basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Sejarah Peradaban Akal Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Al-Qur'an membangun peradaban kemanusiaan ...

Sejarah Peradaban Akal

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Al-Qur'an membangun peradaban kemanusiaan dengan cara yang mudah dan sederhana untuk dipahami oleh setiap manusia. Teramat sederhananya, saat mentaatinya, kita tak sadar sesungguhnya sedang membangun  peradaban kemanusiaan yang bermartabat.

Peradaban yang lahir dari akal manusia, akan sulit dipahami manusia. Hanya untuk kalangan elit terbatas. Maka kelahirannya menimbulkan revolusi kerusakan dan kehancuran, akhirnya kezaliman dan kediktatoran baru untuk menghapus kezaliman dan kediktatoran lama.

Perhatikan Renaisance, hanya merubah wajah kediktatoran dari para Paus dan Pendeta menuju kediktatoran para Kaisar. Perhatikan revolusi industri, hanya merubah kediktatoran kaisar menuju kediktatoran pemilik modal. Perhatikan Marxisme, merupakan kediktatoran para investor menuju pertentangan antar manusia.

Peradaban akal manusia akan menciptakan kamuflase yang sangat parah. Disangka menuju kemuliaan yang paling mulia, padahal menuju kehancuran yang tak disadari. Disangka berbuat kebaikan yang sempurna padahal berada dalam keburukan yang paling parah. Disangka membangun manusia dan kehidupan, padahal menghancurkan alam semesta.

Apa hasil nyata gerakan perbaikan yang dikagumi dunia? Renaisance dan revolusi industri? Hasilnya hanya penjajahan dunia, peperangan yang merata di pelosok dunia, hingga perang dunia. Serta perbudakan yang merata di jagat raya.

Peradaban akal di Barat, menciptakan peperangan yang tak pernah berhenti antar negara Eropa di benua Eropa sendiri dan Amerika. Peperangan terbanyak di muka bumi yang disebab prilakunya sendiri bukan rekayasa dan intervensi bangsa lain justru terjadi di Eropa dan Amerika. Siapakah pelopor peperangan terbanyak saat ini?

Bila peradaban akal telah mencapai puncak kerusakannya, apa yang akan terjadi? Al-Qur'an menyebutkan akan dibinasakan penyokongnya dan akan lahir generasi pengganti. Mereka seperti tanaman yang dituai yang tak dapat hidup kembali. Bagaimana karakter penggantinya? Bila sama dengan generasi sebelumnya, siklus kehancuran akan berulang kembali.

Memungut Ilmu Yang Tercabut Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Mencari ilmu yang pertama kali ditarik ol...

Memungut Ilmu Yang Tercabut

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Mencari ilmu yang pertama kali ditarik oleh Allah dari muka bumi. Yaitu Ikhlas dalam beramal. Dalam shalat, itulah kekhusyuan. Andai khusyuk itu tercabut dari shalat kita, apa yang salah dengan jiwa kita? Sehingga Allah mencabutnya dari hati kita?

Saat khusyuk itu tercabut, bisa jadi ada yang salah dalam Marifatulllah. Ada yang salah dalam Marufatulinsan. Ada yang salah terhadap mindset kehidupan dunia. Khusyuk adalah sebuah timbangan diri. Khusyuk adalah fenomena nyata jiwa kita, dia adalah cermin kita yang sesungguhnya tentang siapa kita.

Cukuplah dengan memperhatikan kekhusyuan kita. Kita sudah tahu dimana posisi Allah dalam hati kita. Dan itulah gambaran nyata posisi kita dihadapan Allah. Tak perlu wafat dulu untuk mengetahui di Surga atau di Nerakakah kita? Cukup perhatikan, apa yang ada dalam jiwa di saat shalat, itulah posisi kita di akhirat nanti.

Khusyuk adalah sebuah adab dan akhlak jiwa kepada Allah di saat Shalat. Khusyuk bertanda ketundukan dan kerendahan hati kepada Allah. Bila tidak khusyuk, berarti kita menampilkan kesombongan dihadapan Allah. Pantaskah yang berasal dari tanah menghadap Sang Penguasa Semesta dengan kesombongan?

Khusyuk, menghadirkan Allah dalam shalat. Shalat berarti kita datang menghadap Sang Pencipta, Sang Penguasa Semesta. Bila tidak ada kekhusyuan berarti kita telah mengusir Allah dari hadapan. Kita berpaling dari wajah Allah.  Seperti inikah akhlak kita?

Sangat benar, bila shalat dijadikan ukuran diterima atau ditolaknya seluruh amal. Sangat benar bila shalat sebagai ukuran mukmin ataukah bukan. Bila sedang menghadap Allah saja sombong dan memalingkan Allah, bagaimana dengan amalan yang lainnya?

Bila sedang menghadap Allah dalam shalat saja mencuekan Allah, bagaimana disaat melakukan amal-amal dunia? Tidak mungkin bisa tersambung kepada Allah. Tidak mungkin bisa berorientasi pada Allah.

Instruktur Senam Pelentur Otot Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Memadukan Yoga, Akupuntur, Totok Wajah,...

Instruktur Senam Pelentur Otot

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Memadukan Yoga, Akupuntur, Totok Wajah, Refleksi, Bela diri Jepang dan senam dari seorang kiyai, alhamdulillah bisa menyembuhkan seorang teman yang mengalami gangguan pernapasan dan lambung. Semuanya dipadukan menjadi satu rangkaian gerakan yang harmonis.

Saat berangkat ke Shalat Center Bandung, ku perhatikan fisik seorang teman kurang fit. Akhirnya ku janjikan untuk diterapi. Selama 2 hari, saya membimbingnya setiap pagi. Alhamdulillah lendir dari saluran pernapasan dan asam lambungnya bisa dikeluarkan tanpa obat kimia hanya dengan latihan berbagai gerakan kombinasi. Tanpa obat, pernapasannya lancar dan lambungnya bisa terasa lebih baik. Walau rangkaian kegiatan full, namun fisiknya terjaga cukup baik.

Bertemu dengan banyak orang, ku punguti berbagai gerakan. Saat ini rangkaian gerakan tersebut mulai ku ajarkan kepada yang lainnya secara rutin. Tadi pagi, di saat acara tadabur alam, beberapa teman menghampiri ku untuk minta diajarkan. Tak disangka ilmu ini menjadi bermanfaat.

Insyaallah dua kali dalam satu bulan, gerakan tubuh ini akan ku ajarkan rutin pada orang lain. Mungkin perlu nama untuk rangkaian gerakan ini. Ku beri nama senam Khudlu' artinya ketundukan anggota tubuh.

Saat acara di puncak awal Nopember lalu, dengan gerakan ini saya mencoba menterapi seorang teman yang tubuhnya mengalami kram di bagia paha, punggung dan betis. Alhamdulillah bisa meringankan sakit ototnya.

Berarti profesiku bisa bertambah lagi sekarang. Menjadi instruktur senam untuk memulihkan otot yang kaku agar lentur dan terapi tubuh dengan membangun imunitas tubuh secara alami.

Allah Penghidup Jiwa Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Cahaya dari mana sumbernya? Andai tidak ada matah...

Allah Penghidup Jiwa

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Cahaya dari mana sumbernya? Andai tidak ada matahari, bumi akan terus diselimuti kegelapan  dan kepekatan. Kemampuan manusia untuk menerangi bumi hanya sebesar lampu-lampu yang menyala di malam hari. Artinya, kegelapan dan kepekatan tetap saja menyelimuti seluruh semesta.

Berapa investasi agar bisa menghadirkan cahaya melalui lampu? Energinya terkuras hanya sebuah lampu. Namun Allah cukup menghadirkan matahari dan bulan untuk menerangi semesta. Andai tidak ada matahari dan bulan, semesta akan membeku. Adakah kehidupan bila seperti ini?

Manusia memilik karakter dasar berkeluh kesah, bodoh, tergesa-gesa, itulah yang digambarkan oleh Al Qur'an. Andai tak ada yang membimbing dan memberikan hidayah hidup, semesta ini menjadi pergulatan yang mengerikan oleh karakter asli manusia. Mari buka sejarah bagaimana kondisi dunia sejak diangkatnya nabi Isa ke langit hingga diangkatnya Muhammad saw sebagai Rasul? Begitulah kondisi dunia tanpa bimbingan Allah.

Kemuliaan manusia bukanlah kreasi dirinya. Tetapi kreasi Allah pada jiwa kita. Bagaimana kerahman Allah mewarnai jiwa kita? Bagaimana agar Allah membersihkan jiwa kita?  Bagaimana agar Allah menerangi jiwa kita? Tanpa Allah, takkan ada kebaikan sedikitpun pada diri kita. Itulah kunci melakukan perbaikan dan revolusi diri. Bukalah hati. Bukalah mata hati agar Allah menerangi hati kita.

Akhlak dan karakter adalah gambaran nyata tentang kita. Adakah kerahmanan Allah pada jiwa? Keburukan akhlak dan karakter bertanda acuhnya Allah. Bukan karena Allah tak mau menyapa, tetapi kitalah yang menutup pintu tersebut. Kitalah yang memutuskan semua sebab tersambungnya jiwa kita kepada Allah.

Menyibukkan diri dengan beribadah. Menyibukkan diri dengan zikir. Menyibukkan diri berjihad. Menyibukkan diri dengan berkhalwat pada Allah. Mengkoneksikan semua kiprah dan karya kepada Allah. Itulah cara membuka pintu agar Allah mengkaruniakan semua kemuliaan dan kehormatan. Itulah cara membuka pintu keberkahan dan kemenangan. Itulah cara meraih ilmu yang ada di semesta ini. Tak ada cara lain selain itu.

Andai paham bahwa seluruh kebaikan itu berasal dari Allah bukan dirinya. Maka yang paling harus waspada adalah mereka yang bertakwa. Dalam ketakwaan ada peluang ketergelinciran. Dalam kemaksiatan ada peluang kesadaran untuk kembali kepada Allah. Itulah mengapa para wali Allah, rasa takutnya pada Allah lebih mendominasi. Khawatir Allah mencabut semua karunia dan keutamaan-Nya. Jadi tak pantas ada rasa kebanggaan dengan ketakwaan. Tak pantas mencela dan menghina orang lain karena merasa lebih bertakwa. Karena takwa itu sebuah karunia Allah.

Fokuskan hidup hanya untuk berdekatan bersama Allah. Fokuskan Allah dalam semua karya dan kiprah kita. Bergerak dan semua helaan nafas harus tertuju pada Allah. Tak boleh sedikitpun ada tang merampasnya. Disitulah titik awal meraih sebuah kehormatan dan kemuliaan dari Allah. Hidup itu sangat mudah. Jalan hidup sangat mudah. Kitalah yang tak paham cara untuk menjalaninya.

Sangat Mudah Mengubah Arah Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Rezeki itu datangnya dari Allah. Hanya deng...

Sangat Mudah Mengubah Arah

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Rezeki itu datangnya dari Allah. Hanya dengan ilham rasa lapar pada perut manusia dan hewan, tercipta roda perekonomian dunia yang luar biasa. Industri pangan tumbuh, kuliner berkembang, industri olahan dan pertanian berputar. Dengan ilham rasa lapar, milyaran manusia bergerak, berkarya, saling terkoneksi dan bekerjasama.

Hanya dengan mengilhamkan keindahan sebuah suara dari telinga, keindahan pandangan mata,  berapa banyak industri kreatif yang munculan?

Hanya dengan memunculkan rasa dingin, industri pakaian tumbuh, mesin pemanas bermunculan. Begitu mudahnya Allah menciptakan pintu-pintu rezeki bagi manusia. Hanya dengan memunculkan sebuah rasa dan ilham pada jiwa manusia, roda dan arah perekonomian dan bisnis akan berubah totalitas dari apa yang pernah ada.

Begitu mudahnya Allah menghancurkan kekuasaan para penguasa. Cukup mengilhamkan rasa cinta pada seseorang, pilihannya akan berbalik arah. Cukup mengilhamkan kebutuhan dan keinginan baru pada manusia, kerajaan bisnis yang besar yang kokoh akan rontok seketika. Jiwa manusia tetap lemah sekuat apapun dirimu di dunia ini.

Allahlah yang memberikan dan mencabut kekuasaan. Allah yang memberikan dan mencabut kejayaan dan kekayaan sekehendaknya tanpa ada yang bisa menghalanginya.

Menikmati Kekecewaan Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Menikmati kekecewaan. Kekecewaan adalah penyadara...

Menikmati Kekecewaan

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Menikmati kekecewaan. Kekecewaan adalah penyadaran agar tidak bergantung pada makhluk. Agar hidup hanya bergantung dan mengandalkan pada Allah.  Kekecewaan untuk memalingkan diri dari makhluk kepada Allah semata. Kekecewaan sebuah peneguhan kelemahan manusia. Jadi mengapa tak bersegera menuju Allah? 

Kita harus terbiasakan dengan kekecewaan. Karena kita berinteraksi dengan manusia yang lemah dan banyak kekurangan. Manusia itu miskin tak bisa memberikan yang melampaui kekuatannya. Mereka masih membutuhkan apa yang berada dalam genggamnya. Kekecewaan agar kita menguatkan interaksi dengan Allah bukan kepada makhluk.

Kecewa lahir karena merasakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara kebutuhan dan pemenuhan. Dalam kekecewaan, Allah sedang menunjukkan ke Maha Kuasa-Nya. Allah sedang menunjukkan ke Maha Perkasaan-Nya bahwa kita tak berdaya mewujudkan harapan tanpa pertolongan Allah. Yang mengandalkan manusia dan dirinya pasti menuai kekecewaan. Mengapa bersandar pada yang lemah? Yang tak bisa menciptakan kemaslahatan? 

Jangan pernah mengklaim keburukan kepada mereka yang mengecewakan, bisa jadi mereka sudah berusaha maksimal untuk mewujudkannya, sudah menguras energi, waktu dan kemampuannya. Namun takdir yang belum berpihak. Pertanyaanya, mengapa Allah memalingkan harapan? Ini yang perlu direnungkan. Ini yang harus dikaji dan dipahami. Mari melihat ke dalam.

Agar kecewa menjadi energi perbaikan diri, fokuslah pada mereviuw perjalanan dan keputusan kita sendiri. Apa yang harus diperbaiki? Apa yang harus dikembangkan? Apakah harus memutar haluan?  Kecewa harus memberikan energi positif sehingga kekecewaan akan terbayar lunas dengan berbagai perbaikan yang dilakukan.

Kecewa adalah bagian pembelajaran. Buah dari eksperimen hidup. Bagian dari ujian kehidupan. Apakah memiliki stamina hidup? Apakah memiliki ketegaran dan keteguhan? Bila kekecewaan bisa ditaklukan maka perjalanan akan terus dilanjutkan. Bila dihancurkan oleh kekecewaan, yang ada hanya berdiam diri dan takut melangkah karena cahaya masa depan tertutup kabut kekecewaan.

Semua rasa dan asa adalah ujian hidup. Semua keberhasilan dan kegagalan adalah ujian hidup. Kaya dan miskin adalah ujian hidup. Bisikan kebaikan dan keburukan adalah ujian hidup. Selalu berhati-hatilah dalam setiap kesempatan. Karena syetan selalu membisikkan dari tempat-tempat dan cara-cara yang tersembunyi. Syetan bisa membalikan ketaatan kepada Allah menjadi sebuah jalan menuju neraka.

Dibalik kekecewaan ada anugerah Allah. Rasakan dan nikmatilah. Semua kejadian sebenarnya biasa saja, bila dikembalikan kepada Allah. Saat nafsu menguasai manusia. Saat nafsu yang berbicara, semua kekecewaan akan menimbulkan ketidakberdayaan hingga menghancurkan dirinya. Jiwa ini lebih berharga dari alam semesta. Mengapa dihinakan dengan sebuah kekecewaan?  

Mengapa Nusantara Terjajah? Alwi Alatas (Peneliti Insists, Dosen Sejarah International Islamic University of Malaysia) Ada yang ...

Mengapa Nusantara Terjajah?


Alwi Alatas

(Peneliti Insists, Dosen Sejarah International Islamic University of Malaysia)
Ada yang mengatakan bahwa dahulu VOC, perusahaan dagang Belanda, datang ke Nusantara bukan untuk menjajah, melainkan untuk berniaga di kawasan ini. Namun, saat lembaga ini melihat bahwa negeri-negeri di Nusantara dapat dijajah, maka sedikit demi sedikit kawasan ini pun dikuasai oleh VOC.

Pernyataan ini tentu saja cenderung menyederhanakan proses sejarah yang kompleks. Namun, ada juga kebenaran di dalamnya, yaitu pada awalnya, setidaknya sampai penghujung abad ke-18, Jawa dan beberapa kawasan di Nusantara dijajah bukan oleh Pemerintah Belanda, melainkan oleh perusahaan dagang bernama VOC, yang dalam lisan lokal disebut kompeni (//compagnie/company///perusahaan).
Cara menjajahnya pun pada awalnya lebih bersifat tidak langsung (//indirect//). Hanya pada masa-masa yang lebih belakangan, terutama setelah VOC bangkrut dan posisinya digantikan oleh Kerajaan Belanda, penetrasi administrasi kolonial menjadi semakin merembes ke bawah dan bersentuhan dengan masyarakat pribumi dan secara gradual mereduksi kedudukan pejabat pribumi menjadi karyawan yang menerima gaji (Howard Dick, “State, nation-state and national economy”, dalam Howard Dick dkk, (eds), //The Emergence of a National Economy//, Honolulu: Allen and Unwin & University of Hawai’i Press, 2002, 15-16).

Apa pun cara yang digunakan serta kebijakan yang diperkenalkan, tujuan kolonialisme pada hakikatnya sama saja: eksploitasi ekonomi atas negeri terjajah. Lewat Tanam Paksa maupun kebijakan lainnya, jutaan guilder mengalir ke negeri Belanda sehingga dikatakan bahwa “Indonesia adalah gabus tempat negeri Belanda terapung” (Margono, 1971, //Ikhtisar Sejarah Pergerakan Nasional 1908-1945//, Jakarta: Pusat Sedjarah Departemen Pertahanan Keamanan, hlm 2).
Antara tahun 1830 dan 1899 saja, menurut Van Deventer, salah satu pengasas Politik Etis, sejumlah 832 juta guilder mengalir dari Hindia ke negeri Belanda (ES de Klerck, 1975, //History of the Netherlands East Indies//, Vol 2, Amsterdam: BM Israel NV, hlm 403), itu tentunya belum termasuk keuntungan yang telah dikeruk VOC sebelumnya. Semua itu nyaris tak menyisakan apa-apa bagi penduduk pribumi selain kemiskinan dan penderitaan.

Penjajahan selamanya tak pernah menguntungkan bangsa terjajah dan bangsa yang dijajah tak pernah setara dengan bangsa penjajah. “We are the rulers, they are the ruled,” ucap JC Baud, salah satu arsitek kolonial Hindia Belanda, dalam suatu kesempatan (C Fasseur, 1994, “Cornerstone and stumbling block: Racial classification and the late colonial state in Indonesia” dalam Robert Cribb (ed), //The Late Colonial State in Indonesia: Political and Economic Foundations of the Netherlands Indies 1880-1942//, Leiden: KITLV Press, hlm 33).
Masalahnya, mengapa Indonesia, khususnya pulau Jawa, boleh demikian lama dijajah oleh bangsa Belanda? Apakah betul, seperti pernyataan di awal artikel ini, bahwa hal itu terjadi tidak lain karena peluang yang dibuka oleh penguasa dan masyarakat lokal itu sendiri?

Jika kita merujuk pada pemikiran Malik Bennabi (w 1973), pandangan di atas sedikit banyak akan menemukan pembenaran. Bennabi berpandangan bahwa penjajahan tak lain adalah produk dari //colonizability// atau keadaan bisa dijajah. Ini adalah suatu keadaan internal yang lemah dan rentan terhadap kolonialisme di tengah masyarakat (Muslim) yang menjadi penyebab dan pengundang hadirnya kolonialisme (Malik Bennabi, //On the Origins of Human Society//, London: The Open Press, 1998, hlm 32).
Lantas, apa gejala yang menandai //colonizability//? Bennabi menyebutkan setidaknya dua hal. Pertama, adanya penyakit cinta dunia, seperti yang disebutkan dalam satu hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad tentang umat Islam di akhir zaman yang dikerumuni oleh lawan-lawannya bak hidangan di atas meja makan. Kedua, tercabiknya hubungan-hubungan sosial (//ibid//, hlm 30).

Cinta dunia tentu saja tidak ditentukan oleh kepemilikan atas kekayaan duniawi, melainkan oleh suatu kondisi jiwa yang mengutamakan kekayaan duniawi yang dapat menjerumuskan seseorang pada hal-hal yang dilarang atau dipandang buruk oleh agama. Jika sudah begitu, tentu akan terjadi kompetisi yang tidak sehat serta tujuan menghalalkan cara, yang dengan sendirinya akan menyebabkan rusaknya hubungan sosial.
Keadaan ini pada tingkat tertentu berlaku juga dalam konteks penjajahan Belanda di Indonesia. Proses penjajahan VOC di Jawa, misalnya, menunjukkan bahwa perusahaan dagang ini hampir tidak pernah bertindak sendiri tanpa melibatkan konflik di antara penguasa lokal. Dalam beberapa kasus, VOC justru “terpaksa hadir” membantu salah satu pihak dalam konflik istana. Sayangnya, pihak yang merapat ke VOC hampir selalu menang, tetapi hanya untuk mendapati kekuasaan mereka secara gradual tergerus oleh pengaruh VOC yang semakin kuat dan semakin mencekik leher.

Ini yang terjadi, misalnya, dalam konflik antara Sultan Haji melawan ayahnya sendiri, Sultan Ageng, di Banten. Begitu pula dalam perang di Jawa yang melibatkan Amangkurat I, Amangkurat II, dan Trunajaya yang membuat Kerajaan Mataram terpaksa memberikan konsesi kepada VOC dengan menyerahkan sebagian hasil pendapatannya serta sebagian wilayah kekuasaannya. Dalam kasus Mataram, ini berlangsung juga dalam beberapa kejadian setelah itu, yang menjadikan kekuasaan kesultanan ini dari waktu ke waktu semakin tereduksi secara signifikan (Colin Brown, 2003, //A Short History of Indonesia//, Crows Nest: Allen & Unwin, 58-60).
Tidak terlalu mudah untuk menunjuk pada hadirnya sifat cinta dunia dalam kasus-kasus di atas. Namun, tentu saja perebutan kekuasaan selalu berkenaan dengan hasrat duniawi, dan kenyataan bahwa salah satu pihak rela bekerja sama dengan pihak asing yang berbeda agama dalam menghadapi sanak famili atau lawan politiknya yang masih serumpun seagama sedikit banyak memperlihatkan bagaimana dorongan-dorongan duniawi yang kuat memainkan peranan yang penting.

Konflik dan peperangan yang terjadi dengan sendirinya menggambarkan perpecahan sosial yang serius, setidaknya di lingkungan istana. Permintaan atau persetujuan akan campur tangan VOC dalam konflik internal merupakan satu bentuk undangan bagi hadirnya kolonialisme, walaupun mungkin ini sama sekali tidak menjadi maksud dari pihak yang mengundang. Maksud asalnya hanyalah keuntungan-keuntungan pribadi, tetapi akhirnya membawa dampak kerugian serta kehinaan jangka panjang bagi bangsa yang dipimpinnya.
Tentu tidak tepat jika dikatakan sifat-sifat yang menggambarkan //colonizability// tadi terdapat pada seluruh komponen masyarakat Nusantara. Selalu ada pihak yang menentang dan berusaha menghapuskan penjajahan. Dalam hal ini, Islam memainkan peranan yang sangat penting. Bahkan, pihak-pihak yang sejak awal atau yang kemudian berhadapan dengan kekuatan kolonial sering kali berasal dari kalangan yang memiliki keberpihakan yang lebih menonjol terhadap agamanya serta lebih didukung oleh kelompok santri, setidaknya dibandingkan dengan pihak //pro// kolonial yang berlawanan dengan mereka.

Sumber:
https://m.republika.co.id/amp/pw7dpe282

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (248) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (382) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (273) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (446) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (185) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (206) Sirah Sahabat (128) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)