basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Napak Tilas Pendidikan Rasulullah saw Saat Kecil Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Apa yang terjadi pada...

Napak Tilas Pendidikan Rasulullah saw Saat Kecil

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Apa yang terjadi pada Rasulullah saw adalah grand desain pendidikan yang paling sempurna. Allahlah perancang takdir kehidupannya. Juga, perancang pendidikannya. Kisah masa kecil Rasulullah saw bukan sekedar  wafatnya orang terdekatnya, tetapi itulah periodeisasi pendidikan terbaik yang dirancang oleh Allah.

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam mengupas pendidikan Rasulullah saw saat kecil. Yaitu, Berapa lama, bersama siapa dan kejadian apa yang alami dan kerjakan oleh Rasulullah saw? Ini titik tekan mengupas metodelogi pendidikannya.

0-4 tahun, dimana Rasulullah saw dididik? Bersama siapakah? Apa yang terjadi dengannya? 

Usia 5-6 tahun, dimana Rasulullah saw dididik?  Bersama siapakah? Apa yang terjadi dengannya?

Usia 7-8 tahun, dimana Rasulullah saw dididik? Bersama siapakah? Apa yang terjadi dengannya?

Usia di atas 8 tahun, dimana Rasulullah saw dididik? Bersama siapakah? Apa yang terjadi dengannya? Berapa lama, siapa yang mendidiknya, apa yang dilakukan selama periode pendidikan adalah titik kunci sebuah metodelogi pendidikan.

Berapa usia anak didik, mencerminkan kesiapan jiwa dan mentalnya. Siapa yang mendidik, mencerminkan karakter pendidik seperti apa yang mengoptimalkan potensi anak. Apa yang terjadi, mencerminkan muatan, apa yang diajarkan, dan bagaimana mengajarkannya. Paripurna pendidikan terlihat dari sisi ini.

Siapakah yang paling memahami manusia? Tentu saja Allah. Bagaimana Allah mendidik Rasulullah saw melalui beragam takdir-Nya? Apa yang dikerjakan oleh Rasulullah saw dalam rangkaian kehidupan di waktu kecilnya? Itulah khazanah ilmu pendidikan yang harus kita gali dan terapkan untuk menciptakan generasi terbaik.

Awali Pembelajaran Anak Dengan Bahasa Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Berbicara dan menulis butuh baha...

Awali Pembelajaran Anak Dengan Bahasa

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Berbicara dan menulis butuh bahasa. Tanpa bahasa bagaimana cara menyampaikan hasrat dan pemikiran? Tanpa bahasa bagaimana mempengaruhi massa? 

Kecerdasan, keluasan ilmu seseorang apakah bisa terlihat tanpa keahlian berbahasa? Bukankah banyak yang terpengaruh karena keahlian berbahasa seseorang? Bagaimana seorang pemimpin bisa membongkar mindset rakyatnya tanpa keahlian berbahasa?

Bahasa sebuah identitas diri. Kekuatan mempengaruhi tergantung dari kekuatan bahasanya. Pemimpin besar selalu memiliki kekuatan bahasa yang menghipnotis pendengarnya.

Seorang pujangga, sastrawan, budayawan mampu mempengaruhi emosi, moralitas dan mewarnai jaman melalui kekuatan bahasa lisan dan tulisan. Ketertarikan masyarakat tergantung dari pengolahan bahasanya. Itulah kekuatan bahasa.

Bagaimana Nabi Musa tanpa kekuatan bahasa Nabi Harun? Mungkin tak bisa maksimal hasilnya. Harun diangkat menjadi Nabi karena kekuatan bahasanya. Apa mukjizat Rasulullah saw? Salah satunya tentang bahasa, ringkas, padat, menarik namun mampu menghimpun khazanah yang luas.

Apa yang bisa menaklukkan petinggi Quraisy untuk berislam? Kekuatan bahasa. Kekuatan bahasanya dianggap oleh kafir Quraisy bisa memecah belah bangsa Arab. Akhirnya mereka mengecap Rasulullah saw dengan orang gila dan tukang sihir.

Ketika Tufail datang ke Mekkah. Diperingatkan oleh Abu Jahal agar tidak mendengarkan ucapan Rasulullah saw. Ketakutan kaum kafir Quraisy justru pada kekuatan bahasanya. Kekuatan bahasa Rasulullah tak lepas dari didikan bahasa ibunya di waktu kecil. Dengan mengirimkan beliau ke pedalaman padang pasir untuk mempelajari bahasa.

Imam Syafii pun diajarkan bahasa yang fasih sejak kecil oleh ibunya. Kefasihan berbahasa inilah yang menyebabkan beliau mampu membuat kaidah ushul fiqh. Ibnu Sina mengawali perjalanan ilmiahnya dengan menguasai bahasa Arab. Hamka sejak kecil sudah dibacakan karya sastra yang berbobot. Sejak kecil dia sudah bisa menuturkan bahasa secara teratur. Perpaduan ilmu agama dari ayahnya dan karya sastra, menyebabkan dia mampu memadukan keulamaan dan pujangga.

Ajari bahasa yang benar, baku dan tersusun rapih sejak kecil. Utama belajar bahasa sebelum yang lainnya. Kelak pikirannya akan luas dan cerdas dalam membaca semesta dan kehidupan.



Efek Sisa Makanan Oleh : Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Milyaran manusia akan hadir. Kelaparankah? Di Ameri...

Efek Sisa Makanan

Oleh : Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Milyaran manusia akan hadir. Kelaparankah? Di Amerika, punya mobil, rumah bagus, tubuh gemuk, tapi kelaparan? Itu yang ku baca dari National Geographic. Yang berjualan cepat saji banyak, tapi sangat jarang yang berjualan pangan mentah. Akhirnya, mereka kelaparan makanan yang sehat.

Pertanian akan jadi bisnis yang sangat menjanjikan. Mengapa banyak ditinggalkan?

Masihkah meninggalkan sisa makanan? Tahukah dampak dari menyisakan makanan? Di luar negri, konsumen yang menyisakan makanan dikenakan biaya tambahan. Konsumen bertanggung jawab atas biaya tambahan yang dikeluarkan restoran karena mengelola sisa makanan.

Masihkah menyisakan makanan? Padahal keberkahan makanan terdapat disitu? Menyisakan makanan berarti sudah membuang sumber daya dan waktu dari pembuatan bibit, penyemaian hingga menyajikan di hadapan kita. Berapa dana investasi yang dikeluarkan? Berapa waktu yang dibutuhkan yang dihabiskan? Berapa orang terlibat? Sadarkah bahwa perjalanan makanan menguras perasaan dan jiwa banyak orang?

Bila menyisakan makanan, bayangkan petani yang di sawah, supir yang membawanya, pedagang di pasar dan warung, buruh yang mengolahnya, Chef yang mengerahkan pikiran dan pengalaman untuk meraciknya. Mereka meninggalkan keluarga dan banyak orang untuk membuat makanan. Maka sebutir nasi adalah kumpulan investasi, konsumsi waktu dan peluh manusia.

Tahukah? Sisa makanan di Barat, bisa memberi kenyang kepada penduduk miskin di Afrika? Itulah mengapa jangan menyisakan makanan dan minuman.

Efek sisa makanan, pernah dibayangkan? Sisa makanan yang ditaruh diruangan tertutup akan menghasilkan gas yang bisa merusak rumah kaca. Membuat bumi makin panas. Begitu pakar berbicara.

Hadist Rasulullah saw melarang menyisakan makanan. Menjilat tangan yang terdapat sisa makanan. Begitu sederhana, tapi luar biasa efeknya.

Perpecahan, Menuju Keterpaduan Baru Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Makhluk sosial itulah manusia. Ing...

Perpecahan, Menuju Keterpaduan Baru

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Makhluk sosial itulah manusia. Ingin bersama namun ada perbedaan. Akhirnya muncullah konflik. Perbedaan maksud, pemikiran, ilmu, pemahaman hingga yang terakhir kepentingan itulah penyebabnya, walau pada dasarnya memiliki tujuan yang sama. Ada yang harus diperdalam dalam setiap perbedaan, mengapa saya berbeda? Apa maksud besar sebuah perbedaan? Diri, kelompok atau organisasi? Duniawi atau ukhrawi?

Ketika Rasulullah saw wafat, semua sahabat sepakat, harus segera ada pemimpin baru. Pertanyaan siapakah? Dari Muhajirin atau Anshar? Dari Muhajirin, Abu Bakar ataukah Ali bin Abi Thalib? Dalam setiap titik peralihan, memang selalu muncul perbedaan, menuju kehancuran atau lompatan? Keberhasilan kepemimpinan, apakah penerusnya semakin lebih baik atau terpuruk? Bagaimana di era Khalifatur Rasyidin pasca wafatnya Rasulullah saw? Islam menyebar ke pelosok dunia. Ini bukti kesuksesan Rasulullah saw menyiapkan kader penerus.

Ada kejadian luar biasa pasca syahidnya Utsman bin Affan. Terbunuhnya seorang Khalifah bukanlah masalah remeh, harus segera diselesaikan. Semua sepakat Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya, namun bagaimana cara menghukum para pemberontak? Yang harus diselesaikan terlebih dahulu, memulihkan suasana agar kondusif atau menghukum para pemberontak? Disinilah terjadi perbedaan tajam antara Ali-Aisyah-Muawiyah. Semangatnya sama, menyelesaikan masalah, namun bagaimana caranya?

Setiap konflik ada perbedaan, namun ada juga persamaannya. Alam itu berbeda, namun ada tali penghubungnya yang menyatukan keteraturan alam. Kejelian ini ada pada Hasan bin Ali. Benih-benih penyatuannya sudah ada di era Ali-Aisyah-Muawiyah, Ali-Aisyah berdamai. Mereka kembali ke Mekah dan Kufah. Ali-Muawiyah melakukan proses Tahkim, namum kelompok Abdullah bin Saba dan Khawarij selalu ingin menghancurkannya. Mengapa mereka kembali menyatu? Diingatkan kembali sabda-sabda Rasulullah saw tentang perpecahan. Diingatkan kembali, memori saat mereka duduk bersama Rasulullah. Diingatkan kembali tanggungjawab terhadap bangsa. Siapa yang akan mengurus negara dan rakyatnya?

Ali-Aisyah-Muawiyah memang berkonflik, namun di dalam hati mereka memiliki tujuan yang sama. Menghukum para pemberontak. Menghukum para pembunuh Utsman bin Affan dengan cara persepsi mereka sendiri. Ini yang dibaca oleh Hasan bin Ali. Ini yang menjadi titik sentral perbaikan dan penyelesaian oleh Hasan bin Ali. Setiap perbedaan akan menghadirkan generasi baru yang menyatukannya kembali. Generasi yang memahami masa lalu dan mengantisipasi masa depan. Itu ada pada Hasan bin Ali.

Kota Kufah dan Madinah. Mercusuar ilmu pengetahuan saat itu. Namun memiliki prinsip yang berbeda dalam prinsip penggaliannya. Madinah, memiliki prinsip segala permasalahan  harus diselesaikan bila ada basis pemikiran dari Al Quran dan As sunnah. Bila tidak ada maka didiamkan. Kufah, masalah bisa diselesaikan dengan penggalian akal dengan filosofi Al Quran dan As Sunnah. Madinah, tidak bisa memberikan solusi baru bila masalah sebelumnya tidak ditemukan dalam Al-Quran dan As Sunnah. Kufah, bisa tergelincir bila memfokuskan pada akal saja. Maka lahirlah perbedaan dan perdebatan para ulama.

Imam Syafii muncul menyatukan kedua kutub perbedaan ini. Al Quran dan As Sunnah harus menjadi pondasi hukum, namun bagaimana menjaga agar tidak terjadi ketergelinciran akal? Bagaimana akal menggali hukum dengan benar? Bagaimana membingkai akal dengan pondasi yang benar dan kokoh? Imam Syafii menyatukan keduanya dengan kaidah Ushul Fiqh. Madinah dan Kufah akhirnya menyatu. Generasi pemersatu selalu melihat ruang keterhubungan dan penyatuan dalam perseteruan pertentangan. Menurut Sayid Qutb, bukan perbedaan yang menyebabkan perpecahan, tapi dominasi hawa nafsulah yang menyebabkannya.

Abdullah Ibnu Masud berkeliling negri. Setiap kaum memiliki logat intonasi berbicara yang berbeda. Akhirnya, terjadi perbedaan dalam membaca Al-Quran. Abdullah Ibnu Masud melihat kaum muslimin bersitegang tentang bagaimana membaca Al Quran yang terbaik? Bagaimana mencegah perpecahan ini?  Umat Islam sudah menyebar ke seluruh negri, bagaimana mencegah agar tidak ada satu pun yang berbohong atas nama Rasulullah saw? Bila setiap orang mengaku ini Sunnah Rasulullah saw, bisa menimbulkan perpecahan dengan mengatasnamakan sunah Rasulullah saw? Setiap konflik selalu ada generasi yang bisa menyatukannya. Siapa yang bisa menuntaskannya?

Ustman Bin Affan menuntaskan persoalan perbedaan bacaan al Qur'an dengan mengkodifikasikannya sesuai kaidah ketika al Qur'an itu turun. Imam Bukhari meneliti hadist-hadist Rasulullah saw dengan kategori Shahih, Hasan, Da'if dan Mungkar. Sehingga tak ada lagi ruang perpecahan yang menghancurkan. Setiap perbedaan, setiap perpecahan, setiap konflik selalu menghadirkan penyatuan. Seolah-olah ada kaidah hukum, setelah perpecahan ada penyatuan seperti sebuah kaidah yang sudah terkenal bahwa setelah kesulitan ada kemudahan.

Ilmu Fiqih menyebar ke seluruh negri. Interaksi umat Islam dengan beragam pemikiran mulai terjalin. Pengetahuan terhadap peradaban Yunani, Persia dan India mulai digali. Akhirnya umat Islam bersentuhan dengan ilmu Filsafat yang kebanyakan dari Yunani. Ilmu Fiqh cendrung pada formalitas ibadah. Ukurannya apa apa yang terlihat dan dilakukan, sehingga disebut ilmu Zahir. Filsafat berkaitan dengan akal yang mengacaukan pemikiran. Ada yang beribadah yang mementingkan rasa dan hati, fokus pada suasana bathin berupa takut, harap dan cinta. Disini terjadi perseteruan luar biasa antara pendukung ilmu zahir, akal dan bathin. Korbanya adalah Al Hallaj yang dituduh mengajarkan kesatuan wujud antara Tuhan dan Makhluk. Akhirnya dia dihukum mati. Perpecahan besar pun dimulai. Siapa yang menyatukannya?

Al Ghazali mempelajari ilmu Fiqh hingga mumpuni. Membelajari ilmu logika dan filsafat.  Mempelajari ilmu jiwa. Akhirnya terlahir karya besar yaitu Ihya Ulumudin. Dengan Ihya Ulumudin, Ilmu Zahir, Akal dan Bathin berpadu. Akal diasah untuk menemukan hakikat diri, hidup dan Allah. Akal tanpa hati dan Fiqh akan tersesat. Fiqh tanpa hati akan kehilangan manisnya ibadah dan tak tercapainya tujuan ibadah. Hati tanpa Fiqh, ibadanya tidak diterima karena melabrak takaran dan ketentuannya. Semua yang berbeda, semua yang bertentangan, semua yang menimbulkan perpecahan ternyata bisa dipadukan. Hanya butuh, dengan apa direkatkan? Bagaimana merekatnya?

Semua perpecahan akhirnya berujung pada keterpaduan pula. Perpecahan membentuk kubu yang jelas tak tersamar. Konflik menjelaskan perbedaan yang ekstrim. Namun dari perbedaan yang ekstrim itulah kita melihat sebuah jalinan yang sebenarnya saling terhubung dan berpadu. Konflik itu menuju pada penyatuan baru untuk menghadapi tantangan baru. Konflik sebuah penyesuaian karena terguncang dengan tantang baru yang bermunculan. Ada kebaikan, ada inovasi dalam setiap konflik. Begitu pun dalam berbangsa, berorganisasi dan berjamaah? Temukan cara baru untuk menyatukannya.

Memiskinkan Diri Setelah Berkuasa Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Sedikit meminta. Sedikit menerima. S...

Memiskinkan Diri Setelah Berkuasa

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Sedikit meminta. Sedikit menerima. Sedikit menuntut hak. Sedikit meminta jatah. Itulah pribadi yang kaya dan berbahagia. Namun mengapa para petinggi negri, selalu meminta lebih dari jatah anggaran daerah dan negara?

Semakin berkuasa, semakin tak terkira keinginannya. Seolah anggaran daerah dan negara adalah haknya. Membuat beragam cara agar anggaran masuk ke kantongnya sendiri. Anggaran menjadi wajah kamuflase memakmurkan negri, namun uangnya mengalir ke kantongnya sendiri.

Mengapa hutang ribuan trilyunan tak bisa memakmurkan? Mengapa kekayaan alam tak bisa mensejahterakan? Padahal perut kita tidak sebesar perut binatang yang besar. Padahal tubuh kita berpostur kecil-kecil. Mengapa tak bisa mengenyangkan seluruh rakyat?

Rasulullah saw tidur di atas pelepah kurma. Sehari makan, sehari berpuasa. Fatimah hidup dalam kemiskinan. Pernah suatu hari, wajah Fatimah pucat lemah karena tak ada makanan. Saat ditanya mau makanan atau didoakan saja agar kenyang oleh Rasulullah saw, Fatimah memilih didoakan agar perutnya kenyang.

Terdengar bahwa Rasulullah saw mendapatkan kekayaan banyak. Mendapatkan tanah Fandak seluas kota. Namun Rasulullah saw tetap hidup dalam kesederhanaan. Saat Fatimah mengadukan kesulitannya, Rasulullah saw hanya mengajarkan dzikir-dzikir saja. Saat Rasulullah saw wafat, seluruh kekayaannya dimasukan ke Kas Negara, tak ada yang diwariskan.

Dalam kemiskinan, mengapa Rasulullah saw mampu memberi semua permintaan kebutuhan rakyatnya? Dalam kemiskinan, mengapa Rasulullah saw bisa memberikan ratusan unta kepada kaum muslimin yang baru masuk Islam. Sehingga para petinggi kabilah Arab berkata, "Masuklah Islam, Muhammad akan memberikan keinginan kita seolah-olah dia tidak pernah takut miskin." Dalam kemiskinan pribadi, bisa memberikan harta yang banyak kepada orang lain.

Harta kekayaan berdatangan dari segala penjuru. Umar Bin Khatab akan memberikan harta tersebut pada rakyatnya. Tiba-tiba seseorang berbicara, "Saya tidak mau menerima harta tersebut sebelum Umar mengambilnya." Orang tersebut melihat sang Umar berpakaian dengan tambalan yang cukup banyak. Lalu putranya Umar berkata, "Akulah yang menanggungnya." Setelah itu barulah mereka mau mengambil harta yang dibagikan Umar. Khalifah yang tak pernah memikirkan dirinya, karena sibuk memikirkan rakyatnya.

Adakah yang miskin setelah menjadi berkuasa? Adakah yang memilih miskin ketika berkuasa? Adakah yang hartanya habis setelah menggenggam kekuasaan tertinggi? Rasullulah saw, Khalifatur Rasyidin dan Umar Bin Abdul Aziz, itulah contohnya. Mereka  menggenggam anggaran negara, menggenggam kekayaan sumber daya daerah-daerah yang pernah dikuasai Romawi dan Persia, mereka hidup memilih dalam kemiskinan namun rakyatnya hidup dalam keberlimpahan kemakmuran.

Ketika penguasa berorientasi pada kekayaan dan keserakahan, maka rakyatnya yang akan dimiskinkan oleh sistem yang dirancangnya. Sistem dirancang untuk memiskinkan bukan mengembangkan dan membangun kekayaan rakyatnya.

Apakah ada calon pemimpin yang berkarakter Khalifatur Rasyidin dan Umar Bin Abdul Aziz? Pilihlah pemimpin yang lahir dari penempaan hidup yang mereka alami. Carilah pemimpin yang perjalanan hidupnya seperti yang mereka lakukan.

Mengapa di setiap zaman, pemimpin yang tak memperdulikan dirinya selalu berhasil membangun bangsanya?

Menikmati Hiruk-Pikuknya Medsos Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati)9 Bila tidak ada hiruk-pikuk bukanlah d...

Menikmati Hiruk-Pikuknya Medsos

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)9

Bila tidak ada hiruk-pikuk bukanlah dunia. Dunia memang ajang keramaian, pesta pora dan permainan.  Dunia ajang pergolakan, perdebatan, argumentasi hingga pertarungan.  Apakah diam dari semua hiruk-pikuk adalah kebenaran?

Apakah para Nabi dan Rasul berdiam dari hikuk-pikuk? Berdiam di gua, lereng dan rumah saja? Apakah para Sahabat terdiam dari hiruk-pikuk pergolakan dunia? Apakah para Ulama Salaf terdiam  di majlis ilmu saja? Menyeru adalah bersuara. Mengajak adalah bersuara dan berargumentasi. Minimal ada pergolakan batin di jiwanya.

Semua menghentakan kuda dan pelana, bergerak menapaki darat dan mengarungi samudera, menggoreskan pena, berbicara lantang hingga dihadapan penguasa yang zalim. Bila hidup hanya terdiam, untuk apa dilahirkan sebagai makhluk sempurna? Hiruk-pikuk mungkin hanya kebisingan. Suara siapa yang didengar, itulah persoalannya. Yang paling keras dan mendominasi, biasanya yang didengarkan dan mempengaruhi jiwa dan pemikiran.

Jiwa manusia pun penuh hiruk-pikuk. Pertarungan berbagai bisikan dan pemikiran. Pertarungan beragam was-was. Perselisihan kebenaran dan keburukan. Kebimbangan teru bermunculan. Keraguan selalu ada. Itulah jiwa manusia. Bagaimana dengan dunia nyata yang dihuni milyaran manusia?

Apakah para Walisongo terdiam  dari hiruk-pikuk? Mereka mendirikan Demak. Memilih Raden Fatah sebagai Sultan. Berstrategi secara kebudayaan, sosial, seni dan ekonomi. Semua yang fitrahnya bersih pasti akan turun ke gelanggang untuk menciptakan kemaslahatan walau resikonya penuh dengan hiruk-pikuk kebisingan yang membahana.

Hiruk-pikuk adalah ujian. Apakah tetap tentram di tengah kebisingan. Apakah tetap jernih di tengah teriakan. Apakah tetap berfikir sehat di tengah hasutan. Apakah tetap tegar di tengah suara hujatan dan penghinaan? Jiwa yang lemah akan segera meminggirkan dirinya. Tak peduli dengan alasan kesucian.

Hiruk-pikuk adalah ujian. Adakah rasa benci, dendam kesumat, dan kesal? Apakah ada sakit hati, marah, ingin membalasnya? Itulah makna sebuah hiruk-pikuk, tercipta dengan kebisingan yang pekat dan membahana, agar tahu kualitas kebeningan hati manusia.

Rasulullah saw memaafkan orang yang menghinanya setiap hari. Rasulullah saw memberikan harta kepada orang yang menarik baju lehernya dengan kasar. Memaafkan orang yang sudah membuat berita palsu tentang istrinya Siti Aisyah. Ali memaafkan orang yang meludahinya. Andai tidak ada hiruk-pikuk, kita tidak tahu tentang diri kita, berada diposisi manakah?

Hiruk-pikuk memang kejam. Menghancurkan karakter melalui ucapan, tulisan dan rekayasa peristiwa. Rasulullah saw pun mengalaminya, dengan tuduhan tukang sihir, ahli tenun hingga orang gila. Bila kita membalasnya dengan dorongan tercabiknya harga diri, tandanya masih ada egosentris. Namun bila alasannya agar kebenaran tidak direndahkan, itulah tindakan yang tepat. Sebelum bertindak timbanglah, ini soal diri atau pembelaan kebenaran?

Hiruk-pikuk pikuk ladang beragurmentasi, ladang berfikir mendalam, ladang mendapatkan sudut pandang, ladang mengkritisi dengan ilmu dan pemahaman. Jangan bergeser kepada kebencian, merendahkan dan dendam. Hiruk-pikuk itu ladang penempaan diri untuk tetap berakhlak mulia di tengah telinga dan hati yang mungkin sudah mulai memanas. Itulah jihad di tengah hiruk-pikuk yang keras.

Tegar Dengan Cita-cita Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Negri yang kehilangan prioritas. Sibuk dengan b...

Tegar Dengan Cita-cita

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Negri yang kehilangan prioritas. Sibuk dengan banyak hal yang tidak berkualitas. Fokus padahal yang tidak esensial. Menikmati permainan. Semua memenuhi ruang-ruang berita di negri ini. Wajar bila kita selalu tidak bisa membuat lompatan besar dalam membangun bangsa.

Muhammad Al Fatih, membuat lompatan sejarah karena mimpinya menaklukan Konstatinopel yang diberitakan oleh Rasulullah saw. Para Sahabat dan Tabiin membuat lompatan karena mimpinya menaklukan Romawi dan Persia. Semuanya membuat lompatan karena visi besarnya membangun peradaban rahmatan bagi semesta. Itu yang menciptakan lompatan sejarah.

Apa yang menyesakkan dada? Apa yang membuat kita resah? Itulah titik fokus kehidupan kita. Mimpi yang besar, membuat seluruh masalah menjadi kecil. Mimpi yang kecil, membuat masalah selalu menjadi besar. Membesarkan cita-cita akan menghantam  dan menatikan semua keresahan dan kesulitan dengan sendirinya. 

Mengapa orientasi hidup hanya Allah? Agar tak ada satu pun peristiwa dunia yang bisa menyusahkan hidup kita. Agar tak ada satu pun kejadian yang bisa meresahkan jiwa kita. Agar tak ada satu pun yang bisa menghambat laju hidup kita. Itulah pentingnya mimpi dan orientasi.

Mengapa para pahlawan mampu bertahan beban perjuangan yang berat? Bukan fisiknya yang kuat. Bukan tubuhnya yang kekar. Tetapi cita-citanya yang bisa melupakan dan menghancurkan seluruh sakitnya penderitaan dan kesulitan. Cita-cita menjadi penghibur dan pengobat segala perintang jalan.

Andai jiwa terlalu mudah bersedih. Andai jiwa terlalu mudah terpukul dengan keadaan, segera periksalah cita-cita dan orientasi hidup. Keduanya pasti terlalu rendah derajatnya. Keduanya terlalu hina untuk dijadikan target. Keduanya tak pantas untuk diprioritaskan.

Andai capaian hidup biasa saja. Segeralah memeriksa cita-citanya. Seberapa tinggi capaian hidup, tergantung dari tingginya cita-citanya. Capaian berbanding lurus dengan cita-cita.

Tanpa cita-cita, takkan ada kesibukan yang memberikan nilai kehidupan. Tanpa cita-cita, takkan bisa menciptakan energi kemauan. Tanpa cita-cita, hidup hanya tongkrongan obrolan semata.

Negri ini, negri tanpa cita-cita. Senang dengan obrolan di tongkrongan media sosial semata. Menyibukkan hal yang kecil. Mengabaikan hal esensial. Hanya mencari kepopuleran dari segala hal yang tidak berarti.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (404) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (303) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)