basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Tasawuf Al-Ghazali Inspirasi Strategi Dakwah Walisongo Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Menurut Buya Hamka, ulama penyiar Islam yang ...

Tasawuf Al-Ghazali Inspirasi Strategi Dakwah Walisongo

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Menurut Buya Hamka, ulama penyiar Islam yang datang ke tanah Jawa, yang dikenal dengan Walisongo, sebagian besarnya merupakan guru-guru Tasawuf, yang disesuaikan dengan kondisi sosial dan politiknya. Ini teridentifikasi dari panggilannya yaitu Sunan.

Tasawuf yang masuk ke Indonesia, menurut Buya Hamka, sejalan dengan prinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah. Khususnya Mazhab Syafii. Dalam sejarah perkembangan tasawuf di Indonesia, pengaruh al-Ghazali-asy-Syafii lebih besar daripada pengaruh al-Hallaj. Lalu, bagaimana dengan tasawufnya Walisongo?

Bila merujuk pada kitab-kitab yang ditulis oleh para Walisongo yaitu Primbon Bonang (Het Boek Van Bonang) karya Sunan Bonang dan Kropak Jawa (Kropak Ferrara) karya Maulana Malik Ibrahim, terlihat jelas bahwa rujukan utama kedua kitab tersebut adalah Ihya  Ulumuddin dan Bidayatul Hidayah karya Imam Al-Ghazali. Juga, Quth Qulub karya Abu Thalib al-Makki yang merupakan guru dari imam Al-Ghazali juga.

Kropak Ferrara karya Maulana Malik Ibrahim, memuat naskah yang judulnya sama dengan risalah Imam al-Ghazali, Bidayat al-Hidayah (Menjelang Hidayah). Tetapi versi Maulana Malik Ibrahim adalah ringkasan dan tak semua yang diajarkan Imam al-Ghazali dikemukakan. Isinya berupa marifat, hakikat manusia, Tuhan, Surga, etika kehidupan dan beragama.

Mengapa rujukan Walisongo cendrung pada tasawufnya Imam Al-Ghazali? Menurut Azyumardi Azra, Imam Al-Ghazali mampu membuat rekonsiliasi hingga memadukan ahl al-syariah (fukaha) dan ahl al-haqiqah (sufi) sekaligus. Menurut Buya Hamka, tasawufnya Al-Ghazali memadukan rasa keindahan dan cinta dengan bimbingan syariat Nabi Muhammad yang tidak boleh berubah-ubah.

Tasawuf Al-Ghazali telah menimbulkan seni yang hidup dalam Islam. Karena seni adalah tiruan dari keindahan, dan sumber keindahan adalah Allah yang terlihat jejak-jejaknya di alam semesta ini. Keindahan ini hanya bisa dirasakan oleh mereka yang bermarifat kepada Allah.

Tasawuf Al-Ghazali memberikan inspirasi luas biasa bagi strategi dakwah Walisongo. Ini tercermin dari sikap Sunan Ampel, Ketua Walisongo, yang mengutamakan senjata bathin yang lebih tajam daripada kekerasan senjata. Saat Sunan Ampel akan wafat seluruh Walisongo dinasehati agar dakwah Walisongo dilakukan dengan sabar, jangan ada paksaan dan jangan ada pertumpahan darah. Oleh sebab itulah, jalur dakwah Walisongo lebih banyak melalui jalur kultural, sedangkan  jalur senjata hanya ditujukan kepada para penjajah saja.

Sumber:
Buya Hamka, Sejarah Umat Islam, GIP
Buya Hamka, Perkembangan dan Pemurnian Tasawuf, Penerbit Republika
Rachmad Abdullah, Kerajaan Islam Demak, Wafi Publishing
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara Abad ke 17 dan 18, Kencana 

Jalinan Keturunan dan Kekerabatan Walisongo dengan Para Raja di Tanah Jawa  Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Para Walisongo dipanggil...

Jalinan Keturunan dan Kekerabatan Walisongo dengan Para Raja di Tanah Jawa 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Para Walisongo dipanggil dengan sebutan Sunan. Menurut Buya Hamka, Sunan berasal dari kata sesuhunan, artinya yang disuhun atau dimohon. Sebutan ini bersifat kompromistis untuk memuliakan ulama sesuai dengan kemuliaan raja. Ada yang mengartikan, Sunan berarti susuhunan atau sinuhun yang biasanya dinisbatkan kepada raja atau penguasa daerah di Jawa. Siapakah sebenarnya Walisongo itu?

Walisongo pada awalnya merupakan ulama utusan khalifah Muhammad I Turki Utsmani yang berasal dari luar Jawa. Namum generasi Walisongo berikutnya sudah bercampur dengan keturunan atau memiliki hubungan dengan raja-raja yang ada di Jawa. Bisa jadi atas dasar inilah mereka disejajarkan dengan raja atau sunan walapun mereka ulama. Mari kita runut nasab para Walisongo yang memiliki keterkaitan atau keturunan dengan para raja.

Ibunya Sunan Ampel bernama Dewi Condrowulan yang merupakan putri dari raja Campa. Ayahnya seorang ulama yang bernama Ibrahim Asmarakandi. Sedang kakak ibunya yang perempuan menikah dengan Prabu Brawijaya V, raja Majapahit. Maka, Sunan Ampel adalah keturunan raja Campa dari jalur ibu dan memiliki hubungan kekerabatan dengan raja Majapahit dari kakak perempuan ibunya.

Sunan Ampel menikah dengan putri dari Bupati Tuban yang memeluk Islam yang bernama Nyi Ageng Manila. Dari pernikahan ini lahirlah Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Mengingat Sunan Ampel merupakan keturunan raja Campa dan memiliki kekerabatan dengan raja Majapahit, maka anaknya pun secara otomatis memiliki darah raja pula.

Ibunya Sunan Giri merupakan putri dari raja Blambangan yang disembuhkan penyakitnya oleh Maulana Ishaq yang merupakan generasi pertama Walisongo. Raja Blambangan berjanji memeluk Islam, namun tidak ditepati. Lalu, mengusir Maulana Ishaq dari istana Blambangan. Sunan Giri memiliki garis keturunan raja dari jalur Ibunya.

Berdasarkan Carita Purwaka Caruban Nagari 1720 M, ibunya Sunan Gunung Jati yang bernama Nyai Rara Santang merupakan putri dari Prabu Siliwangi yang merupakan raja Padjadjaran. Sedangkan ayahnya merupakan Sultan Mahmud yang merupakan keturunan Bani Ismail yang merupakan penguasa kota Islamiyah di Mesir. Berarti, Sunan Gunung Jati, baik dari jalur Ibu maupun bapak merupakan keturunan para raja.

Raden Fattah atau Sunan Fattah merupakan anak langsung dari Raja Majapahit yang bergelar Brawijaya V yang kemudian diangkat menjadi Sultan di Kesultanan Demak. Bila dirunut dari garis keturunan dan kekerabatan, maka Walisongo yang menyebarkan Islam di Jawa sebagian besar merupakan keturunan atau memiliki kekerabatan dengan raja Majapahit dan Padjadjaran. Oleh sebab itu, penyebutan Sunan bukan saja karena mereka menjadi penguasa di daerah tertentu tetapi juga memiliki hubungan spesial dengan para raja di tanah Jawa.


Sumber:
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, Pustaka Surya Dinasti
Buya Hamka, Sejarah Umat Islam, GIP
Rachmad Abdullah, Walisongo, Wafi Publishing 

Interaksi Walisongo dengan Majapahit Oleh: Nasrulloh Baksolahar Dongeng yang menyebar di tanah Jawa, keruntuhan Majapahit akibat...

Interaksi Walisongo dengan Majapahit

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Dongeng yang menyebar di tanah Jawa, keruntuhan Majapahit akibat serangan Demak pada 1478 M. Sunan Fatah membanjiri halaman Kraton Majapahit dengan laskar Demak. Cahaya kilatan pedang mereka mengalahkan sinar matahari. Prabu Majapahit pun terbang ke langit lalu mengutuk putranya, Sunan Fatah, yang tidak menghormati orang tuanya. Benarkah seperti itu?

Demak tidak pernah meruntuhkan Majapahit. Yang meruntuhkan Majapahit adalah Prabhu Girindro Wardhono dari daerah Kalinga, Jenggala dan Kediri yang terletak Jawa Timur yang memberontak terhadap raja Brawijaya V. Setelah Majapahit runtuh,  ia menggelari dirinya Raja Brawijaya VI. Namun pada 1498 M,  dia diserang oleh Prabhu Udhoro hingga tewas. Maka Majapahit pun dikuasai Prabhu Udhoro dengan gelar Brawijaya VII.

Sunan Fattah memang pernah menyerbu Kraton Majapahit, namun tujuannya untuk merebut kembali tahta ayahnya, Brawijaya V, dari tangan Prabhu Udhoro. Di samping itu pula, pada 1512 M, Prabhu Udhoro telah mengirimkan utusan ke Portugis di Malaka, bertemu dengan Alfonso d'Albuquerque untuk menghancurkan kekuatan Islam di tanah Jawa dengan meruntuhkan kesultanan Demak.

Pada 1518 M, Prabhu Udhoro berhasil dikalahkan. Sunan Fattah memimpin langsung peperangan ini bersama Sunan Kudus. Serangan darat melalui Madiun lalu ke Kediri. Serangan laut dipimpin oleh Adipati Yunus melalui Sedayu. Dengan kemenangan ini, kedaulatan Demak diakui hampir di seluruh tanah Jawa. Pamor Majapahit pun telah berpindah ke Demak.

Sebelum kehancuran Majapahit, awal kedatangan Walisongo ke tanah Jawa, Sunan Ampel dan Maulana Ishaq pernah mengunjungi Kraton Majapahit bertemu baginda raja. Maksudnya, menjelaskan cita-cita dan maksud ajaran Islam. Penjelasannya diterima baik oleh baginda dan mempersilahkan menyebarkannya  ke rakyat Majapahit asalkan dengan suka relanya sendiri, tidak dengan paksaan.  Baginda tidak akan menghalangi perkembangan Islam dan justru menganjurkan tetap melanjutkan cita-citanya menyiarkan agama Islam dengan berpusat di Ampel.

Sunan Ampel menikahkan putrinya dengan Sunan Fattah, yang juga muridnya. Dibukalah daerah yang bernama Bintara (Demak). Para Walisongo bermusyawarah untuk mendirikan masjid besar di daerah tersebut sebagai pusat dari masjid yang sudah ada di Kudus, Ngampel, Giri dan lainnya. Berita ini sampai ke Majapahit. Majapahit pun mengundang Sunan Fattah ke Kraton Majapahit untuk bertemu ayahnya.

Tiba di Majapahit, Sunan Fattah diberi gelar Pangeran Adipati oleh ayahnya, raja Brawijaya V. Sekembalinya dari Majapahit, Sunan Fattah segera mendirikan masjid besar di Demak dengan tonggaknya sembilan buah sebagai lambang dari Walisongo yang telah memelopori Islam di Tanah Jawa. Sejak itu daerah Bintara berubah namanya menjadi Demak. Interaksi antara Walisongo dengan Majapahit penuh kelembutan dan toleransi sehingga tidak ada benturan dan gesekan.


Sumber:
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, Penerbit Surya Dinasti
Buya Hamka, Sejarah Umat Islam, GIP
Rachmad Abdullah, Walisongo, Wafi Publishing 

Walisongo, Perwujudan Firasat Muawiyah Bin Abu Sofyan tentang Tanah Jawa? Oleh: Nasrulloh Baksolahar Apakah umat Islam di Jawa b...

Walisongo, Perwujudan Firasat Muawiyah Bin Abu Sofyan tentang Tanah Jawa?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Apakah umat Islam di Jawa baru ada setelah kedatangan Walisongo pada 1404 M? Menurut Buya Hamka, yang tercatat dalam sejarah dari tulisan pengembaraan Cina pada sekitar tahun 674-675 M, telah menginjakkan kaki utusan khalifah Muawiyah Bin Abu Sofyan di tanah Jawa untuk bertemu dengan Ratu Simo dari kerajaan Kalingga yang masih beragam Hindu.

Perkampungan muslim sudah ada di Pesisir Utara Jawa di era Kerajaan Jenggala, Daha  dan Singasari. Buktinya pada tahun 1101 M ditemukannya batu nisan dari perkuburan muslimin, atau 300 tahun sebelum kedatangan Maulana Malik Ibrahim yang merupakan Walisongo pertama di Jawa pada 1404 M. Bahkan, Buya Hamka meyakini 500 tahun sebelum kedatangan para Walisongo kaum Muslimin sudah ada di tanah Jawa.

Di era kerajaan Pajajaran, Haji Purwa yang merupakan kakak kandung Prabu Mundingsari, menjadi orang yang pertama kali pergi haji dari tataran tanah Sunda. Dia berusaha berdakwah di istana Pajajaran pada 1337 M walapun belum berhasil.

Pendirian kerajaan Majapahit salah satunya hasil jerih payah kaum muslimin dari tentara Mongol muslim yang tidak pulang ke Tiongkok pada 1293 M. Mereka berkolaborasi dengan dengan Raden Wijaya membangun Majapahit. Oleh sebab itu saat Laksamana Ceng Ho ke Jawa pada 1406 M, di Majapahit telah ada masyarakat bercorak Islam   hingga di sekitar Istana Majapahit.

Informasi tanah Jawa, tentang kondisi Majapahit bercorak Hindu,  yang diselimuti perang Paregreg (1404-1406 M) akibat kemelut internal telah sampai ke Khalifah Muhammad I Kekhalifahan Turki Utsmani melalui pedagang muslim. Maka, khalifah pun mengutus duta dakwah sebanyak 9 ulama dari berbagai negri untuk berlayar dari Turki ke Jawa. Untuk apakah?

Menurut Buya Hamka, Muawiyah Bin Abu Sofyan sudah memperhitungkan bahwa islamisasi tanah Jawa belum bisa dilakukan di eranya karena sangat kuatnya kekuasaan kerajaan Hindu. Ternyata hal ini dipahami juga oleh Khalifah Muhammad I di era Turki Utsmani. Maka, setelah masyarakat muslim berkembang  dan kerajaan Hindu memasuki era kemunduran di tanah Jawa, barulah dakwah di tanah Jawa dilakukan secara serius, sistematis dan terorganisir dengan didatangkannya Walisongo sebagai utusannya.

Setibanya di tanah Jawa, generasi pertama Walisongo disebar ke Jawa Barat yaitu Maulana Malik Israil, Muhammad Ali Akbar, Hasanudin dan Aliyudin. Ke Jawa Tengah, Syeikh Subakir dan Maulana Muhammad al-Maghribi. Ke Jawa Timur, Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq dan Ahmad Jumadil Kubra. Mereka berdakwah hingga lahir generasi Walisongo berikutnya yang mendirikan Kesultanan Demak, Giri, Cirebon dan Banten.

Sumber:
Buya Hamka, Sejarah Umat Islam, GIP
Rachmad Abdullah, Walisongo, Wafi Publishing 

Kitab-Kitab Karya Sunan Walisongo Oleh: Nasrulloh Baksolahar Melacak jejak para Walisongo seringkali dilakukan dengan berziarah ...

Kitab-Kitab Karya Sunan Walisongo

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Melacak jejak para Walisongo seringkali dilakukan dengan berziarah ke makam-makamnya saja, sangat jarang yang berinteraksi dengan karya mereka yang memuat ajarannya. Ada dua teks yang menjadi sumber rujukan Walisongo yaitu Teks Wejangan Sunan Bonang (Het Boek Van Bonang)  yang menjadi bahan tesis Dr. Schrieke dan Kropak Ferrara yang menjadi tesis GJW Drewes.

Banyak sumber rujukan tentang Walisongo berupa babad, serat, suluk dan sejenisnya, hanya saja ditulis atas perintah para penguasa di masa jauh setelahnya, yang berpeluang digunakan untuk kepentingan politik tertentu. Dilihat dari sisi tersebut, Het Boek Van Bonang dan Kroprak Ferrara menjadi bahan otentik tentang ajaran Walisongo.

Het Boek Van Bonang sebuah tulisan pada daun lontar yang ditulis oleh Sunan Bonang, diyakini  dapat yang mewakili ajaran Walisongo, sebab  dia putra sekaligus murid Sunan Ampel. Berguru juga dengan angkatan pertama Walisongo yaitu Maulana ishaq, berteman dengan Sunan Giri, Raden Fattah, Sunan Gunung Jati, dan gurunya Sunan Kalijaga.

Het Boek Van Bonang sering disebut juga sebagai Primbon Bonang yang berisi ajaran tasawuf yang mendalam yang referensinya yang salah satunya berasal dari Ihya Ulumuddin dari Imam Al-Ghazali, Qut al-Qulub dari Abu Thalib al-Makki, Talkhis al-Minhaj dari Imam Nawawi. Sedangkan tokoh yang disebutkan dalam kitab tersebut adalah Abu Yazid Al-Busthami, Ibnu Arabi, Syeikh Abdul Qadir Jailani.

Menurut Poerbatjaraka dalam Majalah Djawa vol XVIII 1938, menyebutkan bahwa selain Primbon Bonang, Suluk Wujil diyakini ditulis oleh Sunan Bonang yang memuat pengetahuan tasawuf yang lebih dalam dan rahasia lagi yang membahas hakikat Ketuhanan.

Kropak Jawa atau Kropak Ferrara berisi ajaran Islam yang diajarkan kepada penduduk Jawa yang tersimpan selama tiga abad di perpustakaan Marquis Cristino, Ferrara, Italia. Isinya tentang dasar fikih, tasawuf, dan ilmu kalam, serta etika bersifat praktis. Naskah itu dibawa para pelaut Belanda dari pelabuhan Sedayu dekat Tuban menuju Eropa pada 1585.

Drewes menisbahkan Kropak Ferrara  sebagai ajaran Maulana Malik Ibrahim (w. 1414). Judul risalah yang dimuat dalam naskah ini sama dengan judul risalah Imam al-Ghazali, Bidayat al-Hidayah (Menjelang Hidayah). Tetapi versi Maulana Malik Ibrahim adalah ringkasan dan tak semua yang diajarkan Imam al-Ghazali dikemukakan.

Sumber:
Rachmad Abdullah, Walisongo, Al-Wafi Publishing
Agus Sunyoto, Atlas Walisongo, Pustaka Iman
https://historia.id/amp/agama/articles/naskah-ajaran-islam-awal-di-jawa-DL3w6

Jalan Ruhani Walisongo Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Menurut para Walisongo, yang terhimpun dalam Keropak Ferrara,  para penempuh ...

Jalan Ruhani Walisongo

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Menurut para Walisongo, yang terhimpun dalam Keropak Ferrara,  para penempuh jalan ruhani adalah gemar berpuasa, bangun tengah malam dan menyendiri untuk tafakur, tadabur, dan muhasabah. Dengan berpuasa, akal akan bercahaya. Dengan bangun malam, hati akan bercahaya. Dengan menyendiri, tak terpedaya dengan fitnah dunia. Orientasi dunia sangat mudah dienyahkan.

Akal menjadi sempurna bila tidak disetir dan dikendalikan oleh hawa nafsu. Pertimbangan dan keputusan menjadi rusak bila orientasinya hawa nafsu. Strategi dan implementasi menyimpang karena dorongan hawa nafsu. Bila akal rusak maka buah pikiran pun akan rusak pula.

Cara mendidik hawa nafsu hanya dengan memisahkannya dari apa yang digandrunginya. Mengambil kebutuhan dan membuang keinginan dan gaya hidup. Yang melampaui batas akan menyuburkan dan memperkokoh hawa nafsu. Bagaimana mengetahui batasnya? Ikutilah syariat-Nya.

Menyinari hati dengan bangun di sepertiga akhir malam. Saat Allah turun ke langit dunia untuk menebarkan ampunan dan rahmat-Nya. Bukankah yang bisa membolak balikan hati hanya Allah? Bukankah yang bisa membimbing  hati hanya Allah? Dengan cahaya hati dari Allah, hawa nafsu diberi rahmat-Nya sehingga tidak melampui batas dan menyimpang. Hawa nafsu menjadi teman seperjalanan dan seperjuangan.

Menyendiri berarti menghalau kepungan fitnah dunia. Mengurangi ketertarikan akal dan hati dengan gemerlapnya dunia. Mengurangi interaksi panca indera dengan sentuhan dunia. Terjun ke dunia hanya untuk mengemban amanah kekhalifahan saja bukan bersenda gurau dengan dunia.

Para Walisongo terjun mengarungi dan bergelut dengan dunia untuk membangun kesultanan Demak, Cirebon, Banten, Gresik, Kalimantan dan kesultanan lain di Indonesia Timur. Memerangi Portugis di Malaka dan Sunda Kelapa yang akan menjajah Nusantara. Serta menanam jiwa merdeka yang hanya tunduk kepada Allah sebagai modal perlawanan terhadap para penjajah di kemudian hari.

Para Walisongo bergelut dengan kehidupan untuk membangun pertanian, perdagangan, pembangunan infrastruktur, pendidikan, kebudayaan,  kesustraan dan keprajuritan. Semuanya diawali dari penempaan diri untuk menjalani jalan para ruhani.

Sumber:
Rachmad Abdullah, Walisongo, Al Wafi Publishing 

Tanaman, Merubah Air Hujan Jadi Sayuran dan Buah Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Banyak pohon yang bisa hidup tanpa tanah. Namun tan...

Tanaman, Merubah Air Hujan Jadi Sayuran dan Buah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Banyak pohon yang bisa hidup tanpa tanah. Namun tanaman tidak bisa hidup tanpa air. Dalam Al-Qur'an, pembahasan tanaman selalu disandingkan dengan air hujan dan air mengalir. Sedangkan pembahasan manusia sering kali disandingkan dengan tanah. Jadi apa peran tanah bagi tumbuhan?

Pertumbuhan tanaman yang disiram dengan air tanah, mengapa sangat berbeda dengan yang disiram dengan air hujan? Padahal tanahnya sama. Dengan air hujan, seketika menghijau dan pertumbuhan batangan cukup pesat, begitu pula dengan buahnya. Berarti di tanah yang sama, dengan tumbuhan yang sama, namun disiram dengan air hujan dan bukan, mengapa perbedaannya drastis? Berarti tanah tidak terlalu primer? Yang primer justru air hujannya.

Coba perhatikan unsur hara yang ada di sisa daun dan batang tumbuhan, berapa kandungan unsur haranya? Kebanyakan nol koma nol atau nol koma persen. Sangat jarang yang satuan persen. Berarti peran pemupukan organik menunjukkan peran yang tidak signifikan untuk kebutuhan hara tanaman.  Bagaimana dengan air hujan?

Unsur hara esensial tumbuhan adalah Nitrogen, Kalium dan Fosfor. Di air hujan, seluruh unsur ini melimpah dan sudah berbentuk senyawa sehingga mudah diserap tumbuhan. Sedangkan pada sampah butuh proses panjang untuk diubah menjadi atau terurai menjadi senyawa. Jadi apa peran pemupukan dan tanah?

Peran utama tanah adalah menampung unsur hara, baik yang berasal dari sisa bangkai hewan maupun tumbuhan. Tetapi yang lebih utama adalah unsur hara yang berasal dari air hujan. Air hujan pun cendrung memiliki Ph (tingkat keasaman tanah) yang normal sehingga membentuk tanah menjadi tempat yang kondusif bagi akar untuk mengambil unsur hara dari tanah.


Peran utama pemupukan organik adalah menjaga kelembaban tanah, menjaga erosi tanah karena hantaman air hujan membuat tanah menjadi keras yang membuat air hujan langsung terbuang yang membuat unsur hara tidak meresap ke tanah. Dengan pemupukan unsur hara air hujan tertahan di beragam jenis sampah organik tersebut.

Peran tanah yang lainnya membuat pohon bisa berdiri tegak dengan topangan akarnya yang menghujam ke bumi. Jadi, peran utama tumbuhan adalah mengubah unsur hara yang sebagian besar dari air hujan sehingga mengubahnya menjadi kayu, daun dan buah.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (402) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (302) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)