Benarkah Jefferson Seorang Muslim?
Nasaruddin Umar
RM.id Rakyat Merdeka - Menarik untuk diperhatikan apa yang pernah ditulis seorang penulis AS, Michael Rieger, bahwa ada dua Presiden AS pernah diisukan sebagai seorang muslim. Pertama ialah Presiden Thomas Jefferson dan Presiden Obama.
Yang pertama dituduh sebagai seorang muslim karena kedekatan dan ketertarikannya terhadap Al-Qur’an yang merupakan kitab suci Agama Islam (lihat artikel terdahulu tentang “Al-Qur’an di tangan Thomas Jefferson”.
Yang kedua karena genetic dan Barack Hossen Obama memiliki nasab atau silsilah yang bertalian dengan orang Islam. Ia sendiri pernah sekolah selama 3 tahun di SDN di Menteng konon teridentifikasi beragama Islam, karena keluarga ibunya memang keluarga besar muslim, meskipun ia pernah berkali-kali menyangkalnya.
Terlepas muslim atau tidaknya kedua tokoh AS ini, membuktikan bahwa Islam dan sedari awal berdirinya hingga saat ini selalu memiliki hubungan kedekatan.
Baik Jefferson maupun Obama kedua-duanya sering mengutip ayat di dalam mengemukakan argumentasi politik. Ini juga membuktikan bahwa kedua mantan Presiden AS ini akrab dengan kitab suci Al-Qur’an.
Perhatikan kebijakan Jefferson ketika merumuskan bentuk negaranya, mengatakan bahwa suatu waktu nanti Amerika bakal dipimpin oleh seorang muslim.
“Setelah kita mengusir intoleransi agama dari negeri kita yang di bawahnya manusia begitu lama berdarah-darah dan menderita, kita belum mendapatkan sedikit pun (toleransi beragama) jika kita menyetujui intoleransi politik yang sama-sama despotis, jahat, dan mampu dengan penganiayaan yang pahit dan berdarah-darah,” kata Jefferson ketika dilantik sebagai presiden ketiga AS, 4 Maret 1801.
Dalam melaksanakan diplomasi luar negeri, Jefferson terus melakukan komunikasi dan diplomasi dengan negara-negara muslim, terutama di masa Perang Barbary setelah menjabat sebagai presiden Amerika antara tahun 1801-1805.
Atas dukungan ril dari sejumlah negara muslim dan membuat Amerika menguasai beberapa daerah laut penting, maka ada peristiwa menarik yang dilakukan Jefferson, yaitu mengundang Duta Besar Tunisia pada sebuah jamuan makan malam di Gedung Putih, saat itu bertepatan dengan bulan puasa Ramadlan.
Perjamuan yang seharusnya diadakan pada pukul 15.30 diundur sampai tenggelamnya matahari untuk menghormati Duta Besar Tunisia yang beragama Islam dan sedang berpuasa.
Kebijakan Jefferson ini membuktikan ia memahami bagian dari ajaran Islam di mana seorang muslim tidak boleh berbuka puasa sebelum waktu magrib tiba. Dalam peristiwa lain, Jefferson saat menjadi Presiden AS ketiga, ia menjalin hubungan diplomatik khusus dengan Haji Abdul Rahman, Duta Besar Tunisia, yang mencapai kesepakatan Perjanjian Tripoli tentang kebijakan pelayaran kapal-kapal Amerika Serikat di laut Mediterania.
Tentu saja kedua belah pihak meraih keuntungan dagang dan ekonomi dengan Perjanjian Tripoli ini. Sama dengan Presiden Obama, dalam banyak pertemuan sering mengutip ayat Al-Qur’an.
Pidato paling monumental Obama di Universitas Cairo, Kamis, 4 Juni 2009 pukul 13.10 waktu Kairo, memukau dunia Islam. Ia dengan begitu lancar mengutip tiga ayat dengan cara pengupasan yang begitu cerdas.
Namun yang tak kalah menariknya ialah Obama empat kali menyebut secara khusus Indonesia di dalam pidato tersebut. Obama dapat dikatakan sebagai pemimpin AS pertama yang berani berbicara tentang Islam di depan ribuan umat Islam yang diliput secara langsung oleh media-media internasional.
Meskipun Jefferson dan Obama bukan muslim tetapi ia telah memberikan apresiasi positif terhadap agama, khususnya Islam. Keduanya juga seperti memiliki pemahaman lebih substansial tentang Islam. ***
Link Kami
Beberapa Link Kami yang Aktif