basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Berkah Gosok Gigi dan Mandi Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Gosok gigi kita, apa bedanya dengan gosok ...

Berkah Gosok Gigi dan Mandi

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Gosok gigi kita, apa bedanya dengan gosok gigi para ulama salaf?

Gosok gigi kita untuk menghilangkan bau mulut. Gosok gigi para ulama salaf untuk menyiapkan diri menghadap Allah sebelum shalat. Beda kelas, beda kualitas, beda juga efeknya, itu dari hanya sebuah aktifitas gosok gigi.

Bagaimana cara menggosok gigi kita? Mungkin mengikuti cara bintang iklan, mungkin hanya mengikuti saran dokter. Namun gosok gigi para ulama salaf mengikuti sunah Rasulullah saw. Dari gosok gigi, para ulama mencoba meraih keberkahan cara dan sarana. Dari gosok gigi, para ulama salaf mengetuk pintu langit untuk mendapatkan syafaat Rasulullah saw, berkah dan kerahmanan Allah.

Gosok gigi para ulama salaf tidak hanya berefek pada kesehatan, tetapi juga kebersihan jiwa dan keberkahan ilmu. Dalam kitab Talim Mutaalim, salah satu meraih kemudahan menuntut ilmu adalah dengan menggosok gigi.  Dengan gosok gigi, hati menjadi bersih, maka ilmu pun menjadi mudah untuk dipahami.

Berbeda jauh, orang yang shalat tanpa bergosok gigi dengan bergosok gigi baru menunaikan shalat. Gosok gigi menjadi sarana melipatgandakan pahala shalat. Gosok gigi menjadi sarana menyiapkan diri menghadap Allah.

Untuk apa mandi kita? Para ulama salaf, mandi bukan untuk membersihkan, mengharumkan dan menyegarkan badan. Tetapi untuk menyambut kegembiraan. Mandi untuk menyiapkan diri menghadap Allah.

Ulama Salaf  mandi untuk menyambut bulan Ramadhan, menyambut hari Jumat, menyambut Idul Fitri dan Idul Adha. Mandi untuk bersiap shalat. Itulah cara meraih keberkahan dari mandi.

Mungkin secara kasat mata, apa yang dilakukan oleh ulama Salaf sama dengan yang dilakukan kita hari ini, namun mengapa kualitas hidupnya berbeda? Mengapa kejayaannya berbeda? Mengapa keberkahan hidupnya berbeda? Mengapa keilmuannya berbeda? Berarti ada esensi lain yang tidak pernah kita lakukan.

Berkarya, Rengekkan Kepada Allah Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Jalan yang kau pilih? Seperti apa? Ja...

Berkarya, Rengekkan Kepada Allah

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Jalan yang kau pilih? Seperti apa? Jalan menuju Allahkah?  Kuatkah menjalaninya? Itu persoalannya. Jalan yang dipilih berresikokah?  Sangat sedikit yang mau dan bisa menempuh jalan ini. 

Dari sekian banyak jalan hanya Ahlussunnah wal jamah yang benar. Dari bermilyar manusia hanya puluhan ribu yang masuk surga tanpa hisab. Menurut Syeikh Abdul Qadir Jailani, dari 1 juta orang hanya 1 orang yang bisa mencapai cinta dan rindu kepada Allah. Betapa sulitnya jalan ini? Betapa sangat khususnya jalan ini?

Manusia tidak mampu menempuh jalan menuju Allah kecuali yang dikehendaki Allah. Dia yang Maha Mengetahui siapa yang layak untuk menempuh jalan ini. Dengan kebijaksanaan-Nya, Dia memilih manusia yang layak untuk menempuh jalan ini. Siapakah dia? Apa syaratnya?

Orang yang mendapatkan rahmat Allahlah yang bisa menempuh jalan ini. Orang yang mendapatkan pertolongan Allahlah yang dapat menempuhnya. Sangat sedikit yang tegar. Sangat sedikit yang tetap berjalan ditengah kesulitan dan tantangan. Siapakah yang berpeluang meraih rahmat Allah?

Sayid Qutb,dalam tafsir Fizilalil Quran, membeberkan mereka yang berpeluang mendapatkan rahmat Allah. Yaitu, orang yang mencari perlindungan Allah, orang yang mencari pertolongan Allah dengan ketaatan, dan memohon taufik-Nya agar diberi petunjuk.

Karya, kerja keras dan perjuangan di kehidupan ini bukan untuk menunjukkan kehebatan dan kepintaran diri di hadapan manusia, tapi sebuah rengekkan, sebuah ibaan kepada Allah agar menurunkan pertolongan-Nya, perlindungan-Nya dan taufik-Nya. Tiada daya upaya kecuali atas pertolongan Allah. Itulah puncak kecerdasan, karya dan kerja keras kita.

Titik Awal Perjuangan Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Perjuangan hidup, kapan dimulai? Sejak tersadark...

Titik Awal Perjuangan

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Perjuangan hidup, kapan dimulai? Sejak tersadarkan dari tidur di waktu sebelum Subuh, disitulah perjuangan dimulai. Ada 3 belenggu yang harus dilepaskan dan dihancurkan. Kesuksesan hidup tergantung kemampuan kita melepaskan semua belenggu-belenggu.

Pejuangan melepaskan belenggu sejak kelopak mata pertama kali terbuka. Berdoa melepaskan belenggu pertama. Berwudhu melepaskan belenggu ke dua. Shalat melepaskan belenggu ke tiga. Berdoa, berwudhu dan shalat itulah cara melepaskan belenggu berbaring untuk bangkit.

Perjuangan pertama kali adalah  melawan ngantuk, melawan keempukan kasur, melawan kehangatan selimut. Itulah belenggu di strat awal hari-hari kita. Selanjutnya, kita akan menghadapi beragam belenggu kehidupan lainnya. Sukses di awal, akan sukses di akhir. Seorang ulama Iraq, Muhammad Ahmad Rasyid, mengatakan bahwa keistiqamahan kehidupan dimulai dari kebenaran di titik permulaannya.

Diterima amal tergantung dari niat awalnya. Ujian yang paling berat, kesabaran yang paling berat adalah pada pukulan pertamanya. Begitulah Rasulullah saw bersabda. Awal menentukan akhir. Menjaga niat awal hingga di akhir sebuah amal.

Titik awal yang terbaik dalam kehidupan dan hari kita adalah ucapan Segala Puji bagi Allah. Titik awal terbaik adalah merendahkan jiwa, akal dan raga dengan pengakuan Allah adalah  Penguasa Semesta Alam.  Titik awal terbaik adalah bersyukur kepada Allah yang telah memberikan kesempatan hidup kembali. Adakah titik awal yang lebih baik dari itu semua?

Imam Hasan Al Banna menghimpun semua pengakuan ini dalam kumpulan doa pagi dan petang yang bernama Al-Ma'tsurat. Doa adalah pengakuan ketauhidan. Doa adalah pengakuan penyerahan diri. Doa adalah pengakuan kebutuhan dan kekuasaan Allah. Itulah, titik awal hari, titik awal semua aktifitas adalah doa. Titik awal manusia di muka bumi pun doa nabi Adam yang mengakui kezaliman diri manusia.

Doa, menyertakan Allah dalam semua nafas kita. Jadi, adakah keberhasilan tanpa pertolongan Allah? Lebih banyak peran Allah dalam semua keberhasilan dan karya kita dibandingkan yang kita usahakan sendiri.

Kasih Sayang Allah pada Kemaksiatan Kita Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Kasih sayang Allah pun tercur...

Kasih Sayang Allah pada Kemaksiatan Kita

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Kasih sayang Allah pun tercurah pada ahli maksiat. Baik dalam menyembunyikan kemaksiatan mereka, atau pun mencegahnya. Sudah dicegah, bila tetap dilakukan maka disembunyikan Allah, hingga mereka sendiri yang membuka aibnya secara terang benderang.

Allah mencegah kemaksiatan dengan fitrah, nurani dan hati. Sebelum bermaksiat, mereka harus melawan fitrahnya sendiri. Membunuh jiwa nuraninya sendiri. Setelah membunuh akal sehatnya, membunuh rasa malu, membunuh rasa sakitnya raga dan persepsi masyarakat terhadap sebuah kemaksiatan. Kemaksiatan sebenarnya penghancuran total sosok manusia. Itulah cara Allah mencegah manusia dari dalam diri mereka sendiri.

Allah mencegah kemaksiatan manusia melalui perjalanan sejarah manusia. Bacalah sejarah bagaimana akhir kesudahahan para ahli maksiat. Dari kehidupan kesehariannya, kematiannya hingga penghancuran total mereka. Allah menjaga kisah-kisah sejarah masa lampau agar manusia tercegah dari kesalahan yang sama. Sayang, masa lalu dianggap takkan terulang lagi. Sayang, masa lalu dianggap sebuah dongeng belaka. Itulah yang menyebabkan khazanah keilmuan dari para pendahulu menjadi sia-sia.

Ketika maksiat merebak, Allah tak menghancurkan para ahli maksiat sebelum datangnya orang yang memberikan peringatan. Inilah penangguhan waktu. Inilah peluang waktu yang diberikan Allah agar mereka memperbaiki diri. Ketika peringatan sudah disampaikan, lalu tetap menolak, disitulah eksekusi Allah terhadap ahli maksiat terjadi.

Pintu taubat masih terus terbuka hingga hari kiamat. Pintu Allah terbuka hingga saat kematian tiba. Berapa lama, Allah menunggu keinsyafan manusia dengan kasih sayang-Nya? Allah menunggu manusia sadar sepanjang usia manusia. Masya Allah.

Allah tak memperdulikan banyaknya kemaksiatan. Seandainya dosa manusia seberat langit dan bumi. Seandainya dosa manusia sebanyak partikel yang ada di planet ini, Allah mengampuni semua dosa tersebut. Betapa Maha Sayang-Nya Allah pada ahli maksiat.

Berkat kasih sayang-Nya, didatangkan sakit dan beragam kesulitan untuk menghapus dosa-dosa manusia di muka bumi agar tak ada lagi penghapusan dosa dengan api neraka di dunia. Hudud dan rajam, cara Allah agar dosa besar bisa dibersihkan di dunia bukan dengan neraka.

Satu kebaikan diberi 10 pahala. Niat yang baik diberi 1 pahala. Satu kemaksiatan dihitung 1 dosa. Inilah kasih sayang Allah agar dosa kemaksiatan tidak bisa melampaui pahala kebaikan. Bila semua kasih sayang Allah masih membuat dosa manusia melampaui pahalanya, berarti bukan "Sistem" Allah yang salah, tetapi manusialah yang sudah menzalimi dirinya sendiri.

Renungkan kasih sayang Allah pada kemaksiatan-kemaksiatan kita. Agar paham Rahman-Rahim-Nya.

Memeriksa Ketakwaan Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Sayid Qutb datang ke tiang gantungan dengan senyum...

Memeriksa Ketakwaan

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Sayid Qutb datang ke tiang gantungan dengan senyuman dan lambaian tangan penuh ketenangan. Umar Mukhtar pahlawan dari Libiya datang ke tiang gantungan di hadapan penjajah Italia dengan ketentraman. Mereka menjalani semua takdir dengan ketenangan yang luar biasa. Apa rahasianya? Selama iman tak tercabut, semua bukanlah penderitaan dan kesulitan.

Definisi penderitaan dan kesulitan hanya diartikan sesuatu yang tidak selaras dengan keinginan dan harapan. Harapan kita standarnya. Keinginan kita ukurannya. Bila seperti itu rubah saja persepsi keinginan dan harapan? Maka takkan ada lagi penderitaan dan kesulitan? Begitu mudah menghilangkan penderitaan dan kesulitan, hanya sekedar merubah persepsi saja.

Penderitaan dan kesulitan bisa saja diartikan segala hal yang tak bisa memuaskan hawa nafsu kita. Mengapa kesempitan makanan, minumam, pakaian, harta, dan sakit, dianggap kesulitan dan penderitaan? karena ukurannya nafsu yang tak  terpuaskan. Bila diri merasakan kesulitan, tanyakan kembali, soal perutkah? Soal kenyamanan hidupkah? Soal sedikitnya hartakah? Bila masih dalam lingkaran itu, maka definisi kesulitan masih dalam kubangan tak terpuaskannya nafsu saja. Allah mencabut semuanya agar manusia tak berkubang dalam nafsu yang menjerumuskan.

Para Rasul, Sahabat dan Ulama Shaleh tak pernah merasakan penderitaan dan kesulitan soal dunia. Karena keinginan, cita-cita dan harapan mereka sudah selaras dengan takdir-takdir Allah. Kehendak mereka sama dengan kehendak Allah. Mereka tak lagi peduli dengan semua yang dialami di dunia, selama ujian itu tidak mengenai agama dan akhlak. Sebab itulah, permohonan mereka jangan sampai musibah itu menimpa agama mereka. Permohonan mereka, jangan jadikan dunia sebagai puncak dari cita-cita. Bukan pula puncak dari ilmu mereka. Bukan puncak dari khayalan dan angan-angan.

Bila permintaan doa masih berkutat soal dunia, maka segala hal akan bisa mengguncangkan jiwa. Bila permintaan doa menginginkan cinta dan rindu bertemu Allah, maka takkan ada yang membuatnya sedih apalagi terguncang. Semua  peristiwa dunia dianggap permainan dan senda gurau, takkan ada yang menusuk hati dan merisaukan jiwa.

Andai takwa ada di dada, bukankah Allah akan memberikan rezeki dari arah yang tak terduga? Bila takwa di dada, bukankah Allah akan memudahkan seluruh urusan? Bila takwa ada di dada, bukankah Allah akan menganugerahkan kekuasaan dan kepemimpinan di dunia? Andai semua itu belum tercapai, periksalah ketakwaanmu, ada yang salah dengan ketakwaanmu.

Hidup Itu sebuah tamasya manusia sebelum ke Surga. Hidup itu sebuah perjalanan hiburan sebelum ke Surga. Kecintaan manusia pada belenggu dunialah yang menyebabkan kehidupan ini terasa menyulitkan dan penuh penderitaan.

Bila dengan ketakwaan banyak orang yang merintangmu. Tenang sajalah. Karena Allah yang akan mengurus mereka. Allah yang akan mengurus tipu daya mereka. Seperti Allah memperlakukan Namrudz, Firaun, Qarun, dan menghancurkan beberapa kaum. Begitulah Allah berjanji dalam surat Muzamil ayat 11. Lalu, apa yang membuatmu menderita?

Ikhlas, Pembangun Jiwa Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Ikhlas, menurut Sayid Qutb dalam tafsir Fizila...

Ikhlas, Pembangun Jiwa

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Ikhlas, menurut Sayid Qutb dalam tafsir Fizilalil Quran, memiliki dimensi lain, bukan sekedar syarat diterima amal, tetapi energi membangun dari dari dalam. Ikhlas akan membangun mindset dan persepsi dari dalam. Ikhlas pula yang membentuk kehendak manusia sejalan dengan kehendak Allah. Hidupkan api keikhlasan, maka energi dari dalam akan membangun jiwa manusia.

Imam Al Ghazali mengibaratkan jiwa manusia seperti danau yang menampung air. Ada air yang bersumber dari sungai ada pula yang bersumber dari mata air yang ada di danau itu sendiri. Yang paling bersih dan segar adalah yang bersumber dari mata air, bukan sungai yang kadang sudah tercampur oleh sampah-sampah. Mata air bersih itu bernama keikhlasan.

Keikhlasan inilah yang akan menjadi sumber mata air hikmah, ilmu, solusi, kreatifitas dan pemikiran yang lahir dari jiwa-jiwa manusia itu sendiri. Keikhlasan yang memberikan kontribusi bagi kehidupan, kebangkitan dan kegairahan jiwa. Tanpa keikhlasan, jiwa manusia akan mati dan  kering kerontang.

Keikhlasan tidak hadir dari sekedar banyak beribadah. Menurut Syekh Abdul Qadir Jailani, yang pertama harus diperhatikan adalah kehalalan harta, dari mana memperoleh harta? Untuk apa dibelanjakan? Meneliti makanan yang dimakan dan diminum. Meneliti pakaian, kendaraan dan rumah yang ditempati. Dari harta halalkah?

Mari berkaca pada Abu Bakar, Utsman bin Affan dan generasi asabiquna awalun lainnya, mereka cepat merespon hidayah dan seruan Rasulullah saw, karena di masa Jahiliyah mereka tetap menjaga kehalalan harta. Kehalalan hartalah yang membentuk kejernihan hati, yang kemudian menjadi tanah subur bagi memancarnya keikhlasan.

Keikhlasan membangun karakter yang kokoh. Kekuatan yang paling kuat di semesta ini adalah keikhlasan. Bila ikhlas sudah bersemayam, maka jiwa tersebut menjadi pribadi yang paling dahsyat. Begitulah sabda Rasulullah saw. Tak perlu pusing bagaimana membangun jiwa, cukup hadirkan keikhlasan saja maka Allah yang akan membangun jiwa kita.

Seni Beristiqamah Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Semakin panjang usia, semakin sulit beristiqamah. Ad...

Seni Beristiqamah

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Semakin panjang usia, semakin sulit beristiqamah. Ada kisah  rahib Bani Israel yang sudah beribadah 100 tahun, namun di usia 100 tahun itulah dia terjerumus pada dosa besar.  Ya Allah, panjang usia bila bertambahnya usia semakin mencintai dan merindukan-Mu. Wafatkanlah bila bertambahnya usia justru  bertambah kedurhakaan kepada-Mu.

Ketaatan, ketundukan dan penghambaan diri kepada Allah, bukan semata kerja keras dan perjuangan kita sendiri. Allahlah yang memberikan hidayah. Allahlah yang membimbing. Allahlah yang menggerakkan. Sedikit andil kita. Bila semua ibadah karena perjuanganmu, disitulah muncul rasa sombong dan bangga. Disitulah awal penggerogotan istiqamah.

Bukankah Abu Thalib yang telah berjuang bersama Rasulullah saw tidak mendapatkan hidayah? Bukankah ada seorang Sahabat yang berjuang bersama Rasulullah saw akhirnya murtad di tangan Musailamah Al Khazab? Bukankah ada yang berjuang dan berhijrah bersama Rasulullah saw akhirnya tak diterima amalnya? Kita harus lebih takut dan lebih berharap kepada Allah ketika dalam ketaatan. Kita harus lebih bergantung kepada Allah ketika dalam beribadah. Inilah seni menjaga keistiqamah.

Syetan takkan ridha dengan ketaatan seseorang. Semua strategi diluncurkan untuk menjerumuskan. Bila sudah mencapai ketaatan tertentu, bersiaplah menghadapi godaan dan bisikan syetan yang baru, yang lebih menipu, lebih halus kamuflasenya, lebih tak terasa bisikannya. Hingga merasa dalam ketaatan namun sebenarnya penyimpangan. Inilah seni menjaga kewaspadaan seperti yang didefinisikan oleh Umar Bin Khatab bahwa takwa adalah kehati-hatian.

Ketaatan bukanlah level tertinggi, bukan pula perhentian terakhir. Bila ini ada, bersiaplah keistiqamah akan tercabut tanpa sadar. Ketaatan dan penghambaan adalah ungkapan rasa syukur. Bila rasa syukur sudah ada, maka kita harus bersyukur atas dilimpahkan rasa syukur oleh Allah. Bersyukur atas rasa syukur. Beristighfar atas istighfar kita, itulah ungkapan Al Adawiyah.

Agar tak terjebak pada stagnasi ibadah, maka ada rukun Iman, rukun Islam, bila sudah meraih seluruhnya apakah ada Ihsan dalam jiwa kita? Bila sudah meninggal yang haram, apakah bisa meninggalkan yang makruh? Apakah sudah bisa meninggalkan yang subhat?

Bila sudah meraih yang halal, apakah sudah berhati-hati terhadap yang halal? Sudahkah mencapai kewaraan? Para Sufi mencoba membuat maqam dalam ibadah dari syariat, hakikat lalu hakikat? Imam Al Ghazali membuat  tangga-tangga ketaatan seseorang dalam kitab Minhajul Abidinnya. Ibnu Qayyim membedah tingkatan ibadah dalam kitab Madarijus Salikinnya. Tak ada tempat perhentian terakhir dalam ketaatan. Karena perhentian terakhir adalah melihat wajah Allah. Inilah seni beristiqamah.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (248) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (382) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (273) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (446) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (185) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (206) Sirah Sahabat (128) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)