basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Mempekakan Sensor Kesadaran Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Kebanyakan manusia tak beriman kepada All...

Mempekakan Sensor Kesadaran

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Kebanyakan manusia tak beriman kepada Allah. Kebanyakan manusia musyrik. Kebanyakan manusia tidak bersyukur. Kebanyakan manusia berjalan di jagat raya tanpa memperhatikan tanda-tanda kebesaran Allah. Itulah gambaran besar perjalanan manusia.

Sebab itulah, salah satu yang sering diperintahkan Allah adalah berjalanlah di muka bumi dan perhatikan akibat dari ulah perbuatan manusia. Sebab, kedurhakaan itu sangat nyata, jelas, menyebar di setiap sudut kehidupan manusia. Sebab, kehancuran akibat ulah manusia itu merusak kehidupan dan jagat raya.

Kisah Para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad dan  kisah umat terdahulu lebih banyak ditemukan dalam Al-Qur'an daripada perjalanan Rasulullah saw sendiri. 25 Nabi dan Rasul di kisahkan. Kisah kedurhakaan umat dikisahkan. Perjuangan selain Nabi dan Rasul dikisah. Itulah pentingnya mengkaji perjalanan masa lalu agar perjalanan hari ini dalam keimanan.


Kisah umat terdahulu dikisahkan untuk meneguhkan dan menentramkan. Membenarkan kitab terdahulu, menunjukkan jalan yang lurus dan menjadi rahmat bagi yang beriman. Karakter manusia tak pernah berubah karakternya, kebutuhan dan keinginannya. Yang berubah hanya sarana dan prasarananya saja.

Yang zalim, munafik, kafir, dan bodoh selalu hadir disetiap zamannya. Yang diperbuat, prilaku dan karakter mereka akan tetap sama. Yang dialami mereka akan terus berulang. Akibatnya akan tetap sama. Maka bertebaranlah di muka bumi, cocokkan ayat Al-Qur'an dengan yang dilakukan dan terjadi pada mereka di hari ini. Itulah pelajaran yang kuat daya hujamnya ke dasar jiwa.
Rekaman jejak umat terdahulu dan kini, bisa kuat dan terungkap hikmahnya, bila hati, akal, penglihatan dan pendengarannya hidup. Kehidupan seluruh jiwa dan panca indra terbangun bila beriman pada Allah, ayat Al-Qur'an dan hari akhir. Bila tidak, seluruh sensor kepekaannya mati total.

Sensor kesadaran dan kepahaman tak bisa dihidupkan dengan seruan orang lain. Diri kita sendiri yang hanya bisa menghidupkannya. Hanya diri sendiri yang bisa membukanya. Seorang Nabi dan Rasul pun tak bisa membukanya. Tugas mereka hanyalah menyeru saja.

Asia Tengah: Pusat Peradaban Islam yang Terlupakan Jika membicarakan tentang hal-ihwal yang berkaitan dengan peradaban dan kebud...

Asia Tengah: Pusat Peradaban Islam yang Terlupakan


Jika membicarakan tentang hal-ihwal yang berkaitan dengan peradaban dan kebudayaan Islam, jari telunjuk orang biasanya langsung diarahkan ke Timur Tengah, khususnya kawasan Arab. Bukan hanya orang-orang Indonesia saja, tetapi juga orang-orang di negara-negara Barat, dan di mana pun. Bukan hanya Muslim saja, tetapi juga umat non-Muslim. Bukan hanya masyarakat awam saja, tetapi juga kaum cerdik-pandai. Mereka memiliki anggapan, persepsi dan imajinasi serupa: Arab Timur Tengah-lah pusat peradaban dan kebudayaan Islam.

Karena menganggap Arab Timur Tengah sebagai “pusat Islam”, maka banyak energi, tulisan, dan dana yang dihabiskan untuk meneliti kawasan ini. Hampir atau nyaris tidak ada yang mengatakan bahwa kawasan Asia Tengah juga merupakan pusat peradaban dan kebudayaan Islam yang gemilang. Padahal, seperti dikatakan oleh S. Frederick Starr, penulis buku Lost Enlightenment: Central Asia’s Golden Age from the Arab Conquest to Tamerlane, “For many centuries, Central Asia–not the Arab Middle East–was the intellectual and political center of the Muslim world.” Tetapi kenapa Asia Tengah luput dari perhatian?

Bahwa Islam dan Nabi Muhammad lahir di Tanah Arab memang betul. Bahwa Timur Tengah pernah menjadi pusat politik-pemerintahan dan peradaban Islam memang benar. Bahwa di Timur Tengah, terdapat kota-kota yang menjadi sumber inspirasi intelektualisme Islam memang valid. Di kawasan ini ada Mekkah, Madinah, Baghdad, Kufah, Damaskus, Kairo, Yerusalem, dan lainnya. Bahwa banyak karya akademik di Abad Pertengahan Islam (hingga dewasa ini) yang ditulis dengan menggunakan Bahasa Arab memang tidak salah.

Tetapi, harap diingat, meskipun Nabi Muhammad dan Islam lahir di Tanah Arab, Arab Timur Tengah juga pernah menjadi pusat politik-pemerintahan Islam yang spektakuler dari berbagai rezim, dan karya-karya ilmiah yang agung oleh para sarjana Muslim juga ditulis dalam Bahasa Arab, tetapi ruh, energi, dan spirit kemajuan intelektualisme, peradaban, dan kebudayaan Islam di Abad Pertengahan itu banyak digerakkan oleh kaum non-Arab, dan Asia Tengah menjadi salah satu kawasan penyumbang peradaban Islam yang gemilang itu, selain Iran, Turki, Asia Selatan, Mongol, Afrika Barat dan Utara, dan lainnya, termasuk Asia Tenggara tentunya.

Pada Abad Pertengahan Islam, pusat-pusat peradaban dan intelektualisme Islam bukan hanya di Mekkah, Madinah, Baghdad, Kufah, Damaskus, atau Kairo, melainkan juga Samarkand, Bukhara dan Urgench di Asia Tengah yang menjelma menjadi pusat-pusat studi, seni dan kebudayaan Islam yang adiluhung.
Geo-Kultural dan Geo-Politik Asia Tengah

Kawasan Asia Tengah yang membentang dari Laut Kaspia di barat sampai China di timur serta dari Afghanistan di selatan hingga Rusia di utara, dewasa ini menjadi rumah bagi lima negara: Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Uzbekistan dan Turkmenistan. Afganistan kadang-kadang dianggap masuk wilayah Asia Tengah, meskipun secara geografi lebih ke Asia Selatan.

Total penduduk di kawasan Asia Tengah (tidak termasuk Afghanistan) sekitar 70 juta jiwa dari berbagai kelompok etnik seperti Kazakh, Uzbek, Tatar, Turki, Uyghur, Kyrgyz, Tajik, Persi, Pasthun, dlsb. Selama berabad-abad Asia Tengah menjadi “melting pot” berbagai suku-bangsa: Arab Timur Tengah, Iran, Eropa, India dan China sehingga membuat kawasan ini sangat kaya kebudayaannya.

Asia Tengah sudah dijamah oleh Islam sejak masa-masa awal perkembangan agama ini. Perang Talas tahun 751 antara Dinasti Abbasiyah dan Dinasti Tang Tiongkok untuk mengontrol Asia Tengah menjadi “turning point” konversi massal masyarakat setempat ke dalam agama Islam.

Sejak itu, Islam, pelan tapi pasti, berkembang secara merdeka di Asia Tengah. Meskipun kelak ketika Uni Soviet menjajah Asia Tengah ada cukup banyak kendala bagi kaum Muslim, tetapi itu tidak menghalangi perkembangan kebudayaan Islam di kawasan ini. Menariknya, keislaman yang berkembang di kawasan ini bukan jenis keislaman ortodoks dan puritan yang anti-tradisi dan kebudayaan lokal, melainkan jenis dan praktik keislaman yang menghargai dan mengadopsi aneka ragam tradisi dan budaya lokal, persis seperti yang dulu berkembang di Jawa dan berbagai daerah lain di Indonesia. Maka, jadilah corak keislaman di Asia Tengah itu semacam “Islam heterodoks” atau “folk Islam” dalam istilah antropologi.

Salah satu ciri menonjol dari “folk Islam” ini adalah perkembangan tasawuf atau Sufisme. Asia Tengah menjadi salah satu kawasan tertua mengenai tradisi Sufisme atau mistisisme dan tarekat (ordo Sufi). Yasawiyyah atau Yeseviye merupakan salah satu ordo Sufi tertua yang diciptakan oleh Khawaja Ahmad Yasawi (Ahmed Yesevi, w. 1166) dan berkembang bukan hanya di Asia Tengah saja tapi juga di kawasan Islam lain.

Selain guru tarekat, Ahmad Yasawi juga sarjana fiqih Mazhab Hanafi sebagaimana gurunya, Abu Yaqub Yusuf Hamdani (w. 1141), seorang mursyid tarekat Naqsabandiyah di Asia Tengah. Sufisme dan Mazhab Hanafi memang menjadi ciri menonjol keislaman di Asia Tengah, selain Shamanisme.

Dari aspek politik-ekonomi, negara-negara di Asia Tengah mengikuti sistem politik pemerintahan sekuler-republik serta prinsip-prinsip pasar bebas kapitalisme. Ideologi Islamisme yang mengusung “Negara Islam”, khilafah, dan sejenisnya tidak laku di sini. Sejumlah kelompok Islam radikal dan pengusung ideologi Islamisme seperti Ikhwanul Muslimin, Al-Qaidah, atau Hizbut Tahrir tidak mendapatkan tempat di Asia Tengah.

Sejak merdeka dan pisah dari Uni Soviet di awal 1990-an, negara-negara di Asia Tengah mencitrakan diri sebagai kawasan Islam moderat dan modern yang anti-radikalisme, fanatisisme, dan konservatisme. Hasilnya cukup menggembirakan. Tidak seperti negara-negara di kawasan Timur Tengah yang selalu ramai dengan kekerasan, terorisme dan peperangan, kawasan Asia Tengah relatif aman, stabil, dan terhindar dari kekacauan sosial.
Tanah Lahirnya Para Ilmuwan Muslim

Hal lain yang menjadikan Asia Tengah penting dalam sejarah peradaban Islam adalah kawasan ini telah melahirkan banyak teolog, filusuf, sarjana, dan ilmuwan Muslim ternama yang karya-karya agung mereka masih dikenang hingga kini dan menjadi rujukan di timur dan barat.

Di antara mereka adalah (1) Muhammad bin Musa al-Khwarizmi (w. 850; ahli matematika, astronomi dan geografi), (2) Abu Rayhan al-Biruni (w. 1048; seorang sarjana polymath yang menguasai berbagai disiplin: matematika, fisika, astronomi, ilmu alam, sejarah, bahasa, dan sebagainya. Oleh Profesor Akbar Ahmed, al-Biruni juga dianggap sebagai antropolog pertama, karena melalui karyanya, Kitab al-Hind, ia menggunakan metode etnografi untuk mengkaji struktur masyarakat, sistem agama, dan kebudayaan masyarakat India), (3) Farabi (seorang filsuf, ahli hukum dan ilmuwan politik), (4) Ibnu Sina (seorang dokter dan ilmuwan ternama yang karyanya mampu mempengaruhi kelahiran ilmu-ilmu medis di Timur Tengah, Eropa, dan India).

Juga tidak kalah penting adalah Imam Ghazali (w. 1111), seorang penulis prolifik dan sarjana kenamaan, teolog, ahli hukum, dan mistikus legendaris. Setidaknya dua ahli hadis ternama yang buku-bukunya menjadi rujukan umat Islam juga berasal dari Asia Tengah, yaitu Imam Bukhari (kelahiran Bukhara, Uzbekistan) dan Imam Nasai (kelahiran Nasa, Turkmenistan). Ahli astronomi ternama, Abu Mahmud Khojandi, juga berasal dari Asia Tengah, tepatnya Khujand, Tajikistan. Dan masih banyak lagi.

Melihat catatan historis yang gemilang di Asia Tengah, maka sudah saatnya jika kawasan ini perlu dijadikan sebagai salah satu “kiblat” dalam hal riset dan pengkajian sejarah, peradaban, dan kebudayaan Islam, bukan melulu kawasan Timur Tengah. Semoga bermanfaat.


https://geotimes.id/kolom/internasional/asia-tengah-pusat-peradaban-islam-yang-terlupakan/

Masuknya Peradaban Islam di Asia Tengah REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Ekspansi tentara Arab menuju Cina tidak terlepas dari peran...

Masuknya Peradaban Islam di Asia Tengah


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Ekspansi tentara Arab menuju Cina tidak terlepas dari peran Gubernur Umayyah untuk Khurasan Qutaibah Ibn Muslim yang melakukan ekspansi menuju Asia Tengah. Seperti yang ditulis Philip K Hitti dalam bukunya History of the Arabs, dari pusat pemeritahannya di Khurasan, Qutaibah mengendalikan 40 ribu pasukan Arab di Basrah, 7.000 pasukan di Kufah, dan 7.000 tentara bayaran. Dengan jumlah pasukan yang cukup besar itu, Qutaibah berhasil melakukan bebe rapa ekspedisi militer di Transoxania, Asia Tengah.

Pada 705, Qutaibah menguasai Takaristan, tahun 706-709 menaklukkan Bukhara, tahun 710 hingga 712 menguasai Samarkand dan Khawarizm, tahun 713 hingga 715 memimpin ekspedisi militer menuju provinsi-provinsi Jaxartes (Sir Darya), terutama Ferghana. Penaklukan yang dilakukan Qutaibah menandai masuknya kekuatan Islam di Asia Tengah yang saat itu dikuasai oleh Cina dan suku-suku nomaden Mongolia.

Jaxartes merupakan batas politik dan ras antara bangsa Persia dan Turki. Melintasnya pasukan Islam di Jaxartes memunculkan tantangan baru bagi orang-orang Mongolia dan para pengikut agama Buddha. Tak hanya di Jaxartes, di Bukhara dan Samarkand juga terdapat banyak kuil peribadatan agama Buddha.

Dengan datangnya tentara Islam, umat Buddha kala itu berpindah memeluk Islam meskipun di antara mereka ada yang menjadi Muslim untuk menghindari pajak. Namun kemudian, Bukhara, Samarkand, dan Khawarizm menjadi pusat tumbuhnya Islam di Asia Tengah.

Baca Juga :
Pertempuran Sungai Talas Dipicu Perseteruan Kerajaan Kecil

Sejarawan al-Tabari mengatakan, penaklukan Qutaibah berlanjut hingga mencapai pinggiran wilayah kekaisaran Cina. Namun, yang sebenarnya terjadi adalah penaklukan dilakukan oleh para penerus Qutaibah, Nashr bin Sayyar. Nashr ditunjuk oleh Khalifah Hasyim (724-743) dari Dinasti Umayyah sebagai gubernur pertama Transoxania.

Dengan dikuasainya Transoxania, membuat interaksi antara Islam dan Cina semakin terbuka lebar. Hinnga akhirnya, pada 738 hingga 740, tentara Arab berhasil menaklukkan sebagian wilayah besar yang pernah diserbu oleh Qutaibah. Hingga kemudian, tentara Arab berhasil menduduki Turkistan yang memantapkan supremasi Islam di Asia Tengah hingga kekuasaan Islam tidak bisa diganggu lagi oleh orang-orang Cina selama 1.000 tahun lagi.

https://m.republika.co.id/berita/pr49xh313/masuknya-peradaban-islam-di-asia-tengah

Jejak Awal dan Kuatnya Pengaruh Islam di Asia Tengah REPUBLIKA.CO.ID, Persentuhan Asia Tengah dengan Islam sendiri diperkirakan ...

Jejak Awal dan Kuatnya Pengaruh Islam di Asia Tengah

REPUBLIKA.CO.ID, Persentuhan Asia Tengah dengan Islam sendiri diperkirakan bermula sejak abad kedelapan masehi. Beberapa sumber menyebutkan, Islam memasuki Asia Tengah melalui Transoxiana atau Mawarannahr (dalam bahasa Arab).

Kota tersebut berhasil ditaklukkan pasukan Muslimin yang dikomandoi Abu Hafs Qutayba bin Abi Salih Muslim pada 673-751 masehi.

Saat itu, ia di bawah perintah Khalifah al-Walid I dari Bani Umayyah. Selain Transoxiana, Kekhalifahan Umayyah juga berhasil menguasai Andalusia (Spanyol).

Selama abad kedelapan masehi, agama Islam menyebar luas ke penjuru Asia Tengah. Baru pada 751 masehi, di bawah Kekhalifahan Abbasiyah pasukan Muslim mempunyai kekuasaan yang lebih stabil atas Asia Tengah.

Itu sebagai buah kemenangan pasukan Islam di bawah komando Abu al-Abbas as-Saffah, pendiri Kekhalifahan Abbasiyah, atas pasukan Dinasti Tang asal Cina. Kedua kubu bertempur pada Mei hingga September 751 di sekitar Sungai Talas. 

Dalam kekuasaan Islam, Asia Tengah mencapai kegemilangannya dalam hal budaya dan ekonomi. Dari segi kultural, bahasa Arab mulai menggantikan bahasa Persia, khususnya setelah Bani Abbasiyah memerintah.

Sampai abad kesembilan masehi, Transoxiana menjadi mercusuar peradaban, yang bersandingan secara prestise dengan Baghdad, Ibukota kekhalifahan, Kairo, dan Kordoba (Spanyol).

Namun, perlahan-lahan pengaruh Arab mulai memudar dan akhirnya bahasa Persia mulai dipakai lagi secara umum di kawasan ini.

Selain Transoxiana, kota lain yang juga terkenal sebagai pusat keilmuan di Asia Tengah adalah Bukhara. Banyak ilmuwan, cendekiawan, dan sastrawan Muslim bermunculan di kawasan ini. Warisan intelektual mereka masih terasa sampai hari ini.

Salah satu bukti betapa istimewanya Asia Tengah bagi perkembangan peradaban Islam saat itu adalah, disimpannya sebuah salinan asli Alquran di zaman Khalifah Utsman bin Affan di Tashkent (kini ibukota Uzbekistan).

Yang tak boleh ketinggalan disebut adalah Samarkand. Sejak abad kedelapan masehi, kota ini memang telah menjadi titik temu bagi kebudayaan dan keilmuan dunia, khususnya dari Cina lantaran keberadaan Jalur Sutra.

Salah satu warisan yang maha-berharga dari Timur Jauh adalah metode pembuatan kertas. Benda ini disebut-sebut merupakan hasil inovasi Tsai Lun (48-121 masehi), seorang figur pegawai dari Dinasti Han, Cina.

Berkat kontak budaya dan militer dengan Cina, Dunia Islam mulai kenal produk pemacu kebudayaan manusia itu.

Sejak penemuan kertas, sirkulasi keilmuan di Dunia Islam, dan kelak Eropa Kristen, mengalami perkembangan pesat. Kertas menggantikan daun papirus atau kulit hewan ternak yang kurang praktis untuk disimpan dalam perpustakaan.

 https://m.republika.co.id/berita/pgeq3f320/jejak-awal-dan-kuatnya-pengaruh-islam-di-asia-tengah

Akhir dari Pertempuran Talas REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tentara Cina yang telah dimobilisasi bersama dengan pasukan Ferghana be...

Akhir dari Pertempuran Talas


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tentara Cina yang telah dimobilisasi bersama dengan pasukan Ferghana berjumlah 30 ribu orang berdasarkan sumber Cina dan 100 ribu orang menurut sumber Arab. Mereka terdiri 10 ribu pasukan pimpinan Kao Hsien-chih ditambah sekitar 20 ribu orang Turki Qurluc dan beberapa ribu pasukan Ferghana.

Sementara, pasukan Abbasiyah bersama sekutu mereka orang Uyghur (Turki) dan Tibet yang menurut sumber Cina berjumlah 100 ribu. Dari catatan Arab, informasi mengenai Pertempuran Talas didapatkan dari sejarawan Ibn al-Atsir (1160-1233) dan al-Dhahabi (1274-1348).

Pada bulan Juli 751, bertemulah kedua pasukan dekat kota Talas atau Taraz di Sungai Talas, Kirgiztan. Sumber Cina menulis, pertempuran berlangsung selama lima hari, sementara pada catatan Arab tidak ditemukan berapa lama perang terjadi. Di tengah-tengah pertempuran, sekitar 20 ribu orang Qurluc membelot ke pasukan Abbasiyah dan menyerang pasukan Kao.

Menurut al-Dhahabi, strategi Ziyad memanfaatkan orang-orang Turki Qurluq untuk memberontak terhadap Jendral Kao bernar-benar menghancurkan pasukan Cina. Sementara, pasukan Ferghana memilih pergi dari pertempuran. Dalam kata-kata al-Dhahabi, “Tuhan menurunkan rasa takut ke dalam hati orang Cina.’” Para ahli sejarah dan militer terus memperdebatkan konsekuensi politik jangka panjang dari Pertempuran Talas.

Menurut mereka, Cina telah memainkan peran penting di Asia Tengah mulai Cekungan Tarim ketika ajaran Buddha, Zoroaster, Mani chaean, dan Kristen Nestorian memiliki pengaruh yang kuat walau hampir seluruhnya berada di bawah ke kuasaan Islam. Namun, Pertempuran Talas bukan satu-satunya penyebab penarikan tentara Cina dari Asia Tengah.

Dinasti Tang juga mengalami kesulitan di perbatasan dengan orang-orang Tibet, Turki Uygur di Mongolia, dan Khitan di Manchuria. Khitan mengalahkan tentara Cina dekat Ping-lu tahun 751 dan tahun 754 pasukan Cina menderita kekalahan dari kerajaan muda Thailand di Nan-chao (Yunnan). Ditambah lagi, Cina dilanda perpecahan internal.

Oposisi yang berseberangan dengan Kaisar Hsuan-tsung memberontak pada 755. Tekanan eksternal dan internal mendorong Cina secara permanen keluar dari Asia Tengah. Baru pada tahun 1755- 1759, kekaisaran Cina di bawah Dinasti Qing (Manchu), yaitu Kaisar Qian Long kembali menggerakkan pasukan dan menempatkan gubernur jenderal di Kuldja (Yining) dan wakil gubernur di Tihuai (Urumqi) dan Kashgar (Yarkand), dilanjutkan pada masa Cina modern saat ini.

https://m.republika.co.id/berita/pr49s2313/akhir-dari-pertempuran-talas
 

Sungai Talas Saksi Bertemunya Dua Peradaban Besar REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cina selalu berusaha menanamkan pengaruhnya di wil...

Sungai Talas Saksi Bertemunya Dua Peradaban Besar



REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cina selalu berusaha menanamkan pengaruhnya di wilayah Asia Tengah. Penguasaan atas wilayah Xinjiang pada masa modern ini merupakan upaya kelima kalinya.

Upaya pertama dilakukan pada masa Dinasti Han pada tahun 60 M untuk menghalau Bangsa Hun dengan menempatkan wakil kaisar Cina di Xin jiang untuk menjalin jalur perdagangan sutra dengan kerajaan Romawi Timur. Namun, kekuasaan Cina di wilayah itu segera digerogoti oleh berbagai suku Asia Tengah seperti Kushans, Hun, Turki, dan Mongol.

Pada masa Dinasti Tang (618-906) dicobalah upaya ambisius untuk menguasai kembali Transoxiana di Asia Tengah yang kini meliputi Uzbekistan, Tajikistan, Kirgistan, dan bagian selatan Kazakhstan. Upaya ekspansi dinasti dengan wilayah terbesar di Cina itu terbentur tembok besar yang membuat pengaruh Cina dan agama Buddha di kawasan itu lenyap selama seribu tahun. Halangan itu adalah kehadiran Dinasti Abbasiyah yang baru saja menggantikan Dinasti Umayyah di Arabia.

Peristiwa yang menyebabkan kekaisaran Cina melupakan Asia Tengah terjadi di Talas, perbatasan antara Kirgistan dan Kazakhstan, pada tahun 751 M. Ahli kebudayaan Cina L Carrington Goodrich menyebut Pertempuran Talas sebagai salah satu pertempuran yang menentukan dalam sejarah Cina.

Orientalis Rusia yang juga sejarawan Muslim Asia Tengah, Barthold, mengatakan bahwa peristiwa itu merupakan pertempuran dua peradaban, Cina dan Arab-Muslim, yang ingin menguasai wilayah Turkistan.

Lalu, bagaimana dua peradaban yang ibu kotanya terpisah 5.000 kilometer itu bisa bertemu di Asia Tengah? Jawabannya terletak pada riwayat keterlibatan Arab dan Cina di wilayah itu.

Sejak munculnya peradaban Islam dari Semenanjung Arabia pada abad ke-6, kecepatan penaklukan Arab pada masa awal sangat menakjubkan. Hampir dua dekade setelah kematian Nabi Muhammad tahun 632 M, seluruh Timur Tengah hingga utara Afghanistan jatuh ke dalam kekuasaan orang Arab, kecuali Asia Tengah yang dihuni oleh orang-orang Persia bersama suku pengembara Turki.

Tentara Arab mulai menguasai Asia Tengah dengan menyeberangi Sungai Oxus (sekarang Amu Darya) menuju Transoxania pada tahun 654. Berkuasanya Qutaiba Ibn Muslim menjadi gubernur Dinasti Umayyah di Khurasan pada tahun 705 membuktikan keberhasilan nyata orang Arab mencapai Asia Tengah. Hingga pada dekade berikutnya, Qutaiba menundukkan kota-kota dagang seperti Bukhara dan Samarkand, delta Oxus di Khurasan, dan sebelah selatan Laut Aral. Perlawanan di Transoxania meletus setelah kematian Qutaiba pada tahun 715.

Pada akhir periode Umayyah tahun 750, sebagian besar Transoxania —salah satu wilayah terkaya karena merupakan jalur perdagang an antara Eropa dan Cina—telah masuk ke dalam dunia Islam. Kedatangan orang-orang Arab di Asia Tengah menempatkan umat Islam berbenturan dengan Cina, yang telah hadir pada awal abad kedua SM dengan kerajaan-kerajaan kecilnya di Asia Tengah, khususnya di Turkistan (Xinjiang) dan wilayah jalan sutra, seperti Karashahr, Kucha, Aksu, Kashgar, Yar-Kand, dan Kfiotan.

Selama periode dinasti Tang pada 618 sampai 907, pengaruh Cina mulai menjangkau lebih jauh ke barat sehingga tradisi Cina mengkristal di daerah seperti Transoxania. Hubungan perdagangan dan diplomatis antara Cina dan Transoxania cukup kuat. Bahkan, setelah penaklukan Qutaiba ibn Muslim, raja-raja dan pangeran kecil dari Asia Tengah terus mengirimkan perwakilan mereka ke Cina dan mereka menerima imbalan dari kaisar Cina yang memerintah pada masa itu, yakni Hsuantsung. Pada awal abad ke-8, orang-orang Arab masuk lebih dalam menuju wilayah Persia dan suku Turki nomaden yang juga berada dalam pengaruh Cina.

Sebelum meletusnya pertempuran di Talas, orang-orang Arab dan Persia pada masa kekuasaan Dinasti Umayyah telah mengirimkan perwakilannya ke Chang’an (Xian), ibu kota Dinasti Tang. Salah satu sumber sejarah Cina mengungkapkan, Persia mengi rimkan 10 perwakilan antara tahun 713 dan tahun 755 (Persia menjadi bagian Dinasti Umayyah pada tahun 750) dan beberapa perwakilan Arab dikirim oleh gubernur Umayyah di Khurasan.

Perang Talas: Kisah Pasukan Islam Menghentikan Invasi Militer Cina   Pada tahun 751, Kyrgyzstan menjadi neraka bagi tentara Cina...

Perang Talas: Kisah Pasukan Islam Menghentikan Invasi Militer Cina  


Pada tahun 751, Kyrgyzstan menjadi neraka bagi tentara Cina yang kala itu diperintah Dinasti Tang (618-906). Sedikitnya 8000 tentara Cina tewas dalam pertempuran Talas, yakni perang antara Dinasti Abbasiyah dan Dinasti Tang. Hasilnya, invasi militer Cina ke Asia Tengah pun berakhir duka.

Perang ini dipicu invansi militer Cina ke Tibet . Pada tahun 670 M, Cina merebut wilayah strategis penting di Cekungan Tarim yang telah dimiliki Tibet. Pada awal 700 M, Cina juga berhasil merendam upaya Tibet membentuk kerajaan-kerajaan kecil di sisi belakang Tibet, yaitu Kashmir, Pamir dan Pegunungan Hindu Kush. Pada tahun 747 M, Cina mengirim tentara yang dipimpin oleh Jendral etnis Korea terkenal yang bernama Kao Hsien Chin alias Go Seong-ji. 

Setelah Dinasti Tang berhasil menguasai Kawasan Asia Tengah sepenuhnya, muncullah kekuatan Islam di Timur Tengah. Militer Islam di bawah payung Dinasti Abbasiyah dengan cepat melakukan penaklukan-penaklukan. Dari Spanyol dan Portugal di barat, di Afrika Utara dan Timur Tengah, dan ke kota-kota oasis Merv, Tashkent, dan Samarkand di timur, Arab penaklukan dengan kecepatan mengagumkan.

Invasi Cina ke Asia Tengah akhirnya juga menyedot perhatian Abbasiyah. Kala itu, Cina bersekutu dengan Ferghana mengerahkan 100.000 tentara. Sumber Cina menyebut 30 ribu orang terdiri 10 ribu pasukan pimpinan Kao Hsien-chih ditambah sekitar 20 ribu orang Turki Qurluc dan beberapa ribu pasukan Ferghana.

Sementara, pasukan Abbasiyah bersama sekutu mereka orang Uyghur (Turki) dan Tibet yang menurut sumber Cina berjumlah 100 ribu. Dari catatan Arab, informasi mengenai Pertempuran Talas didapatkan dari sejarawan Ibn al-Atsir (1160-1233) dan al-Dhahabi (1274-1348). Pada bulan Juli 751, bertemulah kedua pasukan dekat kota Talas atau Taraz di Sungai Talas, Kirgiztan. 

Sumber Cina menulis, pertempuran berlangsung selama lima hari, sementara pada catatan Arab tidak ditemukan berapa lama perang terjadi. Di tengah-tengah pertempuran, sekitar 20 ribu orang Qurluc membelot ke pasukan Abbasiyah dan menyerang pasukan Kao. Menurut al-Dhahabi, strategi Ziyad memanfaatkan orang-orang Turki Qurluq untuk memberontak terhadap Jendral Kao bernar-benar menghancurkan pasukan Cina. 

Sementara, pasukan Ferghana memilih pergi dari pertempuran. Dalam kata-kata al-Dhahabi, “Tuhan menurunkan rasa takut ke dalam hati orang Cina". Para ahli sejarah dan militer terus memperdebatkan konsekuensi politik jangka panjang dari Pertempuran Talas. Menurut mereka, Cina telah memainkan peran penting di Asia Tengah mulai Cekungan Tarim ketika ajaran Buddha, Zoroaster, Mani chaean, dan Kristen Nestorian memiliki pengaruh yang kuat walau hampir seluruhnya berada di bawah ke kuasaan Islam.

Segera setelah pertempuran Talas, dinasti Tang mulai kehilangan pengaruhnya di Asia Tengah, keadaan dalam negeri dinasti Tang yang buruk dan munculnya banyak Pemberontakan membuat Dinasti Tang melemah pengaruhnya dan mulai kehilangan kekuatan serta kekuasaan. Akibatnya seluruh pengiriman upeti bangsa Asia Tengah kepada Dinasti Tang dialihkan pengirimannya kepada bangsa Arab, Tibet, dan Uighur. 

Budaya Asia Tengah yang awalnya berkiblat pada budaya orientalis pun berubah pada budaya Arab. Agama Islam mulai masuk dan menyebar segera setelah pertempuran selesai kepada bangsa-bangsa Asia Tengah khususnya Turki dan memberikan pengaruh yang kuat di budaya Asia Tengah, sampai saat ini agama Islam dianut oleh sebagian besar masyarakat Asia Tengah.

Hal lainnya, sistem pembuatan kertas yang berkembang di Cina mulai dikenal dalam dunia Islam. Ini bisa terjadi akrena orang-orang Cina yang ahli dalam membuat kertas banyak yang ditawan dan dijadikan budak yang dikirimkan ke kota-kota besar Islam, sehingga dalam sekejap kota-kota besar seperti Baghdad, Kairo, dan Samarkand memproduksi kertas secara besar-besaran. Tiga abad kemudian orang-orang Eropa mengenal produksi kertas dari orang Arab lewat Perang Salib .


https://kalam.sindonews.com/read/549586/786/perang-talas-kisah-pasukan-islam-menghentikan-invasi-militer-cina-1632449357

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (402) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (300) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)