basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Ikhlas, Pembangun Jiwa Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Ikhlas, menurut Sayid Qutb dalam tafsir Fizila...

Ikhlas, Pembangun Jiwa

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Ikhlas, menurut Sayid Qutb dalam tafsir Fizilalil Quran, memiliki dimensi lain, bukan sekedar syarat diterima amal, tetapi energi membangun dari dari dalam. Ikhlas akan membangun mindset dan persepsi dari dalam. Ikhlas pula yang membentuk kehendak manusia sejalan dengan kehendak Allah. Hidupkan api keikhlasan, maka energi dari dalam akan membangun jiwa manusia.

Imam Al Ghazali mengibaratkan jiwa manusia seperti danau yang menampung air. Ada air yang bersumber dari sungai ada pula yang bersumber dari mata air yang ada di danau itu sendiri. Yang paling bersih dan segar adalah yang bersumber dari mata air, bukan sungai yang kadang sudah tercampur oleh sampah-sampah. Mata air bersih itu bernama keikhlasan.

Keikhlasan inilah yang akan menjadi sumber mata air hikmah, ilmu, solusi, kreatifitas dan pemikiran yang lahir dari jiwa-jiwa manusia itu sendiri. Keikhlasan yang memberikan kontribusi bagi kehidupan, kebangkitan dan kegairahan jiwa. Tanpa keikhlasan, jiwa manusia akan mati dan  kering kerontang.

Keikhlasan tidak hadir dari sekedar banyak beribadah. Menurut Syekh Abdul Qadir Jailani, yang pertama harus diperhatikan adalah kehalalan harta, dari mana memperoleh harta? Untuk apa dibelanjakan? Meneliti makanan yang dimakan dan diminum. Meneliti pakaian, kendaraan dan rumah yang ditempati. Dari harta halalkah?

Mari berkaca pada Abu Bakar, Utsman bin Affan dan generasi asabiquna awalun lainnya, mereka cepat merespon hidayah dan seruan Rasulullah saw, karena di masa Jahiliyah mereka tetap menjaga kehalalan harta. Kehalalan hartalah yang membentuk kejernihan hati, yang kemudian menjadi tanah subur bagi memancarnya keikhlasan.

Keikhlasan membangun karakter yang kokoh. Kekuatan yang paling kuat di semesta ini adalah keikhlasan. Bila ikhlas sudah bersemayam, maka jiwa tersebut menjadi pribadi yang paling dahsyat. Begitulah sabda Rasulullah saw. Tak perlu pusing bagaimana membangun jiwa, cukup hadirkan keikhlasan saja maka Allah yang akan membangun jiwa kita.

Seni Beristiqamah Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Semakin panjang usia, semakin sulit beristiqamah. Ad...

Seni Beristiqamah

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Semakin panjang usia, semakin sulit beristiqamah. Ada kisah  rahib Bani Israel yang sudah beribadah 100 tahun, namun di usia 100 tahun itulah dia terjerumus pada dosa besar.  Ya Allah, panjang usia bila bertambahnya usia semakin mencintai dan merindukan-Mu. Wafatkanlah bila bertambahnya usia justru  bertambah kedurhakaan kepada-Mu.

Ketaatan, ketundukan dan penghambaan diri kepada Allah, bukan semata kerja keras dan perjuangan kita sendiri. Allahlah yang memberikan hidayah. Allahlah yang membimbing. Allahlah yang menggerakkan. Sedikit andil kita. Bila semua ibadah karena perjuanganmu, disitulah muncul rasa sombong dan bangga. Disitulah awal penggerogotan istiqamah.

Bukankah Abu Thalib yang telah berjuang bersama Rasulullah saw tidak mendapatkan hidayah? Bukankah ada seorang Sahabat yang berjuang bersama Rasulullah saw akhirnya murtad di tangan Musailamah Al Khazab? Bukankah ada yang berjuang dan berhijrah bersama Rasulullah saw akhirnya tak diterima amalnya? Kita harus lebih takut dan lebih berharap kepada Allah ketika dalam ketaatan. Kita harus lebih bergantung kepada Allah ketika dalam beribadah. Inilah seni menjaga keistiqamah.

Syetan takkan ridha dengan ketaatan seseorang. Semua strategi diluncurkan untuk menjerumuskan. Bila sudah mencapai ketaatan tertentu, bersiaplah menghadapi godaan dan bisikan syetan yang baru, yang lebih menipu, lebih halus kamuflasenya, lebih tak terasa bisikannya. Hingga merasa dalam ketaatan namun sebenarnya penyimpangan. Inilah seni menjaga kewaspadaan seperti yang didefinisikan oleh Umar Bin Khatab bahwa takwa adalah kehati-hatian.

Ketaatan bukanlah level tertinggi, bukan pula perhentian terakhir. Bila ini ada, bersiaplah keistiqamah akan tercabut tanpa sadar. Ketaatan dan penghambaan adalah ungkapan rasa syukur. Bila rasa syukur sudah ada, maka kita harus bersyukur atas dilimpahkan rasa syukur oleh Allah. Bersyukur atas rasa syukur. Beristighfar atas istighfar kita, itulah ungkapan Al Adawiyah.

Agar tak terjebak pada stagnasi ibadah, maka ada rukun Iman, rukun Islam, bila sudah meraih seluruhnya apakah ada Ihsan dalam jiwa kita? Bila sudah meninggal yang haram, apakah bisa meninggalkan yang makruh? Apakah sudah bisa meninggalkan yang subhat?

Bila sudah meraih yang halal, apakah sudah berhati-hati terhadap yang halal? Sudahkah mencapai kewaraan? Para Sufi mencoba membuat maqam dalam ibadah dari syariat, hakikat lalu hakikat? Imam Al Ghazali membuat  tangga-tangga ketaatan seseorang dalam kitab Minhajul Abidinnya. Ibnu Qayyim membedah tingkatan ibadah dalam kitab Madarijus Salikinnya. Tak ada tempat perhentian terakhir dalam ketaatan. Karena perhentian terakhir adalah melihat wajah Allah. Inilah seni beristiqamah.

Keadilan, Menentramkan Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Dalam kemarahan ada akhlak. Dalam peperangan ad...

Keadilan, Menentramkan

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Dalam kemarahan ada akhlak. Dalam peperangan ada akhlak. Dalam kekacauan ada akhlak. Itulah cara melihat hakikat seseorang dan sebuah ideologi. Dalam ketentraman ada akhlak itu hal yang biasa. Dalam kedamaian ada akhlak, itu hal biasa.

Hajjah Ats Tsaqafi memerangi lawan politiknya dengan penangkapan, penjara, tiang gantungan  dan penghancuran. Umar Bin Abdul Aziz yang hidup di era yang sama, memerangi lawan politiknya dengan pedang keadilan. Mana yang berpengaruh lebih besar? Keadilan menembus hati, jiwa dan pemikiran. Keadilan, seni menaklukan yang sempurna.

Syarat kemakmuran adalah keadilan. Syarat kesejahteraan adalah keadilan. Cara melihat keadilan pemimpin lihatlah ketika dia sedang marah. Menjadi diktatorkah? Menjadi otoriterkah?

Melihat keadilan pemimpin, lihatlah bagaimana memainkan payung hukum dan konstitusional. Hukum untuk memberangus lawan politiknya, sesuai persepsi pribadinya? Atau hukum memang ditegakkan untuk menjaga kemaslahatan? Hukum bukan sekedar timbangan tekstual tetapi juga konstektual, itulah sikap keadilan.

Keadilan adalah penyanggah utama kehidupan, harus disemai kepada semua pihak, kepada semua yang hidup. Keadilan harus dirasakan kepada yang beriman dan ahli maksiat. Keadilan harus dirasakan kepada muslim dan kafir. Keadilan harus disemai kepada hewan dan tumbuhan. Yang diharapkan rakyat dari pemimpin adalah keadilannya.

Rasulullah saw tidak menghukum penzina karena yang melihat perzinahan tersebut hanya satu saksi. Rasulullah saw memohonkan surga kepada penzina setelah dihukumi rajam. Kepada ahli maksiat pun Rasulullah saw berlaku adil. Menegakkan hukum itu memang harus ada syarat-syaratnya, bukan sekadar menegakkan kebaikan saja.

Kebaikan dan kebenaran tidak bisa ditegakkan dengan menghalalkan segala cara. Namun harus ditegakan dengan keadilan. Saat Rasulullah saw berperang, beliau membuat beragam perjanjian pendahuluan. Menawarkan syarat-syarat perdamaian. Umar bin Abdul Aziz  memanggil seluruh pejabat, panglima dan tentaranya, agar keluar dari daerah tersebut,  saat mengetahui bahwa daerah tersebut dahulunya tidak dibebaskan dengan syarat-syarat  yang tetapkan syariat.

Umar Bin Abdul Aziz pernah menghapus seluruh pungutan yang dibebankan kepada masyarakat non muslim karena penerapannya tidak sesuai syariat Islam. Namun mengambil harta kekayaan keluarga besarnya yang diambil  dengan kezaliman ke kas negara. Keadilanlah yang akan menyatukan hati rakyat sebuah bangsa, bukan gembar gembor ideologi yang hampa.

Dalam catatan sejarah, hiruk pikuk rakyat, perpecahan rakyat, benturan rakyat, ketidaktentraman terlahir karena ketidakadilan pemimpinnya. Kehancuran sebuah bangsa karena masyarakatnya tidak mampu menghadirkan pemimpin yang berkeadilan. Kerusakan seluruh sendi bangsa dan masyarakat karena ketidakadilan pemimpinnya. Kezaliman akan menghancurkan kehidupan manusia.

Bila hari ini penuhi hoax, bila hari ini penuh ujaran kebencian, bila hari ini penuh hujatan, mari kita lihat para pemimpinnya. Karena keadilan pemimpin akan menciptakan ketentraman di sanubari jiwa bangsanya. Semua ini bukan soal Pilpres, tetapi soal rasa keadilan.

Kesyahduan Dzikir di Sawah Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Berkarya di kesunyian. Berinteraksi dengan...

Kesyahduan Dzikir di Sawah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Berkarya di kesunyian. Berinteraksi dengan alam, tumbuhan, hewan dan para petani di sawah. Adakah keindahan dan kebahagiaan selain ini?  Berinteraksi dengan Al-Qur'an, setelah berinteraksi dengan alam dan sejarah, sebuah upaya pendalaman pemahaman yang semakin terasa.

Terasa bahagia saat melihat seekor semut membawa sisa-sisa makanan di sawah. Terasa bahagia saat bertemu dengan cacing tanah, ulat, kupu-kupu, hama dan binatang lain yang sedang hidup di alamnya. Terasa bahagia saat binatang malam memakan buah-buahan.

Alam telah banyak dirusak dengan dalih produktivitas hasil panen. Alam telah banyak dihancurkan dengan dalih menyuburkan tanah dan menjaga tanaman. Persoalan kerusakan ini karena kemalasan untuk mengetahui hukum berpasangan dan keseimbangan di alam. Padahal semuanya tersedia gratis di alam.

Semakin banyak binatang yang hidup di semua lahan pertanian, bukankah semakin subur? Bukankah semakin banyak sedekah? Bukankah makin banyak yang bertasbih dan berdzikir kepada Allah? Bukankah semakin banyak yang berdoa agar hujan turun? Bukankah semakin banyak yang menundukkan diri kepada Allah?

Berapa yang mendapatkan manfaat dari bisnis yang dijalankan? Sejumlah karyawan dan keluarganya. Berapa yang mendapatkan manfaat dari sebuah lahan yang dikelola dengan alami? Seluruh makhluk yang hidup di lahan tersebut. Berapa banyakkah?

Berapa banyak hama dan gulam yang hidup? Berapa banyak makhluk di bawah lahan dan di atasnya yang hidup? Berapa banyak air yang terserap ke bumi lalu menjadi mata air? Berapa banyak oksigen yang dihasilkan? Berapa banyak yang bisa menekankan iklim pemanasan global?

Sebuah cangkul, garpu dan parang, ternyata bisa menjadi sarana ke Surga. Menjadi amal takwa di kesunyian alam yang ditinggalkan dan dirusak oleh manusia.

Titik Fokus Kesuksesan Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Masa depan itu ghaib. Bagaimana merekayasanya?...

Titik Fokus Kesuksesan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Masa depan itu ghaib. Bagaimana merekayasanya? Bagaimana agar kesuksesan itu pasti terjadi? Bagaimana agar kebahagiaan itu pasti diraih? Bagaimana agar jalanya mudah dan sederhana?

Bagaimana agar kesalahan masa lalu dan hari ini dalam menapaki masa depan dihapus dan tak berpengaruh terhadap rekayasa kesuksesan masa depan? Bagaimana kekurangan dan kelemahan amal, ilmu, teknologi, dan strategi yang diikhtiar tidak mempengaruhi kesuksesan? Bagaimana agar muncul secara tak terduga mereka yang mau menyempurnakan dan memperbaiki amal yang penuh kekurangan?

Bagaimana agar seluruh makhluk di bumi dan langit, selalu mendoakan dan membantu jalan kesuksesan? Bagaimana agar mereka yang menghalangi jalan kesuksesan tak mempengaruhi sedikit pun terhadap pencapaian hasilnya?

Kunci semuanya, "Dan ikutilah apa yang diwahyukan kepadamu, dan bersabarlah hingga Allah memberi keputusan dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya." (Yunus (10): 109). Inilah cara kesuksesan masa depan yang dipenuhi kegaiban.

Kunci kesuksesan hanya menyelaraskan sepak terjang hidup sesuai kehendak Allah. Fokusnya hanya apakah tindakannya sesuai wahyu Allah? Sesuai arahan Sunnah Rasulullah saw? Apakah yang terbesit di hati hanya Allah? Lalu, teruslah bersabar dan kuatkanlah kesabarannya.

Allah, Sang Hakim yang memberi keputusan yang adil, bijaksana dan benar. Tentramkanlah dengan keyakinan ini. Jangan ada keraguan apalagi tak mempercayainya. Apalagi keputusasaan. Rentang waktu menuju kesuksesan hanyalah untuk menguji keseriusan jihad dan sabar.

Berjihadlah dalam setiap pekerjaan kecil dengan amal yang terbaik. Bila amanah pekerjaan kecil berhasil dilalui, maka Allah akan memberikan pekerjaan yang lebih besar lagi. Seperti itulah tingkatan tangga kesuksesan.

Jerih payah, kerja kerasnya justru bukan bagaimana agar sukses? Bagaimana strateginya? Yang terpenting menyelaraskan seluruh amal hati, jiwa, nafsu, akal dan raga sesuai wahyu Allah dan Sunnah Rasulullah saw. Lalu berjihadlah hingga Allah menunjukkan jalan-jalan-nya. Bersabarlah jiwa layak mendapatkan amanah yang lebih besar dari Allah.

Membangkitkan Budaya Ilmiah Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Getaran pemikiran manusia lebih cepat diba...

Membangkitkan Budaya Ilmiah

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Getaran pemikiran manusia lebih cepat dibandingkan kedipan mata. Dengan berfikir akan tumbuh berbagai ilmu dan keahlian. Peradaban itu dibangun melalui jiwa yang terus disucikan dan akal yang terus diasah dan berfikir.

Berfikir membongkar segala hal yang tersembunyi. Menguak segala rahasia. Meraih wawasan yang belum diketahui. Berfikir membimbingnya untuk belajar kepada pendahulunya. Meneliti dan memahami apa yang ditemukannya. Inilah yang membuat manusia tumbuh dan berkembang. Menghentikan berfikir berarti menghentikan pertumbuhan.

Terus berfikir, terus bergelut, terus menekuni, terus belajar, terus mencoba, dan terus mengajarkan, melahirkan insting. Insting sebuah kecepatan dan ketepatan mengetahui yang prinsip dan kaidah, mencermati inti masalah, dan mengambil kesimpulan. Inilah yang membuat kecerdasan dan ketangkasan dalam ilmu tertentu.

Menurut Ibnu Khaldun, kehancuran peradaban karena hilangnya budaya keilmuan dan pengajaran. Sebuah bangsa yang hanya berfikir  soal pencari penghidupan saja, tanpa berfikir tentang masa depannya dengan budaya keilmuan dan pengajaran maka akan lenyap. Masa kejayaan perlu ditopang oleh budaya keilmuan, mengembangkan keahlian dan pengajaran.

Menurut Ibnu Khaldun, cara mudah mengasah insting adalah dengan membangkitkan mulut dan melatihnya berbicara dengan cara berdebat dan berdialog tentang berbagai masalah ilmiah, menghadiri berbagai forum ilmiah dan berinteraksi dengan ahlinya sehinggga menciptakan nalar ilmiah. Seolah-olah terciptanya The Additional Intelligence pada bangsa tersebut.

Budaya ilmiah dan budaya tata krama, itulah gambaran nyata sebuah peradaban. Masyarakat yang beradab, menurut Ibnu Khaldun, memiliki tata krama dalam kesehariannya, dalam hal mata pencaharian, tempat tinggal, mendirikan bangunan, masalah keagamaan dan duniawi, berbagai aktifitas, kebiasaan, muamalat dan semua prilakunya.

Tata krama menjadi batas-batas yang harus dihormati dan tak boleh dilanggar. Tata krama memberikan pengaruh positif untuk menumbuhkan akal, keahlian dan pengetahuan baru dengan lebih cepat. Budaya nalar yang ilmiah dan tata krama merupakan bingkai bangkitnya sebuah peradaban.

Sejarah Perbedaan Kebijakan di Era Khalifatur Rasyidin  Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Perbedaan pen...

Sejarah Perbedaan Kebijakan di Era Khalifatur Rasyidin 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Perbedaan pendapat sudah ada sejak makhluk ini ada. Malaikat awalnya tak menerima manusia menjadi khalifah di muka bumi dengan alasan bisa menimbulkan pertumpahan darah. Iblis tak mau menerima karena merasa dirinya lebih hebat dari manusia. Dari dua sudut pandang ini, dimana posisi kita dalam setiap perbedaan?

Berbeda karena tolak ukurnya kemaslahatan. Berbeda karena tolak ukurnya adalah ego. Bila Ego, maka hingga akhir kiamat pun takkan bisa disatukan lagi. Bila ukurannya hanya timbangan efek kemaslahatan, maka ikatan hati masih bisa dirajut kembali. Permusuhan itu karena ego lebih menguasai.

Konflik Ali-Aisyah-Muawiyah bukan soal ego. Tetapi soal kemaslahatan. Ali mendahulukan persatuan baru menyelesaikan pengusutan pembunuhan Utsman. Yang lainnya, berfikir mendahulukan pengusutan Utsman bin Affan. Walau berbeda, Ali tidak menggunakan kekuasaannya dengan mencopot jabatan Muawiyah. Tidak juga mencopot posisi Thalhah dan Zubair yang berada dipihak Aisyah.  Berbeda itu mengasah pemikiran, ilmu  dan kepahaman, tidak bisa diselesaikan dengan jalur kekuasaan.

Ketika perbedaan menimbulkan perpecahan dan kebencian, berarti merubah rahmat menjadi laknat. Rahmat itu selalu ingin berpadu, bertemu dan bercengkrama. Perpecahan itu selalu ingin berseteru dan mengungguli, seperti iblis yang terus menjerumuskan manusia hingga sanggup menerima konsekwensi neraka dan hingga semesta tiada.

Tak ada kebencian dalam setiap perbedaan. Ali bin Abi Thalib ditanya tentang perang Jamal dan Shiffin, beliau menjawab, " Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak ada seorang pun meninggal dunia dari mereka itu sedangkan hatinya tetap bersih kecuali akan masuk surga." Tak ada caci maki dan melaknat, semua didoakan masuk surga.

Bila perbedaan menimbulkan kebencian, bertanda piciknya pemikiran, bertanda dangkalnya pemahaman, bertanda ego dan hawa nafsu sudah menguasai hati. Benar dalam pemikiran, bukanlah sebuah kehebatan dan kebanggaan untuk merendahkan apalagi menghancurkan, karena Ali bin Abi Thalib tidak pernah menghujat  pemikiran Muawiyah dan Siti Aisyah. Ali bin Abi Thalib tetap mendoakan Muawiyah dan Siti Aisyah. Muawiyah dan Siti Aisyah memang tetap dalam kebenaran karena keduanya berpijak dari Al Quran dan As Sunnah juga. Satu pijakan membuahkan ragam pemikiran.

Bila satu pijakan menghasilkan satu pemikiran, itu kedangkalan yang akan terhapus dan ditinggalkan oleh zaman. Pijakan yang membuahkan beragam pemikiran, itulah yang akan bisa menjadi petunjuk sepanjang jaman. Ali-Aisyah-Muawiyah mengambil dari pijakan berfikir yang sama, namun mereka berbeda dalam menentukan prioritas kemaslahatan.

Ketika Hasan bin Ali menjadi khalifah, semua ragam pemikiran Ali-Aisyah-Muawiyah kembali bersatu. Ini bertanda bahwa mereka hanya berbeda bukan berpecah. Ini tanda bahwa hati mereka masih terpaut dalam rajutan pijakan yang sama. Perbedaan adalah ujian untuk melihat apakah masih ada akhlak dalam perbedaan? Masihkah ada akal sehat dan kejernihan hati dalam perbedaan? Apakah masih dalam kerangka syariah dalam sebuah konflik?

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (402) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (300) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)