basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Sebab Kesulitan Belajar Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Ilmu itu mudah dan sederhana. Karena ilmu itu...

Sebab Kesulitan Belajar

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Ilmu itu mudah dan sederhana. Karena ilmu itu karunia dari Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bila ilmu itu terasa sulit ngejelimet, berarti ada yang salah dari mana mengambil dan mempelajarinya.

Allah itu Maha Berilmu dan Mengetahui. Bukankah semakin pintar dan jenius seseorang, maka akan semakin mudah menjelaskan? Semakin mudah dipahami dan dipraktekkan? Seperti Enstein yang menjelaskan hukum relativitas hanya dengan 3 huruf saja, E=MC2.

Al-Qur'an sudah dimudahkan oleh Allah. Adakah kitab yang sudah dijamin kemudahannya selain Al-Qur'an?  Mudah menghafalnya. Mudah mempelajarinya. Mudah memahaminya. Mudah menelusup ke dalam hati. Mudah membentuk karakter dan kebiasaan. Mudah solusinya. Segala yang diambil dari Al-Qur'an akan dimudahkan Allah.

Apa mukjizat Rasulullah saw? Para ulama menyebutkan salah satunya. Yaitu, perkataannya, sabdanya sangat mudah dipahami dan dicerna. Sabdanya sederhana namun mendalam. Sabdanya menembus dasar jiwa.

Mengapa manusia bodoh dan sulit memahami sesuatu? Salah satunya, salah dalam mengambil sumber ilmu. Salah mengambil nara sumber utamanya. Allah Maha Memudahkan, namun dijauhi manusia. Manusia mencari sumber ilmu dari manusia yang bodoh. Yang bodoh itu penuh kejelimetan.

Yang dijamin kemudahannya, ditinggalkan. Yang sulit justru dikejar hingga ke ujung dunia. Itulah sebab mengapa kesulitan belajar dan memahami ilmu. Mengapa ulama sebelumnya, dalam usia sangat muda mampu berilmu mumpuni? Mengapa Muhammad Al Fatih, Shalahuddin Al-Ayubi dalam usia muda mampu menggenggam kejayaan? Karena belajar dari sumber ilmu yang sudah dimudahkan oleh Allah yang Maha Berilmu.

Ilmu itu mudah dan sederhana, semestinya tak ada kebodohan lagi di muka bumi. Namun sebab salah mencari sumber referensi Ilmu, maka dunia ini terus diselubungi oleh kebodohan. Kesulitan belajar. Persoalan belajar.  Bukan persoalan methodelogi, kurikulum, sarana dan prasarana belajar, tapi lebih disebabkan dari mana sumber ilmunya. Darimana mempelajarinya.

Terus Menelisik Jiwa Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Zuhud, mengosongkan kalbu dari cita-cita terhadap...

Terus Menelisik Jiwa

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Zuhud, mengosongkan kalbu dari cita-cita terhadap dunia. Zuhud, meninggalkan segala sesuatu yang melalaikan diri terhadap Allah. Bila masih ada kekuatiran terhadap dunia, bertanda masih jauhnya sifat zuhud?

Zuhud, lebih mempercayai apa yang ada di sisi Allah dibandingkan terhadap makhluk. Zuhud itu menanggalkan angan-angan.

Bila membeli dan membangun sesuatu, apakah terselip pujian?  Apakah hanya memenuhi kebutuhan saja? Apakah hanya untuk memenuhi kelayakan hidup sewajarnya saja? Bila terselip pujian, batalkan semua rencana membeli dan membangun sesuatu. Bila terselip ingin lebih baik dan melampui yang lain, batalkan semua rencana membeli dan membangun.

Bila membeli karena gaya hidup. Bila membeli karena trendy terkini. Bila membangun untuk mengganti model sesuai zamannya. Bila membangun agar lebih indah dan megah. Bila membeli tidak memiliki nilai kemanfaatan dan nilai tambah, maka pikirankan lagi. Jangan sampai syahwat hadir dalam keinginan kita.

Bila makan masih memikirkan kelezatan. Bila makan masih memikirkan yang lagi ngtrend saat ini. Bila makan masih memikirkan harga diri lokasi dan ketenaran merk. Bisa jadi makan kita bukan lagi rasa lapar, tetapi ada unsur syahwat. Makanannya halal, namun niatnya yang menyebabkan keterjebakan pada perangkap syetan.

Bersilaturahmi benarkah untuk melepaskan rasa rindu? Benarkah untuk merajut kembali benang-benang ikatan hati? Jangan-jangan untuk pamer kekayaan? Pamer jabatan? Pamer kesuksesan? Pamer prestasi? Dihadapan teman dan kerabat.

Bila dasar kebanggaan masih dunia, berhati-hatilah. Bila dasar kebanggaan amal kebaikan, berhati-hatilah. Bila hati masih ingin menyuarakan tentang dirimu dihadapan manusia, berhati-hatilah. Karena Ikhlas itu menurut Al Junaid adalah melupakan amal kebaikan. Melupakan segala yang telah engkau  raih. Karena kita tidak tahu apa yang Allah perbuat dari masa lalu kita. Kita pun tidak tahu apa takdir kita esok hari.

Perbanyak menelisik hati. Perbanyak meneliti hati. Perbanyak melihat jiwa. Perbanyak mengadili diri dengan timbangan Allah. Itulah cara penyelamatan diri.

Krisis Internal, Belajar pada Utsman bin Affan Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Semakin banyak saja yan...

Krisis Internal, Belajar pada Utsman bin Affan

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Semakin banyak saja yang ditangkap. Alhamdulillah. Alasannya menyebarkan foto, video, gambar dan rencana makar. Namun apakah semakin surut para pelakunya? Ternyata tidak, karena yang nyata lebih banyak dari yang Hoax. Hoax versi siapa? Ini yang jadi persoalan

Kericuhan karena ketidakadilan itulah kuncinya. Pemimpin yang adil tidak akan pernah menciptakan keresahan. Seperti Utsman bin Affan ketika menghadapi pelaku Hoax yang berbuntut pada upaya melengserkan Utsman bin Affan sebagai Khalifah. Bagaimana sikap Utsman bin Affan?

Adakah sebuah negara yang kacau, bila dikelola dengan baik? Adakah negara yang meresahkan rakyatnya bila penguasanya adil? Adakah sebuah negara yang terus ribut, bila penguasanya menentramkan? Logika yang selalu salah dari penguasa adalah menghukum rakyatnya bukan memperbaiki tata kelola pemerintahannya. Itu yang tengah terjadi di negri ini.

Ketika aparat pemerintahan tidak lagi menjadi pelayan masyarakat, tetapi menjadi corong penguasa. Ketika aparatur negara menjadi pembela penguasa dan kekuasaan, tidak lagi bersama rakyatnya. Itulah penyebab keresahan dalam masyarakat. Mengapa rakyat yang selalu disalahkan? Mengapa penjara menjadi hukuman?

Ketika para demonstran mengepung Utsman bin Affan karena terpengaruh oleh Hoax, Utsman mengumpulkan mereka di Masjid. Lalu, memaparkan seluruh keutamaannya dalam perjuangan Islam, keutamaannya di sisi Rasulullah saw, keberhasilan pemerintahannya dan terakhir menuruti kemauan mereka untuk mengganti beberapa gubernur. Di masa Utsman bin Affan, Umat Islam mulai bisa menembus Eropa, Afrika dan Asia Tengah. Kesejahteraan meningkat luar biasa. Apa salahnya Utsman bin Affan? Tidak ada.

Para Sahabat senior siap membela Utsman bin Affan, seperti Ali bin Abi Thalib, Thalhal, Zubair,  namun Utsman bin Affan berkata, "Sarungkan pedangmu." Hasan, Husein, Abdullah bin Umar siap membela, Utsman bin Affan juga berkata, "Sarungkan pedangmu." Apa yang tidak bisa dilakukan oleh Utsman? Memiliki pasukan yang ditakuti dunia, namun dihadapan rakyatnya beliau sangat lembut. Dihadapan rakyatnya terlihat lemah? boleh ada darah rakyatnya yang tumpah. Para Sahabat bertanya, "Mengapa tidak melawan demonstran?"

Utsman bin Affan berkata, "Aku tidak mau menjadi orang pertama yang menumpahkan darah sesama saudaraku sendiri." Dalam keterkepungan oleh Demonstran, Utsman berdoa, "Ya Allah, tolonglah Umat Nabi Muhammad saw, Ya Allah satukan hati Umat Nabi Muhammad saw." Begitulah yang terrekam dalam kitab Ihya Ulumudin pada bab detik-detik terakhir kematian para Sahabat.

Pemimpin yang lemah memang selalu gagah dihadapan rakyatnya, namun tak bernyali dihadapan musuhnya. Pemimpin yang lemah memang menindas rakyatnya, namun menjadi hamba dihadapan para penjajah. Belajarlah pada Utsman bin Affan, beliau bisa membebaskan sejumlah negri, menandingi Romawi dan Persia, namun tak mau melawan rakyatnya. Menuruti suara rakyatnya. Inilah pemimpin yang kuat.

Pasca pembunuhan Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib mengikuti jejaknya. Tidak memburu mereka yang terlibat dalam pembunuhan Utsman bin Affan. Ali lebih mementingkan rekonsiliasi internal, menyelesaikan konflik internal agar negara dalam kondisi kondusif. Setelah itu baru memproses hukum mereka, walau kebijakan ini ditentang oleh Siti Aisyah dan Muawiyah. Begitulah cara pemimpin yang berwibawa menghadapi rakyatnya. Bila melihat pemimpin yang keras terhadap rakyatnya, apa tandanya?

Namun masa-masa setelah Khalifatur Rasyidin adalah masa pemerintahan yang menggigit. Sangat mudah menangkap para Ulama. Sangat mudah membunuh yang berlawanan. Era itu sudah lewat. Sekarang kita menghadapi era baru. Yaitu,  pemerintahan diktator menurut Rasulullah saw? Wajar saja bila umat ini menghadapi tantangan yang lebih berat. Bagaimana menghadapinya? Berkata benar dihadapan penguasa, itulah jihadnya. Itulah jihad yang tertinggi.

Saat Seluruh Sektor Kehidupan Dikendalikan Ulama Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin) Dahulu ulama adalah sultan...

Saat Seluruh Sektor Kehidupan Dikendalikan Ulama

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin)

Dahulu ulama adalah sultan, ulama adalah negarawan, ulama adalah cendikiawan, ulama adalah panglima perang, ulama adalah pebisnis, ulama adalah dokter, ulama adalah guru, ulama adalah petani, ulama selalu berada diseluruh profesi manusia. Itulah mengapa negri diberkahi. Itulah mengapa seluruh bidang  kehidupan diberkahi.

KH Muhammad Shiddiq, kelak banyak keturunannya menjadi pengurus Nahdatul Ulama, sambil mengajar santrinya beliau membuka warung. Bila ada yang membeli, dia melayani pembeli. Bila tidak ada, dia melanjutkan mengajar para santri. Sang kiyai bisa menghafalkan Al-Qur'an selama 2 tahun diusia belianya. Bagaimana caranya? Menghafal Al Quran selama perjalanan dari rumah ke pasar. Beliau pun menyempatkan menulis kitab. Ulama, pebisnis dan cendikiawan berpadu pada sang kiyai.

KH Hasyim Ashari, pagi hari dan sore hari mengontrol karyawannya yang merawat sawah, konstruksi dan fasilitas pondok, sisanya mengajar para santri di pesantrennya. Selasa dan Jumat, beliau libur mengajar untuk berdagang di pasar, bertani di sawah dan bersilaturahmi ke tetangga dan kerabat. Beliau juga yang menyerukan seruan jihad melawan penjajah. Di waktu senggang beliau menulis kitab. Ulama, pebisnis, pejuang dan intelektual berpadu pada sang Kiyai.

Syekh Nurudin ar-Raniri, menjadi penasihat sultan Iskandar Tsani, membangun Aceh menjadi sebuah negara demokratis. Ada legislatif dan yudikatif. Dialah perumus ketatanegaraan Samudera Pasai. Banyak kitab yang dibuatnya. Dalam dirinya ada keulamaan, negarawan dan cendikiawan.

Dahulu ulama dan negara tak bisa dipisahkan. Namun mengapa sekarang ingin memisahkan ulama dan negara? Ulama dan bisnis? Ulama dan ketentaraan? Ulama dan kebudayaan? Ulama dipisahkan dari seluruh sektor kehidupannya. Inilah penyebab seluruh sektor kehidupan dan profesi penjadi perusak bukan penopang kebaikan. Mengapa ulama hanya ditujukan kepada mereka yang memberikan nasihat akhirat saja?

Syekh Yusuf dari Makassar. Beliau adalah Mursyid Tarekat Khalwatiyyah. Namun beliau juga pakar ketatanegaraan. Beliau membangun sistem ketatanegaraan kesultanan Banten, menjadi Hakim Agung. Menjadi panglima perang saat melawan penjajah Belanda. Menggerakkan rakyat Nusantara untuk melawan penjajah dari balik jeruji besi di Sri Lanka. Beliau pun menjadi inspirator gerakan anti Apartheid di Afrika Selatan. Menulis banyak kitab. Masih adakah ulama yang bisa menghimpun seluruh kompetensi ini?

Syekh Khatib As Sambasi, Mursyid Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di masanya, yang kemudian dilanjutkan oleh Abah Anom Pesantren Suralaya. Beliau fokus memperbaiki jiwa dan hati. Sangat paham membangun jiwa dengan mendekatkan diri pada Allah. Sangat paham membangun motivasi dan spirit.   Andai dahulu ada Psikolog, Motivator, Trainer, dan Coach, maka ulama ini adalah pakarnya. Namun sayang seluruh profesi ini sudah menjauh dari nilai spiritual.

Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, beliau pakar hukum perdata dan pidana, beliau yang memandu pemberlakuan syariat Islam di Kalimantan Selatan, pakar dalam tata kelola air dan irigasi, dia juga ulama tasawuf dan fiqh. Mengapa kita kehilangan sosok parpurna yang memadukan seluruh ilmu dalam satu jiwa?

KH Ahmad Rivai fokus membangun generasi muda untuk menjadi kader dakwah. Menghimpun semua kalangan dari petani, pedagang, pegawai pemerintah untuk dididik menjadi kader dakwah. Menterjemahkan kitab-kitab bahasa Arab ke bahasa Jawa untuk mentransformasikan pemikiran dan mindset masyarakat. Melalui penerjemahan dan pengkaderan sang Kiyai membangun Nusantara.

Saat ulama dipisahkan atau memisahkan dari bidang kehidupan manusia, Bagaimana jadinya umat ini? Mari belajar pada ulama Nusantara sebelumnya.

Dasar Pengolahan Tanah Pertanian Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Air hujan bermanfaat untuk menyuburk...

Dasar Pengolahan Tanah Pertanian

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Air hujan bermanfaat untuk menyuburkan tanaman dan mengeluarkan buah-buahan. Tanah yang menyimpan dan menjaga air hujan sebelum dialirkan ke lautan melalui sungai dan menguap ke udara. Mengapa Al-Qur'an tak menyebutkan pupuk tetapi air hujan?

Turunnya air hujan, dimana dan kapan? Berapa intensitasnya? Hanya Allah yang tahu. Yang pasti hujan merupakan rahmat Allah. Setiap proses awap penanaman, selalu dilakukan di awal musim penghujan.

Bagaimana tanah bisa menjaga dan memelihara air hujan? Bagaimana agar air hujan meresap ke dalam tanah, tidak langsung terbuang? Bagaimana memanfaatkan air hujan untuk memasukkan hara alami ke dalam tanah? Inilah prinsip dasar pengolahan tanah.

Tanah harus gembur. Itulah cara dasar memasukkan air hujan ke dalam tanah. Penggemburan tanah bisa dilakukan manusia dengan beragam alat dan teknologi. Bisa juga memanfaatkan organisme dan mikro organisme yang hidup di tanah.

Penggemburan tanah bisa dengan memanfaatkan akar pohon. Akar pohon menciptakan banyak rongga tanah. Tanaman yang buahnya terpendam di tanah dapat juga membuat tanah menjadi merekah sehingga menciptakan rongga tanah yang membuat air hujan mudah masuk ke tanah.

Dalam perspektif kearifan lokal, bumi itu disebut Ibu. Dalam Al-Qur'an, saat berbicara soal keluarga, permisalan pengelolaan tanah bagaikan mendidik istri. Apa yang diberikan kepada istri? Apa kewajiban anak terhadap ibu?  Seperti itulah cara pengelolaan tanah.

Dibawah tanah banyak kehidupan. Dibawah tanah banyak makhluk yang hidup. Dibawah tanah banyak karunia Allah yang terpendam. Bawah tanah adalah rumahnya air. Maka kelolalah tanah seperti yang diperintahkan Allah dan mencontoh Sunnah Rasulullah saw.

Tafakur Al-Qur'an Dengan Membaca Berita dan Peristiwa Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Bacalah ber...

Tafakur Al-Qur'an Dengan Membaca Berita dan Peristiwa

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Bacalah berita. Bacalah sejarah. Bukan untuk menjadi komentator. Bukan untuk mereview peristiwa. Bukankah untuk bagaimana mengantisipasi masa depan bisnis dan ranah kekuasaan. Tetapi hanya untuk memperhatikan bagaimana akhir dari mereka yang mendurhakai Allah.

Perhatikan bagaimana akhir kesudahan para kafirin, zalimin dan munafikin? Bagaimana kesudahan mereka yang berbuat kerusakan? Bagaimana akhir mereka yang kikir, pemburu dunia dan kekuasaan?  Bagaimana kesudahan beragam karakter, kiprah dan kisah perjalanan manusia?

Perhatikan bagaimana janji Allah swt kepada yang bertakwa, yang taat, yang beriman, yang berbuat kebajikan? Bagaimana karakter mereka yang tidak mengimani Al-Qur'an, tak meyakini akhirat dan tak meyakini pertemuan dengan Allah swt? Apakah akhir kehidupan seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an? Apakah prilaku, gaya hidup dan kebiasaannya sesuai seperti yang dijelaskan Al-Qur'an?

Al-Qur'an itu hidup dan terus hidup. Al-Qur'an sangat jelas menginformasikan semua peristiwa di alam semesta. Al-Qur'an itu sangat meyakinkan kebenarannya. Sehingga semua yang terjadi dan akan terjadi sudah dijelaskan dalam Al-Qur'an. Semua peristiwa, hiruk pikuk perburuan manusia di alam semesta hanya menjelaskan kebenaran Al-Qur'an.

Kemana pun manusia melangkah. Apa pun yang dilakukan manusia. Apa pun karakter manusia. Perhatikan dan pahami semuanya. Lalu, buka lembaran Al-Qur'an. Maka akan didapati seluruh liku-liku kehidupan sudah ada garis menuju titik akhirnya.

Memahami Al-Qur'an dengan memperhatikan berita dan sejarah. Mentafakuri Al-Qur'an dengan merekam beragam peristiwa dan kejadian. Suratan kehidupan ini sangat jelas. Karena goresan takdir pada kertasnya sudah kering dan selesai.

Lamanya waktu hidup mengapa tak juga bisa melihat kemukjizatan Al-Qur'an yang terpampang di alam semesta? Semua peristiwa dianggap tak berkaitan dengan penjelasan Allah di Al-Qur'an. Padahal seluruh peristiwa di jagat raya telah tertulis di Al-Qur'an.

Jangan Melukai Hati Rasulullah saw Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Suatu hari Rasulullah saw meminta ...


Jangan Melukai Hati Rasulullah saw

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Suatu hari Rasulullah saw meminta Ibnu Masud membacakan Al-Qur'an untuk beliau. Saat dibacakan salah satu ayat dari surat An Nisa, beliau menangis tak henti. Ada apa gerangan dengan ayat ini?

Ayatnya berkisah, kelak di hari penghisaban, para Nabi akan menjadi saksi atas orang kafir yang durhaka. Ayat ini juga menginformasikan secara khusus bahwa Rasulullah saw pun menjadi saksi atas umatnya yang durhaka kepada Allah.

Umatnya belum hadir, Rasulullah saw selalu menyebut-menyebut umatnya. Saat hendak wafat, Rasulullah saw sudah mewanti-wanti agar umatnya berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw. Bahkan ada kisah, seluruh rasa sakit dan penderitaan sakratul maut umatnya ditanggung oleh dirinya sendiri.

Ada beberapa ibadah yang Rasulullah saw lakukan sendiri untuk umatnya, seperti Qurban. Sebab khawatir bila ada umatnya yang tak sanggup berkurban. Rasulullah saw dengan perasaan malu menghadap Allah, agar bilangan shalat perhari di kurangi hingga akhirnya menjadi 5 waktu.

Malaikat pun terheran-heran kepada mereka yang durhaka. Apakah belum datang para Nabi dan Rasul? Mengapa ada yang durhaka, padahal Rasulullah saw sangat mencintai umatnya?

Bagaimana rasanya, bila seorang ayah dan Ibu, sudah memberikan nasihat, bimbingan dan pendidikan dengan kasih sayang tanpa henti pada anaknya. Lalu harus menjadi saksi kedurhakaan anaknya? Itulah yang dirasakan Rasulullah saw saat harus menjadi saksi saat umatnya yang dicintainya mendurhakai Allah.

Rasulullah saw terus menangis tiada henti. Ibnu Masud menghentikan pembacaan ayat ini, lalu ikut menangis. Rasulullah saw tak kuasa menyaksikan umat yang dicintainya, satu per satu memasuki neraka. Apakah kita ingin melukai hati Rasulullah saw dengan kedurhakaan kita? Padahal beliau sangat mencintai kita?

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (402) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (300) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)