basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Saat Masih Merisaukan Takdir Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Takdir itu ada hukum-hukumnya. Takdir itu ada jalan-jalannya. Takdir it...

Saat Masih Merisaukan Takdir

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Takdir itu ada hukum-hukumnya. Takdir itu ada jalan-jalannya. Takdir itu ada pintu-pintunya. Jadi, tak perlu merisaukan takdir. Fokuslah, mentaati Allah dan Rasul-Nya. Maka, takdir yang diinginkan akan menjadi kenyataan dengan sendirinya.

Takdir itu tergantung kehendak Allah. Semuanya dalam gengaman-Nya. Tak ada yang ikut campur dan bisa ikut campur. Hanya hak tunggal-Nya Allah. Jadi, bacalah kehendak-Nya. Jadi, taatilah kehendak-Nya.

Kehendak-Nya terpampang jelas di alam semesta. Ikuti saja. Sebab, tak ada yang bisa melawannya. Sekali melawan, bencana dan wabah akan menerjang untuk menyeimbangkannya. Kuncinya, jangan melakukan kezaliman.

Kehendak-Nya terpampang dalam syariat-Nya. Dalam Firman-Nya. Dalam sunah para Nabi dan Rasul-Nya. Sekali dilawan dan tak ditaati, yang terjadi hanya kerusakan. Raga, jiwa dan akalnya hancur. Tata kelola kehidupan amburadul. Kehidupan menjadi sempit dan sengsara.

Takdir-Nya tergantung kemesraan seorang hamba pada Rabbnya. Tergantung cintanya pada Allah. Bila Allah telah mencintai hamba-Nya, maka yang paling baik yang akan diberikan-Nya. Tak perlu ada kekhawatiran bila memadu kasih dengan sang Rabb.

Mengapa masih ada khawatir, takut dan sedih? Itulah tanda bahwa jiwa dan akal belum selaras dengan Rabbnya. Masih banyak kemalasan, keengganan, perlawanan dan kedurhakaan pada sang Rabb. Bisikan hawan nafsu dan syetan masih menyelusup ke hati, karena Allah membiarkannya. Bisa jadi, Allah yang mengutus untuk menghukum sang hamba.

Ketentraman akan takdir-Nya, itulah tanda curahan Rahmat-Nya. Seperti Allah yang menentramkan hati Nabi Musa saat menghadapi Firaun dan ahli sihir. Seperti Allah, yang menentramkan hati Rasulullah saw dan para Sahabat di setiap pertempuran dan kesulitan. Masih takut, khawatir dan sedih akan takdir? Berarti masih ada persoalan antara diri dengan sang Rabb.

Amalan "Ramadhan" Tuntas Sebelum Ramadhan Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Aktivitas rutinitas Ramadhan tak ada yang spesia...

Amalan "Ramadhan" Tuntas Sebelum Ramadhan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 



Aktivitas rutinitas Ramadhan tak ada yang spesial, sebab semuanya sudah menjadi kebiasaan keseharian. Justru semakin mudah, karena dilakukan secara komunal hingga mendunia. Ramadhan hanya menguatkan saja. Terfokus pada aktivitas peningkatan spiritualitas.

Merubah tilawah Al-Qur'an menjadi tahfidz. Merubah tahfidz menjadi bacaan surat dalam qiyamulail. Itulah fokus Ramadhan. Bukan lagi mengejar banyaknya tilawah, karena itu sudah menjadi kebiasaan bukan pembentukan di Ramadhan.

Di Ramadhan, merubah rutinitas puasa sunah sebelumnya, menjadi pendalaman spiritualitas puasa dan bagaimana puasa mewarnai aktivitas harian, bisnis, kekuasaan dan budaya?

Puasa mengajarkan kesejatian, kehakikatan, dan tujuan seorang hamba. Paham yang dibuang dan digenggam. Paham batasan dan koridor. Paham yang dicintai dan ditakuti.

Di Ramadhan, ukurannya bukan lagi haram dan halal, bukan lagi zuhud dan sabar, tetapi jangan memasuki wilayah syubhat, kesia-siaan, dan mulai melatih menapaki jalan wara dan ridha.

Di Ramadhan, ukurannya bukan lagi banyak beramal, karena optimalisasi kuantitas amal harusnya sudah tuntas sebelum Ramadhan. Ramadhan fokus mengistighfari, mentaubati, memuhasabahi dan peningkatan kualitas amal.

"Ramadhan-ramadhan" kita sudah tuntas sebelum Ramadhan, di Ramadhan ini fokusnya "bermiraj", rukuk, sujud dan bersimpuh di hadapan Allah. Menyaksikan pintu-pintu rahmat dan ampunan terbuka lebar. Merasakan  Allah menjemput dan membersamai kita.

Menahan Diri, Metode Mendidik Diri Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Puasa itu sangat penting dan memiliki makna khusus bagi manusia. ...

Menahan Diri, Metode Mendidik Diri

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Puasa itu sangat penting dan memiliki makna khusus bagi manusia. Maka, Allah pun sangat mencintai hamba-Nya yang bersedia terlatih, dan memiliki kesanggupan menahan diri. Puasa sebuah metode kedisiplinan dalam mengurus masalah kecil di keluarga, maupun masalah besar dalam masyarakat, negara dan dunia.

Puasa adalah salah satu model tarikat yang menyelamatkan manusia. Pandanglah, mereka yang berduyun-duyun ke perkotaan, lihatlah bagaimana kemewahan-kemewahan diproduksi, lihatlah bagaimana orang berkuasa dan dengan segala cara mempertahankan kekuasaannya.

Bacalah media, saksikan peperangan, perebutan, penggusuran, pembongkaran dan penindasan, mengobrollah dengan tetangga, sahabat dan rekan kerja, berbicaralah tentang segala hal di muka bumi, pasti menemukan pertanyaan sama, 'Mengapa manusia sangat tidak bisa menahan diri?"

Padahal, bukankah Allah selalu sedemikian menahan diri? Dengan dosa-dosa kita yang sedemikian bertumpuk, baik dosa pribadi maupun dosa kolektif, baik dosa personal maupun struktural, tidak pantaskah kalau sudah sejak dulu Allah murka dan melindas kita semua?

Tetapi bukankah Allah sangat menahan diri? Tetap memperkenankan kita berbadan sehat, bernafas, dan bergerak? Bukankah Allah sangat menahan diri dengan tetap menerbitkan matahari, mengalirkan air, dan menghembuskan angin? Seakan tidak peduli betapa malingnya kita? Betapa munafik dan kufurnya kehidupan kita?

Allah Maha Agung dan tidak membutuhkan apa pun dari kekerdilan kita. Allah Maha Besar dan tidak memerlukan manfaat apa pun dari kelemahan kita. Allah Maha Tak terhingga dan sama sekali tidak memiliki ketergantungan apa pun kepada ketololan kita.

Maka, manusia hendaknya tahu diri dan belajar bertawadhu kepada Allah. Karena, kemaksiatan dan kezaliman kita, tak membuat Allah mencabut nikmat-Nya pada manusia

Sumber:
Emha Ainun Nadjib, Tuhan Pun Berpuasa, Kompas 

Mengukur Kemuliaan Manusia Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Bersyukurlah, Allah tidak menilai hamba-Nya dari kekayaan dan kekuasaanny...

Mengukur Kemuliaan Manusia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Bersyukurlah, Allah tidak menilai hamba-Nya dari kekayaan dan kekuasaannya. Strata manusia tidak diukur dari penghimpunan dunianya. Tetapi dari interaksinya dengan Allah, yaitu taqwa. Jadi siapapun bisa mendapatkan derajat tertinggi. Inilah persamaan kemanusiaan.

Yang berkuasa dan berharta menghormati rakyat jelata. Siapa tahu yang jelata lebih bertakwa. Yang jelata menghargai yang berkuasa dan berharta. Siapa tahu yang berkuasa dan berharta lebih bertakwa. Yang bermaksiat pun dihargai, siapa tahu di akhir hayatnya meraih hidayah, lalu bertaubat. Takwa itu di hati. Sebab kerahasiaannya, semuanya saling menghargai.

Mengapa terjadi oligarki kekuasaan dan bisnis? Mengapa seseorang bisa menjadi sangat berkuasa? Mengapa muncul kediktatoran? Sebab orientasinya dunia. Para kaki tangan, pembela, dan penyanjungnya berebutan kue kekuasaan dan kekayaan. Siapa yang bisa memberi kepuasan nafsunya, dialah yang menjadi tuhan. Ini efek bila penghargaan tidak berdasarkan takwa.

Keterhinaan manusia atas manusia, disebabkan ukuran kemuliaan bukan lagi takwa. Penindasan manusia atas manusia, karena ukuran kemuliaan bukan lagi takwa. Hargailah manusia seperti Allah menghargai manusia. Bila Allah menghargai manusia karena takwanya, maka manusia pun menghargai manusia karena ketakwaanya juga. Tak ada ukuran selain takwa.

Takwa bukan "pemberian" Allah. Hasil olah diri. Hasil penempaan dan pendidikan diri. Hasil jihad diri. Sedangkan kekuasaan dan kekayaan merupakan pemberian Allah, jadi tak bisa diukur sebagai kemuliaan. Kafirin, munafikin, dan musyrikin pun diberikan kekayaan dan kekuasaan. Yang berbuat curang dan penipu pun diberikan kekayaan kekuasaan.

Kekuasaan dan kekayaan adalah ujian. Setiap yang diminta pertanggungjawaban oleh Allah tak bisa dijadikan kemuliaan, sebab di akhirat kelak akan menjadi beban. Setiap hal yang kehilanganya membuat semakin meringankan tanggungjawab di hadapan Allah, bukanlah kehilangan.

Takwa merupakan ukuran hakikat manusia. Selain ukuran ini, berarti memperturutkan hawa nafsu. Kehancuran tata nilai, oligarki, monopoli, eksploitasi, penindasan dan penghinaan, karena manusia telah salah dalam mengukur kemuliaan.

Membangun Kesadaran Keseimbangan Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Lapar itu bagian dari nikmat Allah. Melaparkan diri bagian dari pen...

Membangun Kesadaran Keseimbangan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Lapar itu bagian dari nikmat Allah. Melaparkan diri bagian dari pendidikan dan perbaikan diri. Dengan lapar, bukankah manusia jadi merasakan lezatnya makanan? Dengan haus, bukankah jadi merasakan kesegaran air? Dengan keterbatasannya manusia tahu akan makna nikmat-Nya.

Bila ingin paham nikmatnya jalan kaki, tanyakan pada mereka yang tidak bisa berjalan karena sebuah penyakit dan luka? Bila ingin paham nikmatnya melihat, tanyakan pada mereka yang sebelumnya bisa melihat? Bila ingin merasakan nikmatnya gigi, tanyakan pada mereka yang giginya ompong?

Nikmat itu baru terasa kelezatannya bila dicabut nikmatnya. Bagaimana agar kenikmatannya tidak tercabut? Belajarlah membutakan mata, membisukan lisan, memtulikan telinga, melaparkan perut dan menghauskan tenggorokan. Belajar mencabut nikmat agar Allah tidak mencabutnya karena melampaui batas dalam memberdayakan nikmat tersebut.

Allah menciptakan sesuatu ada ukurannya. Keseimbangan merupakan hukum yang ada di alam semesta. Bila melampaui sesuatu atau kekurangan sesuatu, maka alan muncul aksi dan reaksi untuk menyeimbangkannya. Bencana untuk menyeimbangkan ekosistem alam.

Bagaimana agar tidak terjadi bencana? Bagaimana agar tidak terjadi kegagalan dan musibah? Bagaimana agar muncul kesadaran akan keseimbangan? Bagaimana menciptakan sensitivitas adanya ukuran pada setiap nikmat Allah? Sadarilah, semuanya itu ujian.

Hidup adalah ujian. Nikmat itu ujian. Prinsip ini membangun kesadaran akan keseimbangan, batasan, dan ukuran sehingga tidak jatuh pada melampaui batas atau kezaliman. Setiap yang melampaui batas adalah kerusakan yang menciptakan datangnya teguran dari Allah.

Puasa merupakan langkah melakukan sesuatu yang berkebalikan secara sadar. Seperti bersedekah, menyerahkan milik kita secara sadar sebelumnya menjadi sesuatu yang melampaui batas.

Ragam Tinggi Tanaman Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Sedang mencoba menyemai 1.000 tanaman cabe. Mencoba memanfaatkan sela-sela tana...

Ragam Tinggi Tanaman

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Sedang mencoba menyemai 1.000 tanaman cabe. Mencoba memanfaatkan sela-sela tanah di antara tanaman yang sudah ada. Memanfaatkan keragaman ketinggian tanaman. Berbeda ketinggian, berarti berbeda pula kedalaman akarnya.

Naungan pohon menunjukkan jauhnya akar menyebar. Tingginya pohon menunjukkan dalamnya akar menghujam. Pemahaman ini, menjadi dasar kombinasi tanaman dalam satu lahan dengan hidup yang saling berdampingan tanpa permusuhan.

Dibawa pohon yang tinggi, ditanami pohon yang lebih  rendah. Jadi, dalam satu lahan bisa terdiri ragam tingkat ketinggian tanaman. Setelah itu, perhatian bagaimana pengaruh sinar matahari terhadap produktivitas tanaman.

Perhatikan hutan, ragam ketinggian pohon bisa hidup berdampingan. Dari yang paling tinggi hingga yang menghampar di permukaan tanah.   Mereka hidup karena karakter yang berbeda, kebutuhan sinar matahari yang berbeda, kedalaman akar yang berbeda, kelembaban yang berbeda. Dalam kerapatan tanaman, mengapa tanahnya tetap subur? Justru bertambah subur.

Bagaimana dengan yang dikelola manusia? Tanahnya justru semakin miskin unsur haranya, padahal terus dipupuki. Padahal yang ditanami hanya satu jenis tanaman saja. Bisa jadi, keragaman tanaman justru saling mengisi dengan saling menyuburkan dan menjaga. Kesamaan justru menciptakan persaingan.
  
Al-Qur'an selalu mengisahkan ragam tanaman dalam satu lahan. Dari ragam dedaunan, buah batang, hingga ketinggian. Juga keragaman bentuk lahan, dari kebun hingga ladang. Bahkan kota Saba, diapit oleh kebun.

Mencermati tanaman berarti mencermati kehidupan pula. Seperti Nabi Adam yang diajarkan nama-nama benda oleh Allah sebelum mengarungi liku-liku kehidupan di dunia.

Berbisnis, Bertransaksi Dengan Allah Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Mencoba terus memahami hakikat bisnis, agar bisnis menjadi lada...

Berbisnis, Bertransaksi Dengan Allah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 

Mencoba terus memahami hakikat bisnis, agar bisnis menjadi ladang akhirat, sebuah  realisasi Firman-Nya dan Sunnah Rasulullah saw. Agar Islam menjadi nyata, bukan utopia indah belaka. Agar Islam menjadi jati diri dalam rutinitas harian.

Bila akhir adalah kematian, jadi untuk apa berbisnis? Berbisnis untuk mengumpulkan bekal kematian. Semakin kuat berbisnis semakin melimpahkan bekal kematiannya. Berbisnis seperti seorang kiyai yang membangun pesantren. Berbisnis seperti seorang santri yang bergelut dengan kitab-kitabnya. Seperti ustadz yang mendidik jamaahnya. Hanya berbeda lapangan kehidupannya saja.

Bisnis tidak lagi menjadi tujuan. Laba dan uang bukan lagi tujuan. Rugi dan bangkrut bukan lagi hal yang menakutkan. Sebab ada pergantian yang lebih melimpah dan indah di sisi Allah. Berbisnis hanya untuk mengisi waktu agar tidak sia-sia hidup ini. Bisnis hanya untuk menunaikan peran kehidupan.

Tanpa berbisnis pun, Allah mampu melimpahkan kekayaan yang tak terhingga. Seperti sosok bayi, yang tidak melakukan apapun, namun yang dibutuhkan tercukupi bahkan hingga melimpah. Jadi berbisnis untuk kaya, berarti meremehkan Allah.

Berbisnis untuk berserah diri. Suratan takdir-Nya, bertebaran di muka bumi terlebih dahulu, baru diberikan sesuatu oleh Allah. Suratan takdir-Nya, menjadi khalifah untuk mengelola kehidupan ini. Seperti seekor cacing, yang hanya mengikuti takdirnya, namun sesungguhnya telah melakukan hal yang luar biasa bagi kehidupan ini.

Membuka toko, membersihkan dan menunggu pelanggan, merupakan bentuk kepasrahan kepada Allah. Melayani pelanggan merupakan bentuk berbuat kebaikan. Menginvestasikan dana, merupakan sedekah, karena seperti menanam benih yang kelak tumbuh pohon yang menghasilkan buah, daun yang rindang dan air hujan menjadi mata air.

Bila bangkrut, Allah mencatat seperti niat awalnya. Tak ada yang hilang. Tak ada yang rugi. Semuanya terjaga di sisi Allah. Membangun bisnis untuk bertransaksi dengan Allah, bukan bertransaksi dengan dunia.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (404) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (305) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (450) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)