basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Model Kebangkitan Umat Islam Oleh: Dr. Adian Husaini Hidayatullah.com | PADA kajian akhir tahun di Institute for the Study of Is...



Model Kebangkitan Umat Islam

Oleh: Dr. Adian Husaini

Hidayatullah.com | PADA kajian akhir tahun di Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS), tahun 2019 dibedah buku karya Dr. Majid Irsan al-Kilani,  berjudul ”Model Kebangkitan Umat Islam: Upaya 50 Tahun Gerakan Pendidikan Melahirkan Generasi Shalahudin dan Merebut Palestina.” Pembahasnya, Ustad Asep Sobari Lc, penerjemah buku, yang juga peneliti INSISTS.

Judul asli buku tersebut adalah: ”Hakadza Zhahara Jilu Shalahuddin wa Hakadza ’Adat al-Quds”. Menurut Asep Sobari, ia mengenal buku ini saat kuliah di Universitas Islam Madinah, dimana sang dosen, Dr. Ghazi bin Ghazi al-Muthairi, meminta para mahasiswa membaca buku penting tersebut.


Berdasarkan hasil telaahnya yang mendalam terhadap kondisi umat Islam di masa Perang Salib, Irsan al-Kilani menjelaskan, bahwa kebangkitan umat Islam yang hakiki harus dilakukan melalui lahirnya satu generasi baru. Cara seperti ini sudah menjadi model, yang berulang kali terjadi dalam sejarah Islam.

Karena pentingnya model kebangkitan melalui proses pendidikan ini, Irsan al-Kilani mengimbau para insan pendidikan, agar mereka benar-benar paham, bahwa untuk mengubah kondisi suatu kaum yang lemah, harus dilakukan dengan mengubah kondisi internal mereka sendiri. Yakni, mengubah keyakinan, pemikiran, konsep, orientasi, cara berpikir, nilai, dan parameter kehidupan mereka.

Yang perlu diubah adalah sistem pendidikan yang telah melahirkan generasi lemah, layak kalah, hina, inferior, berorientasi duniawi, meninggalkan jihad, menghamba pada harta dan para penguasa.

*****

Mengambil kasus lahirnya generasi Shalahuddin dan pembebasan kembali Masjid al-Aqsha, Irsan al-Kilani menceritakan bagaimana kaum Muslimin mampu bangkit dari keterpurukan selama sekitar 50 tahun pada awal Perang Salib. Tahun 1095 Perang Salib dimulai.

Pada tahun 1099, Jerusalem jatuh ke tangan pasukan Salib. Ribuan umat Islam dibantai dengan sadis di Masjid al-Aqsha dan berbagai daerah lainnya.


Meskipun ada kekhalifahan, umat Islam berada dalam kondisi sangat terpuruk. Mereka terjangkit penyakit cinta dunia, tercengkeram aneka paham sesat, dan terlibat konflik antar mazhab yang parah, sampai saling bunuh di kampus.

Di zaman ada kekhalifahan itu, umat Islam perlu waktu 88 tahun untuk membebaskan kembali kota Jerusalem. Itu terjadi di bawah kepemimpinan Shalahuddin al-Ayyubi, tahun 1187.

Nah, buku ini memaparkan data, bahwa Shalahudin bukanlah pemain tunggal yang ”turun dari langit”. Tetapi, dia adalah bagian dari satu ”generasi” yang merupakan produk pendidikan para ulama yang hebat.

Al-Kilani menyebut contoh dua ulama yang berjasa besar dalam menyiapkan generasi baru itu, yakni Imam al-Ghazali dan Syekh Abdul Qadir al-Jilani. Menurut Dr. Irsan al-Kilani, dalam melakukan upaya perubahan umat yang mendasar, Imam al-Ghazali lebih menfokuskan pada upaya mengatasi kondisi internal umat.


Menurut al-Ghazali, masalah paling besar adalah rusaknya pemikiran dan diri kaum Muslim yang berkaitan dengan aqidah dan kemasyarakatan. Sang Hujjatul Islam tidak menolak pentingnya perubahan aspek politik dan militer.

Tetapi yang dia tekankan adalah perubahan yang lebih mendasar, yaitu perubahan pemikiran, akhlak,  dan perubahan diri manusia itu sendiri. Untuk itu, al-Ghazali melakukan perubahan dimulai dari dirinya sendiri dahulu, kemudian baru mengubah orang lain.

Kata penulis buku ini: ”Al-Ghazali lebih menfokuskan usahanya untuk membersihkan masyarakat muslim dari berbagai penyakit yang menggerogotinya dari dalam dan pentingnya mempersiapkan kaum Muslim agar mampu mengemban risalah Islam kembali sehingga dakwah Islam merambah seluruh pelosok bumi dan pilar-pilar iman dan kedamaian dapat tegak dengan kokoh.”


Melalui hasil kajian dan perenungannya yang mendalam terhadap kondisi umat Islam, al-Ghazali sampai pada kesimpulan bahwa yang harus dibenai pertama dari umat adalah masalah keilmuan dan keulamaan. Oleh sebab itu, kitabnya yang terkenal dia beri nama Ihya’ Ulumuddin (Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama).

Adalah menarik, bagaimana dalam situasi perang seperti itu, Imam Ghazali mampu merumuskan masalah umat secara komprehensif dan mendasar. Melalui Ihya’ Ulumuddin, al-Ghazali menekankan pentingnya masalah ilmu, ibadah, akhlak, dan juga aktivitas ’amar ma’ruf nahi munkar’.

Bahkan, aktivitas “amal ma’ruf dan nahi munkar”, dikatakan sebagai kutub terbesar dalam urusan agama. Ia adalah sesuatu yang penting, dan karena misi itulah, maka Allah mengutus para nabi. Jika aktivitas ‘amar ma’ruf nahi munkar’  hilang, maka syiar kenabian hilang, agama menjadi rusak, kesesatan tersebar, kebodohan akan merajalela, satu negeri akan binasa. Begitu juga  umat secara keseluruhan.

Jadi, simpul Irsan al-Kilani, yang pertama kali harus dilakukan adalah perubahan dalam diri manusia itu sendiri. (QS 13: 11). Nabi Muhammad ï·º juga menyatakan: ”Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, jika ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh. Namun, jika ia rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh. Ketahuilah, itu adalah qalb.” (HR Muslim).

Umat Islam kalah dan hina bukan karena kehebatan musuh-musuh mereka. Tapi, lebih karena kelemahan internal umat sendiri. Mereka memang dalam kondisi yang ”pantas kalah  dan terbelakang” (al-qabiliyyah lit-takhalluf wa al-hazimah). Inilah yang harus diatasi terlebih dahulu, sebelum menghadapi kekuatan eksternal yang hebat.


Sejalan dengan pemikiran Dr. Irsan al-Kilani, Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas juga menyatakan bahwa kondisi umat Islam saat ini secara mendasar sama persis dengan kondisi di masa Imam al-Ghazali. Dalam Konferensi Pendidikan Islam Pertama di Kota Mekkah, tahun 1977, Syed Naquib al-Attas merumuskan akar masalah umat Islam adalah ”loss of adab”. Dan solusinya adalah pendidikan (ta’dib). Bahkan, Prof. Al-Attas juga sudah membuktikan konsepnya melalui satu isntitusi pendidikan di peringkat tinggi.

Banyak kalangan umat Islam yang telah menyadari dan mencoba mewujudkan pendidikan yang mampu melahirkan generasi gemilang. Kita perlu terus berpikir dan mengevaluasi apa yang telah dan sedang kita kerjakan.           

Bagaimana aplikasi model pendidikan untuk melahirkan generasi hebat, seperti generasi Shalahudin? InsyaAllah, itu bisa dibaca dalam buku: Pendidikan Islam: Mewujudkan Generasi Gemilang Menuju Negara Adidaya 2045 (YPI Attaqwa, 2018).

Tentu saja, penerapan model pendidikan yang ideal (ta’dib)  sangat tidak mudah. Tantangan, hambatan,  dan ujian internal dan eksternal begitu berat. Ketika hal ini saya sampaikan kepada Prof. Wan Mohd Nor, beliau berkata: ”Ya memang berat. Dan untuk itulah Nabi diutus.” Wallahu A’lam bis-shawab. (Depok, 22 Desember 2019).*

Penulis pengasuh Pondok Pesantren Attaqwa-Depok

Rep: Ahmad
Editor: Insan Kamil

Ragam Fragmen dan Latarbelakang Kisah dalam Al-Qur'an Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Banyak ragam...

Ragam Fragmen dan Latarbelakang Kisah dalam Al-Qur'an

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)

Banyak ragam latarbelakang kisah-kisah dalam Al-Qur'an. Latarbelakang masa lalu dan masa depan. Latarbelakang dunia juga akhirat. Latarbelakang kisah manusia juga hewan. Kadang latarbelakang kisah-kisah tersebut dipadukan.

Kisah-kisah para Nabi dan Rasul dan umatnya merupakan kisah yang berlatarbelakang belakang masa lalu. Kisah-kisah hari Penghisaban, surga dan neraka, merupakan kisah yang berlatar belakang  masa depan. Kadang kisah masa lalu dikaitkan dengan akibatnya di masa depan. Prilaku umat masa lalu langsung dijelaskan akibatnya di akhirat nanti.

Mengapa terdapat kisah berlatarbelakang masa lalu dan masa depan? Mengapa ada kisah yang berlatarbelakang dunia juga akhirat? Kisah seperti apa yang berlatarbelakang masa lalu dan masa depan? Bagaimana pengaruh perbedaan latarbelakang terhadap hati, jiwa dan akal manusia?

Perjuangan hidup, tantangan, persoalan, seluk beluk dan liku-likunya berlatarbelakang masa lalu. Untuk dijadikan bimbingan, pengarahan dan pimpinan. Perhatikan kondisi kejiwaan Rasulullah saw dalam setiap ayat Al-Qur'an, pada kondisi seperti apa Allah menurunkan ayat yang berkaitan masa lalu?

Pada kondisi seperti apa Rasulullah saw, Allah menurunkan kisah yang berlatarbelakang masa depan? Saat hati bisa terlena dan khilaf karena  melihat fenomena kehebatan dan kesombongan kekafiran, kedurhakaan, kerusakan dan kezaliman, maka Allah mengkisahkan kehancuran mereka yang akan terjadi.

Saat menceritakan balasan amal, latarbelakang masa depan yang dihadirkan. Bukankah mimpi baik itu terasa sangat indah? Bukan mimpi buruk itu terasa sangat menyakitkan, menakutkan dan menegangkan? Dibanding realitas sebenarnya yang dihadapi?

Ragam fragmen dan latarbelakang kisah-kisah dalam Al-Qur'an, membuat Al-Qur'an menjadi bacaan dan pelajaran yang paling menarik di muka bumi. Yang paling menyentuh dan menghujam kuat pada jiwa dan akal manusia.

Bersenang-senang dalam Kesibukan Oleh: Nasrulloh Baksolahar  (Channel Yotube Dengerin Hati) Para penghuni surga bersenang-senang...

Bersenang-senang dalam Kesibukan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar 
(Channel Yotube Dengerin Hati)

Para penghuni surga bersenang-senang dalam kesibukannya. Mengapa? Sebab Allah telah meridhainya. Dalam keridhaan Allah tak ada kelelahan dan kepenatan. Dalam keridhaan Allah yang ada hanya kesenangan dan kegairahan saja. Mengapa manusia di dunia mudah merasakan kelelahan dan kepenatan?

Banyak yang melampiaskan kebosanan, kepenatan dan kelelahan dengan beragam permainan, hiburan, bersantai, bercanda ria hingga terjerumus pada kesia-siaan dan kemaksiatan, dapatkan kepenatan berubah menjadi kegairahan?

Kesia-siaan dan kemaksiatan tidak dapat merubah sesuatu menjadi kegairahan. Justru, semakin menghancurkan jiwa, meredupkan dan melemahkan energi. Jiwa hanya bisa dicharge dengan energi yang berasal dari asma ulhusna-Nya Allah, berkomunikasi dengan Allah melalui shalat dan membaca firman-Nya.

Karakter jiwa dan ruh, hanya Allah yang tahu. Manusia walapun terus dan telah memperdalam ilmu tentang jiwa dan ruh selama ribuan tahun, tetap saja hanya diberikan ilmu yang sangat sedikit. Bukankah semut di seberang lautan sangat terlihat jelas dan gajah di pelupuk mata terlihat kecil?

Jiwa dan ruh hanya bisa bersenang-senang bila orientasi seluruh kiprahnya hanya mendapatkan ridha Allah. Di awali dengan membangun keikhlasan dalam seluruh kiprahnya. Keikhlasanlah yang menyebabkan turunnya keridhaan Allah.

Jiwa dan ruh menjadi penuh kegairahan bila orientasinya ingin bertemu Allah, melihat wajah-Nya. Saat bertemu Allah, Allah senantiasa menambah rahmat-Nya. Seperti itulah interaksi manusia dengan Allah di surga. Mengapa hal ini tidak kita tarik ke dunia,

Koneksi hati dengan Allah adalah koneksi energi jiwa dan ruh. Tafakur dan tadabur, beribadah dan berdzikir, adalah sarana tersambung manusia dengan penciptaannya. Bila kekuasaan ruh dan jiwa sudah penuh, maka kiprahnya dalam suasana bersenang-senang dalam kesibukannya.

Isi Surat Umar bin Khattab Kepada Sungai Nil di Mesir Red: Muhammad Hafil REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Gubernur Mesir Amr bin Ash...


Isi Surat Umar bin Khattab Kepada Sungai Nil di Mesir

Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Gubernur Mesir Amr bin Ash mengirimkan surat kepada Khalifah Umar bin Khattab di Madinah. Dalam surat itu dia mengabarkan budaya dan t radiri orang Mesir saat itu yang selalu mempersembahkan anak perempuan sebagai tumbal dengan cara dilempar ke sungai Nil setiap tahunnya.

Mereka berkata, "Wahai gubernur, sesungguhnya sungai Nil ini mempunyai kebiasaan. Ia tidak mengalirkan air kecuali dengan kebiasaaan itu."

Amr bertanya, "Kebiasaan apa itu?"

Mereka menjawab, "Pada malam kedua belas di bulan ini, kami mengambil anak perempuan yang masih gadis yang tinggal bersama kedua orang tuanya. Lalu kami bujuk kedua orang tuanya agar merelakan anak gadisnya. Setelah itu kami dandani anak gadis itu dengan perhiasan dan pakaian terbaik. Kemudian kami melemparkannya ke sungai Nil sebagai tumbal."

Amr bin Ash berkata, "Sungguh ini tidak diperbolehkan dalam Islam. Karena Islam telah menghancurkan tradisi sebelumnya."

Setelah larangan itu, penduduk Mesir mengalami masa paceklik, karena sungai Nil tidak sedikitpun mengalirkan air. Kondisi ini, membuat mereka berniat meninggalkan Mesir.

Melihat kejadian itu, Amr bin Ash menulis surat kepada Umar bin Khattab mengabarkan tentang hal ini. Umar membalas suratnya: "Engkau benar. Sesungguhnya sikapmu itu sudah tepat. Saya kirimkan sepucuk surat ini kepadamu. Jika suratku sudah engkau terima, lemparkanlah surat ini ke dalam sungai Nil. Sesampainya surat di tangan Amr, dia membukanya. Di dalamnya tertulis:

Dari   : Hamba Allah Amirul Mukminin Umar
Kepada: Sungai Nil di Mesir


"Amma ba'du. Jika kamu mengalir dengan kehendakmu sendiri, maka kamu tidak usah mengalir. Jika Allah yang Maha Esa dan Maha Kuasa yang mengalirkanmu, maka kami mohon kepada Allah yang Maha Esa dan Maha Kuasa agar Dia mengalirkanmu."

Amr kemudian melemparkan surat itu ke dalam Sungai Nil. Pada saat itu, penduduk Mesir tengah bersiap-siap untuk meninggalkan Mesir. Namun, pada pagi hari Sabtu,  Allah telah mengalirkan air sungai Nil setinggi enam belas hasta dan mengakhiri kebiasaan buruk itu dari penduduk Mesir sampai hari ini.

Biografi Mohammad Natsir Rep: Kamran DIkarma Red: Muhammad Hafil REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mohammad Natsir adalah tokoh intelek...

Biografi Mohammad Natsir


Rep: Kamran DIkarma Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mohammad Natsir adalah tokoh intelektual, pejuang, ulama, sekaligus negarawan yang pernah dimiliki Indonesia.  Dalam dunia politik, ia juga merupakan tokoh terpandang dan dipercaya untuk memimpin Partai Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) pada 1945 hingga titik pembubarannya pada 1960.

Natsir dilahirkan di Kampung Jam batan, Alahan Panjang, Padang, Sumatra Barat, pada 17 Juli 1908. Ia merupakan putra dari pasangan Mohammad Idris Sutan Saripado dan Khadijah.

Pada masa kecilnya, Natsir mengenyam pendi dikan di Sekolah Rakyat Maninjau selama dua tahun. Dia kemudian melanjutkan ke Hollandsch- Inlandsche School (HIS) Adabiyyah di Padang. Ketika menimba ilmu di HIS, pada waktu yang sama, ia juga belajar ilmu agama di Madrasah Diniah Solok pada 1916 hingga 1923.

Natsir memang ikut dalam dunia pergerakan nasional. Seperti di ku tip dari Muhammad Natsir dan Pemikirannya Tentang Demokrasi dan diterbit kan Universitas Islam Ne geri Sunan Kalijaga disebutkan bahwa sepak terjang Natsir dalam dunia pergerakan dimulai ketika dia meneruskan pendidikan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).

Ketika di MULO Natsir mulai aktif dalam perhimpunan atau organisasi pemuda. Di antaranya, Jong Isalamieten Bond (JIS) dan Pandu Nationale Islamietische. Dia pernah dipercaya untuk menjadi ketua JIS Bandung pada 1928 hingga 1932.

M Dzulfikriddin dalam bukunya Mohammad Natsir dalam Sejarah Politik Indonesia menyebut bahwa Natsir telah mencurahkan hidupnya dalam berbagai aspek kehidupan. Mulai pendidikan, dakwah Islam, hingga politik.

Dalam dunia pendidikan, Natsir sempat mendirikan Pendidikan Islam (Pendis) di Bandung, Jawa Barat. Pendis merupakan sebuah pendidikan Islam modern bercorak agama. Di Pendis, Natsir menjadi direktur selama 10 tahun terhitung sejak 1932.

Dalam dunia politik, Natsir dikenal sebagai tokoh yang menghendaki Islam sebagai landasan atau ideologi negara.  Dalam sebuah jurnal berjudul Pandangan Mohammad Natsir Mengenai Islam Sebagai Ideologi Negara yang dipublikasikan Univer sitas Sumatra Utara (USU), disinggung mengenai hal ini.

Natsir berpendapat, agama harus dijadikan fondasi dalam mendirikan suatu negara. Agama, dalam konteks ini Islam, bukan semata-mata suatu sistem peribadatan antara makhluk dengan Tuhan yang Maha Esa. Islam lebih dari sebuah sistem peribadahan. Ia adalah suatu kebudayaan atau peradaban yang lengkap dan sempurna.

Dalam hal ini, Islam, menurut Natsir, dapat terejawantahkan dalam setiap lini kehidupan, mulai kehidupan masyarakat, ketatanegaraan, pemerintah, hingga perundang-undangan.

Kendati demikian, Islam tetap mengizinkan setiap orang untuk menyatakan pandangan atau pendiriannya dalam musyawarah bersama. Seperti Allah SWT berfirman, Dan hendaklah urus an mereka diputuskan dengan musyawarah.

Natsir memang mencoba menjawab kesulitan-kesulitan yang dihadapi masyarakat Islam. Dengan dasar pemikiran bahwa ajaran Islam sangat dinamis untuk diterapkan pada setiap waktu dan zaman.

Menurut jurnal yang diterbitkan USU, Natsir dinilai telah melampaui pemikiran Maududi atau Ibnu Khaldun yang melihat sistem pemerintahan Nabi Muhammad SAW dan empat khalifah setelahnya sebagai satu-satunya alternatif sistem pemerintahan negara Islam.

Kendati menginginkan hadirnya unsur Islam dalam tata pemerintahan, Natsir memang menghendaki model pemerintahan demokratis. Dalam hal ini, Natsir tetap menghendaki model pemerintahan yang demokratis, yang tetap mengedepankan atau memprioritaskan ketertiban, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Tanpa membedakan agama, ras, dan suku bangsa.

Muhammad Natsir menekankan persatuan agama dan negara dalam pemerintahan. Sebab, ia memang menyepakati dan menyatakan bahwa demokrasi itu sesuai dengan ajaran Islam.

Bahkan, Bruce Lawrence, seorang pakar studi Islam pernah men juluki Natsir sebagai tokoh paling menonjol dalam membantu pembaruan Islam. Semasa hidupnya, Natsir telah menerima berbagai penghargaan ber kat jasanya. Pada 1957, misalnya, ia menerima bintang Nichan Istikhar (Grand Gordon) dari Raja Tunisia, Lamine Bey, karena jasanya menolong perjuangan kemer dekaan rakyat Afrika Utara.

Pada 1980, Natsir juga dianugerahi penghargaan Faisal Award dari Raja Fahd Arab Saudi lewat Yayasan Raja Faisal di Riyadh. Ia memperoleh gelar doktor kehormatan dalam bi dang politik Islam dari Kampus Islam Lebanon pada 1967. Ia juga memperoleh gelar kehormatan untuk bidang sastra dari Universitas Kebangsaan Malaysia.

Masih terdapat beberapa penghargaan lainnya yang diberikan kepada Mohammad Natsir. Natsir wafat pada 6 Februari 1993. Pada masa pemerintahan BJ Habibie, Natsir kembali diberi penghargaan lainnya, yakni penghargaan Bintang Republik Indonesia Adipradana.

Kaitan Harta yang Disimpan dengan Kesehatan Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Apa kaitan pengelolaan har...

Kaitan Harta yang Disimpan dengan Kesehatan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)

Apa kaitan pengelolaan harta dengan tubuh manusia? Emas dan perak yang disimpan, kelak di akhirat akan diteriskakan ke dahi, perut dan punggung pemiliknya. Siksaan-Nya ditimpakan ke dahi, perut dan punggungnya. Mengapa tidak dijelaskan ke seluruh tubuh?

Bukankah harta yang disimpan seharusnya menimbulkan ketentraman? Kebutuhannya ditopang dengan kekayaan yang cukup. Namun mengapa justru merusak raganya? Dahi, perut dan punggung. Adakah keterkaitan langsung antara dahi, perut dan punggung?

Logika manusia kadang sama dengan hukum alam semesta. Namun kadang berseberangan dan bertentangan. Bukankah kekikiran itu akan menambah harta, namun mengapa hukum alam semesta yang disebutkan dalam Al-Qur'an justru disebutkan tindakan kebinasaan? Hukum mana yang berlaku dan terjadi di muka bumi, hukum hasil persepsi akal manusia atau hukum di Al-Qur'an?

Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa harta yang disimpan merupakan azab dari Allah. Azab yang terpedih adalah kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan yang terus mengepung setiap saat. Bila harta terus disimpan, bukan tanda ketakutan akan berkurang dan lenyap harta untuk menopang ego hawa nafsu? Apakah harta seberat langit dan bumi mampu memenuhi dan menopang hawa nafsu?

Harta yang disimpan hanya menimbulkan ketakutan dan kegelisahan. Seperti itulah fitrah manusia yang telah digariskan Allah. Harta yang diputar akan menciptakan ketentraman, seperti itulah hukum alamnya. Kegelisahan akan membebani akalnya. Kepala akan pening. Harta tak bisa menjadi sumber ketentraman, tetapi sumber ketakutan. Setelah itu apa yang terjadi?

Dari kepala akan menyerang bagian perut. Kegelisahan mendorong ganguan pada perut. Perut menghasilkan asam lambung yang berlebihan lalu menekan ke bagian atas dari ulu hati, jantung hingga ke bagian otak. Otak yang pening ditambah tekanan asam lambung akan lebih merusak otak. Setelah itu apa yang terjadi lagi?

Otak kedua manusia adalah perut, bila otak dan perut sudah bermasalah maka seluruh instrumen tubuh manusia akan mudah rusak. Kerusakan ini akan merusak punggung, dimana dalam ilmu akupuntur, punggung menjadi pusat syaraf untuk memberi energi penyembuhan dan pencegahan penyakit. Punggung menjadi rumah vital bagian belakang. Bila otak, perut dan punggung sudah diserang, bagaimana memulihkan raga manusia kembali?

Analogi Kisah Kebun dalam Al-Qur'an dalam Mengelola Bisnis Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Bagaima...

Analogi Kisah Kebun dalam Al-Qur'an dalam Mengelola Bisnis

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)

Bagaimana agar Al-Qur'an menjadi penjelas segala sesuatu? Kuatkan spiritualitas. Kuatkan iman dan takwa, maka Al-Qur'an akan menjelaskan, berbicara dan berinteraksi dengan amat mudah dipahami  oleh jiwa dan akal manusia.

Bagaimana agar Al-Qur'an menjadi penjelas segala sesuatu? Kuatkan spiritualitas. Kuatkan iman dan takwa, maka Al-Qur'an akan menjelaskan, berbicara dan berinteraksi dengan amat mudah dipahami  oleh jiwa dan akal manusia.

Dalam sebuah kebun, pohon yang menghasilkan buah, pohon hidup dengan mengambil nutrisi dari tanah, udara, air hujan dan cahaya matahari. Petani yang mengolah, menanam dan memelihara pohon dan tanah. Bagaimana bila hal ini dipraktekkan dalam mengelola bisnis?

Dari banyaknya tanaman di muka bumi, mengapa Al-Qur'an menjelaskan hanya dua jenis tanaman saja? Pohon Anggur dan Kurma. Mengapa menjelaskan dua jenis tanah saja, yaitu tanah perkebunan dan ladang? Mengapa di tengahnya dijelaskan ada air yang mengalir? Bisakah perumpamaan ini dianalogikan dalam pengelolaan bisnis atau organisasi?

Buah bisa saja dianalogikan produk. Pohon bisa saja dianalogikan organisasi, sistem dan teknologi yang paling canggih? Pelajari pohon untuk membangun, dan merekayasa model sistem dan teknologi. Adakah yang lebih canggih dari pohon? Tanah, udara, air hujan, sinar matahari, iklim, angin adalah faktor-faktor yang membentuk organisasi. Faktor-faktor ini tak bisa direkayasa oleh petani secara mutlak. Lalu bagaimana agar banyak hal yang tidak bisa dikendalikan namun pohon bisa tumbuh dan berbuah?

Tanam pohon di tanah dan pada iklim yang sesuai dengannya. Bila sudah sesuai, petani tak butuh banyak sumber daya, kompetensi, pengalaman dan ilmu untuk menangani pohon tersebut. Carilah tanah yang ber-PH netral, maka secara otomatis hara yang bersifat mineral akan ada dengan sendirinya dan menghidupi pohon.

Menanam tak butuh pupuk yang banyak. Bisnis tak butuh suntikan sumber daya yang melimpah bila sudah tepat menyelaraskan tanah, iklim dan pohonnya. Tanah dan iklim yang menjadi faktor utama yang menumbuhkembangkan pohon. Semuanya akan berjalan secara otomatis dengan hanya sedikit pengolahan dan pemeliharaan saja.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (402) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (301) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)