basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Memahami Ukuran, Ciptakan Kebahagiaan Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Allah menciptakan segala sesuat...

Memahami Ukuran, Ciptakan Kebahagiaan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Allah menciptakan segala sesuatu. Allah juga yang menentukan ukurannya. Teliti, amati, pelajari dan pahami ukurannya. Perhatikan batasan dan kebebasannya. Dalam batasan ada kebebasan. Dalam kebebasan ada batasannya.

Satu hari 24 jam. Satu jam 60 menit. Satu menit 60 detik. Seminggu ada 6 hari. Itulah ukuran yang sudah diungkap oleh manusia. Setiap tumbuhan ada ukuran kebutuhan air, udara, unsur hara dan sinar matahari. Kapan panen dan matinya. Dari pengamatan yang terus menerus, manusia akan tahu ukuran segala sesuatu yang diciptakan Allah.

Setiap buah ada masa kesegarannya. Setiap masakan yang lezat ada ukurannya. Pencampuran satu bahan dengan bahan lain harus ada ukuran yang tepat dan konsisten. Itulah cara menjaga kelezatan.

Kelezatan hidup pun ada ukurannya. Ada percampuran yang tepat antar berbagai kebutuhan, karakter dan akhlak. Yang bijaksana, sangat paham ukuran dan pencampurannya. Bagaimana membongkar percampuran dan ukurannya?

Manusia hancur karena melampaui batas. Kenyang ada batasannya. Lapar ada batasannya. Berpuasalah, maka akan tahu manajemen lapar dan kenyang. Konflik keluarga, salah satunya tentang manajemen cinta dan benci yang melampaui ukurannya.

Beribadah kepada Allah pun ada ukurannya. Bila terlalu ketat akan jatuh dan lelah. Bila mengabaikan akan menyimpang. Minimal yang dilakukan adalah yang fardhu ain. Maksimal yang dilakukan adalah bersemangat ibadah yang sunah.

Ikuti sunah Rasulullah saw. Ikuti Sirah Nabawiyah. Itu cara tercepat dalam memahami dan mempraktekkan ukuran yang tepat dalam mengarungi hidup ini. Dalam koridor ukuran yang tepat, segala sesuatu tidak membahayakan dan merusak. Bila tak paham ukuran, yang dianggap baik pun bisa membahayakan dan merusak.

Sejarah Islam di China Berkembang Pesat Sejak Abad ke-7, Sebelum Komunis Berkuasa KOMPAS.com - Muslim Uighur, lebih dari 1 juta ...


Sejarah Islam di China Berkembang Pesat Sejak Abad ke-7, Sebelum Komunis Berkuasa


KOMPAS.com - Muslim Uighur, lebih dari 1 juta ditahan di pusat-pusat penahanan di provinsi paling barat Xinjiang, China.

Para pemimpin dan pakar tentang Uighur yang berada di luar China telah memperingatkan bahwa situasinya dapat memburuk, hingga PBB telah mencurigai praktik genosida terhadap Muslim Uighur.

Mengapa Muslim di sana tidak mendapatkan keadilan? Bagaimanakah sejarah Islam di China berkembang?

Sejarah Islam di China sebenarnya sudah sangat lama, sejak abad ke-7 melalui utusan dari Timur Tengah yang menemui Kaisar Gaozong dari Dinasti Tang, seperti yang dilansir dari The Conversation pada 2019.

Data pada 2019 menyebutkan setidaknya ada 1,6 persen dari total populasi di China atau sekitar 22 juta orang adalah Muslim.

Tak lama setelah kunjungan dari Timur Tengah, masjid pertama dibangun di selatan pelabuhan pedagangan Guangzhou untuk orang Arab dan Persia yang berkeliling Saumdera Hindia dan Laut China Selatan.

Selama masa ini, para pedagang Muslim banyak singgah di pelabuhan-pelabuhan China dan di pos-pos perdagangan Jalur Sutra.

Namun, mereka hidup terpisah dari mayoritas Cina Han selama 5 abad.

Situasinya berubah pada abad ke-13 di bawah Dinasti Yuan Mongol, ketika umat Islam datang ke China dalam jumlah besar, yang belum pernah terjadi sebelumnya, untuk melayani sebagai administrator bagi penguasa baru yang merupakan keturunan Ghengis Khan, pendiri kekaisaran Mongol.

Bangsa Mongol memiliki sedikit pengalaman dalam menjalankan birokrasi kekaisaran China dan meminta bantuan Muslim dari kota-kota penting Jalur Sutra, seperti Bukhara dan Samarkand di Asia Tengah.

Mereka merekrut dan secara terpaksa merelokasi ratusan hingga ribuan orang Asia Tengah dan Persia untuk membantu mereka mengatur kerajaan yang sedang berkembang di isatana Yuan.

Pada zaman itu, sebagian pejabat memboyong serta istri mereka dari negara asal dan sebagian lainnya melakukan pernikahan antarbudaya dengan warga setempat.

Setelah Ghengis Khan menaklukkan sebagian besar Eurasia pada abad ke-12, ahli warisnya menguasai berbagai bagian benua, yang mengarah ke periode kedamaian dan kemakmuran yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Hal ini memungkinkan budaya, barang, serta ide berkembang dan dapat dipertukarkan dengan lebih luas. Sehingga, tradisi budaya China dan dunia Muslim bersatu dengan cara baru pada zaman itu.

Sekitar 300 tahun berikutnya, selama Dinasti Ming, Muslim masih terus memiliki pengaruh dalam pemerintahan China.

Salah satu tokoh dunia bersejarah yang kemudian muncul pada zaman itu adalah Zheng He atau Cheng Ho, laksamana Muslim yang memimpin armada China dalam perjalanan untuk menjelajah dan menjalin hubungan diplomatik, di sekitar Asia Tenggara dan Samudra Hindia.

Pada abad ke-18, di bawah Dinasti Qing, yang berlangsung dari 1644 hingga 1911, hubungan antara Muslim dan negara di China mulai berubah.

Periode ini mulai terjadi beberapa bentrokan kekerasan antara pemerintah China yang berkuasa dengan Muslim, ketika negara mencoba mengontrol langsung wilayah tempat mayoritas Muslim tinggal.

Bentrokan dalam banyak kesempatan terjadi menandai periode pertumbuhan populasi Muslim dan perluasan wilayah yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pada 1949, akhirnya Republik Rakyat China terbentuk, yang diketuai oleh Mao Zedong, komunis revolusioner.

Ahli etnografi dan antropolog membagi orang-orang yang tinggal di dalam perbatasan negara baru menjadi 56 kelompok etnis berdasarkan kriteria yang relatif ambigu, seperti bahasa, wilayah, sejarah, dan tradisi yang sama.

Dari pembagian kelompok tersebut, ada 10 kelompok yang sekarang diakui sebagai minoritas Muslim.

Berdasarkan urutan banyaknya populasi, 10 kelompok tersebut, yaitu Hui, Uighur, Kazakh, Dongxiang, Kyrgyz, Salar, Tajik, Uzbek, Bonan, dan terakhir Tatar, yang saat ini berjumlah sekitar 5.000.

Pada tahun-tahun pertama setelah berdirinya Republik Rakyat China, umat Islam relatif masih menikmati kebebasan beragama.

Namun setelah gerakan Revolusi Kebudayaan semakin kuat, antara 1966 hingga 1969, hak Muslim semakin dirampas.

Masjid-masjid dirusak, salinan Alquran dihancurkan, Muslim dilarang pergi menunaikan ibadah haji, dan ekspresi semua keyakinan agama dilarang oleh Pengawal Merah (Communist Red Guards).

Setelah kematian Mao Zedong pada 1976, Komunis mengadopsi kebijakan yang lebih santai terhadap komunitas Muslim.

Namun, tensi terhadap Muslim telah meningkat kembali sejak terjadinya tragedi 9/11 pada 2001.

Situasi panas mencapai titik didih pada 2009, ketika terjadi kerusuhan etnis antara Uighur dan Han China di seluruh provinsi Xinjiang.

Sejak itu, negara China perlahan dan diam-diam meningkatkan pembatasan terhadap pergerakan dan budaya dari Uighur serta kelompok minoritas Muslim lainnya.

Lalu, secara konsisten situasi terhadap Muslim semakin buruk di China, seperti penahanan tidak sah terhadap Muslim yang tinggal di wilayah Uighur di China barat.

Kampanye yang dimulai dengan Uighur sekarang diperluas ke Kazakh dan lainnya. Disebutkan oleh The Conversation bahwa banyak bukti bahwa etnis Hui juga menghadapi penindasan hak yang semakin meningkat.

https://internasional.kompas.com/read/2021/04/20/185915070/sejarah-islam-di-china-berkembang-pesat-sejak-abad-ke-7-sebelum?page=all

Solusi Hidup Dengan Menghidupkan Firasat Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Raga dan ruh, dua sejoli yan...

Solusi Hidup Dengan Menghidupkan Firasat

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Raga dan ruh, dua sejoli yang tak terpisahkan. Ruh itu gaib. Padahal banyak yang gaib dalam kehidupan ini. Masa lalu ada gaib. Sedetik ke depan adalah gaib. Takdir adalah gaib. Liku-liku hidup adalah gaib. Kematian adalah gaib. Hanya Allah yang tahu hal yang gaib.

Hal yang gaib kadang dapat dirasakan dengan firasat. Firasat mukmin adalah buah cahaya yang Allah anugerahkan kepadanya. Dengan firasat, mukmin dapat membaca sesuatu dengan tepat dengan tanda-tanda yang dirasakannya. Bagaimana memperbesar cahaya tersebut?

Membersihkan hati. Riyadhah jiwa. Meyakini akhirat. Berorientasi pada Allah. Itulah penempaan mempertajam firasat. Bila hati sudah bening, memandang ke depan, masa lalu, dan masa kini dengan akurasi yang tepat dan benar. Dengan pandangan yang tajam sehingga tak ada yang tertutupi. Bukankah keputusan yang benar berawal dari data yang valid? Melihat persoalan dengan benar?

Salah satu cara pengambilan keputusan yang tepat dengan beristikharah. Mengambil keputusan dengan ilmu-Nya Allah, kebaikan versi Allah, dan keridhaaan Allah. Tidak ada campur tangan ilmu, keinginan dan kehendak manusia. Sebab, esensi manusia itu bodoh dan sesat tanpa bimbingan dan pimpinan Allah.

Hati yang bening terkoneksi dengan Allah. Allah mengilhamkan sesuatu. Disinilah firasat muncul. Firasat bukan dari luasnya ilmu dan banyaknya pengalaman. Ilmu dan pengalaman hanya bisa memprediksi dan menduga apa yang biasanya terjadi setelah tanda-tanda tertentu. Namun apakah yang diketahui manusia selalu berurutan rentetannya? Apakah semua rentetan peristiwa selalu sudah diketahui manusia?

Firasat bagian dari bimbingan, pimpinan dan pertolongan Allah pada yang bertakwa. Mukmin hanya menyiapkan wadah untuk menampung, mendengar dan merasakannya. Mukmin hanya menyiapkan tabir tembus cahaya, yang membuat cahaya Allah memasuki hatinya.

Banyak persoalan yang tak diketahui solusi oleh para Nabi dan Rasul. Mereka hanya menunggu jawaban dan bimbingan dari Allah untuk menuntaskannya. Para kekasih Allah saja menunggu arahan Allah? Mengapa sekarang hanya mengandalkan ilmu dan pengalamannya saja? Jernihkan hati agar potensi ruh dioptimalkan.

China Nyaris Jadi Negeri Mayoritas Islam, Ini Ceritanya REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Islam hampir menjadi agama nasional China. Sa...


China Nyaris Jadi Negeri Mayoritas Islam, Ini Ceritanya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Islam hampir menjadi agama nasional China. Salah satu kota di China, Suzhou bahkan dijuluki sebagai kota masjid yang terlupakan. Di kota ini, dulunya terdapat lebih dari 10 masjid, tapi sekarang hanya tersisa satu masjid yaitu Masjid Taipinfang.  

Nasib Islam di China tidak selalu seperti nasib Muslim Uighur yang banyak mengalami penindasan. Peneliti ilmu politik Alessandra Cappelletti menerbitkan sebuah artikel beberapa waktu lalu tentang kota Suzhou di China, yang disebutnya "kota masjid yang terlupakan".  

Dikutip dari arabicpost, pertempuran Talas adalah satu-satunya pertempuran antara dunia Islam dan Kekaisaran China. Namun, itu bukan satu-satunya perselisihan, karena umat Islam telah melakukan kontak dengan orang China sejak awal. 
Scroll untuk membaca

Islam pertama kali ditularkan ke China melalui perdagangan. Orang-orang Arab Muslim tiba di China melalui perdagangan maritim Jalur Sutra selatan. Salah satu daerah tertua di mana Islam menyebar adalah Provinsi Jiangsu di Tiongkok barat. Provinsi ini berada di daerah pesisir dan Islam ditularkan melalui pedagang Muslim di Dinasti Tang.  

Di antara Muslim paling terkenal di wilayah ini adalah Syekh Bahauddin, yang datang ke Tiongkok untuk mendakwahkan Islam dan mendirikan sekolah pendidikan di Masjid Xianhe (artinya Phoenix), yang dianggap sebagai masjid kuno terbaik di Tiongkok. 

Pada 1368, Kaisar Chu Yuanzhang memerintahkan pembangunan masjid baru di Nanjing, yang sekarang dikenal sebagai Masjid Jingjiu. Dekrit bangunan dibuat sebagai pengakuan atas kontribusi Muslim terhadap pembentukan Dinasti Ming dari Kekaisaran Tiongkok.  

Peristiwa ini menunjukkan tempat terkemuka Islam dalam sejarah Tiongkok. Dalam artikel Alessandra, dikatakan peneliti bahwa masyarakat Islam telah menikmati preferensi kaisar, terutama pada masa pemerintahan Dinasti Tang, Dinasti Yuan, dan Dinasti Qing.  

"Pengadilan kekaisaran China memandang Islam dengan baik karena karakter akhlaknya, yang menurut perspektif kaisar China, mempromosikan hubungan yang harmonis dan damai antara berbagai bangsa di tanah kekaisaran," katanya.  

Menurut peneliti, setelah pemberontakan di paruh kedua abad kesembilan belas di China barat, jutaan Muslim terbunuh dalam pemberontakan ini. Pada saat yang sama, proyek misionaris Kristen dimulai di China, khususnya oleh Rusia. 

Hal menarik yang disebutkan Alessandra di sini adalah para cendekiawan dan misionaris dulu menganggap Islam sebagai ancaman di Tiongkok, sebagaimana banyak orang di Barat menganggap bahwa Islam mungkin menjadi agama nasional Tiongkok. Dengan demikian, kekhawatiran berkembang bahwa China akan menjadi negara Muslim terbesar di dunia. 

Adapun Suzhou, yang disebut Alessandra dalam artikelnya sebagai "Kota Masjid yang Terlupakan", kini menjadi kota kaya dengan populasi 12 juta, dan sangat dekat dengan Shanghai. Dan sisa-sisa monumen Islam di Suzhou terletak di luar tembok kota. Sekarang hanya memiliki satu masjid aktif, Masjid Taipinfang.

Masjid tersebut dipugar pada 2018 dan menjadi satu-satunya tujuan umat Islam yang ingin sholat di sana. Namun sebelum 1949, ada sekitar 10 masjid di Suzhou, salah satunya adalah masjid khusus wanita yang dikelola wanita dan dipimpin jamaah wanita.

Sedangkan ada masjid lain bernama Tiankukian yang dibangun pada 1906 namun berubah menjadi masjid untuk kaum dhuafa. Tampaknya ini disebabkan kebijakan Revolusi Kebudayaan di Tiongkok, yang menetapkan semua bangunan besar sebagai perumahan bagi keluarga miskin. 

Adapun masjid tertua di Suzhou adalah Masjid Shijuan, yang dibangun pada abad ketiga belas pada masa pemerintahan Dinasti Yuan, dan konon yang membiayai pembangunannya adalah keluarga Sayyid Ajil Shamsuddin Umar Al Bukhari, dan ini adalah gubernur provinsi pertama di Provinsi Yunnan di Tiongkok. Masjid tersebut kemudian diubah menjadi gedung pemerintah. 

Banyak dari masjid di Suzhou ini  juga memiliki sekolah yang mengajarkan ilmu Arab dan Islam kepada Muslim. Suzhou juga merupakan salah satu kota pertama yang menerbitkan buku-buku Islam dalam bahasa Mandarin. 

Namun peninggalan ini sekarang hanya berupa ukiran di bangunan yang digunakan orang Tionghoa sehari-hari, sementara satu-satunya masjid di Suzhou yang masih utuh adalah Masjid Taipinfang. 

Sumber: arabicpost 

 https://m.republika.co.id/berita/qswvn7320/china-nyaris-jadi-negeri-mayoritas-islam-ini-ceritanya-part1

Mempekakan Sensor Kesadaran Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Kebanyakan manusia tak beriman kepada All...

Mempekakan Sensor Kesadaran

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Kebanyakan manusia tak beriman kepada Allah. Kebanyakan manusia musyrik. Kebanyakan manusia tidak bersyukur. Kebanyakan manusia berjalan di jagat raya tanpa memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah. Itulah gambaran besar perjalanan manusia.

Sebab itulah, salah satu yang sering diperintahkan Allah adalah berjalanlah di muka bumi dan perhatikan akibat dari ulah perbuatan manusia. Sebab, kedurhakaan itu sangat nyata, jelas, menyebar di setiap sudut kehidupan manusia. Sebab, kehancuran akibat ulah manusia itu merusak kehidupan dan jagat raya.

Kisah Para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad dan  kisah umat terdahulu lebih banyak ditemukan dalam Al-Qur'an daripada perjalanan Rasulullah saw sendiri. 25 Nabi dan Rasul di kisahkan. Kisah kedurhakaan umat dikisahkan. Perjuangan selain Nabi dan Rasul dikisah. Itulah pentingnya mengkaji perjalanan masa lalu agar perjalanan hari ini dalam keimanan.


Kisah umat terdahulu dikisahkan untuk meneguhkan dan menentramkan. Membenarkan kitab terdahulu, menunjukkan jalan yang lurus dan menjadi rahmat bagi yang beriman. Karakter manusia tak pernah berubah karakternya, kebutuhan dan keinginannya. Yang berubah hanya sarana dan prasarananya saja.

Yang zalim, munafik, kafir, dan bodoh selalu hadir disetiap zamannya. Yang diperbuat, prilaku dan karakter mereka akan tetap sama. Yang dialami mereka akan terus berulang. Akibatnya akan tetap sama. Maka bertebaranlah di muka bumi, cocokkan ayat Al-Qur'an dengan yang dilakukan dan terjadi pada mereka di hari ini. Itulah pelajaran yang kuat daya hujamnya ke dasar jiwa.
Rekaman jejak umat terdahulu dan kini, bisa kuat dan terungkap hikmahnya, bila hati, akal, penglihatan dan pendengarannya hidup. Kehidupan seluruh jiwa dan panca indra terbangun bila beriman pada Allah, ayat Al-Qur'an dan hari akhir. Bila tidak, seluruh sensor kepekaannya mati total.

Sensor kesadaran dan kepahaman tak bisa dihidupkan dengan seruan orang lain. Diri kita sendiri yang hanya bisa menghidupkannya. Hanya diri sendiri yang bisa membukanya. Seorang Nabi dan Rasul pun tak bisa membukanya. Tugas mereka hanyalah menyeru saja.

Asia Tengah: Pusat Peradaban Islam yang Terlupakan Jika membicarakan tentang hal-ihwal yang berkaitan dengan peradaban dan kebud...

Asia Tengah: Pusat Peradaban Islam yang Terlupakan


Jika membicarakan tentang hal-ihwal yang berkaitan dengan peradaban dan kebudayaan Islam, jari telunjuk orang biasanya langsung diarahkan ke Timur Tengah, khususnya kawasan Arab. Bukan hanya orang-orang Indonesia saja, tetapi juga orang-orang di negara-negara Barat, dan di mana pun. Bukan hanya Muslim saja, tetapi juga umat non-Muslim. Bukan hanya masyarakat awam saja, tetapi juga kaum cerdik-pandai. Mereka memiliki anggapan, persepsi dan imajinasi serupa: Arab Timur Tengah-lah pusat peradaban dan kebudayaan Islam.

Karena menganggap Arab Timur Tengah sebagai “pusat Islam”, maka banyak energi, tulisan, dan dana yang dihabiskan untuk meneliti kawasan ini. Hampir atau nyaris tidak ada yang mengatakan bahwa kawasan Asia Tengah juga merupakan pusat peradaban dan kebudayaan Islam yang gemilang. Padahal, seperti dikatakan oleh S. Frederick Starr, penulis buku Lost Enlightenment: Central Asia’s Golden Age from the Arab Conquest to Tamerlane, “For many centuries, Central Asia–not the Arab Middle East–was the intellectual and political center of the Muslim world.” Tetapi kenapa Asia Tengah luput dari perhatian?

Bahwa Islam dan Nabi Muhammad lahir di Tanah Arab memang betul. Bahwa Timur Tengah pernah menjadi pusat politik-pemerintahan dan peradaban Islam memang benar. Bahwa di Timur Tengah, terdapat kota-kota yang menjadi sumber inspirasi intelektualisme Islam memang valid. Di kawasan ini ada Mekkah, Madinah, Baghdad, Kufah, Damaskus, Kairo, Yerusalem, dan lainnya. Bahwa banyak karya akademik di Abad Pertengahan Islam (hingga dewasa ini) yang ditulis dengan menggunakan Bahasa Arab memang tidak salah.

Tetapi, harap diingat, meskipun Nabi Muhammad dan Islam lahir di Tanah Arab, Arab Timur Tengah juga pernah menjadi pusat politik-pemerintahan Islam yang spektakuler dari berbagai rezim, dan karya-karya ilmiah yang agung oleh para sarjana Muslim juga ditulis dalam Bahasa Arab, tetapi ruh, energi, dan spirit kemajuan intelektualisme, peradaban, dan kebudayaan Islam di Abad Pertengahan itu banyak digerakkan oleh kaum non-Arab, dan Asia Tengah menjadi salah satu kawasan penyumbang peradaban Islam yang gemilang itu, selain Iran, Turki, Asia Selatan, Mongol, Afrika Barat dan Utara, dan lainnya, termasuk Asia Tenggara tentunya.

Pada Abad Pertengahan Islam, pusat-pusat peradaban dan intelektualisme Islam bukan hanya di Mekkah, Madinah, Baghdad, Kufah, Damaskus, atau Kairo, melainkan juga Samarkand, Bukhara dan Urgench di Asia Tengah yang menjelma menjadi pusat-pusat studi, seni dan kebudayaan Islam yang adiluhung.
Geo-Kultural dan Geo-Politik Asia Tengah

Kawasan Asia Tengah yang membentang dari Laut Kaspia di barat sampai China di timur serta dari Afghanistan di selatan hingga Rusia di utara, dewasa ini menjadi rumah bagi lima negara: Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Uzbekistan dan Turkmenistan. Afganistan kadang-kadang dianggap masuk wilayah Asia Tengah, meskipun secara geografi lebih ke Asia Selatan.

Total penduduk di kawasan Asia Tengah (tidak termasuk Afghanistan) sekitar 70 juta jiwa dari berbagai kelompok etnik seperti Kazakh, Uzbek, Tatar, Turki, Uyghur, Kyrgyz, Tajik, Persi, Pasthun, dlsb. Selama berabad-abad Asia Tengah menjadi “melting pot” berbagai suku-bangsa: Arab Timur Tengah, Iran, Eropa, India dan China sehingga membuat kawasan ini sangat kaya kebudayaannya.

Asia Tengah sudah dijamah oleh Islam sejak masa-masa awal perkembangan agama ini. Perang Talas tahun 751 antara Dinasti Abbasiyah dan Dinasti Tang Tiongkok untuk mengontrol Asia Tengah menjadi “turning point” konversi massal masyarakat setempat ke dalam agama Islam.

Sejak itu, Islam, pelan tapi pasti, berkembang secara merdeka di Asia Tengah. Meskipun kelak ketika Uni Soviet menjajah Asia Tengah ada cukup banyak kendala bagi kaum Muslim, tetapi itu tidak menghalangi perkembangan kebudayaan Islam di kawasan ini. Menariknya, keislaman yang berkembang di kawasan ini bukan jenis keislaman ortodoks dan puritan yang anti-tradisi dan kebudayaan lokal, melainkan jenis dan praktik keislaman yang menghargai dan mengadopsi aneka ragam tradisi dan budaya lokal, persis seperti yang dulu berkembang di Jawa dan berbagai daerah lain di Indonesia. Maka, jadilah corak keislaman di Asia Tengah itu semacam “Islam heterodoks” atau “folk Islam” dalam istilah antropologi.

Salah satu ciri menonjol dari “folk Islam” ini adalah perkembangan tasawuf atau Sufisme. Asia Tengah menjadi salah satu kawasan tertua mengenai tradisi Sufisme atau mistisisme dan tarekat (ordo Sufi). Yasawiyyah atau Yeseviye merupakan salah satu ordo Sufi tertua yang diciptakan oleh Khawaja Ahmad Yasawi (Ahmed Yesevi, w. 1166) dan berkembang bukan hanya di Asia Tengah saja tapi juga di kawasan Islam lain.

Selain guru tarekat, Ahmad Yasawi juga sarjana fiqih Mazhab Hanafi sebagaimana gurunya, Abu Yaqub Yusuf Hamdani (w. 1141), seorang mursyid tarekat Naqsabandiyah di Asia Tengah. Sufisme dan Mazhab Hanafi memang menjadi ciri menonjol keislaman di Asia Tengah, selain Shamanisme.

Dari aspek politik-ekonomi, negara-negara di Asia Tengah mengikuti sistem politik pemerintahan sekuler-republik serta prinsip-prinsip pasar bebas kapitalisme. Ideologi Islamisme yang mengusung “Negara Islam”, khilafah, dan sejenisnya tidak laku di sini. Sejumlah kelompok Islam radikal dan pengusung ideologi Islamisme seperti Ikhwanul Muslimin, Al-Qaidah, atau Hizbut Tahrir tidak mendapatkan tempat di Asia Tengah.

Sejak merdeka dan pisah dari Uni Soviet di awal 1990-an, negara-negara di Asia Tengah mencitrakan diri sebagai kawasan Islam moderat dan modern yang anti-radikalisme, fanatisisme, dan konservatisme. Hasilnya cukup menggembirakan. Tidak seperti negara-negara di kawasan Timur Tengah yang selalu ramai dengan kekerasan, terorisme dan peperangan, kawasan Asia Tengah relatif aman, stabil, dan terhindar dari kekacauan sosial.
Tanah Lahirnya Para Ilmuwan Muslim

Hal lain yang menjadikan Asia Tengah penting dalam sejarah peradaban Islam adalah kawasan ini telah melahirkan banyak teolog, filusuf, sarjana, dan ilmuwan Muslim ternama yang karya-karya agung mereka masih dikenang hingga kini dan menjadi rujukan di timur dan barat.

Di antara mereka adalah (1) Muhammad bin Musa al-Khwarizmi (w. 850; ahli matematika, astronomi dan geografi), (2) Abu Rayhan al-Biruni (w. 1048; seorang sarjana polymath yang menguasai berbagai disiplin: matematika, fisika, astronomi, ilmu alam, sejarah, bahasa, dan sebagainya. Oleh Profesor Akbar Ahmed, al-Biruni juga dianggap sebagai antropolog pertama, karena melalui karyanya, Kitab al-Hind, ia menggunakan metode etnografi untuk mengkaji struktur masyarakat, sistem agama, dan kebudayaan masyarakat India), (3) Farabi (seorang filsuf, ahli hukum dan ilmuwan politik), (4) Ibnu Sina (seorang dokter dan ilmuwan ternama yang karyanya mampu mempengaruhi kelahiran ilmu-ilmu medis di Timur Tengah, Eropa, dan India).

Juga tidak kalah penting adalah Imam Ghazali (w. 1111), seorang penulis prolifik dan sarjana kenamaan, teolog, ahli hukum, dan mistikus legendaris. Setidaknya dua ahli hadis ternama yang buku-bukunya menjadi rujukan umat Islam juga berasal dari Asia Tengah, yaitu Imam Bukhari (kelahiran Bukhara, Uzbekistan) dan Imam Nasai (kelahiran Nasa, Turkmenistan). Ahli astronomi ternama, Abu Mahmud Khojandi, juga berasal dari Asia Tengah, tepatnya Khujand, Tajikistan. Dan masih banyak lagi.

Melihat catatan historis yang gemilang di Asia Tengah, maka sudah saatnya jika kawasan ini perlu dijadikan sebagai salah satu “kiblat” dalam hal riset dan pengkajian sejarah, peradaban, dan kebudayaan Islam, bukan melulu kawasan Timur Tengah. Semoga bermanfaat.


https://geotimes.id/kolom/internasional/asia-tengah-pusat-peradaban-islam-yang-terlupakan/

Masuknya Peradaban Islam di Asia Tengah REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Ekspansi tentara Arab menuju Cina tidak terlepas dari peran...

Masuknya Peradaban Islam di Asia Tengah


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Ekspansi tentara Arab menuju Cina tidak terlepas dari peran Gubernur Umayyah untuk Khurasan Qutaibah Ibn Muslim yang melakukan ekspansi menuju Asia Tengah. Seperti yang ditulis Philip K Hitti dalam bukunya History of the Arabs, dari pusat pemeritahannya di Khurasan, Qutaibah mengendalikan 40 ribu pasukan Arab di Basrah, 7.000 pasukan di Kufah, dan 7.000 tentara bayaran. Dengan jumlah pasukan yang cukup besar itu, Qutaibah berhasil melakukan bebe rapa ekspedisi militer di Transoxania, Asia Tengah.

Pada 705, Qutaibah menguasai Takaristan, tahun 706-709 menaklukkan Bukhara, tahun 710 hingga 712 menguasai Samarkand dan Khawarizm, tahun 713 hingga 715 memimpin ekspedisi militer menuju provinsi-provinsi Jaxartes (Sir Darya), terutama Ferghana. Penaklukan yang dilakukan Qutaibah menandai masuknya kekuatan Islam di Asia Tengah yang saat itu dikuasai oleh Cina dan suku-suku nomaden Mongolia.

Jaxartes merupakan batas politik dan ras antara bangsa Persia dan Turki. Melintasnya pasukan Islam di Jaxartes memunculkan tantangan baru bagi orang-orang Mongolia dan para pengikut agama Buddha. Tak hanya di Jaxartes, di Bukhara dan Samarkand juga terdapat banyak kuil peribadatan agama Buddha.

Dengan datangnya tentara Islam, umat Buddha kala itu berpindah memeluk Islam meskipun di antara mereka ada yang menjadi Muslim untuk menghindari pajak. Namun kemudian, Bukhara, Samarkand, dan Khawarizm menjadi pusat tumbuhnya Islam di Asia Tengah.

Baca Juga :
Pertempuran Sungai Talas Dipicu Perseteruan Kerajaan Kecil

Sejarawan al-Tabari mengatakan, penaklukan Qutaibah berlanjut hingga mencapai pinggiran wilayah kekaisaran Cina. Namun, yang sebenarnya terjadi adalah penaklukan dilakukan oleh para penerus Qutaibah, Nashr bin Sayyar. Nashr ditunjuk oleh Khalifah Hasyim (724-743) dari Dinasti Umayyah sebagai gubernur pertama Transoxania.

Dengan dikuasainya Transoxania, membuat interaksi antara Islam dan Cina semakin terbuka lebar. Hinnga akhirnya, pada 738 hingga 740, tentara Arab berhasil menaklukkan sebagian wilayah besar yang pernah diserbu oleh Qutaibah. Hingga kemudian, tentara Arab berhasil menduduki Turkistan yang memantapkan supremasi Islam di Asia Tengah hingga kekuasaan Islam tidak bisa diganggu lagi oleh orang-orang Cina selama 1.000 tahun lagi.

https://m.republika.co.id/berita/pr49xh313/masuknya-peradaban-islam-di-asia-tengah

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (404) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (303) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)