basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Kisah Maulana Hasanuddin, Anak Wali Songo yang Jadi Raja Pertama Kesultanan Banten Andryanto Wisnuwidodo Selasa, 19 Oktober 2021...


Kisah Maulana Hasanuddin, Anak Wali Songo yang Jadi Raja Pertama Kesultanan Banten

Andryanto Wisnuwidodo Selasa, 19 Oktober 2021 - 08:59:00 WIB


JAKARTA, iNews.id - Maulana Hasanuddin merupakan pendiri Kesultanan Banten yang dinobatkan menjadi raja pada tahun 1525. Dia bergelar Pangeran Sabakingkin atau Seda Kingkin yang bertakhta di Banten dalam rentang waktu1525-1570 M.

Maulana Hasanuddin merupakan putra dari salah satu Wali Songo yaitu Asy-Syaikh Maulana Sultan Syarif Hidayatullah Al-Azhamatkhan Al-Husaini Al-Cirbuni Shahib Jabal Jati (Sunan Gunung Jati). Dia Raja Banten pertama yang termasyhur dengan nama lain Sulthanul-Auliya' Wal Arifin Asy-Syaikh Sultan Syarif Maulana Hasanuddin Al-Azhamatkhan Al-Husaini Al-Bantani.

Kesultanan Banten yakni sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Tatar Pasundan, Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kesultanan Cirebon dan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa dengan menaklukkan beberapa kawasan pelabuhan lalu menjadikannya sebagai kawasan perdagangan.

Berdasarkan sejarah Banten dalam 'Banten dalam Perjalanan Jurnalistik'' yang ditulis Lukman Hakim, awalnya berdiri Kerajaan Banten di Banten Girang. Kerajaan ini sebelum Hasanuddin dinobatkan menjadi raja Banten yang pertama.

Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah bersama anaknya Hasanuddin kemudian memimpin pasukan Demak pada awal abad XVI menaklukkan Kerajaan Banten. Selama masa kepemimpinan dua tokoh karismatik tersebut, kerajaan menjadi makmur dengan menghasilkan lada yang menjadi sumber perdagangan di masa tersebut.

Pada awal masa kekuasaan Maulana Hasanuddin, pusat pemerintahan Kesultanan Banten berada di Banten Girang. Kala itu, transportasi utama dilakukan melalui Sungai Cibanten sepanjang 13 km dari Teluk Banten.

Dalam catatan sejarah, transportasi yang menghubungkan pelabuhan dengan Banten Girang yakni melalui Sungai Cibanten dan jalan darat terdapat di kedua sisi sungai tersebut.

Sebelumnya, ketika masih menjadi bagian kekuasaan Pajajaran dengan pusat pemerintahan di Banten Girang, Banten belum dikenal luas di kalangan pedagang.

Setelah Sunan Gunung Jati dan Maulana Hasanuddin menaklukkan daerah tersebut, ditetapkanlah Surosowan sebagai Ibu Kota Kerajaan Islam Banten dengan raja pertamanya Maulana Hasanuddin.

Saat Maulana Hasanuddin berkuasa, rakyat Banten lebih senang menyebutnya dengan sebutan Pangeran Sabakingkin yang artinya rindu dengan kebijaksanaan. Di masa kekuasaan Maulana Hasanuddin, Kota Banten Lama meliputi area seluas 1.200.000 m2.

Pangeran Sabakingkin juga membangun menara penjagaan di utara dekat pantai yang terbuat dari kayu dan dilengkapi persenjataan meriam.

Maulana Hasanuddin juga membangun keraton dan Benteng Surosowoan serta Masjid Agung Banten. Raja Maulana Hasanuddin mangkat pada tahun 1570 dan dimakamkan di Halaman Masjid Agung Banten di sebelah utara.

Setelah wafat, Maulana Hasanudin digantikan puteranya Maulana Yusuf, Panembahan Pekalangan Gede.


Editor : Donald Karouw

https://www.google.com/amp/s/regional.inews.id/amp/berita/kisah-maulana-hasanuddin-anak-wali-songo-yang-jadi-raja-pertama-kesultanan-banten

Riwayat Ibnu Bajjah, Sang Filsuf dari Sarqusthan Ibnu Bajjah menggagas klasifikasi manusia berdasarkan pertalian mereka dengan A...


Riwayat Ibnu Bajjah, Sang Filsuf dari Sarqusthan

Ibnu Bajjah menggagas klasifikasi manusia berdasarkan pertalian mereka dengan Akal Aktif.
OLEH HASANUL RIZQA

Di Andalusia, perkembangan filsafat Islam ditopang para pemikir brilian. Di antara mereka adalah Ibnu Bajjah. Sang filsuf menjadi inspirasi tokoh-tokoh sesudahnya, semisal Ibnu Thufail, Ibnu Rusyd, dan Ibnu Khaldun.


Selama hampir 800 tahun, Islam menghadirkan peradaban yang gemilang di Semenanjung Iberia, ujung barat Benua Eropa. Dataran yang kini terdiri atas negara Spanyol dan Portugal itu melahirkan banyak cendekiawan yang brilian pada abad pertengahan.

Sejarah mencatat, kaum terpelajar Andalusia—sebutan bagi daulah Islam di sana—tidak hanya berasal dari kalangan Muslim, melainkan juga non-Muslim. Hal itu menunjukkan tingginya budaya kosmopolitan yang berbalut kemajemukan.


Dalam bidang filsafat, salah satu sarjana yang berperan besar di Andalusia abad ke-12 M adalah Ibnu Bajjah. Orang-orang Eropa menyebutnya dengan pelafalan bahasa Latin, Avempace. Gagasan-gagasannya menyoroti banyak topik, termasuk fenomenologi jiwa (soul phenomenology).

Bahkan, sesungguhnya ia merupakan seorang polymath alias ilmuwan yang serba bisa. Kepakarannya tidak melulu pada disiplin filsafat, tetapi juga sastra, gramatika Arab, ilmu musik, fisika, astronomi, dan kedokteran. Salah satu karyanya yang membahas botani, Kitab an-Nabat (Buku Tumbuh-tumbuhan), menjadi rujukan yang populer di kampus-kampus Eropa hingga awal abad modern.

Pemilik nama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Yahya bin ash-Shaigh at-Tujibi bin Bajjah itu lahir di Sarqusthan atau kini Zaragoza tahun 1080 M/487 H. Pada zaman itu, kota tersebut merupakan salah satu dari puluhan negara-kecil (taifa) yang terbentuk sejak runtuhnya pengaruh Bani Umayyah di Andalusia. Barulah ketika sang filsuf berusia 34 tahun, kampung halamannya menjadi bagian dari kekuasaan Dinasti Murabithun.

Keterangan tentang riwayat masa kecilnya tidak banyak diketahui. Yang jelas, pendidikan dasar diperolehnya di Sarqusthan. Hingga berusia muda, dia terus belajar kepada sejumlah guru di kota kelahirannya maupun Andalusia pada umumnya.

Ibnu Bajjah muda semakin dikenal sebagai ilmuwan yang terkemuka. Karena itu, reputasinya sampai ke telinga raja Murabithun, yang baru saja menaklukkan Sarqhustan pada 1114 M. Sang raja menunjuk Abu Bakar Ali bin Ibrahim as-Sahrawi sebagai gubernur baru yang bertugas memimpin pemerintahan kota tersebut.


Reputasinya sampai ke telinga raja Murabithun, yang baru saja menaklukkan Sarqhustan pada 1114 M.
  
Abu Bakar as-Sahrawi menjalin hubungan yang baik dengan para ulama dan cendekiawan lokal, termasuk Ibnu Bajjah. Malahan, pemikir yang banyak dipengaruhi ide-ide Aristoteles itu kemudian diangkat menjadi perdana menteri setempat. Karena itu, salah satu julukannya adalah wazir al-hikmah.

Sekitar empat tahun berlalu. Pengaruh Murabithun melemah. Pada 1116, as-Sahrawi gugur dalam sebuah pertempuran melawan pasukan Kristen di perbatasan. Untuk mengenang wafatnya sang gubernur, Ibnu Bajjah diketahui membuat sebuah puisi dukacita atau elegi.

Pada 18 Desember 1118, Sarqusthan akhirnya jatuh ke tangan Kerajaan Aragon. Raja Alfonso I lebih lanjut menjadikan kota tersebut sebagai pusat kekuasaannya. Sejak saat itu, kehidupan umat Islam setempat berubah drastis. Terjadi marak persekusi terhadap mereka di sana.

Ibnu Bajjah sempat hijrah ke Valencia, yang ketika itu menjadi basis pasukan Ibrahim bin Tasyrifin. Keberadaannya di sana tidak lama. Kemudian, ia pergi ke Seville dengan identitas sebagai seorang dokter. Namun, daerah itu juga diserbu balatentara Alfonso sehingga dia berpindah lagi, kali ini ke Granada.

Situasi politik dan keamanan di Andalusia masih tidak stabil. Murabithun di bawah pimpinan Ali bin Yusuf bin Tasrifin terus berjuang menghalau ekspansi Aragon.

Ibnu Bajjah juga memiliki masalahnya sendiri. Popularitasnya memang menanjak, tetapi fitnah pun bertubi-tubi datang menghampirinya. Berkali-kali, ia dituding sebagai seorang ahli bidah.

Di Syatibah, sebelah selatan Valencia, Ibnu Bajjah pernah ditangkap dan dipenjara amir setempat. Kuat dugaan, penahanan itu dilakukan karena pengaruh tuduhan bidah tersebut. Karena tidak terbukti bersalah, dia pun dibebaskan.

Akhirnya, Ibnu Bajjah memilih untuk meninggalkan Andalusia. Menyeberangi Selat Jabal Thariq, ia pun tiba di Maghribiyah, Afrika utara. Di Kota Fas, dia diterima dengan tangan terbuka oleh bangsawan Murabithun, Yahya bin Yusuf bin Tasrifin.

Dengan latar belakang kemampuan dan keilmuannya yang mumpuni, ia pun diberi jabatan tinggi. Selama dua dekade, posisi elite itu didudukinya hingga tutup usia pada tahun 1138 M. Sosok yang disebut-sebut sebagai guru Ibnu Rusyd (Averroes) itu mengembuskan nafas terakhir usai diracun oleh salah seorang pembencinya yang juga dokter kenamaan, Abul Ala bin Zuhr.

Menurut Syamsuddin Arif dalam “Filsafat Islam Antara Tradisi dan Kontroversi” (2014), perkembangan filsafat yang digerakkan para pemikir Muslim di sepanjang sejarah tidak terlepas dari kebudayaan-kebudayaan pra-Islam, khususnya Yunani kuno. Para penekun filsafat pada periode awal, seperti al-Kindi (801-873 M) dan al-Farabi (870-950 M), banyak bergelut dengan karya-karya filsuf Yunani—semisal Plato, Sokrates, dan Aristoteles.

Josep Puig Montada dalam Stanford Encyclopedia of Philosophy menjelaskan, maraknya kegiatan berfilsafat di Andalusia terjadi lebih belakangan daripada kawasan sisi timur dunia Islam, semisal Syam atau Irak.

Pada abad ke-10, buku-buku yang berkaitan dengan pemikiran Ikhwan ash-Shafa—sebuah perkumpulan “misterius” yang dibentuk para pemikir di Basrah—diketahui sampai ke Andalusia. Tokoh yang diduga menyebarkannya adalah Maslamah bin Ahmad al-Majriti, seorang filsuf kelahiran tahun 950 M dari Madrid.

Khususnya di Sarqusthan, jejak-jejak filsafat dapat ditelusuri pascawafatnya al-Majriti, yakni pada peranan Solomon bin Gabirol atau Avicebron. Pemikir dari kalangan Yahudi itu memperkenalkan neo-Platonisme kepada publik Barat. Gagasan-gagasannya, terutama yang termaktub dalam buku Yanbu al-Hayyah (Sumber Kehidupan), diterjemahkan ke dalam Latin pada 1150 dan mengilhami skolastisisme abad pertengahan di Eropa.

Dua generasi kemudian, tokoh berikutnya memberikan warna baru bagi tumbuhnya filsafat Islam di Andalusia. Dialah Abu Bakar Muhammad Ibnu Bajjah. Agak berbeda dengan para pendahulunya, ia sangat dipengaruhi pemikiran Aristoteles.

Menurut Mian Mohammad Sharif dalam A History of Muslim Philosophy, Ibnu Bajjah membaca dengan teliti dan mengomentari karya-karya pemikir Yunani kuno tersebut. Dalam beberapa hal, filsuf Andalusia itu mengandalkan al-Farabi untuk menelaah filsafat.

Tidak seperti sosok yang berjulukan “guru kedua” setelah Aristoteles itu, Ibnu Bajjah memakai metode yang berlandaskan pada nalar untuk mendekati masalah-masalah filsafat.
  
Namun, tidak seperti sosok yang berjulukan “guru kedua” setelah Aristoteles itu, Ibnu Bajjah memakai metode yang berlandaskan pada nalar untuk mendekati masalah-masalah filsafat.

Sebagai contoh, pemikiran Aristoteles mengenai substansi dan aksiden. Yang pertama tersebut merupakan hal yang utama dan fundamental. Itu membedakannya dengan kategori-kategori lain yang adalah aksidennya belaka.

Katakanlah, sebuah meja. Substansinya adalah “maujud” meja. Adapun model, warna, fungsinya di ruangan, dan lain-lain itu sekadar aksidennya saja. Totalitas benda itu adalah meja. Bahwa benda itu terbuat dari kayu, berwarna hijau, dipakai untuk makan, dan lain-lain—itu hanyalah menunjukkan kekhasannya, yang bukan pokok fundamental tentangnya.

Mengenai teori Aristoteles itu, Ibnu Bajjah menambahkan perihal empat aksiden rohani yang dipandangnya berpusat dalam diri insan. Pertama, aksiden yang muncul karena adanya indera.

Kedua, aksiden yang lahir lantaran adanya tingkah laku. Misalnya, rasa dahaga membuat orang segera mencari air. Dua aksiden terawal ini tidak hanya ditemukan pada manusia, tetapi juga binatang.

Ketiga, aksiden yang terwujud melalui hasil pemikiran akal rasional. Inilah yang dimiliki manusia (biasa). Keempat, aksiden yang ada akibat “akal aktif”. Wahyu yang diterima nabi, mimpi yang benar atau ilham yang diperoleh seorang bijaksana dapat digolongkan ke dalam jenis yang terakhir ini.

Pembahasannya mengenai “akal aktif” tidak terlepas dari legasi al-Farabi. Sang “guru kedua” berpandangan, setiap insan memiliki “watak bawaan” sehingga siap menerima bentuk-bentuk pengetahuan universal, termasuk kebenaran (tentang adanya Tuhan).

“Watak bawaan” itu diistilahkannya sebagai akal potensial (al-‘aql bi al-quwwah). Seperti tampak pada namanya, isinya adalah potensi-potensi yang akan mengabstraksikan bentuk-bentuk pengetahuan yang diserapnya. Akal potensial, setelah itu, meningkat menjadi akal aktual (al-‘aql bi al-fi’il).

Proses abstraksi, menurut al-Farabi, hanya dapat terjadi setelah akal potensial menerima “cahaya” dari akal aktif. Hubungan antara akal aktif dan akal potensial itu seumpama matahari dan mata-manusia.

Dalam kegelapan yang pekat, sepasang mata hanyalah “penglihatan potensial.” Sementara itu, matahari yang merupakan sumber cahaya melakukan penyinaran.

Dengan menerima cahaya atau pantulan cahaya itu, “penglihatan potensial” mata berubah menjadi “penglihatan aktual". Maka, objek-objek yang tadinya berpotensi dilihat menjadi benar-benar terlihat oleh mata.

Cahaya matahari pun memungkinkan mata untuk menemukan matahari itu sendiri. Dengan mekanisme seperti itu, “cahaya” akal aktif menyebabkan akal potensial berubah menjadi akal aktual, yang bahkan bisa memahami akal aktif itu sendiri.

Sampai di sini, tampaklah bahwa al-Farabi dan juga Ibnu Bajjah merupakan kalangan pemikir yang meyakini, pengetahuan tidak diperoleh hanya melalui indra (empiris). Bagi mereka, bantuan Akal Aktif diperlukan sebagai inteligensi yang mengatur dan yang membuat manusia bisa mencapai isi ilmu, penalaran apodiktik, atau pengetahuan yang bersifat niscaya.

Terkait itu, Ibnu Bajjah menggagas klasifikasi manusia berdasarkan pertalian mereka dengan Akal Aktif. Pertalian yang dimaksud tidak bersifat afektif, apalagi indrawi, melainkan intelektual.

Gagasannya itu dituangkan dalam kitab Risalat al-Ittishal al-‘Aql bi al-Insan (Uraian tentang Persatuan Intelek dengan Manusia). Karya itu merupakan himpunan surat-menyurat yang dilakukannya dengan murid kesayangan, Ibnu al-Imam. Karena termaktub di sana, buah pikirnya mengenai kelas-kelas manusia itu di kemudian hari dikenal sebagai Teori Ittishal.

https://www.republika.id/posts/29533/riwayat-ibnu-bajjah-sang-filsuf-dari-sarqusthan

Garis Edar Angkasa dan Manusia Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Perhatikan angkasa raya, mengapa antar ...

Garis Edar Angkasa dan Manusia

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)

Perhatikan angkasa raya, mengapa antar galaksi tidak saling berbenturan? Mengapa antar planet tidak saling berbenturan? Mengapa antar benda-benda di angkasa raya tak saling berbenturan? Padahal "penghuni" angkasa raya sangat rumit seperti kehidupan manusia di muka bumi.

Bisakah merasakan kesempurnaan takdir Allah saat membawa kendaraan motor atau mobil di jalan yang sempit? Pernahkah saling berhadapan antar kendaraan sehingga menjadi macet total? Pernahkah menemukan dua kendaraan yang bertemu di jalan sempit lalu tidak ada tempat bagi salah satu kendaraan untuk menepi?

Seluruh benda di angkasa raya ada garis edar atau lintasannya sendiri. Ada planet yang garis edarnya berbentuk bulat, oval, lonjong dan agak zig-zag, mengapa tak saling berbenturan?  Para ahli antariksa mencoba memecahkan teka-teki ini? Mengapa mereka tak mencari rahasianya di Al-Qur'an?

Perjalanan hidup manusia ada garis edarnya sendiri, seperti benda-benda di ruang angkasa.  Urusan  rezeki, jodoh, karir dan kesuksesan setiap manusia memiliki garis orbitnya sendiri. Namun mengapa terus terjadi konflik-konflik kepentingan?

Apa penyebab terbesar kecelakaan lalu lintas? Ego, marah, tak stabil emosinya dan tak memperhatikan aturan berlalu lintas. Saat manusia memiliki takdirnya sendiri atau sudah tercatat garis edarnya sendiri. Mengapa sering terjadi konflik kepentingan? Iri, dengki, ingin hidup bermewahan, dan penyakit hati lainnya.

Seluruh benda-benda di angkasa raya selalu bersujud dan bertasbih. Itulah kesibukan per detiknya. Tak ada keinginannya selain beribadah. Mereka tak sempat melihat kelebihan antar benda-benda angkasa. Bagaimana dengan manusia?

Kesibukan manusia, lebih banyak saling berbangga , bermewahan, kikir dan tak pernah merasa cukup. Dalam hatinya, menyelusup kedengkian, iri, mencintai dan saling berlomba terhadap terhadap dunia. Inilah penyebab, garis edar manusia menjadi kacau, padahal apa yang diraihnya sesuai garis edar yang ditentukan Allah. Inilah kebodohan dan kelelahan yang tak berguna.

Ilmu, Perjalanan yang Tak Pernah Selesai Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Ilmu manusia apakah pasti seb...

Ilmu, Perjalanan yang Tak Pernah Selesai

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)

Ilmu manusia apakah pasti sebuah kebenaran? Apakah ilmu itu sebuah titik akhir? Apakah ilmu itu pasti memberikan solusi terbaik? Bukankah setiap zaman selalu muncul teori baru yang membantah teori lama? Bukankah setiap masa muncul para pembaharu?

Ilmu itu datangnya dari sisi Allah bukan dari sisi manusia. Ilmu itu hasil pengamatan, penyelidikan, analisa, dan pemahaman terhadap fenomena alam semesta dan kehidupan. Siapakah yang mendesain fenomena alam semesta dan kehidupan? Bukankah semua fenomena sudah tertulis di Lauhul Mahfud sebelum alam semesta diciptakan dan kehidupan dimulai?

Luas atau sempitnya ilmu tergantung seberapa luas dan dalamnya manusia terhadap fenomena alam semesta dan kehidupan ini. Fenomena yang ada bukanlah titik akhir. Dia dipengaruhi banyak hal. Fenomena yang sama bisa menghasilkan ilmu yang berbeda-beda karena banyak hal yang mempengaruhinya.

Ilmu harus dibimbing oleh Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw. Tanpa bimbingan, ilmu hanya membuahkan perselisihan. Ilmu adalah cara pandang dan pemahaman atas sesuatu. Padahal pemahaman terhadap sesuatu sesuai yang ditangkap saat meneliti dan mengamati di waktu, ruang dan media yang terbatas.

Banyak yang menghabis waktu, tenaga dan sumber daya untuk ilmu. Padahal ilmu itu bukan final kebenaran. Kebenaran yang final ada di Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw. Mencurahkan yang belum tentu kebenarannya, namun menanggalkan kebenaran yang sesungguhnya. Itulah berilmu yang dikepung kebodohan.

Bila berdebat soal ilmu, berlapang dadalah. Sebab pada dasarnya semua manusia bodoh. Yang tahu kebenaran hanya Allah. Maka berdebatlah dengan menghormati dan menghargai jerih payahnya dalam mengamati, memperhatikan, memahami dan menyimpulkannya. Terimalah sebagai sebuah khazanah, yang ada di alam dan kehidupan ini sangat kompleks untuk dipahami manusia. Setiap manusia hanya melihat bagian terkecil saja dan bukan keseluruhannya.

Ilmu harus dicari dan digeluti, namun tak ada ilmu yang final. Bila perjalanan alam semesta belum tuntas maka perjalanan ilmu tidak akan mencapai garis finish pula. Ilmu yang dibukakan Allah kepada manusia sejalan dengan perjalanan alam semesta. Agar manusia tak bergelut dengan perjalanan panjang keilmuan, Allah menurunkan kitab suci, mengutus para Nabi dan Rasul untuk membimbing perjalanannya.

Sensitivitas Terhadap Rahmat Allah Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Belajar hanya menyerap ilmu yang su...

Sensitivitas Terhadap Rahmat Allah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)

Belajar hanya menyerap ilmu yang sudah ada. Bertafakur dan bertadabur, akan membuka ilmu yang sebelumnya tidak pernah ada. Tanda-tanda kebesaran Allah tak bertepi. Andai ingin ditulis, sebanyak apapun tinta samudera tidak akan cukup untuk menulisnya. Tanda-tanda kebesaran Allah tak bertepi dan tak ada ujungnya.

Rahmat Allah meliputi segala sesuatu. Siang malam adalah rahmat Allah. Matahari dan bulan, langit dan bumi beserta yang ada dikeduanya merupakan rahmat Allah. Rahmat Allah yang terbesar adalah Islam. Sibuk mentafakuri dan mentadaburi rahmat Allah, membuat diri tak berkesempatan untuk melakukan yang sia-sia.

Dari seekor cacing tanah, sangat terasa rahmat Allah. Dari gerombolan semut dan rayap, terasa rahmat Allah. Dari seonggok garam, terasa pula rahmat Allah. Dalam kotoran binatang ternak, sungguh terasa rahmat Allah-nya. Bila rahmat Allah telah dirasakan meliputi segala sesuatu, maka hati, akal dan jiwa akan sibuk dengan menikmati rahmat Allah. Kesibukannya bersama Allah.

Apakah merasakan rahmat Allah dalam setiap basuhan air di saat berwudhu? Apakah merasakan  rahmat Allah dalam setiap huruf Al-Qur'an? Apakah merasakan rahmat Allah dalam setiap gerakan dan bacaan shalat? Bila belum, mengapa Allah masih menutupinya? Adakah sesuatu dengan diri ini?

Ada dinding dan pembatas antara rahmat Allah dengan sensitivitas diri dalam merasakan hadirnya rahmat Allah. Tidak adanya sensitivitas dalam merasakan rahmat Allah dan tanda kekuasaan Allah merupakan bencana kehidupan. Tak melihat keindahan dan ketakjuban. Tak merasakan kedahsyatan dan keterpesonaan. Tak menikmati kesegaran dan kegairahan.

Bila setiap saat menemukan rahmat dan tanda kekuasaan Allah yang selalu baru, maka tidak akan terhempas oleh kebosanan, rutinitas yang hampa, pengulangan yang tak menarik dan suasana yang beku. Setiap saat ada warna baru yang terbarukan tanpa henti.

Kepada siapa Allah membuka tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya? Kepada siapa Allah membuka rasa sensitivitas akan rahmat-Nya? Hanya mereka yang rindu akan pertemuan dengan Allah. Mereka tak saja ingin bertemu di akhirat, tetapi juga menyaksikan Allah di dunia ini.

Hanya Satu Sumber Bencana Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Al-Qur'an mengkaitkan bencana dengan ked...

Hanya Satu Sumber Bencana

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)

Al-Qur'an mengkaitkan bencana dengan kedurhakaannya kepada Allah. Sekarang manusia mengkaitkan kerusakan alam dengan bencana.  Mengapa cara mindsetnya berbeda? Sibuk memperbaiki alam. Sibuk dengan program menanam dan energi terbarukan. Namun mengabaikan pokok utama kerusakan alam, yaitu durhaka kepada Allah.

Kerusakan alam adalah akibat bukan sebab. Seperti memperbaiki pemerintah, sibuk memperbaiki sistem, namun bila manusia  yang merancang, membuat, menjalankan, mengawasi dan menegakkannya sudah rusak, apakah bisa memperbaiki tata kelola pemerintahannya?

Generasi terus berganti. Generasi baru datang dengan mengoreksi kesalahan generasi sebelumnya. Namun mengapa generasi baru pun jatuh di lubang yang sama? Peralihan Orde Lama ke Orde Baru, lalu ke era Reformasi. Mengapa persoalannya sama, padahal generasinya berbeda?

Orde Lama dengan Demokrasi Terpimpinnya. Orde Baru dengan mengedepankan pertumbuhan ekonominya. Sekarang era dimana para penguasa mendengungkan "NKRI Harga Mati". Mengapa hasilnya sama? Yaitu kediktatoran walaupun dengan ragam yang berbeda. Pembungkaman dengan strategi yang berbeda.

Cara pemilihan Presiden dan Kepala Daerahnya berbeda. Namun mengapa hasil pengelolaan kekuasaannya tetap sama? Padahal tingkat pendidikan semakin baik. Pengetahuan dan informasi semakin terbuka. Namun mengapa hasilnya tetap sama?

Korupsi semakin meningkat, disaat semakin banyak lembaga kekuasaan yang dilibatkan untuk pemberantasan korupsi. Korupsi semakin merebak, di saat ormas dan elemen masyarakat semakin banyak yang terlibat dalam pengawasan. Semakin banyak lembaga dan eksponen yang mengawasi, mengapa korupsi semakin merebak?

Semuanya bukan soal sistem dan pengawasan. Semuanya bukan mindset generasi yang berbeda. Semuanya tentang kedurhakaan manusia kepada Allah dalam membangun peradabannya. Allah dicampakan. Iman dibuang. Syariat diperolok. Nabi dihinakan. Inilah bencana yang terus mengepung manusia.

Mimpi Terindah Dalam Hidupku Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Yotube Dengerin Hati) Mengabadikan mimpi. Mimpi mukmin merupaka...

Mimpi Terindah Dalam Hidupku

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Yotube Dengerin Hati)

Mengabadikan mimpi. Mimpi mukmin merupakan tanda kenabian. Banyak kisah mimpi para ulama yang diabadikan imam Ibnu Qayim Al-Jauzi dalam kitabnya Ar-Ruh. Seolah-olah mimpi menjadi perantara antara bumi dengan alam ruh.

Salah satu tafsir mimpi terbaik di kalangan Sahabat adalah Abu Bakar. Saat Rasulullah saw mengutarakan mimpinya tentang tangga Rasulullah saw lebih tinggi 2,5 tangga dengan Rasulullah saw, maka Abu Bakar menafsirkan bahwa kematian dirinya setelah 2,5 tahun pasca wafatnya Rasulullah saw.

Para istri Rasulullah saw, sudah tahu bahwa mereka akan diperistri oleh Rasulullah saw. Mereka bermimpi yang luar biasa sebelum dilamar dan dinikahi Rasulullah saw. Alam mimpi seperti sebuah jendela yang membuka sesuatu.

Banyak firasat kelahiran orang besar yang diambil dari mimpi. Seperti kelahiran Umar bin Abdul Aziz yang dijuluki Khalifatur Rasyid di era Nabi Umayyah. Mimpi tak selamanya benar. Namun ada mimpi yang pasti benar yaitu bertemu dengan Rasulullah saw. Bagaimana bertemu Rasulullah saw walaupun di dalam mimpi? Untuk melepaskan rindu kepada beliau?

Semalam saya bermimpi, berkumpul dengan para guru ngajiku yang sudah wafat. Dalam mimpi, saya mendengar sayup-sayup majlis ilmu yang membahas sebuah kitab. Kitab itu berbahasa Arab, tapi entah kenapa seolah-olah saya memahaminya. Setiap kitab itu dibacakan saya menangis tersedu-sedu.

Saat tengah menangis, seorang guru ngajiku mengajak ku bergabung. Aku mengikuti beliau dalam sebuah majlis yang melingkar. Semuanya berpakaian putih. Ku mendengarkan  kajian kitab sambil terus menangis. Tiba-tiba salah seorang dari mereka yang merupakan guru ngajiku menegurku, "Mengapa kamu bisa kumpul di majlis ini?" Aku pun terdiam tak tahu.

Salah seorang guru ngajiku berkata, "Karena engkau pernah membantu mengajar ngaji dari salah satu dari ustadz yang ada disini." Dalam majlis tersebut dikatakan bahwa Umar bin Khatab pun ada dalam lingkaran majlis tersebut. Inilah mimpi paling indah selama hidupku.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (402) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (300) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)