basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Berbisnis, Tanggungjawab Dharurat Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Bukalah kitab Ihya Ulumudin. Bagaima...

Berbisnis, Tanggungjawab Dharurat

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)


Bukalah kitab Ihya Ulumudin. Bagaimana hukum mendirikan usaha? Bila ingin membangun negara yang makmur, berapa persen dari penduduknya yang harus menggeluti usaha? Bila belum terpenuhi, bagaimana tanggungjawab penduduk di negri tersebut? Kajilah semua ini dalam tinjauan syariat Islam.

Membangun usaha karena Allah memerintahkan Muslimin untuk memperhatikan apa yang kamu makan. Perintah memperhatikan yang dimakan disandingkan dengan amal shaleh. Berarti membangun usaha disejajarkan dengan amal shaleh. Mengapa berbisnis hanya dijadikan untuk sekedar mencari nafkah dan mengumpulkan kekayaan? Kebutuhan perut saja?

Membangun usaha adalah kewajiban yang darurat. Darurat secara akidah, sebab bisnis telah menjerumuskan manusia menjadi "makhluk ekonomi" bukan Hamba Allah lagi. Ada orientasi aqidah dan tanggungjawab jawab  membangun aqidah dalam berbisnis, menjadikan Allah sebagai puncak obsesinya bukan laba, profit, pertumbuhan atau pun market share.

Bisnis telah menjerumuskan manusia pada sekularisme, meninggalkan konsep Allah dalam praktek, bisnis proses, pengembangan sistem dan teknologi dengan gandrung pada menuhankan akal dan konsep manusia, yang berorientasi pada kerakusan, kekikiran, penguasaan dan eksploitasi.

Bisnis itu bukan sekedar menjual, profit dan laba. Bukan sekedar memenuhi kebutuhan manusia. Tetapi menjadikan Allah sebagai orientasinya. Bisnis sebagai sarana bertawakal dan menggantung diri pada Allah. Bisnis sebagai pelatihan ketauhidan bahwa Allah yang menentukan takdir kehidupan.

Bukankah yang menggerakkan hati adalah Allah? Bukankah yang melezatkan itu semuanya berasal dari Allah? Bukankah yang menurunkan ketentraman dan kenyamanan itu Allah? Bisnis yang dibangun itu seperti laba-laba yang membuat sarangnya, namun tak tahu siapa yang menyangkut di sarangnya. Namun laba-laba membangun sarangnya dengan sangat sempurna.


Jangan sisakan bangkai dunia. Jangan sisakan hawa nafsu. Jangan berteman dengan syetan dalam pengelolaan bisnis. Sebab, sepak terjang bisnis pun akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Bisnis sebuah sarana peneguhan penghambaan diri pada Allah. Menjadi ulama, pebisnis dan penguasa itu sama saja. Setiap lapangan kehidupan harus berorientasi pada Allah.

Abu Mihjan Al-Tsaqafi: Ksatria Pemabuk Pemburu Syahid di Balik Perang Qadisiyah Hidayatullah.com | PARA Sahabah Rasulullah ï·º mer...


Abu Mihjan Al-Tsaqafi: Ksatria Pemabuk Pemburu Syahid di Balik Perang Qadisiyah


Hidayatullah.com | PARA Sahabah Rasulullah ï·º merupakan orang-orang terbaik yang pernah ada dalam sejarah Islam. Zaman mereka adalah zaman terbaik dalam sejarah peradaban Islam.


Banyak di antara mereka yang merupakan ahli-ahli dalam berbagai bidang; seperti halnya Khalid bin Walid yang merupakan ahli strategi militer, Umar bin Khattab yang merupakan ahli di bidang ketatanegaraan, Abu Hurairah yang merupakan ahli hadits dan lain sebagainya.

Di antara banyaknya sahabat Rasulullah perlu diketahui ada seorang pemabuk, namanya Abu Mihjan Al- Tsaqafi. Nama yang tentunya mungkin terdengar tidak familiar di kalangan para sahabat Rasulullah yang kita ketahui.


Beliau merupakan sahabat Rasulullah yang tidak bias meninggalkan khamr, mulai saat masih jahiliah hingga masuk Islam. Bahkan dari masa Rasulullah hingga Khalifah Abu Bakar dan berlanjut ke masa kekhalifahan Umar bin Khattab, namanya selalu menjadi langganan terdakwa hukum cambuk karena meminum khamr.


Meski demikian, keberanian Abu Mihjan sudah tidak perlu diragukan lagi, semenjak masuk Islam ia tidak pernah absen dalam setiap peperangan. Keberanian dan keinginannya akan mati syahid menjadikan dia seorang ksatria yang sangat gagah dan ditakuti, sehingga kehadirannya di medan pertempuran merupakan sebuah mimpi buruk bagi musuhnya.

Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab (636M) terjadilah peperangan melawan bangsa Persia. Khalifah Umar bin Khattab menunjuk sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash sebagai komandan utama dengan didukung 4000 pasukan. Berita tentang panggilan jihad itu pun terdengar oleh Abu Mihjan, namun karena dia seorang pemabuk, Khalifah Umar bin Khattab menyuruh agar Abu Mihjan diasingkan ke suatu tempat sebagai hukuman tambahan baginya.


Di tengah perjalanan ke tempat pengasingan nya, Abu Mihjan berhasil kabur dan menyusul pasukan muslim yang dipimpin Sa’ad bin Abi Waqqash ke Medan tempur Qadisiyah. Sesampainya di Qadisiyah, Abu Mihjan pun langsung menemui Sa’ad bin Abi Waqqash dan meminta izin untuk ikut berperang dan dia pun diizinkan.

Pada saat itu Sa’ad bin Waqqash sendiri tidak bisa turut serta didalam medan pertempuran langsung dikarenakan sedang menderita penyakit bisul di sekujur tubuhnya dan hanya bisa mengomandoi dari sebuah tenda di dataran yang agak tinggi sehingga dapat memberikan arahan terhadap pergerakan pasukan kaum muslimin.


Peperangan akhirnya pecah saat komandan utama yaitu Sa’ad bin Abi Waqqash mengumandangkan takbir. Pertempuran sengit pun berlangsung, 4000 pasukan muslim melawan 130000 pasukan Persia tentu bukan hal yang mudah, terbukti kaum muslimin sangat kewalahan.

Ditambah lagi pasukan Persia memakai strategi menggunakan gajah untuk menakut-nakuti kuda perang yang ditunggangi kaum muslimin, sehingga tidak berani untuk maju.


Setelah berlarut dalam pertempuran yang sangat sengit, akhirnya kedua belah pihak menarik mundur pasukannya untuk beristirahat dan mengatur ulang strategi. Di saat inilah godaan khamr menghampiri diri Abu Mihjan, karena tak kuasa menahan keinginan yang sudah berubah menjadi kebutuhannya tersebut, maka iapun meminumnya.

Mengetahui hal itu, Sa’ad bin Abi Waqqash menyuruh agar Abu Mihjan di kurung dan tidak diperkenankan ikut berperang. Di dalam kurungannya itu pun ia menyesali perbuatannya, sehingga ia pun bersyair untuk menutupi kesedihannya itu. Dalam syairnya itu ia berkata;

Sedih menyelimuti hatiku,

karena aku terbelenggu di balik jeruji besi,

Bila engkau melepaskan besi yang membelenggu diriku ini,

Niscaya akan aku raih syahid dalam perang,

Diriku kaya akan harta dan kawan,

Namun kini mereka meninggalkan ku sebatang kara,

Tubuhku kering karena sengatan matahari,

Kuperbaiki timbangan yang rusak,

Hanya ampunan Allah yang kuharapkan,

Syairnya itupun didengar oleh istri Sa’ad bin Waqqash. Abu Mihjan pun merayu dan memohon agar istri Sa’ad bin Waqqash itu mau melepaskan dirinya agar bisa ikut berperang bersama pasukan muslim dan dia berjanji jika tidak mendapatkan mati syahid di medan perang, maka ia akan kembali lagi ke dalam kurungannya tersebut.

Mendengar perkataan Abu Mihjan yang dipenuhi kesedihannya itupun, akhirnya istri Sa’ad bin Abi Waqqash melepaskannya dan memberikan kuda perang berwarna hitam milik suaminya yang bernama Balqa ‘.

Sementara itu di medan pertempuran, kaum muslimin tetap kesulitan menembus baris pertahanan musuh yang begitu rapat dan kokoh, meskipun bala bantuan telah berdatangan diantaranya pasukan dari Iraq yang dipimpin oleh Al-mutsanna dan pasukan dari yarmuk yang dipimpin oleh Khalid bin Walid telah datang membantu, namun tetap saja formasi barisan musuh tidak bisa di pecah.

Di tengah kegentingan itulah tiba-tiba muncul seseorang yang menunggangi kuda berwarna hitam dan wajahnya ditutupi oleh kain berwarna hitam pula, sehingga hanya menyisakan kedua bola matanya saja. Orang itupun maju bagaikan singa yang kelaparan, menembus barisan pertahanan musuh dan mengobrak-abrik nya.

Terlihat jelas bahwa tidak ada rasa takut sedikitpun dari orang itu. Seluruh mata kaum muslimin yang ada di medan peperangan itupun memandangnya dengan penuh kagum dan bertanya-tanya siapakah orang tersebut. Dia adalah Abu Mihjan Al-Tsaqafi, ksatria pemabuk pengejar syahid.

Sa’ad bin Waqqash yang melihat hal itu pun sangat senang karena bantuan datang walaupun hanya dari satu orang saja, namun kekuatannya sebanding dengan seribu orang. Sa’ad bin Waqqash pun bergumam, “Jika Abu Mihjan tidak ada di dalam jeruji kurungannya, maka aku sangat yakin bahwa orang itu adalah dia, dan apabila Balqa’ tidak ada di kandangnya, maka aku sangat yakin bahwa kuda yang ditungganginya itu adalah Balqa’. “

Melihat barisan musuh yang mulai kocar-kacir, maka spontan pasukan inti muslim yang dipimpin oleh Khalid bin Walid kembali semangat dan menggempur habis-habisan pasukan Persia. Hingga akhirnya pimpinan pasukan Persia bernama Rustum berhasil dibunuh oleh seorang prajurit muslim yang bernama Hilal bin Ullafah.

Kemenangan pun Allah takdirkan ke pihak muslimin. Seusai peperangan tersebut, maka Abu Mihjan kembali ke dalam kurunga dan menepati janjinya, dan bertobat dari kebiasaan mabuknya. Itulah kisah heroik Abu Mihjan Al-Tsaqafi, “sang pemabuk” pengejar syahid yang menjadi pahlawan bagi kemenangan kaum muslimin dalam Pertempuran Qadisiyah.*/Muhammad Muhajir Seninoto, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.  akun medsos: ig @fixgol_odado

Pertobatan Abdullah Bin Al-Mubarak Hidayatullah.com | ABU ABDURRAHMAN Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al-Marwazi lahir pada ...


Pertobatan Abdullah Bin Al-Mubarak

Hidayatullah.com | ABU ABDURRAHMAN Abdullah bin al-Mubarak al-Hanzhali al-Marwazi lahir pada tahun 118 H/736 M. Ayahnya seorang Turki dan ibunya seorang Persia.

Ia adalah seorang ahli hadits yang terkemuka dan seorang zahid termasyhur. Abdullah bin Mubarak telah belajar di bawah bimbingan beberapa orang guru, baik yang berada di Merv maupun di tempat-tempat lainnya, dan ia sangat ahli di dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, antara lain di dalam gramatika dan kesusastraan.

Ia adalah seorang saudagar kaya yang banyak memberi bantuan kepada orang-orang miskin. Ia meninggal dunia di kota Hit yang terletak di tepi Sungai Euphrat pada tahun 181 H/797 M.

Banyak karya-karyanya mengenai Hadits, salah satu di antaranya dengan tema “Zuhud masih dapat kita jumpai hingga waktu sekarang ini.”

Pertaubatan Abdullah bin Mubarak

Abdullah bin Mubarak sedemikian tergila-gila kepada seorang gadis dan membuat ia terus-menerus dalam kegundahan. Suatu malam di musim dingin ia berdiri di bawah jendela kamar kekasihnya sampai pagi hari hanya karena ingin melihat kekasihnya itu walau untuk sekilas saja. Salju turun sepanjang malam itu.

Ketika adzan Subuh terdengar, ia masih mengira bahwa itu adalah adzan untuk shalat ‘Isya. Sewaktu fajar menyingsing, barulah ia sadar betapa ia sedemikian terlena dalam merindukan kekasihnya itu.

“Wahai putera Mubarak yang tak tahu malu!”. Katanya kepada dirinya sendiri. “Di malam yang indah seperti ini engkau dapat tegak terpaku sampai pagi hari karena hasrat pribadimu. tetapi apabila seorang imam shalat membaca surah yang panjang engkau menjadi sangat gelisah.”

Sejak saat itu hatinya sangat gundah. Kemudian ia bertaubat dan menyibukkan diri dengan beribadah kepada Allah. Sedemikian sempurna kebaktiannya kepada Allah sehingga pada suatu hari ketika ibunya memasuki taman, ia lihat anaknya tertidur di bawah rumpun mawar sementara seekor ular dengan bunga narkisus di mulutnya mengusir lalat yang hendak mengusiknya.


Setelah bertaubat itu Abdullah bin Mubarak meninggalkan kota Merv untuk beberapa lama menetap di Baghdad. Di kota inilah ia bergaul dengan tokoh-tokoh ulama.

Dari Baghdad ia pergi ke Makkah kemudian ke Merv. Penduduk Merv menyambut kedatangannya dengan hangat.

Mereka kemudian mengorganisir kelas-kelas dan kelompok-kelompok studi. Pada masa itu sebagian penduduk beraliran Sunnah sedang sebagiannya lagi beraliran fiqh.


Itulah sebabnya mengapa Abdullah disebut sebagai toko yang dapat diterima oleh kedua aliran itu. Ia mempunyai hubungan baik dengan kedua aliran tersebut dan masing-masing aliran itu mengakuinya sebagai anggota sendiri.

Di kota Merv, Abdullah mendirikan dua buah sekolah tinggi, yang satu untuk golongan Sunnah dan satu lagi untuk golongan fiqh. Kemudian ia berangkat ke Hijaz dan untuk kedua kalinya menetap di Makkah.


Di kota ini ia mengisi tahun-tahun kehidupannya secara berselang-selang. Tahun pertama ia menunaikan ibadah haji dan pada tahun kedua ia pergi berperang, tahun ketiga ia berdagang.

Keuntungan dari perdagangannya itu dibagikannya kepada para pengikutnya. la biasa membagi-bagikan kurma kepada orang-orang miskin kemudian menghitung biji buah kurma yang mereka makan, dan memberikan hadiah satu dirham untuk setiap biji kepada siapa di antara mereka yang paling banyak memakannya.


Abdullah sangat teliti dalam kesalehannya. Suatu ketika ia mampir di sebuah warung kemudian pergi shalat. Sementara itu kudanya yang berharga mahal menerobos ke dalam sebuah ladang gandum.

Kuda itu lalu ditinggalkannya dan meneruskan perjalanan-nya dengan berjalan kaki. Mengenai hal ini Abdullah berkata: “Kudaku itu telah mengganyang gandum-gandum yang ada pemiliknya.”


Pada peristiwa lain, Abdullah melakukan perjalanan dari Merv ke Damaskus untuk mengembalikan sebuah pena yang dipinjamnya dan lupa mengembalikannya.

Suatu hari Abdullah melalui suatu tempat. Orang-orang mengatakan kepada seorang buta yang ada di situ bahwa Abdullah sedang melewati tempat itu. “Mintalah kepadanya segala sesuatu yang engkau butuhkan!” “Abdullah berhentilah!”, orang buta itu berseru. Abdullah lalu berhenti. ” Doakanlah kepada Allah untuk mengembalikan penglihatanku ini!”, ia memohon kepada Abdullah. Abdullah menundukkan kepala lalu berdoa. Seketika itu juga orang buta itu dapat melihat kembali.

Bergelar al-Hafidz

Orang yang pertama menjadi gurunya adalah Ar-Rabi’ bin Anas al-Khurasani. Beliau juga belajar ilmu agama kepada banyak ulama dari kalangan Tabi’in seperti; Sulaiman at-Taimi, ‘Ashim al-Ahwal, Humaid ath-Thawil, Hisyam bin ‘Urwah, Al-Jariri, Isma’il bin Abi Khalid, Al-A’masy, Barid bin Abdullah bin Abi Burdah, Khalid al-Hadza’, Baqiyah bin al-Walid, dan masih banyak lagi.

Al-Abbas bin Mush’ab menyampaikan dari Ibrahim bin Ishaq al-Banani dari Ibnul Mubarak, beliau berkata, “Saya mendapatkan ilmu dari 4.000 syaikh dan meriwayatkan dari 1.000 syaikh.” Kemudian al-Abbas berkata, “Saya mengikuti mereka sehingga mendapatkan 800 syaikh.”

Ibnu al-Mubarak adalah seorang ulama yang digelari dengan al-Hafizh (penghafal al-Quran), Syaikhul Islam, Mujahid, Imam, Alim, dan pimpinan orang-orang yang bertakwa pada zamannya. Haditsnya adalah hujjah berdasarkan kesepakatan ulama dan terdapat di dalam kitab-kitab musnad dan ushul.

Beliau memiliki modal harta sebanyak 400.000 yang dipakainya berdagang dalam perjalanannya ke berbagai negeri. Dari perdagangan itu dia mendapat untung setiap tahunnya 100.000 lebih yang seluruhnya dia infakkan kepada ahli ilmu dan ahli ibadah, terkadang pula modalnya yang dia infakkan.*

Perang Yarmuk dan Pembuka Jalan Pembebasan Baitul Maqdis Hidayatullah.com | PADA masa pemerintahan Abu Bakar as-Shiddiq RA, Bait...


Perang Yarmuk dan Pembuka Jalan Pembebasan Baitul Maqdis


Hidayatullah.com | PADA masa pemerintahan Abu Bakar as-Shiddiq RA, Baitul Maqdis belum bisa dibebaskan dari penguasaan Romawi. Konsentrasi Khalifah Abu Bakar RA saat itu adalah mengatasi persoalan pemurtadan orang-orang Arab di Jazirah Arab.

Namun, bukan berarti Abu Bakar RA tak punya rencana untuk membebaskan Bumi Syam, yang di dalamnya terdapat Baitul Maqdis, sebagaimana dulu diupayakan juga oleh Rasulullah ï·º di masa menjelang ajal beliau.

Pada bulan Rajab tahun ke-12 Hijriah, atau 633 M, sebagaimana tertulis dalam Buku Pintar Sejarah Islam karya Qasim A Ibrahim dan Muhammad A Saleh, Abu Bakar RA telah mengirim 4 batalyon berbeda untuk menaklukkan Syam.


Batalyon pertama dipimpin oleh Yazid ibn Abi Sufyan, ditugaskan menaklukkan Damaskus. Batalyon kedua dipimpin Syurahbil ibn Hasanah untuk menyerbu Urdun.


Pasukan ketiga dipimpin Abu ‘Ubaydah al-Jarrah menuju Humush. Dan, pasukan keempat dipimpin oleh ‘Amr ibn Ash menuju Palestina.

Hanya saja keempat batalyon ini tak menujukkan hasil yang berarti karena kuatnya pasukan Romawi. Mendapati hal tersebut, Abu Bakar RA lalu mengubah strateginya.


Beliau memerintahkan kepada Khalid bin Walid, ahli strategi perang kaum Muslim yang ketika itu sedang bertugas di Irak untuk memimpin keempat batalyon prajurit Muslim yang sedang menjalankan misi pembebasan Bumi Syam tersebut.

“Demi Allah, dengan Khalid, saya akan membuat pasukan Byzantiun melupakan bisikan-bisikan setan,” jelas Abu Bakar. Ini terjadi sekitar bulan Safar, 13 H, atau 634 M.

Saat itu pasukan Romawi terkonsentrasi di sebuah lembah yang di dalamnya mengalir sungai dari Gunung Hauran. Sungai ini terletak di dekat perbatasan antara Suriah dan Palestina, kemudian turun ke arah selatan, lalu bermuara di cekungan Yordania dan Laut Mati. Lembah ini bernama Yarmuk.


Di sana terdapat kawasan yang sangat luas, diapit oleh gunung-gunung yang menjulang tinggi.

Abu Bakar memerintahkan Khalid untuk segera menuju Yarmuk dengan mengerahkan keempat batalyon tentara Muslim guna menghadapi pasukan Byzantium yang juga memusatkan seluruh pasukannya ke lembah itu.


Khalid mematuhi perintah ini. Ia membawa 9.500 prajuritnya dari Irak untuk bergabung dengan pasukan Muslim di Syam. Ia sengaja menemupuh jalan yang tak biasa agar bisa sampai ke Yarmuk dalam waktu cepat.

Jalan tersebut bernama Samawah, berupa padang pasir yang tandus dan terik.  Tak akan ditemukan mata air selama lima hari perjalanan di padang pasir ini.

Setelah bergabung dengan pasukan Muslim, menurut Mansyur Abdul Hakim dalam buku berjudul Bangsa Romawi dan Perang Akhir Zaman, Khalid langsung membagi tentaranya menjadi 36 hingga 40 regu.

Masing-masing regu terdiri atas seribu prajurit. Dengan demikian, jumlah pasukan Muslim diperkirakan 36 hingga 40 ribu prajurit. Mereka semua bergerak ke arah Yarmuk.

Kaisar Heraklius juga mengerahkan pasukannya yang berasal dari Konstantinopel, negeri Syam yang masih dalam kekuasaan Romawi, dan Roma untuk menuju Yarmuk. Jumlahnya sangat fantastis, diperkirakan mencapai 240 ribu prajurit.

Lalu, bertemulah kedua pasukan yang tak imbang tersebut di Yarmuk.  Perang belum selesai, datang kabar dari Madinah bahwa khalifah Abu Bakar RA wafat.


Ini terjadi pada 26 A tus 634 M atau 23 Jumadil Akhir 13 H. Selanjutnya, naiklah Umar bin Khaththab RA sebagai pengganti Abu Bakar RA.

Umar RA menghendaki agar pimpinan pasukan pembebasan Syam diganti dari Khalid bin Walid kepada Abu ‘Ubaydah ibn Jarrah. Khalid tentu saja taat dengan keputusan tersebut. Namun, pergantian baru dilaksanakan setelah Perang Yarmuk selesai.

Kecamuk Perang Yarmuk benar-benar dahsyat, sampai-sampai Ibnu Katsir menggambarkannya dengan ungkapan, “sangat sengit dan berkobar-kobar hebat. Pedang-pedang terus berseliweran merenggut nyawa, menebas kepala, dan membelah tubuh.”

Perang Yarmuk berakhir dengan kemenangan kaum Muslim. Kemenangan ini tak lepas dari kepiawaian Khalid menyusun strategi perang.

Para sejarawan menyebut pertempuran Yarmuk penting dalam sejarah dunia. Sebab, inilah gelombang pertama pasukan kaum Muslim menaklukkan wilayah di luar jazirah Arab.

Ini pula yang menjadi pintu pembuka pembebasan Baitul Maqdis dan wilayah Syam (Suriah) yang dikuasai oleh Romawi.

Setelah perang Yarmuk selesai, Khalid menyerahkan tampuk pimpinan kepada Abu ‘Ubaydah. Namun, tak berarti Khalid undur dari misi pembebasan Syam dan Baitul Maqdis.

Ia dan pasukannya tetap mendampingi Abu ‘Ubaydah meneruskan ekspansi ke Damaskus, sebelum akhirnya Palestina dan Baitul Maqdis kembali ke pangkuan Kaum Muslim. Kisah tentang pembebasan Baitul Maqdis setelah Perang Yarmuk ini akan kita kupas dalam catatan selanjutnya.*/Mahladi Murni

Pesan Umar Kepada Abu Ubaydah: Mulailah Menyerang Damaskus! Hidayatullah.com | SETELAH Perang Yarmuk usai dengan kemenangan pasu...


Pesan Umar Kepada Abu Ubaydah: Mulailah Menyerang Damaskus!


Hidayatullah.com | SETELAH Perang Yarmuk usai dengan kemenangan pasukan Muslim di bawah pimpinan Khalid bin Walid pada tahun 634 M atau 13 H, pasukan Romawi mundur ke Damaskus. Kaisar Heraklius, pemimpin bangsa Romawi ketika itu, lari ke Antiokhia, daerah perbatasan Turki dan Suriah.


Perang Yarmuk adalah gelombang pertama pasukan Muslim menaklukkan wilayah di luar Jazirah Arab, sekaligus menjadi pintu pembuka pembebasan Baitul Maqdis. Perang ini sebenarnya tak imbang. Jumlah pasukan Muslim hanya sekitar 40 ribu saja, sedang jumlah pasukan Romawi mencapai 240 ribu. Namun, Allah Ta’ala berkehendak untuk memenangkan pasukan Muslim.

Setelah Perang Yarmuk usai dan pasukan Romawi terpaksa mundur ke Damaskus, pimpinan pasukan Romawi mulai mengumpulkan kembali tentaranya yang telah tercerai berai. Mereka berhasil menghimpun sebanyak 80 ribu tentara dan dikumpulkan di sebuah lembah di Yordania (Urdun), lembah yang terdapat di sebuah daerah bernama Pella (Fihl).


Melihat keadaan itu, Abu Ubaydah, pimpinan tertinggi pasukan Islam (menggantikan Khalid bin Walid), menjadi ragu apakah akan meneruskan rencana menaklukkan Damaskus, atau kembali ke Yordania guna menyerbu pasukan Romawi yang berkumpul di Pella. Ia lantas menulis surat kepada Khalifah Umar bin Khathtab yang berdomisili di Madinah.

Umar membalas surat tersebut dengan menuliskan pesan sebagaimana dikutip dari Buku Pintar Sejarah Islam karya Qasim A Ibrahim dan Muhammad A Saleh. Begini isinya:

“Mulailah menyerang Damaskus terlebih dahulu. Sebab, wilayah ini benteng Negeri Syam dan ibukota pemerintahan mereka. Tapi, kacaukanlah pasukan Byzantium yang ada di Pella dengan menempatkan pasukan berkuda di sana.”

“Jika pasukan berkuda berhasil mengalahkan mereka sebelum Damaskus maka itulah yang kita harapkan. Tapi, jika Damaskus bisa ditaklukkan lebih dulu, segeralah bergerak bersama pasukan menuju Pella setelah engkau menunjuk seseorang untuk mengurusi Damaskus.”

“Setelah Pella berhasil engkau taklukkan, bergeraklah bersama Khalid (bin Walid) menuju Emesa (Himsh). Serahkan urusan (pembebasan) Palestina (Baitul Maqdis) dan Yordania kepada “Amr ibn al-“Ash dan Syurahbil.”

Inilah kurikulum pembebasan Baitul Maqdis dari sang Khalifah. Kurikulum ini sebetulnya sudah dirancang sejak masa pemerintahan Abu Bakar As-Shiddiq.

Kaum Muslim paham bahwa musuh yang akan dihadapi begitu kuat. Karena itu mereka tidak membebaskan Baitul Maqdis secara langsung, melainkan bertahap, wilayah demi wilayah. Dengan begitu, saat pembebasan Baitul Maqdis tiba, pasukan Romawi sudah lemah.


Setelah menerima surat ini maka bergeraklah pasukan Muslim menuju Damaskus, dan sebagian menuju Pella. Ada kisah menarik saat pasukan Muslim berada di Pella, sebagaimana dikisahkan oleh Sir Arnold dan dikutip dalam catatan kaki buku di atas.

Menurutnya, ketika pasukan Islam tiba di lembah Yordania dan membuat markas di Pella (Fihl), penduduk Kristen setempat menulis surat kepada pasukan Arab-Islam. Surat tersebut berisi:

“Wahai Umat Islam, kami lebih menyukai kalian dari pada orang-orang Byzantium, meskipun agama kami sama dengan agama mereka. Kalian lebih bersikap lembut kepada kami, tidak menzalimi kami, dan memimpin kami dengan lebih baik. Tapi mereka memaksa kami mengikuti semua kemauan mereka, dan menjarah rumah-rumah kami.”

Pella pada akhirnya berhasil dikuasai oleh tentara Muslim.Kita kembali kepada pasukan Muslim yang bergerak menuju Damaskus dan masuk dari arah timur.

Rupanya, menaklukkan Damaskus tak semudah yang diperkirakan. Damaskus dikelilingi benteng yang kokoh dengan ketinggian mencapai 6 meter dan memiliki beberapa pintu utama. Tak cukup itu, benteng kota dikelilingi oleh parit yang dalam dengan lebar 3 meter.

Karena ketatnya penjagaan di kota ini, pasukan kaum Muslim hanya bisa mengepung dari luar dan memblokade kota. Pengepungan ini bahkan berlangsung berbulan-bulan, hingga pada suatu malam, intelijen tentara Muslim mengabarkan kalau di dalam benteng sedang berlangsung pesta.

Kesempatan ini digunakan oleh Khalid dan pasukannya untuk menyeberang parit dan memanjat tembok benteng menggunakan tangga-tangga yang panjang. Mereka berhasil menyerang penjaga pintu gerbang dan membuka lebar-lebar pintu tersebut.

Setelah gerbang dibuka, masuklah pasukan Muslim ke dalam kota dan membunuh siapa saja yang mengajak berperang kepada mereka.

Kota Damaskus akhirnya bisa dikuasai oleh pasukan Muslim pada Rajab 14 H, atau 635 M. Penaklukkan kemudian dilanjutkan di beberapa wilayah pedalaman Syam, kecuali beberapa wilayah pesisir. Khalifah Umar bin Khaththab yang mendengar kabar ditaklukkannya Damaskus segera berkirim surat kepada ‘Amr ib al-“Ash untuk segera bergerak menuju Baitul Maqdis.

Ada satu lagi kisah menarik ketika pasukan Muslim membebaskan Damaskus. Ketika itu Kaisar Heraklius, Raja Byzantium, masih berada di Anthiokia, wilayah perbatasan Turki dan Suriah. Setelah mengetahui pasukan Muslim banyak merebut wilayah kekuasaan Byzantium di Syam, ia memutuskan segera keluar dari Suriah menuju Konstantinopel, pusat kekuasaan Romawi.

Tatkala hampir tiba di tanah Romawi, Heraklius berkata, “Selamat tinggal wahai Suriah (Syam). Aku tidak ingin kembali lagi kepadamu untuk selamanya.” Meskipun Heraklius sudah melarikan diri ke Konstantinopel namun kisah pembebasan Baitul Maqdis masih belum selesai. Ketika itu ‘Amr ibn al-‘Ash bersama pasukannya sedang bergerak menuju Baitul Maqdis atas perintah Umar bin Khaththab. Dan, kisah pembebasan Baitul Maqdis ini akan kita lanjutkan pada artikel berikutnya. Nantikan!.*/Mahladi Murni, penulis aktif di MUI Pusat

Tak Ada yang Pintar Berbisnis Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Bertani dan berbisnis, apa persamaannya?...

Tak Ada yang Pintar Berbisnis

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)


Bertani dan berbisnis, apa persamaannya? Bertani, mengolah tanah menjadi subur. Tanamlah bibit yang unggul, pelihara dan lindungi dari hama. Itulah titik fokusnya. Bagaimana proses tumbuhnya? Tak ada yang tahu. Bertawakal dan bersabarlah.

Ada yang berbuah sesuai waktunya. Ada yang berbuah tergantung iklimnya. Ada yang memadukan keduanya. Bagaimana kondisi pasar saat berbuah? Tak ada yang tahu, maka bertawakal dan bersabarlah.

Saat berbuah, kondisi pasar sedang normal, anjlok dan melejit. Apakah bisa diprediksi? Ada yang bisa dan tidak. Bertawakal dan bersabarlah. Bagaimana mengelola ketidakpastian ini? Setiap panen sisihkan untuk sedekah, investasi kembali dan operasional. Rasulullah saw bersabda masing-masing bagian sebesar 1/3.

Menanam tumbuhan ada masa yang sangat kritis, dari penyemaian hingga batangnya kokoh. Masa ini tidak ada yang dihasilkan. Fokusnya bagaimana agar tumbuhannya kokoh untuk menopang buah? Ada yang sabar di masa ini ada juga yang pupus. Apa yang dilakukan di masa kritis?

Teruslah mengolah tanah. Teruslah merawat dan memupuk. Mencoba menanam tumbuhan disekitarnya yang usianya lebih pendek. Perhatikan pertumbuhannya secara berkala. Kita tak tahu arah pertumbuhan tanaman. Tak tahu arah pertumbuhan akarnya. Yang terlihat hanya kondisi daun, kekokohan dan kenaikan batang. Selebihnya, rahasia Allah.

Sesuaikan tumbuhan dengan kondisi iklim dan lingkungannya.  Bila tak dihiraukan, tumbuhan akan mati atau berkembang tak sempurna. Bila sudah sesuai, bangunlah apa yang diperlukan agar terus tumbuh semakin baik. Hanya itu yang bisa dilakukan. Selebihnya Maha Berkehendak-Nya Allah.

Tak ada yang pintar berbisnis, sebab peran manusia tak ada artinya dalam merekayasa bisnis, seperti manusia yang berkebun. Hanya menanam, setelah itu hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

Integrasi Dunia dan Akhirat Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Apa yang dilakukan. Apa yang dijalani. Sem...

Integrasi Dunia dan Akhirat

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)


Apa yang dilakukan. Apa yang dijalani. Semua peristiwa yang dilalui, manfaatkan sebagai bekal kematian. Berbisnislah. Berpolitiklah. Mendidiklah. Jadikan sebagai bekal kematian. Sebab, setiap helaan nafas, satu langkah menuju kematian.

Bila kenikmatan dunia tidak merasakan getaran dan kerinduan dengan kenikmatan akhirat. Bila kesulitan dunia tidak membawa getaran pada siksaan dan ketakutan pada kengerian neraka. Itu bertanda dunia telah menjadi puncak obsesi dan ilmu. Dunia dan akhirat sudah terpisah.

Bukankah Allah selalu memaparkan kebahagiaan akhirat dengan kenikmatan dunia? Bukankah Allah selalu memaparkan kengerian azab akhirat dengan kengerian di dunia? Dunia itu akhirat. Akhirat itu dunia. Mengapa kita memisahkannya?

Bukankah Allah dan Rasulullah saw selalu menghubungkan ragam jabatan, profesi dan kebiasaan di dunia dengan ragam pengaruhnya terhadap akhirat? Menghubungkan sepakterjang penguasa, hakim, petani, pebisnis dengan ragam peristiwa di akhirat? Dunia itu akhirat. Akhirat itu dunia.

Dunia untuk dunia tidak akan pernah menciptakan dan merasakan kebahagiaan. Bukankah yang merasakan kebahagiaan itu ruh dan jiwa bukan raga? Akal tidak akan pernah terpuaskan dengan kepentingan dunia, sebab akal itu ada di dalam dada. Raga itu hanya butuh seonggok makan, minum dan tidur saja.

Obsesi terhadap dunia adalah penderitaan hidup. Sebab Allah menghukum para pencinta dunia dengan dijadikannya terasa indah segala apa yang ada dunia. Tanda ketertipuan hidup adalah terasa indah dan membahagiakan segala orientasi dunia.

Rindu terhadap akhirat, membuat seluruh perjalanan di dunia teramat mudah dan ringan. Rindu terhadap dunia, membuat segala yang ada di dunia memusingkan dan menakutkan. Sebab manusia bukan pengendali perjalanan hidupnya sendiri. Tidak ada pengetahuan sedikitpun akan sedetik kemudian.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (404) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (305) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (450) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)