basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Bisnis Dengan Nurani Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Inti bisnis bukanlah profit. Bukan laba dan keunt...

Bisnis Dengan Nurani

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Inti bisnis bukanlah profit. Bukan laba dan keuntungan. Bukan cashflow dan asset. Bila tidak percaya, bacalah visi dan misi seluruh perusahaan yang ada, tak ada yang berorientasi pada profit, cashflow dan asset. Bila bisnis orientasinya seperti itu, kehancuran hanya soal waktu.

Profit, cashflow dan asset hanyalah agar bisnis bisa terus menjaga kesinambungan peran. Agar memiliki energi dan bahan bakar untuk melaksanakannya visi dan misinya. Bila ingin menjaga kesinambungan bisnis, fokus dan pertajam realisasi visi dan misinya.

Bisnis model, bukanlah bagaimana mendapatkan profit, cashflow dan asset tetapi bagaimana visi dan misi bisnis diimplementasikan. Dari tataran konsep ke operasional. Dari tataran pemikiran ke tataran aktifitas harian. Bisnis model berbicara mewujudkan dan menjaga kesinambungan visi misi dengan ditopang oleh profit, cashflow dan asset.

Bila sebagian besar waktu hanya untuk bisnis yang berorientasi pada profit, alangkah tak berartinya hidup ini. Hidup itu bukan untuk pamrih. Hidup itu bukan untuk mendapatkan ganjaran dan balasan. Hidup itu untuk menjalankan peran menjadi hamba Allah dan Khalifah melalui aktifitas bisnis kita.

Bisnis itu wadah ekspresi dan olah pemikiran. Bisnis itu wadah ekspresi karsa dan karya. Bisnis itu seperti memainkan catur dalam papan kehidupan. Bisnis sebuah cara menikmati hidup sebelum kematian.

Jerih payah bisnis. Keringat bercucuran dari bisnis adalah perjuangan tak henti mewujudkan visi dan misi hidup yang tertuang melalui visi misi bisnis. Bila visi misi hidup berbeda dengan visi misi bisnis, bertanda terjadi kepribadian yang terbelah, kepribadian ganda dalam diri. Inilah yang membuat kita tak menikmati perjalanan bisnis kita. Tak ada kesatuan jiwa, pemikiran dan hati.

Bila orientasi bisnis adalah orientasi jiwa dan nurani, inilah yang akan membuat berbisnis adalah bagian dari kenikmatan hidup, bagian nikmat Allah, bagian hidayah Allah. Kelak aktivitas bisnis kita akan membawa kita berdampingan dengan Rasulullah saw di surga  nanti.

Perbedaan, Menghancurkan atau Membangkitkan? Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati)  Berbeda pendapat, sebuah...

Perbedaan, Menghancurkan atau Membangkitkan?

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati) 


Berbeda pendapat, sebuah fitrah kehidupan. Namun tak semuanya harus berbeda. Ada yang harus sama dan ada yang bisa berbeda-beda.

Bila semua harus berbeda-beda tak ada pengendalian, tak ada kesamaan gerak dan tujuan. Ini berbahaya. Bila semua harus sama, maka tak menghargai keberagaman. Manusia diciptakan berbangsa-bangsa, berbeda pemikiran, berbeda budaya untuk saling memahami. Kita harus tahu kapan perbedaan diberi ruang besar tak terbatas. Kita pun harus tahu kapan perbedaan harus disatukan. Inilah keseimbangan.

Andai tidak ada perbedaan, kita tak tahu cara untuk menyatukan. Andai tak ada perbedaan, kita tak akan tahu kebijaksanaan. Andai tak ada perbedaan, kita tak tahu keunikan yang beragam. Dengan perbedaan, manusia berinteraksi dan berkomunikasi. Perbedaan adalah ujian Allah. Berlapang dadakah? Rendah hatikah? Mau mendengarkah? Andai tak ada perbedaan kita tak bisa menilai kualitas seseorang.

Kualitas seseorang justru tergantung dari banyaknya yang didengar, banyaknya yang dilihat, banyaknya yang dibaca, banyaknya yang diperhatikan dan direnungi. Tafakur dan tadabur adalah mengambil energi luar ke dalam, lalu diolah menjadi sebuah maha karya yang dimunculkan. Andaikan semua sama, apakah bisa menarik perhatian para peneliti? Apakah menarik perhatian para ilmuwan? Para Ilmuwan itu melihat fenomena di luar dirinya menjadi sebuah kajian yang bisa diilmiahkan.

Perbedaan menghasilkan kekaguman. Perbedaan membutuhkan pendekatan baru untuk menyatukan. Seperti Imam Syafii dengan   kitab Ar Risalahnya. Seperti Imam Al Ghazali dengan Ihya Ulumudinnya. Itulah maha karya dari sebuah perseteruan perbedaan.

Perbedaan bagi sebagian orang menciptakan perkelahian, pertentangan hingga perpecahan. Bagi sebagian lagi, perbedaan melompatkan dirinya pada prestasi luar biasa. Pilih yang mana? Seperti Rasulullah saw yang memuji karya cucunya Hasan bin Ali yang kelak akan menyatukan kaum Muslimin. Hasan bin Ali menyatukan para Sahabat yang sudah senior. Itulah karakter generasi baru yang lahir dari pergolakan sebuah perbedaan.

Dalam ajaran Islam ada yang prinsip dan bukan. Ada yang rukun, wajib dan sunah. Yang prinsip dan rukun harus sama. Selain itu, berijtihadlah, yang benar 2 pahala, yang salah satu pahala. Dalam ranah ijitihad, bersatulah dalam hal yang disepakati dan bertoleransi terhadap perbedaan. Itulah kelenturan Islam, tidak mengekang tetapi tidak membebaskan tanpa bimbingan.

Bagaimana agar perbedaan menjadi sebuah kesatuan langkah dan pemikiran? Islam memiliki sarananya. Yaitu, musyawarah. Musyawarah bukan sekedar berdiskusi, bukan sekedar brainstorming, bukan sekedar memberikan inputan. Hasil musyawarah mengikat semua individu. Dalam musyawarahlah Allah membimbing manusia untuk penyatuan langkah dari semua perbedaan yang ada. Dari musyawarahlah Allah mengilhamkan keputusan dan cara terbaik. Dari perbedaan menjadi kesatuan melalui musyawarah.

Ada perbedaan yang dirahmati Allah. Ada perbedaan yang bisa juga dilaknat Allah. Disinilah perlunya Fiqh Ikhtilaf dalam khazanah keilmuan kita.

Tasawuf dan Pendidikan Bisnis Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Tak disangka, ternyata Syekh Abdul Qadir...

Tasawuf dan Pendidikan Bisnis

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Tak disangka, ternyata Syekh Abdul Qadir Jailani memiliki cara tersendiri bagaimana mendidik anak-anak menjadi seorang pebisnis. Tasawuf sangat berkaitan erat dengan bisnis. Beberapa ulama Tasawuf seperti Junaid Al Baghdadi ternyata seorang pebisnis pula.

Syekh Abdul Qadir Jailani mewasiatkan saat pengajian paginya, pada akhir Dzulqa'idah 545 H, di Ribath. Yaitu, "Ajarilah anak-anakmu keterampilan kerja hingga anak-anakmu bisa belajar memungut batu." Apa maksudnya?

Bisa memungut batu maksudnya, sang anak sudah mengerti bahwa batu bisa difungsikan untuk sesuatu dan memiliki nilai jual. Maka itu berarti dia telah belajar dan sudah bisa mengurus dirinya sendiri. Itulah wasiat Syekh Abdul Qadir Jailani

Hal yang penting ditekankan tidak saja soal takwa tetapi juga kemandirian anak. Kemandirian anak menjadi prioritas kedua dalam pendidikan anak. Setelah itu, biarkan anak berjibaku dalam karyanya sendiri. Karena Allahlah yang akan melapangkan rezeki anak kita. Rezeki itu datangnya tepat pada waktu yang telah ditentukan Allah.

Anak yang mandiri, menurut Syekh Abdul Qadir Jailani, tak lagi membutuhkan bantuan orang tuanya. Beralih kepada kebutuhannya pada Allah. Jadi bila anak terus merengek pada orang tuanya, berarti kita gagal mendidik anak.

Di saat anak telah mandiri maka fokus orang tua adalah menyibukkan diri bersama Allah. Jangan sia-siakan diri untuk mengurus anak-anaknya lagi. Bila anak terus menggandoli orang tuanya, menurut Syekh Abdul Aadir Jailani, berarti ada kemaksiatan orang tua yang harus ditaubati.

Syekh Abdul Qadir Jailani mengutip sabda Rasulullah saw, "Jika seorang hamba memendekan amal, maka Allah akan menimpakan kesusahan padanya." Menurut Syekh Abdul Qadir Jailani, Allah akan mengujinya dengan kesusahan yang tak terduga, problematika keluarga, penderitaan anak-istri, kemerosotan laba dalam bisnis, kedurhakaan anak dan pembangkangan istri.

Kuncinya, memunculkan sense bisnis adalah sang anak bisa menilai, memahami dan merubah fungsi sesuatu menjadi sesuatu yang lainnya yang memiliki nilai jual. Yang dicontohkan oleh Syekh Abdul Qadir Jailani adalah batu.

Mendidik anak jangan hanya menghadirkan anak di bangku sekolah, tetapi juga mendidik keterampilan kerja dan berbisnis. Begitulah wasiat Syekh Abdul Qadir Jailani 

Membaca Petunjuk dan Tanda Kebesaran Allah Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Dalam setiap sesuatu ada p...

Membaca Petunjuk dan Tanda Kebesaran Allah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Dalam setiap sesuatu ada petunjuk dari Allah. Gali dan temukan petunjuk itu. Pada tanah, pasir, batu, air dan semua yang ada di jagat raya dipenuhi petunjuk Allah. Petunjuk ini bisa diubah menjadi ilmu, teknologi, pelayan dan penolong untuk memudahkan urusan manusia.

Dalam setiap sesuatu ada tanda-tanda kebesaran Allah. Temukan dan galilah. Ubahlah menjadi kerendahan hati, kekaguman dan ketakjuban, cinta dan rindu, takut dan harap, ridha dan syukur kepada Allah. Bila tak bisa merekam petunjuk dan keagungan Allah, tandanya hati tak lembut lagi..

Yang meyakini pertemuan dengan Allah akan sangat mudah menemukannya. Yang mencintai hawa nafsu dan dunia, terhalang oleh ego diri. Bila yang indah mempesona itu hanya perbuatan dan karyanya sendiri saja. Bila tak menemukan sisi keindahan dari alam semesta. Tandanya, jiwa sudah melampaui batas dalam meneropong kehebatan diri. Layakkah memuji diri?

Allah memberikan petunjuk kepada yang meyakini pertemuan dengan-Nya. Allah membiarkan bingung dalam kesesatan bagi yang mendurhakainya. Mengapa tak bisa menemukan solusi, bahagia dan ketentraman? Mengapa akal, ilmu dan teknologi tetap saja menimbulkan kebingungan dalam menyelesaikan kesulitan? Karena solusi itu berasal dari ilham hidayah Allah, bukan kekuatan ilmu, teknologi dan akal.

Dalam segala sesuatu ada karunia Allah. Dalam segala sesuatu ada nikmat Allah. Banyak sekali karunia dan nikmat yang tak terdeteksi oleh panca indra dan akal. Kehadiran  cacing, kecoa, semut, belatung, patogen dan virus adalah bagian karunia dan nikmat Allah. Sebab, mereka bagian dari ekosistem kehidupan yang harus ada. Bila tidak justru hancurlah kehidupan ini.

Mengapa hujan menjadi banjir, longsor dan bencana? Padahal air hujan rahmat dan karunia Allah? Padahal hujan untuk menumbuhkan pohon-pohon, buah dan rezeki bagi manusia. Mengapa kemarau menjadi bencana kekeringan dan kelaparan? Padahal banyak tumbuhan yang mengeluarkan dan berbuah lebih banyak di saat kemarau.

Saat semua yang ada tidak diubah untuk melihat petunjuk dan tanda kebesaran Allah, maka semua karunia dan nikmat Allah justru menjadi malapetaka dan bencana, karena tak melihat apa yang Allah kehendaki dari karunia dan rahmat-Nya. Tak paham bagaimana memperlakukan alam, hujan dan kemarau. Tak bisa memahami ucapan alam, hujan dan kemarau.

Memilih Jadi  Binatang Ternak Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Hewan ternak, dipelihara hanya untuk di...

Memilih Jadi  Binatang Ternak

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Hewan ternak, dipelihara hanya untuk disembelih dan dijual. Hidupnya dibatasi dalam kungkungan. Bila berpindah-pindah hanya dari satu kukungan ke kukungan lainnya. Bila diberi makan dan minum agar gemuk saja, tak ada tujuan lain. Tak ada pilihan untuk makan sesuai seleranya. Semuanya terpenjara tak ada kebebasan.

Untuk siapakah gambaran hewan ternak ini? Untuk siapakah gambaran yang lebih buruk dari hewan ternak ini?  Mereka yang tak menggunakan hati dan akalnya untuk berfikir, bertafakur dan bertadabur. Orang kafir digambarkan cara makannya seperti hewan ternak.

Hewan ternak, makan dan minum sesuai yang disajikan oleh pemiliknya. Hewan liar, makan dan minum sesuai seleranya. Mana yang lebih mulia? Hewan ternak makan dan minumnya ditambahkan zat tertentu untuk merangsang bagian tertentu agar pada jangka waktu tertentu bisa disembelih dan dipanen. Waktu hidupnya dibatasi oleh rentang waktu tertentu. Allah berfirman kepada yang zalim dan kafir, bahwa kehidupan mereka hanya diberi jeda waktu tertentu saja, dan seluruh amalnya dihapus dan tak bermanfaat.

Saat Rasulullah saw memerangi Yahudi karena berkhianat, Allah berfirman bila mereka tidak kalah dan terusir dari Madinah, mereka akan diazab oleh Allah. Kekuasaan, kekuatan dan kemegahan kaum yang zalim dan kafir, siklusnya hanya sebentar karena Allah amat cepat memberikan siksaan. Bukankah kehancuran kaum yang durhaka di saat para Nabi dan Rasulnya masih hidup?

Kebebasan dan mudahnya mereka mendapatkan kekayaan, kekuasaan dan kemegahan, seperti pemilik yang memberikan makan dan minum pada hewan ternak. Terlihat hidupnya sangat mudah dan disediakan tempat. Binatang ternak seperti tak pernah memikirkan harus pergi mencari makan dan minum. Namun perhatikan apa yang terjadi setelah itu?

Hewan ternak hanya bergaul dengan makanan dan minuman saja. Tak ada fasilitas lain. Di luar pagar memang harus berjuang untuk hidup, namun medan kehidupan sangat luas dan mempesona. Kehidupan seperti apa yang dipilih? Daya akal, jiwa dan raga binatang ternak tak terasah bergulat dengan kehidupan, yang ada hanya makan, minum dan tidur saja. Setiap lapar dan haus tinggal berteriak dan menunggu jadwalnya saja. Sangat monoton sekali.

Namun di kehidupan ini lebih banyak yang memilih sebagai binatang ternak. Hidup hanya untuk makan, minum dan tidur. Hidup dalam kukungan fasilitas kandang yang sudah disediakan. Tak peduli bahwa seluruh fasilitasnya direkayasa untuk membinasakannya. Kebinasaannya hanya soal waktu saja.

Hobi Menganiaya Diri Sendiri Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Setiap saat manusia menzalimi dirinya se...

Hobi Menganiaya Diri Sendiri

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Setiap saat manusia menzalimi dirinya sendiri. Saat tak berdzikir. Saat tak memulai sesuatu dengan bismillah. Saat melakukan sesuatu tidak mengikuti Sunah Rasulullah saw. Saat mengisi hidup tidak sesuai syariat Allah. Saat tak berakhlak dan bersikap sesuai tuntutan Rasulullah saw. Itulah momentum penganiayaan terhadap diri sendiri.

Menganiaya diri sendiri, karena kehilangan momentum menaikan derajat di sisi Allah. Kehilangan kesempatan untuk dicintai Allah dan Rasulullah saw. Kehilangan meraih syafaat  Rasulullah saw . Padahal setiap waktu yang dilewati takkan pernah kembali.

Bila tak merasakan nikmat Allah setiap saat. Bila tak ada kesadaran bahwa semuanya karunia dari Allah. Bila pandangan mata dan telinga tak bisa memunculkan ketakjuban terhadap tanda-tanda kebesaran Allah. Itulah waktu bahwa hakikat dirinya lebih hina dari binatang, bahkan lebih hina dari binatang ternak sekali pun.

Bila mengabaikan semuanya, bertanda bahwa hidup hanya dipenuhi tidur, senda gurau, istirahat, dan permainan. Padahal azab Allah datang di siang hari saat manusia beristirahat dan bermain-main. Azab Allah datang di malam hari ketika manusia sedang tidur. Kehancuran manusia disebabkan oleh waktu yang dipenuhi dengan tidur, istirahat dan permainan.

Nabi Adam merasa telah menganiaya dirinya karena sekali mengikuti bisikan syetan. Nabi Yunus menganiaya dirinya karena sekali meninggalkan tanggungjawabnya. Bagaimana dengan liku-liku kehidupan kita yang telah dijalani? Mengapa terus merasa menjadi hamba yang berhak surga dan menyandang gelar orang baik dan shaleh?

Al-Qur'an telah menyebutkan karakter manusia yang sangat zalim dan tak bersyukur, melampaui batas, bodoh, berkeluh kesah, kikir dan beragam karakter yang menghancurkannya. Namun mengapa merasa tak menjadi tertuduh atau terdakwa? Mengapa semua itu merasa bukan karakter dirinya?

Itulah tanda bahwa penzaliman terhadap diri sudah sangat parah dan tak dirasakan sebagai penyimpangan dan keburukan diri. Diri telah dihancurkan oleh dirinya sendiri. Diri telah dirusak oleh dirinya sendiri. Itulah gambaran Al-Qur'an bahwa banyak orang yang melakukan kerusakan terhadap dirinya, namun menganggapnya telah memperbaiki diri. Bila seperti ini, bagaimana bisa introspeksi dan evaluasi diri? Wajar bila perjalanan hidup terus terbawa pada arus kehancuran.

Kekuasaan Yang Dikutuk Allah Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Penyakit kekuasaan adalah membuat kerusa...

Kekuasaan Yang Dikutuk Allah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Penyakit kekuasaan adalah membuat kerusakan dan menghancurkan rasa kekeluargaan. Kutukan Allah berikutnya, pendengarannya tuli dan matanya buta. Kedengkian terus menyelimuti dan siap menerkam untuk menghancurkan.

Bagaimana membatasi berbagai kerusakan kekuasaan? Muncullah berbagai ijtihad sistem kekuasaan dan pemerintahan. Perhatikan sistem pemerintahan di era Khalifatur Rasyidin.   Perhatikan bagaimana Umar bin Abdul Aziz, Harun Al Rasyid, Nurudin Zanky, Shalahuddin Al Ayubi dan Muhammad Al Fatih mengelola kekuasaannya. Perhatikan Imam Abu Yusuf, Mawardi, Ibnu Khaldun, dan berbagai Fuqaha berijtihad dalam model kekuasaan.

Bagaimana meminimalisir putusnya tali kekeluargaan? Perhatikan sistem alih kekuasaan dan orang-orang yang layak berkuasa dari era Rasulullah saw ke Khalifatur Rasyidin, dari Hasan bin Ali ke Muawiyah bin Abu Sofyan. Perebutan kekuasaan dan pengaruh, perang, saling bunuh, umbar kebencian, perselisihan dan perseteruan terus mewaranai hingga tak peduli lagi soal tali kekeluargaan dan kebersamaan.

Bila berbagai sistem kekuasaan dilabrak, maka Allah akan mengutuknya dengan dicabutnya kepekaan pendengaran dan penglihatan. Kediktatoran adalah kutukan Allah pada penguasa. Kritik dan saran dibungkam dengan penjara. Realitas sosial dan kemasyarakatan yang semakin parah tak pernah diperbaiki walaupun telah banyak yang menyuarakan. Inilah kutukan Allah pada penguasa.

Mengapa tuli dan butanya kekuasaan merupakan kutukan dari Allah? Bagi rakyat, kesulitan hidup yang paling sulit bukan bencana alam, tetapi kekuasaan yang membenci rakyatnya sendiri. Sejarah selalu mencatat, kemarau dan paceklik terparah, kemiskinan yang membuat tak ada lagi yang bisa dikonsumsi, hilangnya mata air, disebabkan oleh kekuasaan yang membenci rakyatnya sendiri.

Mengapa buta dan tulinya kekuasaan merupakan kutukan Allah? Karena rakyat hanya jadi budak-budak kekuasaan, alat kekuasaan untuk kepentingan penguasa. Perhatikan saat perang Paregreg? Perhatikan saat Belanda mencanangkan Tanam Paksa dan adu domba? Sekarang?

Kutukan Allah berikutnya setelah buta dan tulinya kekuasaan adalah meratanya kedengkian. Amankah kekuasaan bila kedengkian merata? Bisakah ketentraman jiwa tercipta saat kedengkian menjadi karakter kekuasaan? Bagaimana bila seluruh lapisan dari level penguasa hingga rakyat jelata penuh kedengkian? Kehancuran dan panjangnya penderitaan sangat luar biasa.

Allah akan memunculkan dan menampilkan kedengkian dengan sangat jelas dan terbuka hingga di ranah publik. Kedengkiannya sangat jelas dari tutur kata, komentar, perbincangan hingga  pemberitaan massal. Hingga Allah berfirman, apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur'an atau di hatinya penuh penyakit?

Bangsa yang sudah dikutuk Allah, tidak ada karya besar yang dihasilkan, tidak ada pembangunan yang bermanfaat, tak ada perbaikan yang bisa dilakukan, mereka sibuk dengan pengrusakan dan perselisihan kata dan komentar. Andai ada sesuatu yang dibangun, Allah akan menghapuskan dan menghancurkan amalnya.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (230) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (338) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (15) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (4) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (210) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (178) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (122) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (125) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)