basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Awal Mula Sakitnya Nabi Muhammad Sebelum Wafat REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski Nabi Muhammad SAW merupakan manusia yang sempur...

Awal Mula Sakitnya Nabi Muhammad Sebelum Wafat


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski Nabi Muhammad SAW merupakan manusia yang sempurna secara akhlak dan kesucian, beliau secara fisik hampir sama layaknya manusia pada umumnya. Menjelang Nabi wafat, Allah SWT pun memberikan sakit kepada beliau.

Awal mula sakitnya Rasulullah SAW sebagaimana yang dijelaskan dalam buku Tahdzib Sirah Ibnu Hisyam karya Abdus Salam Harun bermula kala Rasulullah pergi ke makam Baqi al-Gharqaq (tempat pemakaman penduduk Madinah yang terletak di dalam kota tersebut). Beliau pergi pada pertengahan malam untuk memintakan ampunan bagi penghuninya, kemudian pulang ke rumah. Esok paginya, beliau jatuh sakit.

Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata, "Rasulullah pulang dari kuburan al-Baqi dan mendapatiku sakit kepala. Aku berkata, 'Aduh, kepalaku sakit.' Mendengar itu, Rasulullah SAW bersabda, 'Demi Allah, wahai Aisyah, justru kepalaku yang sakit.'" 

Kemudian, beliau bersabda lagi, "Apa salahnya kalau engkau meninggal dunia sebelumku maka aku memandikan dan mengafanimu, menshalati, dan menguburmu?" Kemudian, aku (Aisyah) berkata, "Demi Allah, jika engkau telah mengerjakan hal tersebut, engkau pasti pulang ke rumahku dan bermesraan dengan salah seorang istrimu." 

Mendengar jawabanku (Aisyah), Rasulullah SAW kemudian tersenyum. Hari berganti hari, selepas peristiwa permohonan ampunan di al-Baqi, sakit Rasulullah SAW pun makin parah.

Kendati demikian, beliau tetap mengelilingi rumah istri-istri beliau hingga akhirnya sakit beliau makin kritis ketika beliau berada di rumah Maimunah. Rasulullah SAW pun kemudian memanggil istri-istrinya dan meminta izin kepada mereka untuk dirawat di rumah Aisyah. Kemudian, para istri tersebut memberi izin kepada Rasulullah SAW untuk dirawat Aisyah.

https://m.republika.co.id/berita/q7b854366/awal-mula-sakitnya-nabi-muhammad-sebelum-wafat

Kecerdasan Spiritual dari Penyakit Bawaan Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Ada dua penyakit yang ku id...

Kecerdasan Spiritual dari Penyakit Bawaan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Ada dua penyakit yang ku idap, sepertinya menjadi penyakit  bawaan. Lalu bagaimana mengatasinya? Setiap penyakit harus senantiasa mengingatkan pada kematian bukan hanya terfokus pada bagaimana agar sembuh? Bukan pula bagaimana mencegahnya dengan beragam terapi dan obatnya. Tetapi cobalah untuk memahami apa kehendak Allah dari penyakit tersebut.

Al-Qur'an adalah obat. Syariat Allah adalah obat. Bagaimana mendekatkan penyakit bawaan kepada Al-Qur'an dan Syariat Allah? Bukankah sedekah itu bagian dari pengobatan?  Bukankah membaca Al-Fatihah lalu ditiupkan ke air merupakan proses penyembuhan? Bukankah Rasulullah saw mengajarkan beragam doa untuk beragam penyakit?

Bukankah ragam sumber penyakit berasal dari ketidakpatuhan terhadap perintah Allah dan sunnah Rasulullah saw? Evaluasi pertama dari penyakit adalah apa yang kita langgar dari perintah Allah dan Sunnah Rasulullah saw. Setiap penyakit lahir dari pelanggaran dan ketidakpatuhan pada Allah, ini sumber utamanya.

Penyakit bersumber dari kezaliman kita terhadap diri kita sendiri. Pola tidur, gaya hidup, pola makan dan minum. Berprasangka buruk terhadap peristiwa hingga kepada takdir Allah. Ragam penyakit merupakan evaluasi total interaksi total antara diri dengan Allah.

Saat ragam yang dilihat dan didengar tak bisa menyadarkan diri. Saat peristiwa yang dialami tak bisa jadi sarana evaluasi diri. Bisa jadi Allah penganugerahan penyakit agar sedikit menggugah kesadaran. Menghancurkan kesombongan dan kebanggaan hingga muncul rasa ketidakberdayaan. Saat ini tak muncul juga, penyakit akan semakin kuat menggerogoti tubuh hingga yang terparah adalah menuhankan dokter dan obat.

Penyakit bawaan didesain untuk mencegah keburukan yang lebih besar. Penyakit bawaan didesai untuk mengobati hati, jiwa dan akal manusia. Jadi penyakit merupakan nikmat Allah agar manusia terhalang dari kerusakan diri yang lebih besar lagi. Bisa jadi sakit merupakan penghalang kemaksiatan dan kemungkaran yang paling ampuh.

Penyakit bawaanku yang pertama hanya bisa disembuhkan dan diringankan dengan pasrah total kepada Allah. Penyakit bawaanku kedua hanya bisa disembuhkan dan diringankan dengan banyak dan lama bersujud. Peristiwa buruk yang menimpaku sering kali disebabkan karena melalaikan bersedekah. Penyakit menjadi kecerdasan spiritual.

 Berapa Nilai Mahar Rasulullah SAW ke Khadijah Sekarang? REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rasulullah SAW memberikan mahar kepada Sayyi...

 Berapa Nilai Mahar Rasulullah SAW ke Khadijah Sekarang?



REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rasulullah SAW memberikan mahar kepada Sayyidah Khadijah saat hendak menikahi wanita mulia tersebut. Lantas berapa nilai mahar yang diberikan Nabi kepada Sayyidah Khadijah? 

Ustaz Ahmad Sarwat dalam buku Khadijah Al-Kubra menjelaskan bahwa Ibnu Hisyam menuliskan dalam kitabnya: 

وَأَصْدَقَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِشْرِينَ بَكْرَةً، Wa ashdaqaha Rasulullahi SAW isyrina bakratan. “Rasulullah SAW memberi mahar kepada Khadijah sebanyak 20 bakrah." Adapun yang dimaksud dengan bakrah adalah unta yang muda betina. 

Anggaplah harga seekor unta sedikit di atas harga sapi, misalnya Rp 30 juta per ekor. Maka setidaknya nilainya secara akumulatif berkisar Rp 600 juta. Pertanyaannya, dari mana Nabi Muhammad SAW memperoleh modal pernikahan sebanyak itu?   

Dijelaskan bahwa terdapat riwayat yang menyebutkan bahwa paman beliau dalam hal ini ikut turun tangan membantu. Sehingga peran keluarga dalam hal ini lumayan besar. Nilai mahar 20 ekor unta ini tentu saja jauh berbeda dengan apa yang disebutkan Sayyidah Aisyah sekian puluh tahun kemudian saat ditanya Abu Salamah tentang berapa jumlah mahar Rasulullah. Aisyah menjawab:  

كانَ صَدَاقُهُ لأَزْوَاجِهِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ أُوقِيَّةً وَنَشًّا، قالَتْ: أَتَدْرِي ما النَّشُّ؟ قالَ: قُلتُ: لَا، قالَتْ: نِصْفُ أُوقِيَّةٍ، فَتِلْكَ خَمْسُمِئَةِ دِرْهَمٍ، فَهذا صَدَاقُ رَسولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ لأَزْوَاجِهِ 


"Kaana shadaaquhu li-azwajihi isna asyrata awqiyyatan wa nassyan. Qaalat, ‘Atadri maa an-nassyu? Qaala, ‘Laa.’ Qultu nishfu awqiyyatan fatilka khamsumiati dirhamin fahadza shadaaqu Rasulullahi SAW li-azwajihi."   

Sayyidah Aisyah berkata, "Mahar Rasulullah kepada para istri beliau adalah 12 uqiyah dan satu nasy." Aisyah berkata, "Tahukah engkau apakah nasy itu?" Abu Salamah berkata, "Tidak". Aisyah berkata, "Setengah uqiyah". Jadi semuanya 500 dirham. Inilah mahar Rasulullah SAW kepada para istri beliau."     

 

https://m.republika.co.id/berita/qu0rc6320/berapa-nilai-mahar-rasulullah-saw-ke-khadijah-sekarang

Mahar-Mahar Unik di Zaman Rasulullah Terkadang, seorang pria tidak berani menikah karena alasan mahar. Padahal, selain di satu s...

Mahar-Mahar Unik di Zaman Rasulullah

Terkadang, seorang pria tidak berani menikah karena alasan mahar. Padahal, selain di satu sisi Islam sangat memuliakan wanita dengan mewajibkan seorang suami memberikan mahar kepada istrinya, di sisi yang lain Islam tidak memberatkan pria dengan mahar yang tidak terjangkau.

Berikut ini contoh-contoh mahar di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Bukan hanya tidak memberatkan pengantin, tetapi juga unik.
Sepasang Sandal

Di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ada pernikahan yang maharnya sepasang sandal. Hal itu terjadi pada seorang pengantin muslimah dari Bani Fazarah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri yang bertanya kepada perempuan tersebut apakah ia ridha dengan mahar yang akan diberikan calon suaminya berupa sepasang sandal. Ia pun menjawab bahwa dirinya ridha. Masya Allah… unik dan luar biasa.

Ibnu Majah, Tirmidzi dan Ahmad meriwayatkan hadits ketika Rasulullah bertanya kepada wanita tersebut.
عَنْ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ أَنَّ امْرَأَةً مِنْ بَنِى فَزَارَةَ تَزَوَّجَتْ عَلَى نَعْلَيْنِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَرَضِيتِ مِنْ نَفْسِكِ وَمَالِكِ بِنَعْلَيْنِ . قَالَتْ نَعَمْ. قَالَ فَأَجَازَهُ

Dari Amir bin Rabi’ah bahwasanya ada perempuan dari Bani Faza’ah dinikahkan dengan mahar sepasang sandal. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepadanya, “Apakah engkau meridhakan dirimu dan apa yang kau miliki dengan sepasang sandal?” perempuan tersebut menjawab, “ya” Rasulullah pun membolehkannya. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad; shahih))
Cincin Besi

Rasulullah sangat mempermudah sahabatnya untuk menikah. Maharnya pun disesuaikan dengan kemampuan calon suami, asal istri ridha menerimanya. Selain ada pernikahan yang maharnya sepasang sandal, ada pula pernikahan di zaman Rasulullah yang maharnya ‘hanya’ sebuah cincin besi.

Rasulullah menegaskan bolehnya mahar dengan cincin besi bagi sahabatnya yang tidak memiliki harta
أَعْطِهَا وَلَوْ خَاتَمًا مِنْ حَدِيدٍ

“Berikanlah kepadanya (mahar) meskipun hanya sebuah cincin besi” (HR. Bukhari – Muslim)
Baju Besi

Islam sangat memudahkan mahar dalam pernikahan. Selain bisa dibayar tunai, Rasulullah juga memperbolehkan mahar dibayar kemudian.

Jika mahar sepasang sandal dan cincin besi tersebut terjadi pada pernikahan orang lain dan dibayar tunai, mahar baju besi diberikan Ali radhiyallahu ‘anhu kepada Fatimah radhiyallahu ‘anha, putri Rasulullah, beberapa waktu setelah akad nikah.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ لَمَّا تَزَوَّجَ عَلِىٌّ رضى الله عنه فَاطِمَةَ رضى الله عنها قَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَعْطِهَا شَيْئًا . قَالَ مَا عِنْدِى. قَالَ فَأَيْنَ دِرْعُكَ الْحُطَمِيَّةُ

Dari Ibnu Abbas bahwasanya ketika Ali radhiyallahu ‘anhu menikahi Fatimah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya, “Berikanlah ia (mahar) sesuatu”. Ali menjawab, “Aku tidak memiliki apa pun” Lalu Rasulullah bersabda, “Berikanlah baju besimu” (HR. An Nasa’i)

Membacakan Al Qur’an

Ada pula sahabat yang tidak memiliki apa pun. Bahkan cincin besi pun ia tidak punya. Maka Rasulullah pun bertanya apakah ia hafal ayat-ayat Al Qur’an. Kemudian beliau menyuruh sahabatnya itu untuk membacakan beberapa ayat Al Qur’an yang dihafalkannya sebagai mahar.
مَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ . قَالَ كَذَا وَكَذَا . قَالَ فَقَدْ زَوَّجْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ

“Apakah engkau hafal ayat-ayat dari Al Qur’an?” Laki-laki itu menjawab, “Saya hafal surat ini dan surat ini”. Lalu Rasulullah bersabda, “Aku akan menikahkan kalian berdua dengan mahar ayat Al Qur’an yang ada padamu” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mengajarkan Al Qur’an

Jika mahar membaca hafalan Qur’an sering pula dilakukan oleh aktifis dakwah di zaman sekarang, pada zaman Rasulullah ada juga pernikahan yang maharnya adalah mengajari Al Qur’an. Dalam riwayat Abu Hurairah, jumlahnya 20 ayat. Ya, mengajarkan Al Qur’an 20 ayat.
عَلَّمَهَا مِنَ الْقُرْآنِ . وَفِيْ رِوَايَةِ أَبِيْ هُرَيْرَةَ إِنَّهُ قَدَّرَ ذَلِكَ بِعِشْرِيْنَ آيَةً

“Ajarkanlah kepadanya ayat-ayat Al Qur’an” Dalam riwayat Abu Hurairah disebutkan “Jumlah itu ada dua puluh ayat”
Masuk Islam

Yang paling unik dari semua mahar tersebut adalah maharnya Abu Thalhah kepada Ummu Sulaim. Apa itu? Maharnya adalah masuk Islam.

Ceritanya, Abu Thalhah yang saat itu duda melamar Ummu Sulaim yang saat itu janda karena suaminya meninggal. Abu Thalhah orangnya tampan, kaya dan memiliki kedudukan terhormat. Sayangnya, ia masih musyrik.

Maka menjawab lamaran Abu Thalhah, Ummu Sulaim menjawab, “Engkau adalah laki-laki yang lamarannya tidak layak ditolak. Tetapi sayangnya engkau masih kafir sedangkan aku adalah wanita muslimah” Maka kemudian Abu Thalhah masuk Islam dan itu sebagai mahar pernikahan keduanya. [Muchlisin BK/Keluargacinta.com]

https://keluargacinta.com/mahar-mahar-unik-di-zaman-rasulullah/2/

Berapa Mahar Nabi Muhammad untuk Para Istrinya? REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ulama sepakat bahwa hukum memberikan mahar kepa...

Berapa Mahar Nabi Muhammad untuk Para Istrinya?


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ulama sepakat bahwa hukum memberikan mahar kepada Istri adalah wajib. Bahkan sebuah hadis menyampaikan bahwa mahar Rasulullah Nabi Muhammad SAW untuk istri-istrinya sangat besar.

Dari Abu Salamah bin Abdirrahman berkata: Aku bertanya kepada Aisyah istri Nabi SAW tentang berapa shadaq/ mahar beliau. Maka Aisyah berkata: Mahar Rasulullah kepada para isteri beliau adalah 12 Uqiyah dan satu nasy. Aisyah berkata: Tahukah engkau apakah nash itu? Abdur Rahman berkata: Tidak. Aisyah berkata: Setengah Uqiyah. Jadi semuanya 500 Dirham. Inilah mahar Rasulullah SAW kepada para isteri beliau. (HR Muslim)

Ustaz Firman Arifandi dalam buku Serial Hadist Nikah 4: Mahar Sebuah Tanda Cinta Terindah terbitan Rumah Fiqih Publishing menjelaskan berapa mahar Rasulullah SAW bila dikonversi ke dalam Rupiah.

Menukil dari tulisan Ustaz Ahmad Sarwat dalam buku beliau Serial Fiqih Kehidupan, setidaknya ada dua metode yang bisa dilakukan untuk mengetahui nominal mahar Rasulullah SAW di masa sekarang.

Metode pertama adalah dengan perbandingan antara Dinar dan Dirham. Dinar adalah mata uang emas sedangkan Dirham adalah mata uang perak. Nilai Dinar emas tentu lebih besar dari pada nilai Dirham perak.

Di masa Rasulullah SAW, uang 1 Dinar emas bisa untuk membeli seekor kambing. Dalam riwayat yang masyhur bahwa perbandingan 1 Dinar setara dengan 10 dirham. Artinya 500 Dirham setara dengan 50 Dinar emas yang bisa dibelikan 50 ekor kambing.

Pada zaman kita saat ini, rata-rata harga kambing yang sehat dengan kualitas baik bisa ditakar dengan harga Rp 1,5 juta, maka kalau 50 ekor kambing bisa berkisar Rp 75 juta.

Metode kedua, dihitung oleh Syekh Muhammad Shalih Al-Munajjid dalam salah satu fatwanya. Beliau menghitung dengan cara menghitung berapa harga Dirham di masa Nabi SAW dibandingkan dengan harga perak hari ini.

Menurut beliau, nilai satu Dirham di masa Nabi SAW kalau diukur dengan timbangan modern zaman kita kurang lebih setara dengan 2,975 gram. Sedikit lagi tiga gram perak. Lalu 500 Dirham dikalikan 2,975 = 1.487,5 gram perak.

Harga 1 Dirham perak di Arab Saudi menurut hitungan beliau setara dengan 1 Riyal Saudi.

Sehingga 500 Dinar di masa Nabi SAW setara dengan 1.487,5 Riyal Saudi. Jika mengikuti konversi pada 10 Desember 2018, maka harga tersebut setara 57.584.013,31 Rupiah.

Cukup jauh perbedaan antara metode pertama dengan metode kedua namun yang harus kita pahami bersama adalah mahar Rasulullah kepada para istrinya mencapai angka yang sangat besar sekali nominalnya. Hal yang dilakukan Nabi tersebut tentunya layak dicontoh oleh setiap laki-laki yang mau menikah dan mampu.

 

Mata Uang Di Era Rasulullah saw AKURAT.CO, Ketika ditanya tentang mata uang apa yang dipakai di zaman Rasulullah, tentu jawaban ...

Mata Uang Di Era Rasulullah saw



AKURAT.CO, Ketika ditanya tentang mata uang apa yang dipakai di zaman Rasulullah, tentu jawaban yang terlintas di pikiran kita tidak lain adalah dinar dan dirham.

Benar, pada saat itu Rasulullah saw menggunakan dinar dan dirham sebagai alat bertransaksi menggantikan cara lama, yakni barter (tukar menukar barang).

Sebelumnya, Rasulullah saw masih melakukan barter untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Tetapi, perlu diketahui bahwa dinar dan dirham faktanya bukan uang yang murni diciptakan oleh kalangan Islam, melainkan pengaruh dari bangsa Romawi dan Persia.

Dinar berasal dari bahasa Romawi yaitu denarius, sementara dirham berasal dari bahasa Persia yaitu drachma. Masuknya dinar dan dirham sebagai mata uang ke jazirah Arab tidak terlepas dari ekspansi pedagang Syam yang di bawah pengaruh bangsa Romawi serta pedagang dari Yaman di bawah pengaruh bangsa Persia.

Perlahan, ketika itu dinar dan dirham diterima dan mulai menjadi alasan mengapa barter ditinggalkan.

Rasulullah sendiri tidak menolak menggunakan dinar dan dirham sebagai alat transaksi ekonomi tetapi justru menerima dan memodifikasinya. Ketika itu, Rasulullah saw menetapkan dinar dan dirham sabagi alat tukar menukar barang yang sah dalam perniagaan dan membuat standar tiga jenis dirham yang beredar menjadi satu jenis dirham yakni dirham 14 qirat.

Karena dinar dan dirham adalah uang yang berbahan dasar emas, nilai tukarnya sejak dahulu selalu tetap sehingga tidak pernah mengalami inflasi maupun deflasi. Misalnya harga satu ekor kambing ketika masa Rasulullah saw di kisaran harga 1 dinar atau setara Rp2,2 juta yang itu artinya masih sama hingga saat ini.

Dalam perjalanannya, dinar dan dirham saat di zaman Rasulullah diproses dari segi bobot dan kandungan emasnya oleh sahabat Arqam bin Abi Arqam yang memang ahli menempa emas dan perak ketika itu. Barulah pada masa Umar bin Khatab dinar dan dirham ditambahi lafal hamdalah dan Muhammadur Rasulullah sebagai identitas kuat umat Islam.

Sedangkan dinar yang pertama kali dimiliki oleh pemerintahan Islam adalah saat 50 tahun pasca wafatnya Rasulullah di era kepemimpinan Abdul Malik bin Marwan.

Seiring dengan meluasnya kekuasaan Islam, dinar dan dirham dari pemerintahan Islam ini semakin menyebar hingga ke wilayah Irak, Iran, Mesir, Bahrain, dan Andalusia.

Dengan kekuatan dinar dan dirham yang tahan akan hantaman roda ekonomi, para ulama menjadikan dinar dan dirham sebagai tolok ukur dalam menentukan nisab zakat.

Misalnya Imam Syafi'i dalam kitab Al-Umm berkata, "Tidak ada perbedaan pendapat (ikhtilaf) bahwasannya dalam zakat emas itu adalah 20 mitsqal (dinar)."

Imam Hanafi juga mengatakan bahwa ukuran nisab zakat yang disepakati ulama, untuk emas adalah 20 mitsqal dan telah mencapai satu haul (satu tahun). Adapun untuk perak adalah 200 dirham.

Sementara itu Imam Ghazali berpandangan bahwa dengan diciptakannya dinar dan dirham, maka tegaklah dunia. Keduanya adalah batu yang tiada manfaat dalam jenisnya, akan tetapi manusia sangat membutuhkan keduanya.

Wallahu a'lam. 

https://akurat.co/sejarah-dinar-dan-driham-mata-uang-zaman-rasulullah-yang-nilainya-selalu-stabil

 Wajib Militer di Masa Awal Islam REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Jika memakai perspektif bahwa wajib militer diidentikkan dengan s...

 Wajib Militer di Masa Awal Islam

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Jika memakai perspektif bahwa wajib militer diidentikkan dengan seruan berjihad, tulis Abu Zayd Shalaby dalam karyanya Tarikh al-Hadarah al-Islamiyyah wa al-Fikr al-Islam (Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam), pada periode awal risalah, terutama pada era Madinah (622-632), lelaki Muslim yang memiliki kemampuan, baik secara fisik dan materi, wajib membela agamanya dan menyatakan jihad karena Allah. Ini merupakan bentuk wajib militer paling awal dan sederhana dalam sejarah peradaban Islam.

Sepeninggalan Rasulullah SAW, kepemimpinan dilanjutkan oleh Khulafa ar-Rasyidun (Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali RA) yang berlangsung pada 632-661. Para khalifah menugaskan para sahabat yang memiliki keberanian, ketegasan, dan perencanaan yang baik menjadi komandan atau pemimpin bagi tentara-tentara Islam. Dua komandan Muslim yang paling terkenal pada masa itu adalah sahabat Khalid bin Walid dan Amr bin Ash RA.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (232) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (356) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (2) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (4) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (218) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (180) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (124) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (133) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)