basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Bersama Gunung Halimun Oleh: Nasrulloh Baksolahar Dahulu beberapa kali berkemah dan naik gunung Halimun. Naik dari Bogor, turun ...

Bersama Gunung Halimun

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Dahulu beberapa kali berkemah dan naik gunung Halimun. Naik dari Bogor, turun di Pelabuhan Ratu Sukabumi. Gunung Halimun membelah kabupaten Bogor, Sukabumi dan Lebak. Setiap mendaki gunung Halimun ada perasaan berdebar, banyak cerita yang tidak logis dipenuhi halusinasi.

Wabah Covid-19 membawa saya ke kaki Gunung Halimun. Berinteraksi dengan warga, tanah, air dan hiruk pikuknya. Takdir masa depan memang tak ada yang bisa menduga. Sekarang, saya bagian dari Gunung Halimun. Setiap akhir pekan menikmati keindahan, kesegaran, kesejukan, keteduhan dan segala hiruk-pikuknya.

Mengolah tanah di kaki gunung Halimun merupakan sebuah anugerah Allah. Berinteraksi dengan para petaninya merupakan  pengalaman berharga. Banyak filosofi, hikmah dan mindset dari berinteraksi dengan gunung Halimun. Halimun berdiri kokoh dengan ketenangannya, dalam diamnya mengajarkan yang tak pernah diajarkan oleh manusia.

Saat kecil, bila memandang ke arah Gunung Salak, hanya bertanya, apa yang ada di baliknya? Dibalik tiga gundukan yang berbentuk salak terus menjadi rahasia, hingga Covid-19 menyibak tabirnya. Sebuah pertanyaan, terjawab setelah puluhan tahun. Pertanyaan tak harus dijawab saat itu juga. Bisa jadi menunggu kesiapan bagi yang bertanya.

Akhirnya mendapatkan jati diri dan identitas dari Gunung Halimun. Dia telah menjawab tabir masa depan. Obsesi bersamaannya ada keyakinan dan optimisme tentang perbekalan hidup menghadapi kematian. Karya dan sumbangsih apa di kehidupan ini, terjawab dengan jelas.

Khayalan dan angan-angan selainnya telah ditinggalkan. Membersamai hiruk pikuk dan ketentraman dengannya. Mengolah yang dikeluarkan dari tanah dan airnya. Membangun infrastruktur dan membina kader masa depan bersama suasananya.

Dari keheningan akan kembali kepada keheningan. Dari kesendirian akan kembali kepada kesendirian. Saatnya mentafakuri dan mentadaburi keteguhan dan kekokohan gunung Halimun. Bukankah Allah banyak memerintahkan agar memikirkan penciptaan gunung?

Keterkaitan Sabar Dalam Ragam Tantangan Kehidupan Oleh: Nasrulloh Baksolahar Apa keterkaitan sabar dengan penyelesaian masalah? ...

Keterkaitan Sabar Dalam Ragam Tantangan Kehidupan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Apa keterkaitan sabar dengan penyelesaian masalah? Allah memerintahkan meminta pertolongan dengan bersabar dan shalat. Saat diuji dengan sedikit ketakutan akan kekurangan makanan, buah-buahan, harta dan kematian, diperintahkan bersabar. Bukankah solusi itu hadir dari berfikir yang kemudian melahirkan strategi? Mengapa yang diperintahkan justru bersabar? Apa kaitan sabar dengan persoalan kehidupan?

Saat kaum Muslimin menghadapi tipu daya Munafikin, Yahudi dan Musyrikin yang diperintahkan hanya bersabar. Al-Qur'an menyatakan dengan sabar dan takwa maka seluruh tipu daya mereka hanya memberikan efek sedikit saja. Mengapa tipu daya dihadapkan dengan bersabar?

Saat Muslimin menghadapi serangan mendadak di perang Uhud, mengapa yang diperintahkan bersabar dan bertakwa? Padahal jenis serangan mendadak sangat mematikan. Saat tak siap, kehancuran yang didapat. Serang kilat dijadikan strategi efisien untuk menghancurkan yang tak siap. Tetapi mengapa yang diperintahkan hanya sabar dan takwa? Apa kaitan sabar dan takwa dengan kemiliteran?

Bukankah sabar cendrung diinterpretasikan sebagai gerakan yang lambat? Padahal saat diserang mendadak harus bertindak cepat. Butuh menyadarkan adanya serangan dengan cepat. Apa kaitan kesabaran dengan kecepatan berstrategi, mobilisasi sumber daya dan tindakan?

Dalam banyak perlawanan dan penentangan dari kaumnya, para Nabi dan Rasul hanya diperintahkan untuk bersabar hingga datangnya ketetapan Allah. Allah menegaskan bahwa mereka bisa diazab langsung, namum segala sesuatu sudah ada takdir yang tertulis di Lauhul Mahfudz. Bersabarlah untuk menunjukkan karakter kehambaan. 

Dalam kesabaran ada karya yang harus dilakukan. Al-Qur'an memerintahkan memadukan sabar dan shalat, sabar dan takwa. Dalam kesabaran ada ketentraman dan keteguhan hati yang terhindar dari ketergesahan. Ketergesahan penyebab segala strategi, tindakan dan sumber daya tidak tepat, efektif dan efisien. Disinilah dibutuhkan kesabaran. Kesabaran dapat melahirkan tindakan kecil dan sesaat yang menghasilkan ledakan besar, inilah yang dibutuhkan.

Petarung yang sejati tidak akan menghamburkan beragam jurus untuk menghancurkan lawan. Biarkan lawan bergerak membabi buta. Berdiam, berfikir dan menghindari sejenak. Saat lawan terlena hanya satu gerakan sederhana mampu menghancurkan lawan yang paling tangguh. Itulah mengapa harus bersabar dalam setiap persoalan.

Hutan, Konsep Kesederhanaan  Mengelola Kebun Kritis Oleh: Nasrulloh Baksolahar Berkebun dengan konsep tradisional belajarlah pad...

Hutan, Konsep Kesederhanaan  Mengelola Kebun Kritis

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Berkebun dengan konsep tradisional belajarlah pada hutan. Tak ada manusia yang memelihara dan memupuknya, namun tetap subur dan hijau. Mengapa kebun yang dikelola manusia berakhir menjadi lahan keritis? Saat lahan kritis  ditinggalkan manusia, selama masih ada hujan, berubah menjadi lahan yang subur. Jadi darimana kesuburan tersebut?

Saat lahan kritis ditelantarkan, yang pertama kali muncul adalah rerumputan dan ilalang. Fungsinya agar tanah tidak tererosi. Akarnya bisa menahan tanah dari derasnya aliran air hujan. Air hujan adalah pupuk terbaik.  Ini tahap awal perbaikannya. Jadi fokus utama penyuburan tanah adalah bagaimana unsur hara dan humus tidak terbawa oleh air hujan? Ini konsep yang paling mendasar.

Setelah rerumputan dan ilalang tumbuh, bermunculanlah tanaman batang yang tumbuh pendek. Daunnya berjatuhan dan terus berjatuhan hingga saling menumpuk. Diantara tumpukan daun kadang terlihat akar-akar lembut yang menahan dedaunan kering yang menghitam. Semuanya  menutupi lapisan permukaan tanah.  Akumulasi ini menciptakan humus. Lapisan permukaan tanah yang paling subur.

Rumput dan ilalang pun menghilang, tergantikan dengan humus yang berfungsi sama dengan rumput dan ilalang yang menahan tanah dari erosi. Tambahan manfaatnya, humus menjadi tempat makro dan mikroorganisme hidup yang mengurangi humus menjadi serpihan debu yang dibawa ke dalam tanah. Jalur perjalanan makro dan mikroorganisme menciptakan jalur air ke dalam tanah sehingga menjaga kelembaban tanah dan maksimalnya unsur hara ke tanah.

Jalur perjalanan makro dan mikroorganisme juga menciptakan saluran udara. Maka jamur yang menopang akar agar bisa menyerap unsur hara tanah dan menjaga air akan terus berkembang biak. Ini penyebab tumbuhan di hutan lebih memiliki daya tahan hidup di musim kering yang panjang.

Berlimpahnya unsur hara yang tercipta secara alami yang berkesinambungan, membuat tumbuhan hutan tercukupi kebutuhan unsur haranya. Ragam tumbuhan berkembang dengan subur. Bagaimana merekayasa konsep hutan menjadi perkebunan dengan hasil yang produktif? Belajarlah efisiensi pemeliharaan dan pemupukan dari hutan. Adaptasilah agar hasilnya tetap melimpah.

Yang harus dikelola oleh manusia hanya soal distribusi cahaya matahari. Bagaimana tumbuhan yang ditanami mendapatkan sinar matahari yang cukup? Bisa dikelola dengan ragam tumbuhan yang memiliki tingkat intensitas kebutuhan sinar matahari yang berbeda. Atau, Direkayasa dengan pemanfaatan tingkat keteduhan ragam tumbuhan yang berbeda. Atau, membuang ranting pohon yang tinggi agar tumbuhan dibawahnya tetap mendapatkan sinar matahari.

Tulisan Arab Mendominasi Naskah Nusantara Sejak Abad 14 Oleh: Nasrulloh Baksolahar Bahasa Melayu dengan tulisan Arab, tulisan Ja...

Tulisan Arab Mendominasi Naskah Nusantara Sejak Abad 14

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Bahasa Melayu dengan tulisan Arab, tulisan Jawi, mulai mendominasi di Nusantara sejak abad ke-14 di era Samudera Pasai. Di tanah Jawa dan Sunda pun mulai muncul bahasa Jawa dan Sunda yang ditulis dengan tulisan Arab yang disebut dengan Pegon. Untuk apa saja tulisan Arab digunakan?

Arkeolog Uka Tjandrasasmita menyebutkan peran tulisan Arab dengan bahasa Melayu, Jawa dan Sunda untuk menulis kitab keagamaan yang isinya fikih, syariat, tasawuf atau suluk, teologi, tafsir, ilmu falak dan ragam keilmuan lainnya. Bagi para raja, tulisan Arab menjadi sarana korespondensi dan perjanjian-perjanjian antara kerajaan Islam dengan asing.

Surat Sultan Aceh, Sultan Alaudin Riayat Syah, pada 1602 M  kepada Harry Middleton. Surat Sultan Iskandar Muda pada 1615 M kepada Raja James 1. Surat Sultan Ternate pada 1514 dan 1514 kepada Raja Portugal menggunakan surat bertuliskan Arab. Bahkan perjanjian para Sultan di Nusantara dengan VOC Belanda di tulisan dengan tulisan Arab.

Tulisan Arab digunakan juga untuk menulis yang berkaitan dengan karya sastra seperti Babad, Hikayat, Syair, Suluk, dan sastra yang berbentuk kitab. Mulai abad ke-14 di Nusantara segala hal dalam penyampaian perasaan dan buah pikiran dengan tulisan menggunakan tulisan Arab.

Perpustakaan Nasional di Jakarta pada 1972 mencoba membuat Katalog Naskah Melayu Museum Pusat, hasilnya ada 953 nomor.  Bila menyebutkan naskah Melayu berarti bertuliskan Arab. Dalam Catalogus des Catalogus de Manuscripts Malais memperkirakan jumlah naskah Melayu di perpustakaan di dunia lebih kurang 4.000 buah naskah. Jumlah naskah ini belum menghitung yang ada di masyarakat yang masih sangat banyak jumlahnya.

Para ahli mengungkapkan bahwa naskah yang bertuliskan Arab tersebar di seluruh Nusantara  dari Aceh hingga bagian Timur Nusantara seperti Bima dan Ternate. Tulisan yang dahulunya berbentuk Palawa dan Sangsakerta, di era Hindu-Budha, tiba-tiba tertelan bumi digantikan dengan tulisan Arab.

Banyak Naskah Nusantara yang bertuliskan Arab yang disimpan diberbagai perpustakaan di dunia dan menjadikan tulisan Arab sebagai sarana komunikasi keagamaan Islam, kemasyarakatan, perekonomian, kesenian, kebudayaan, korespondensi, hubungan diplomatik dan sebagainya menjadi bukti bahwa Islamlah yang telah membentuk kebudayaan di Nusantara.


Sumber:
Uka Tjandrasasmita dalam, Arkeologi Islam Nusantara, KPG
Tiar Anwar Bachtiar, Jas Merah, Pro-U Media 

Fenomena Dataran Tinggi Oleh: Nasrulloh Baksolahar  Dalam Al-Qur'an lebih banyak kisah peradaban di dataran tinggi yang diun...

Fenomena Dataran Tinggi

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 


Dalam Al-Qur'an lebih banyak kisah peradaban di dataran tinggi yang diungkap daripada dataran rendah. Fenomena gunung lebih banyak diungkap. Kaum Aad, tentang rumahnya yang dibangun di setiap tanah yang tinggi. Kaum Tsamud, gunung batu yang dipahat menjadi rumah yang megah. Kaum Saba, dataran tinggi yang dibuat bendungan air sehingga negrinya menjadi makmur. Ada apa dengan dataran tinggi?

Dalam Al-Qur'an, setiap berkisah tentang kebun yang banyak buahnya selalu dibarengi dengan fenomena air yang selalu mengalir. Air yang menggenang akan merusak tumbuhan karena membuat akar menjadi jenuh untuk mengambil unsur hara dari tanah. Di dataran tinggi, air mudah mengalir dan bersirkulasi, ini menjadi sebab pertumbuhan tanaman yang lebih baik.

Dataran tinggi cendrung miring dengan tingkat derajat kemiringan yang berbeda. Dengan tingkat kemiringan yang tinggi dibawah 50 derajat sehingga masih mudah ditanami, luas tanahnya jauh lebih bertambah dibandingkan dengan luas datar di dataran rendah. Ingatlah teori pengukuran bidang miring dalam teori Phytagoras?

Bagaimana pengaruh bidang miring dan datar terhadap sinar matahari pagi? Bidang miring akan lebih mendapatkan sinar matahari pagi yang maksimal. Bila menanam tanaman semusim di antara pohon besar, cara mendapatkan cahaya matahari pagi di bidang miring adalah dengan cara membuang ranting pohon tinggi minimal setinggi tanaman semusimnya.

Pembentuk unsur tanaman terbesar dari udara bukan dari tanah. Udara yang bersih dan berkualitas mempengaruhi pertumbuhan kualitas pohon dan buahnya. Embun dan kabut di dataran tinggi menjadi penyiram alami tumbuhan yang terbaik.

Tanah di dataran tinggi cendrung lebih lembut dan gembur karena suhunya yang lembab atau lebih banyak mengandung air. Akar tanam lebih mudah menyelusup ke tanah sehingga lebih mudah mendapatkan air dan unsur hara tidak terhantam oleh kerasnya tanah.

Kisah peradaban tinggi lebih banyak dikisahkan oleh Al-Qur'an dengan fenomena dataran tinggi. Di dataran tinggi banyak kekayaan alam yang perlu digali dan ungkap. Setelah fenomena dataran tinggi, fenomena apalagi yang sering diungkap oleh Al-Qur'an? Lautan, cobalah ungkap keberkahan Allah di lautan.

Utusan Khalifah Bani Ummayah Sudah ke Jawa Sebelum Pendirian Candi Borobudur Oleh: Nasrulloh Baksolahar Sejarawan Ahmad Mansur S...


Utusan Khalifah Bani Ummayah Sudah ke Jawa Sebelum Pendirian Candi Borobudur

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Sejarawan Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya Api Sejarah menegaskan bahwa Islam sebagai agama jauh lebih awal dari pembangunan candi Budha misalnya Borobudur. Seperti yang dituturkan dalam sejarah Dinasti Tang, masuknya Islam ke pulau Jawa terjadi pada abad ke-7 M. Sedangkan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, baru didirikan pada abad ke-9 M.

Menurut sejarawan J.G. de Casparis menyebutkan bahwa pendiri Candi Borobudur adalah Raja Samaratungga. Adapun Raja Samaratungga memimpin Mataram Kuno pada tahun 782 – 812 M pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra. Candi ini terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sedangkan Dinasti Syailendra merupakan kepanjangan tangan dari Raja Sriwijaya di Jawa

Buya Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam menyebutkan, dalam catatan Tiongkok menyatakan di Kho'po ada sebuah kerajaan Holing. Pada tahun 674-675 M diangkat seorang perempuan menjadi ratu yang bernama Si Ma. Kemakmuran, keamanan, dan keadilan negeri ini terdengar oleh Raja Ta Cheh. Kemudian, dia utuslah orang ke negri itu untuk membuktikannya.

Utusan Raja Ta Cheh mencecerkan pundi-pundi emas di pusat kota, tetapi tidak ada yang mengambilnya. Akhirnya, setelah 3 (tiga) tahun pundi tersebut berhujan panas, datanglah putra raja mengambilnya. Mendengar kejahatan tersebut, sang ratu menghukumnya dengan memotong kaki putranya. Siapakah mereka dalam Catatan Tiongkok ini?

Kho Po adalah Tanah Jawa. Holing adalah kerajaan Kalingga di Jawa Timur. Ratu Si Ma adalah Ratu Simo, seorang raja perempuan Kalingga pada masa itu. Raja Ta Chen adalah Raja Arab. Siapakah raja Arab saat itu? Menurut Buya Hamka adalah Muawiyah Abu Sofyan, Sekertaris Rasulullah saw, yang saat itu menjadi khalifah Bani Ummayah.

Sejarawan Ahmad Mansur Suryanegara dan Buya Hamka sepakat bahwa Islam masuk sebelum pendirian Candi Borobudur. Bahkan Buya Hamka berdasarkan Catatan Cina sudah sangat yakin bahwa Utusan Kekhalifahan Islam sudah menginjakkan kaki ke tanah Jawa sebelum pendirian Candi Borobudur. Hanya saja utusan sang khalifah tiba di Jawa Timur sedangkan Candi Borobudur di Jawa Tengah.

Bukti lainnya, Sayyid Qudratullah Fatimi (S.Q Fatimi) dalam ’Two Letters from Maharaja to The Khalifah mengidentifikasi addenda dual surat Raja Sriwijaya kepada Khalifah Bani Umayyah, yakni surat kepada Muawiyah dari kitab Al-Hayawan, karya Abu Usman Amr Ibn Bahr atau dikenal dengan Al-Jahiz (776-869 M/150-255 H). Surat menyurat ini menjadi bukti kuat bahwa hubungan kekhilafan Islam dengan Sriwijaya sudah sangat kuat sebelum Candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah dibangun.

Sumber:
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, Penerbit Surya Dinasti
Buya Hamka, Sejarah Umat Islam, GIP
https://sma13smg.sch.id/materi/sejarah-candi-borobudur/
https://maktabu.republika.co.id/posts/79643/raja-sriwijaya-pernah-berkirim-surat-ke-muawiyah-begini-isinya-

Bahasa Melayu, Bahasa Dakwah Islam di Nusantara Hingga Menjadi Bahasa Indonesia Oleh: Nasrulloh Baksolahar Di masa kebangkitan n...

Bahasa Melayu, Bahasa Dakwah Islam di Nusantara Hingga Menjadi Bahasa Indonesia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar


Di masa kebangkitan nasional, nama bahasa melayu diubah menjadi bahasa Indonesia. Jauh sebelum Sumpah Pemuda 1928,  bahasa ini sudah digunakan sebagai bahasa perjuangan oleh organisasi sosial, pendidikan, jurnalistik dan politik Islam. Sejarawan Ahmad Mansur Suryanegara di bukunya Api sejarah, sejak 1905, Syarikat Dagang Islam, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU) Jong Islamieten Bond hingga Tarbiyah Islamiah, sudah menggunakannya sebagai bahasa komunikasi di organisasinya.

Jauh sebelum itu, bahasa melayu pun sudah digunakan oleh para saudagar muslim di pasar.  Para santri di pesantren menggunakannya sebagai bahasa ilmu. Para Sultan menggunakannya sebagai bahasa diplomatik. Umumnya, bahasa Melayu dituliskan dalam huruf Arab Melayu atau Tulisan Jawi. Inilah salah satu yang mendorong integritas nasional dalam menghadapi penjajahan Belanda . Bagaimana bahasa Melayu sehingga mengakar di Nusantara?

Arkeolog Uka Tjandrasasmita dalam bukunya Arkeologi Islam Nusantara, berdasarkan tulisan prasasti abad ke-7 M pada era Sriwijaya, menggunakan bahasa Melayu dengan tulisan Sanskerta. Di saat bersamaan, Islam masuk ke Nusantara disertai penyebaran  bahasa Arab dengan tulisannya juga. Prasasti bertuliskan Arab mulai ditemukan pada abad ke 11 hingga 15. Contohnya nisan kubur Fatimah binti Maimun 1082 M di Leran Gresik.

Masuknya Islam ke Nusantara mempercepat pertumbuhan bahas Melayu. Jalur perdagangan internasional yang diominasi pedagang Arab, tumbuhnya pemukiman Arab di pesisir yang dibarengi dengan asimilasi dengan penduduk lokal  dan masuknya raja-raja ke agama Islam membuat bahasa Melayu yang sebelumnya ditulis dengan Sanskerta tumbuh menjadi tulisan Arab yang dikenal dengan Tulisan Jawi.

Pada abad-14, Kerajaan Pasai sudah menggunakan bahasa Melayu dengan tulisan Arab. Pasai berkembang menjadi pusat ilmu pengetahuan sehingga banyak pemuda dari seluruh pelosok Nusantara belajar di Pasai. Salah satunya adalah Sunan Giri. Yang kelak menjadi pimpinan Wali Songo, mendirikan pesantren, yang pengaruhnya hingga ke Indonesia Timur hingga kepulauan Maluku. Bahkan raja-rajanya baru merasa sah dianggap raja bila sudah diakui oleh Sunan Giri.

Ulama di kerajaan Aceh Darussalam, dari Hamzah Fansuri, Nuruddin al-Raniri, Syeikh Abdul Rauf Singkili, menulis kitabnya dengan bahas Melayu dengan tulisan Arab. Syeikh Abdul Shamad Palimbani, ulama Nusantara di yang hidup di Mekah, di era Mataram, menuliskan kitabnya dengan bahasa Melayu dengan tulisan Arab. Kitab-kitab ini menjadi rujukan para santri di pesantren untuk belajar dan pejabat kerajaan dalam mengelola ketatanegaraan.

Uka Tjandrasasmita juga menuturkan bahwa karya sastra, perundangan, kitab-kitab bahasa melayu bertuliskan Arab merata ada di seluruh kerajaan Islam di Nusantara. Hingga surat perjanjian antara kerajaan Riau, Palembang, Bima, Makassar, Ternate, Banten, Cirebon dan Jogyakarta dengan Belanda pun ditulis dengan bahasa Melayu dengan tulisan Arab. Bahasa Melayu tumbuh pesat bersamaan dengan pesatnya pertumbuhan Islam di Nusantara.


Sumber:
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, Penerbit Surya Dinasti
Uka Tjandrasasmita, Arkeologi Islam Nusantara, KPG
Rachmad Abdullah, Walisingo, Al Wafi Publishing 

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (248) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (379) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (270) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (446) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (185) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (206) Sirah Sahabat (128) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)