basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Kezaliman Hancur Sendiri Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Mengapa Nabi Yusuf as akhirnya diangkat sebag...

Kezaliman Hancur Sendiri

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Mengapa Nabi Yusuf as akhirnya diangkat sebagai Kepala Perbendaharaan Kerajaan? Mengapa Nabi Yusuf as akhirnya dipertemukan kembali oleh bapak dan saudaranya? Mengapa Nabi Yusuf dari lubang sumur menjadi penghuni istana? Mengapa yang berniat jahat datang menghadap dengan kehinaan? Sebuah happy ending yang luar biasa. Seperti itukah akhir ideal sebuah perjalanan hidup?

Semua strategi keburukan pada dasarnya menggali kuburan keburukan itu sendiri. Strategi penghancuran kebaikan, pada dasarnya penghancuran pihak-pihak penopang keburukan itu sendiri. Langkah maju menghancurkan kebaikan pada dasarnya langkah jurang para pelaku keburukan itu sendiri. Inilah hukum yang tertera di Al Qur'an. 

Nabi Musa as penuh dengan pergolakan hidup yang luar biasa. Diawali dengan kisah perburuan terhadap bayi laki-laki. Kisah penyelamatan seorang ibu terhadap bayi Musa dengan membuangnya ke sungai Nil. Sebuah kisah yang penuh kekejaman namun dijawab dengan aksi penyelamatan yang brilian. Setelah itu bayi yang diburu justru berada dipangkuan sang pemburu. Bagaimana bisa terjadi? Begitulah cara Allah menunjukkan kelemahan manusia yang Zalim.

Kehancuran tidak datang dari luar, tetapi dari istananya sendiri. Dari pihak yang ingin dibunuhnya sendiri. Kehancuran diawali dari strategi penghancuran terhadap yang ditakuti. Seperti Kemal Attartuk Turki, ingin menghancurkan sendi ajaran Islam, yang hadir justru kebangkitan Islam di Turki.

Kezaliman yang kejam justru melahirkan para pembela kebenaran. Andai tidak ada Firaun, mungkin tidak akan muncul Musa. Andai tidak ada Jalut, mungkin tidak ada Thalut dan Dawud. Itulah cara Allah memelihara alam semesta. Menghancurkan kezaliman lebih mudah dan sangat mudah, tak perlu kekuatan superpower, tak perlu kekuatan adi daya, cukup menghadirkan dan menyalahkan kembali nurani manusia. Karena yang menghancurkan kezaliman adalah kezaliman itu sendiri.

Kekuatan penghancur kezaliman seiring dengan pertumbuhan kekuatan kezaliman. Semakin sewenang-wenang, semakin pongah, semakin angkuh maka semakin dekat dan mudah menghancurkan kezaliman. Semakin pekatnya malam, semakin dekat datangnya matahari terbit. Begitulah hukum alamsemesta. Kesabaran berjuang dalam menanti terbitnya matahari.

 

Menonton Dagelan Hidup Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Lihatlah di rumah, semua orang sama saja. Memi...

Menonton Dagelan Hidup

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Lihatlah di rumah, semua orang sama saja. Memiliki peran yang sama. Memiliki dasar kehidupan yang sama. Memiliki kebutuhan dasar yang sama. Tapi lihatlah di luar rumah, semua orang sangat beragam dengan sematan dan polesan hidup yang berbeda-beda. Semua berubah menjadi panggung kehidupan dengan lakon peran yang beraneka warna.

Siapkan yang terbaik saat lakon sandiwara dipertunjukkan? Yang berperan sebagai raja, ratu, bangsawan, pejabat dan pengusaha? Hinakah yang berperan sebagai pembantu dan pemulung sampah?  Perhatikan dalam tropi penghargaan perfileman, yang dihargai hanya mereka yang terbaik dalam menjalankan lakon kehidupan.

Siapakah yang terbaik versi Sutradara? Siapakah yang terbaik versi penonton? Siapakah yang terbaik versi dewan juri? Yang terbaik hanya yang menjalankan peran kehidupannya. Peran apa yang diarahkan Allah dalam kehidupan ini?

Tampilan di luar rumah, hanyalah dagelan hidup. Yang sesungguhnya hanya ada di rumah. Yang mulia hanya yang bertakwa. Takwa yang harus mengisi ruang dagelan lakon hidup. Ragam dagelan hidup hanya ujian, terpesona dengan dagelan lakon? Apakah terfokus mengisi dagelan lakon dengan takwa?

Bani Israel terpesona dengan dagelan lakon Fir'aun, Qarun dan Haman. Padahal amat lemah saat bumi dan lautan menenggelamkannya. Semua kaum yang terkuat dan terkaya, sangat mudah dihancurkan. Namun jalan hidup yang dipilih justru menapaki apa yang telah mereka jalani.

Semua dagelan lakon hanya untuk saling mengisi agar kehidupan menjadi mudah dan terkoneksi. Namun mengapa justru menjadi barometer mulia dan hina? Semua dagelan lakon hidup merupakan peran yang terbaik bila ada takwa di dalamnya.

Keluarlah dari rumah, perhatikan semua yang berlalu lalang dan ditemui. Bacalah berita dan struktur organisasi, itulah lakon yang diamanatkan oleh Sang Sutradara. Namun semuanya bukan tanda siapakah yang dimuliakan dan dihinakan. Namun persepsi manusia terjebak dalam kukungan ini.

Pergantian Tahun, Kebangkitan Baru? Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Pergantian tahun kali ini lebih ba...

Pergantian Tahun, Kebangkitan Baru?

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Pergantian tahun kali ini lebih baik. Siang hari berkeliling, sangat sedikit yang menjual terompet. Malam hari sepi dari suara petasan sehingga bisa tidur pulas. Biasanya tahun-tahun sebelumnya di malam pergantian tahun di atas rumah saya penuh dengan asap bau petasan.

Saya mencoba shalat berjamaah di masjid yang jauh dari rumah. Setelah magrib hingga malam, dilakukan dzikir, shalat sunah taubat, pengajian hingga shalat qiyamullail bersama. Dan ternyata itu pun dilakukan di beberapa masjid. Ini cara melawan budaya dengan budaya. Kebiasaan dengan kebiasaan. Begitulah cara memperbaiki.

Salah satu kelemahan kita, tidak memiliki titik fokus dalam mengelola sumber daya. Milyaran rupiah habis hanya untuk petasan, terompet dan kembang api. Milyaran rupiah habis hanya untuk menunggu malam pergantian tahun. Coba kalau diinvestasikan? Siapa yang diuntungkan dari semua ini? Kita menjadi umat yang konsumtif bukan investor? Penikmat bukan pembuat? Menghabiskan bukan menciptakan? Bersenang bukan berinovasi?

Saya suka dengan komentar teman, berbisnis itu bersenang-senang dengan pikiran dan strategi. Berbisnis itu seperti olahraganya akal. Seharusnya fokus kita membangun umat dengan beragam sarana politik, ekonomi, sosial, budaya, pemerintah dan panggung ceramah. Inilah cara menyalurkan bakat dan minat untuk memperbaiki umat. Bukan menghabiskan waktu untuk kesenangan.

Saya melihat kiprah dakwah umat ini sudah semakin kompleks dan komprehensif, tidak monoton melalui panggung ceramah, khotbah dan majelis taklim, tetapi sudah menyelusup hingga inti dakwah para nabi yaitu menghadang kezaliman penguasa melalui berbagai lintas sektor kehidupan. Mereka bergerak dalam diam dan kesenyapan. Mereka bergerak dengan alamiah dan bertahap. Ketika energi umat ini semakin besar, maka bidang-bidang yang belum tergarap mulai digeluti. Setiap kita adalah batu bata dari sebuah bangunan dakwah.

Semua bidang kehidupan terlihat mulai digarap serius walaupun baru secara personal dan kelompok. Kelak akan datang gerakan yang makin terorganisir setiap bidang kehidupannya. Kelak setiap bidang akan terorganisir secara komprehensif di bawah pemimpin yang bertakwa. Cara melahirkan kebangkitan umat ini akan berbeda dengan strategi Umar Bin Abdul Aziz, berbeda dengan strategi Imam Stafii, berbeda dengan strategi Shalahuddin Al Ayubi, berbeda dengan strategi Walisanga. Setiap zaman, melahirkan strateginya sendiri sesuai tuntunan Allah melalui ilham-Nya kepada setiap umat Islam.

Kebangkitan itu nyata. Kebangkitan itu janji Allah yang tak pernah mengingkari janji-Nya. Itu yang saya amati dengan mata kepala saya sendiri. Kebangkitan hanya soal waktu.

Membongkar Kebohongan dan Kejahatan Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Allah membongkar karakter orang ka...

Membongkar Kebohongan dan Kejahatan

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Allah membongkar karakter orang kafir, musyrikin dan munafikin secara jelas dan gamblang hingga ke akar-akarnya. Untuk apa? Dibongkar apa yang ada di dalam hati dan niatnya. Dibongkar strategi dan operasional hariannya. Dibongkar mimpi dan targetnya. Adakah yang salah dengan hal ini?

Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulumudin membongkar karakter ulama suu dan ulama yang benar. Dibongkar kamuflasenya. Dibongkar orientasinya. Dibongkar kebiasaannya. Apakah Imam Al Ghazali telah mengghibah dan memfitnah?

Allah dan Rasulullah saw membongkar semua prilaku penguasa yang Zalim. Dibongkar apa yang diperbuatnya. Dibongkar cara memandang terhadap kekuasaannya. Dibongkar cara pemerintahannya. Apakah ini membongkar aib?

Imam Ibnu Qayyim dalam Madarijus Salikin membongkar semua ragam pemikiran yang sesat dan salah secara aqidah dan penuh bid'ah. Apakah ini perbuatan yang salah?

Kawan, disinilah kita harus bisa memilah dan memilih, kapan menutupi aib dan kapan membongkar rencana jahat? Kapan menutupi aib itu kebaikan dan kapan membongkar keburukan itu pun sebuah kebaikan pula. Jangan menyamaratakan. Jangan salah menempatkannya.

Menutupi keburukan, dengan dalih menutupi aib, yang akhirnya menimbulkan keburukan yang kolosal, sama saja menjadi pendukung keburukan. Menutupi rencana jahat dengan dalih khawatir memfitnah, sama saja menjadi bemper keburukan. Diam dan tak berpihak dalam kasus ini adalah bukan kebaikan. Sama saja menjerumuskan orang banyak dalam keburukan.

Bila keburukan itu sudah nyata, mengapa diam? Bila keburukan itu soal ijtihad maka berdiamlah. Bila kerusakan itu sudah nyata, mengapa diam dan tak berpihak? Bila kerusakan itu masih dalam perdebatan intelektual maka diam adalah sebuah kebijaksanaan.

Menampilkan sebuah fakta buruk dan diselimuti kejahatan, apakah sebuah keburukan?

Taubatnya Rentenir Riba, Menjadi Sahabat Hasan Al Bashri  Buku : Tadzkiratul Auliya “HABIB AL-AJAMI” Habib bin Muhammad al-Ajami...

Taubatnya Rentenir Riba, Menjadi Sahabat Hasan Al Bashri 


Buku : Tadzkiratul Auliya

“HABIB AL-AJAMI”

Habib bin Muhammad al-Ajami al-Bashri, seorang Persia yang tinggal di Bashrah, adalah seorang ahli hadits terkenal yang meriwayatkan hadits-hadits dari Hasan al-Bashri, Ibnu Sirin dan tokoh-tokoh terpercaya lainnya. Pertobatannya dari kehidupan yang ugal-ugalan dan berfoya-foya adalah karena dalil-dalil yang dikemukakan oleh Hasan dengan sedemikian fasihnya. Habib al-'Ajami sering mengikuti pengajian-pengajian yang disampaikan oleh Hasan sehingga akhirnya ia menjadi salah seorang sahabat beliau yang paling akrab

Awalnya Habib adalah seorang yang kaya raya dan suka membanggakan uang. Ia menetap di kota Bashrah, dan setiap hari berkeliling kota untuk menagih piutang piutangnya. Bila tidak memperoleh angsuran dari langganannya, maka ia akan menuntut uang ganti rugi dengan dalih alas sepatunya yang menjadi aus di perjalanan. Dengan cara seperti inilah Habib menutupi biaya hidupnya sehari hari.

Pada suatu hari Habib pergi ke rumah seorang yang berhutang kepadanya. Namun yang hendak ditemuinya sedang tak ada rumah, maka Habib menagih utang kepada istri orang tersebut. "Suamiku tak ada di rumah," istri orang yang berhutang itu berkata kepadanya, "Aku tak memiliki apa pun untuk diberikan kepadamu tetapi kami telah menyembelih seekor kambing dan lehernya masih tersisa, jika engkau mau akan kuberikan kepadamu."

"Bolehlah!" Si lintah darah menjawab. Ia berpikir bahwa setidaknya ia bisa mengambil leher kambing itu dan membawanya pulang, "Masaklah!"

"Aku tak punyai roti dan minyak, si wanita menjawab. "Baiklah," si lintah darat menjawab, "Aku akan mengambil minyak dan roti, tapi untuk semua itu engkau harus membayar gantinya pula. Lalu ia pun pergi untuk mengambil minyak dan roti.

Kemudian si wanita segera memasaknya di dalam belanga. Setelah matang dan hendak dituangkan ke dalam mangkuk, seorang pengemis datang mengetuk pintu. "Bila yang kami miliki kami berikan kepadamu," Habib menghardik si pengemis, "Engkau tidak akan menjadi kaya, tapi kami sendiri akan menjadi miskin."

Si pengemis yang kecewa memohon kepada si wanita agar ia mau memberikan sekedar makanan kepadanya. Si wanita segera membuka tutup belanga, ternyata semica isinya telah berubah menjadi darah hitam. Melihat ini, wajahnya menjadi pusat pasi. Segera ia memanggil Habib dan menarik lengannya untuk memperlihatkan ini belanga itu kepadanya.

"Lihatlah apa yang telah menimpa diri kita karena ribamu yang terkutuk dan dampratanmu kepada s pengemts!" Si wanita menangis, "Apa yang akan terjadi pada din kita di atas dunia ini? Apa pula di akhirat nanti."

Melihat kejadian ini dada Habib terbakar oleh api penyesalan Penyesalan yang tidak akan pernah padam deumur hidupnya...
"Wahai wanita! Abu menyesali segala perbuatan yang telah kulakukan."

Keesokan harinya Habib berangkat untuk menemui orang-orang yang berhutang kepadanya. Kebetulan sekali hari itu adalah hari jum'at dan anak-anak bermain di jalanan. Ketika melihat Habib, mereka berteriak-teriak: "Lihat, Habib lintah darat sedang menuju ke sini, ayo kita lari, kalau tidak niscaya debu-debu tubuhnya akan menempel di tubuh kita dan kita akan terkutuk pula seperti dia!"

Kata-kata itu sangat melukai hati Habib. Kemudian ia pergi ke gedung pertemuan dan di sana terdengarlah olehnya ucapan-ucapan itu bagaikan menusuk-nusuk jantungnya sehingga akhirnya ia jatuh terkulai.

Habib bertobat kepada Allah dari segala perbuatan yang telah dilakukannya, setelah menyadari apa sebenarnya yang terjadi. Hasan al-Bashri datang memapahnya dan menghibur hatinya. Ketika Habib meninggalkan tempat pertemuan itu, seseorang yang berhutang kepadanya melihatnya dan mencoba untuk menghindari dirinya. "Jangan lari!" Habib berkata, "Di waktu yang sudah-sudah engkaulah yang menghindari diriku, tetapi sejak saat ini akulah yang harus menghindari dirimu".

Habib meneruskan perjalanannya, anak-anak masih juga bermain-main di jalan. Melihat Habib, mereka segera berteriak "Lihat Habib yang telah bertobat sedang menuju kemari. Ayo kita lari! Jika tidak, niscaya debu-debu di tubuh kita akan menempel di tubuhnya sedangkan kita adalah orang-orang yang telah berdosa kepada Allah."

"Ya Allah, ya Tuhanku!" seru Habib, "Baru saja aku membuat perdamaian dengan-Mu, dan Engkau telah menabuh genderang-genderang di dalam hati manusia untuk diriku dan telah mengumandangkan namaku di dalam keharuman." Kemudian Habib membuat sebuah pengumuman yang berbunyi: "Kepada siapa saja yang menginginkan harta benda milik Habib, datang dan ambillah Orang-orang datang berbondong-bondong, Habib memberikan semua harta kekayaannya kepada mereka dan akhirnya ia tak memiliki sesuatu pun juga. Namun masih ada seseorang yang datang untuk meminta kepada orang ini Habib memberikan cadar isterinya sendiri. Kemudian datang pula seorang lagi dan kepadanya Habib memberikan pakaian yang sedang dikenakannya, sehingga tubuhn terbuka. la lalu pergi menyepi ke sebuah pertapaan d pinggir sungai Eufrat dan di sana ia membaktikan diri untuk beribadah kepada Allah. Siang malam ia belajar di bawah bimbingan Hasan namun betapa pun juga ia tetap tidak bisa menghapal Al-Quran, dan karena itulah ia dijuluki 'Ajami "si Orang Barbar".

Waktu berlalu, Habib sudah benar-benar dalam keadaan fakir, tetapi istrinya masih tetap menuntut biaya rumah tangga kepadanya. Maka pergilah Habib meninggalkan rumahnya menuju tempat pertapaan untuk melakukan kebaktiannya kepada Allah dan apabila malam tiba barulah ia pulang.

"Di mana sebenarnya engkau bekerja sehingga tak ada sesuatu pun yang engkau bawa pulang Isterinya mendesak.
"Aku bekerja pada seseorang yang sangat Pemurah jawab Habib, "Sedemikian Pemurahnya la sehingga aku mal meminta sesuatu kepada-Nya, apabila saatnya nanti pasti ia akan memberi, karena seperti apa katanya sendiri. Sepuluh hari sekali aku akan membayar upahmu."

Demikianlah setiap hari Habib pergi ke pertapaannya untuk beribadah kepada Allah. Pada waktu shalat Zhuhur di hari yang kesepuluh, sebuah pikiran mengusik batinnya "Apakah yang akan kubawa pulang malam nanti? Apakah yang harus kukatakan kepada isteriku?

Lama ia termenung di dalam perenungannya it Tanpa sepengetahuannya Allah Yang Maha Besar telah mengutus pesuruh-pesuruh-Nya ke rumah Habib, Yang seorang membawakan gandum sepemikul keledai, yang lain membawa seekor domba yang telah dikuliti, dan yang terakhir membawa minyak madu, rempah-rempah dan bumbu-bumbu. Semua itu mereka pikul disertal seorang pemuda gagah yang membawa sebuah kantong berisi tiga ratus dirham perak. Sesampainya di rumah Habib, si pemuda mengetuk pintu.

"Apakah maksud kalian datang ke mari?" Tanya istri Habib setelah membukakan pintu.

"Majikan kami telah menyuruh kami untuk mengantar kan barang-barang ini, pemuda gagah itu menjawab, "Sampaikanlah kepada Habib: "Bila engkau melipatgandakan jerih payahmu maka Kami akan melipatgandakan upahmu." Setelah berkata demikian mereka pergi.

Setelah matahari terbenam Habib berjalan pulang, ia merasa malu dan sedih. Ketika hampir sampai ke rumah, terciumlah olehnya bau roti dan msakan-masakan. Dengan berlari istrinya datang menyambut, menghapus keringat di wajahnya dan bersikap lembut kepadanya, sesuatu yang tak pernah dilakukannya di waktu yang sudah-sudah.

"Wahai suamiku," si istri berkata, "Majikanmu adalah seorang yang sangat baik dan pengasih. Lihatlah segala sesuatu yang telah dikirimkannya kemari melalui seorang pemuda yang gagah dan tampan. Pemuda itu berpesan: Bila Habib pulang, katakanlah kepadanya, bila engkau melipatgandakan jerih payahmu maka Kami akan melipatgandakan upahmu."

Habib terheran-heran.

"Sungguh menakjubkan! Baru sepuluh hari aku bekerja, sudah sedemikian banyak imbalan yang dilimpahkan-Nya kepadaku, apa pulalah yang akan dilimpahkan-Nya nanti?"
Sejak saat itu Habib memalingkan wajahnya dari segala urusan dunia dan membaktikan dirinya untuk Allah semata mata

Kesultanan Sebagai Penyumbang Harta bagi Kemerdekaan RI Oleh: Jusman Abdurahman IG: Nadda_hijabkids Sejak awal Proklamasi diucap...

Kesultanan Sebagai Penyumbang Harta bagi Kemerdekaan RI

Oleh: Jusman Abdurahman
IG: Nadda_hijabkids

Sejak awal Proklamasi diucapkan oleh Dwi Tunggal, Soekarno-Hatta, 17 Agustus 1945, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II tak perlu waktu lama untuk menyatakan bergabung ke ibu pertiwi. Melalui Soekarno sejumlah uang senilai 13 juta Gulden Belanda, Mahkota berlian miliknya, serta pedang keris dan harta-harta bernilai lainnya diserahkan ke kas negara

Jika dihitung, sumbangan Sultan Siak sebanyak 13 juta Gulden Belanda, sama dengan lebih kurang 69 Juta Euro. Jumlah tersebut jika di-Rupiah-kan sekitar Rp 1,074 Triliun.

Sementara Kesultanan Yogyakarta, Raja Hamengku Buwono IX menyumbangkan 6,5 juta Gulden Belanda bagi modal perjuangan kemerdekaan Indonesia. Jika dihitung setara 34,5 Juta Euro jika di rupiahkan sekitar  Rp. 560 Milyar. Hingga wafat,  Sultan dan keraton tak pernah meminta agar sumbangan itu dikembalikan pada kemudian hari

Didaerah Sumatera Utara, terdapat Kerajaan Huristak. Raja yang berperan besar dalam perjuangan Kemerdekaan adalah Patuan Barumun (1884-1966) Raja Huristak ke XI yang terletak di Kabupaten Padang Lawas. Pada tahun 1946-1947 Kerajaan Huristak rutin memberikan logistik padi kepada dewan kemakmuran tentara Indonesia, betapa pentingnya Kerajaan Huristak ini dalam swasembada pangan pada masa itu.

Sejarah telah mencatat, betapa kayanya bangsa ini di era raja-raja yang berkuasa saat itu dan bergabung ke pangkuan Ibu Pertiwi. Lalu Akankah Sejarah berulang saat ini, sosok Dermawan seperti raja-raja untuk NKRI??? 
Sumber:
https://www.kompasiana.com/nazriahsani/5d6676360d823024c1549f62/kerajaan-huristak-padang-lawas-merupakan-salah-satu-penyumbang-komoditi-terbesar-untuk-nkri-sebelum-bergabung-nkri  
https://nasional.tempo.co/read/692958/untuk-republik-sultan-hb-ix-sumbang-65-juta-gulden
https://kumparan.com/selasarriau/13-juta-gulden-rp-1-000-triliun-sumbangan-sultan-siak-untuk-modal-indonesia-merdeka-1539145538460527427/2

Judul Buku : Akhlaqul Karimah Penulis : Buya Hamka Penerbit : Gema Insani *Kekuatan Perasaan* Setelah itu menjadi hak pula atas ...

Judul Buku : Akhlaqul Karimah
Penulis : Buya Hamka
Penerbit : Gema Insani

*Kekuatan Perasaan*

Setelah itu menjadi hak pula atas kita menjaga supaya perasaan yang timbul dari pancaindra jangan sampai dipengaruhi oleh syahwat yang rendah. Menjadi hak atas kita menghapuskan bekas-bekas cemburu, hasad, dan dengki yang tumbuh dalam diri. Hendaklah didik diri sendiri menaruh rasa cinta kepada kaum kerabat, teman sejawat, keindahan, kebaikan, dan cinta kepada ilmu.

Hak perasaan yang paling terpenting ialah menghormati diri sendiri. Tahu harga diri, makan dan minum

dengan sederhana. Memperhatikan segala perkara dengan saksama, berani karena benar, takut karena salah,dan kuat kemauan.

Sederhana yang paling penting ialah terhadap harta benda. Hendaklah diingat benar bahwa harta benda digunakan untuk mencapai suatu maksud. Oleh karena itu, jangan bakhil sebab bakhil itu tanda bahwasanya harta yang telah memerintah diri, bukan diri lagi yang memerintah harta. Jika penyakit bakhil telah si bakhil akan payah mengumpul waktu hidupnya, setelah mati orang lainlah yang mengambil hasilnya.

Jangan pula mubadzir dan boros karena itu namanya menghabiskan harta. Ada pepatah, "Sedangkan laut ditimba lagi kering," boros merusak rumah tangga, menyusahkan diri, dan menimbulkan kesal karena kadang-kadang membawa kepada pintu utang. Utang itu menyebabkan rendah derajat siang hari dan tidak enak tidur di waktu malam.

Hendaklah sederhana, tidak telalu bakhil, dan tidak telalu boros. Di tahan harta itu sekeras-kerasnya terhadap hal-hal yang tidak bermanfaat, ditimbang seketika hendak dikeluarkan, dan lekas-lekas dibelanjakan kepada yang memang perlu.

لا تنه عن خلق وتأتي مثله عار عليك إذا فعلت عظيم "

Janganlah engkau melarang melakukan suatu perbuatan sedangkan engkau mengerjakannya. Sungguh tercela perbuatanmu itu apabila engkau melakukan." (al-Ghazali)

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (403) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (302) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)