun melimpahkan ruah. Bila berzakat, harta yang "musnah" hanya 2,5 persen saja, bukankah "kehilangan" 2,5 persen sangat terukur? Sisanya yang 77,5 persen bebas untuk dimanfaatkan kepada yang mubah.

Kebanyakan manusia memilih untuk kikir bukan berbagi. Kikir adalah ujian dari hasutan nafsu. Dermawan adalah ujian, apakah mau ditaati atau diabaikan? Yang berakal akan memilih resiko yang terukur.

Tamak atau mencari yang halal? Semuanya ujian. Manusia bebas untuk memilih. Ketamakan menimbulkan kezaliman dan perampasan hak orang lain. Sedangkan yang halal menimbulkan ketentraman dan kebersamaan. Yang tamak, hartanya menjadi abu. Yang halal, membawa keberkahan. Namun, kebanyakan memilih ujian ketamakan.

Resiko puasa hanya lapar dan haus selama 12-14 jam. Sedangkan makan dan minum tak karuan. Gaya hidup yang bergemerlapan akan menghabiskan harta, penyakit badan yang akut  yang kadang tak bisa disembuhkan. Mau memilih ujian yang mana? Berpuasa, resikonya paling ringan.

Mau menuhankan ego diri atau menuhankan Allah. Menuhankan Allah hanya butuh kerendahan hati dan mencampakkan kesombongan. Sedangkan menuhankan ego terlihat hebat dan bebas, namun jiwanya sengsara tak pernah bahagia. Bukankah lebih ringan merendahkan hati daripada sengsara hidupnya?

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (402) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (300) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)