basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Kiat Menulis Buya Hamka Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Dalam buku Kenang-Kenangan Hidup, Buya Hamka m...

Kiat Menulis Buya Hamka

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Dalam buku Kenang-Kenangan Hidup, Buya Hamka menceritakan bagaimana dia menjadi seorang penulis. Menurut Hamka, dia sendiri tidak memiliki teori ada sistem baku agar bisa menjadi seorang penulis. Kuncinya, dengan kekuatan membaca tulisan orang lain maka menimbulkan dorongan jiwa untuk turut menulis.

Yang perlu diingat, kata Hamka, kita bukan menjadi pak Turut. Setiap pengarang mempunyai gaya bahasa sendiri-sendiri. Jangan pernah mengcopy paste gaya tulisan orang lain. Penulis yang berpendirian, mereka yang menempuh jalan sendiri.

Menurut Hamka, yang menelatarbelakangi menjadi penulis adalah Ayahnya. Di rumahnya banyak sekali kitab-kitab milik ayahnya yang berderet-deret di dinding. Tidak itu saja, daya kritisnya muncul karena seringnya berdiskusi dengan ayahnya. Banyak membaca dan sering berdiskusi, itulah langkah awal untuk menulis.

Hamka mulai menulis sejak usia 17 tahun dengan mengarang buku kecil yang berjudul Khatibul Ummah yang merupakan kumpulan  bahan pidato  kawan-kawanya. Mengingat saat itu baru Hamka yang menuliskannya, buku sederhana tersebut menjadi sangat populer di daerahnya.

Hamka sering membaca kembali tulisannya untuk memperbaiki, mengisi dan memperluas isi tulisannya sehingga bisa lebih bagus daripada tulisan sebelumnya.

Kegagalan menjadi penulis, menurut Hamka, karena sering mundur maju, ditakutkan oleh terlalu banyak teori. Merasa ilmu belum cukup, mesti lengkap syarat dan rukunya, mesti tahu ramasastra bahasa, mesti banyak penyelidikannya, baru menulis. Terlalu banyak teori justru menimbulkan ketakutan dan keraguan. Banyak temannya yang lebih pintar justru tidak berani untuk menulis.

Dalam menulis akan bertemu dengan kegagalan. Dalam menulis akan ditemukan angin baik dan buruk. Kadang inspirasi sangat luar biasa sehingga produktif menulis. Kadang sepi ide. Menurut Hamka, Ilhamlah kawan karib seorang penulis. Jika ilham tidak datang, ya sudahlah... Namun jangan berputus asa, keinginan menulis harus terus dibangkitkan.

Menulis harus memiliki prinsip. Penulisannya harus tepat, timbangannya mesti benar, adil dan berani. Karena tulisan akan mempengaruhi timbangan pemikiran masyarakat. Karena menulis hakikatnya mencurahkan pemikiran tertinggi kepada bangsanya dan dunianya. Menulis jangan lantaran perut dan kantong. Bila orientasinya seperti itu maka runtuhlah keistimewaan sebuah tulisan.

Bercita-cita tinggilah. Bermimpilah menjadi penulis seperti Tagore dari India, Iqbal dari Pakistan dan Mustafa Sadik Rifai dari Mesir. Kegagalan menjadi Penulis mesti bertemu. Kekecewaan pasti ada. Namun dengannya kita mengenal yang mana kesanggupan kita. Lalu Hamka menutup dengan, "Penulis harus mengatasi zamannya."


Naik Level Karyawan Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Berkubang, itulah fenomena kita. Asyik yang melena...

Naik Level Karyawan

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Berkubang, itulah fenomena kita. Asyik yang melenakan itulah rutinitas yang membentuk kita. Tak berani naik yang lebih tinggi, karena tak ingin berkeringat lebih. Menikmati apa yang ada, apakah itu bentuk syukur? Bukankah bentuk syukur itu akan ditambah kenikmatannya? Bila kenikmatan yang dirasakan selalu sama dari hari ke hari, dari tahun ke tahun, berarti ada kesalahan konsep bersyukur kita.

Dari menganggur lalu menjadi karyawan, itu bentuk naik level. Namun disinilah kubangan itu dimulai. Kubangan yang berkutat pada jabatan dan naik jabatan. Seolah-olah keseluruhan hidup hanyalah menjadi karyawan.

Kita harus bisa mengkapitalisasi status karyawan kita. Apa pun level jabatannya, harus berubah menjadi asset atau sumber daya. Merubah jabatan menjadi asset masa depan. Jangan hanya berkutat pada jabatan untuk naik ke jabatan berikutnya. Apapun jabatan kita, semua hanya sebuah kubangan yang sama.

Apakah dengan posisi yang sekarang, ada institusi di luar yang menawarkan posisi bagus tanpa proses rekrutmen yang berbelit-belit? Apakah dengan posisi sekarang, ada yang menawarkan posisi freelance di sebuah perusahaan untuk menjadi konsultan? Ini sebuah intropeksi diri, sudah naik levelkah?

Orientasi bekerja harus dirubah. Status karyawan hanyalah sebuah media belajar mengelola bisnis. Harus ada pertumbuhan dari mengelola bisnis orang lain, mengarah pada mengelola bisnis sendiri. Jadi targetnya, status karyawan hanyalah sebuah training
center untuk mengelola bisnis sendiri. Itulah kenaikan levelnya.

Jadi perlu ada kesesuaian antara pekerjaan hari ini dengan target profesi kita di luar. Menjaga kesinambungan antara jabatan hari ini dengan bisnis yang akan kita kelola sendiri.

Bekerja di perusahaan ibarat pohon yang telah berbuah, dia akan mati seiring dengan naik-turunnya trend bisnis atau usia yang tak memenuhi syarat bekerja lagi. Saat pohon sudah berbuah, bangunlah gedung bisnis kita. Tak peduli dengan skalanya. Tak perlu malu berapa pun omsetnya. Karena targetnya kita sedang membuat pertumbuhan diri yang baru.

Bekerja hanya untuk menciptakan dan menambah kapasitas dan kompetensi diri. Bekerja hanyalah untuk membangun relasi untuk memasuki sebuah level baru sebagai pengusaha. Pondasi yang ada harus menaikkan ke level jenjang hidup yang baru.




Jalan Sempit, Pertemuan Dua Mobil?  Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Mengendarai roda 4 di jalan yang s...

Jalan Sempit, Pertemuan Dua Mobil? 

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Mengendarai roda 4 di jalan yang sempit, yang hanya bisa di lewati oleh satu mobil saja, sungguh sangat menakjubkan. Banyak pelajaran hidup yang bisa ditemukan. 

Saat ke pemandian air panas di Kawah Merah Gunung Pancar Sentul, kita akan melewati jalan yang sempit, berliku dan menanjak. Anehnya jarang di temukan mobil yang berpapasan. Anehnya, saat  berpapasan dengan mobil yang lainnya selalu ada celah di pinggir jalan, sehingga salah satu mobil bisa menyisi agar mobil yang lainnya bisa berjalan lebih dulu.

Saat saya di Purwokerto Banyumas menuju Cilacap, Google maps mengarahkan jalan ke sempit, melewati bukit di tengah malam. Jalan yang hanya bisa dilewati satu mobil. Saat jalan berbelok ke kiri, ternyata ada mobil yang masuk ke jalan yang sama. Mobil tersebut, mundur lalu masuk ke perkarangan rumah orang lain. Akhirnya bisa saling bergantian melewati jalan tersebut.

Kejadian ini tidak hanya sekali, sering saya alami. Apakah ini sebuah kebetulan, atau ada yang mendesain? Bila sering terjadi, berarti ada yang mendesain sangat rapi semua perjalanan ini. Apa maknanya?

Allah yang mendesain. Allah tak pernah menubrukkan kendaraan di sebuah jalan sempit, kecuali bila kita berprilaku ugal-ugalan. Setiap mobil berpapasan di sebuah jalan sempit, pasti sudah disiapkan ruang kosong agar salah satu mobil menepi. Begitulah sebenarnya karakter kehidupan.

Permasalahannya, apakah salah satu pengendara mau mundur atau menepi? Apakah setiap pengendara  saling ngotot, tidak mau menepi? Apakah menepi bertanda kelemahan diri? Bila orientasinya solusi, maka jalan menepi akan ditemukan. Bila hanya ego diri, yang terjadi pertengkaran dan tidak ada yang bisa melewati jalan tersebut. Pilih yang mana? 

Perjalanan sungguh  mengasyikan. Kecelakaan terjadi hanya bila pengendaranya berprilaku ugal-ugalan. Namun bila mengendarai dengan ketentraman dan mentaati rambu, kecelakaan bisa dihindari. Begitulah hidup yang sebenarnya. Jiwa yang ugal-ugalan, itulah inti persoalan sebuah perjalanan.




Kucing, Mengajarkan Moralitas Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Sembilan hari meninggalkan rumah. Tiba d...

Kucing, Mengajarkan Moralitas

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Sembilan hari meninggalkan rumah. Tiba di rumah disambut oleh 3 kucing yang terbiasa tinggal di rumah saya. Sang kucing menggeong kemana saya pergi. Mungkin mereka kelaparan selama ditinggalkan.

Melihat prilaku kucing, jadi ingat prilaku manusia. Kucing terus mengeong saat kelaparan. Saat kenyang, dia fokus membersihkan bulu-bulunya. Bagaimana dengan manusia?

Manusia sering merintih dan meminta di saat perlu. Sering berdoa dan bermunajat pada Allah di setiap waktu. Saat terpenuhi, apakah manusia diam? Bagi yang rakus, terus saja meminta tambahan baik, dengan cara halal maupun haram. Terpenuhi permintaan, tak berarti bisa memenuhi dan memuaskan kebutuhan nafsunya.

Waktu terbanyak bagi kucing adalah membersihkan dirinya. Membersihkan bulunya dengan lidahnya. Di saat sakit, kucing tidak memperdulikan bulunya. Dibiarkan bulunya tak terurus.

Apa waktu terbesar manusia? Mereka yang sehat jiwanya, terfokus memperbaiki jiwa dan pemikiran. Terus berkaca tentang jiwanya. Terus melakukan introspeksi dan membersihkan dirinya. Jarang sekali memikirkan keburukan orang lain, apalagi mencela dan dengki. Fokusnya, pada keburukan dirinya.

Jiwa yang sakit, tak pernah mengurusi jiwanya. Tak pernah kebersihan jiwanya. Tak peduli dengan keburukan jiwanya. Fokusnya pada kemalangan, kesulitan dan penderitaan. Fokusnya pada memikirkan apa yang ada dan dimiliki oleh orang lain.

Kucing yang diberi makanan oleh tuanya cendrung setia. Namun mengapa manusia yang hidupnya dijamin dan dipelihara Allah, selalu membangkang pada Allah? Selalu tidak mentaati perintah-Nya?  Bahkan segala yang berbau Syariah dilarang dan dianggap anti kebhinekaan.

Dari seekor kucing, kehadiran kucing di rumah ternyata mengajarkan banyak hal tentang interaksi dengan Allah.

Berkisah di Era Milenium Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Mampir ke Bandung dari Jogyakarta . Bertemu ...

Berkisah di Era Milenium

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Mampir ke Bandung dari Jogyakarta . Bertemu dengan keponakan yang usianya sekitar 7 tahun. Dia sudah menunggunya, ingin diceritakan tentang sejarah Indonesia. Ku ceritakan tentang pangeran Diponegoro dan Tuanku Imam Bonjol. Agar lebih menarik, disiapkan Atlas Indonesia dan google search  engine untuk mencari gambar yang berhubungan dengan Diponegoro dan Imam Bonjol.

Ini era milenial. Bagaimana membangun ketertarikan anak kecil  pada sejarah? Fitrah anak ingin mendengarkan cerita. Daya jangkau fisiknya terbatas tapi imajinasi dan keingintahuan tak ada yang bisa membatasinya. Itulah yang membuat bercerita bagian pendidikan yang berlaku sepanjang masa. Kadang sebuah cerita terbawa ke alam mimpi sang anak. Jangan pernah melewatkan masa kecil anak tanpa cerita dari orangtuanya. Inilah momentum dasar menanam ketertarikannya pada alam, lingkungan dan ilmu.

Saat bercerita sosoknya, apakah sudah ada di pecahan uang rupiah? Bila ada gunakan pecahan uang rupiah. Lebih berkesan bukan? Saat bercerita tempat kelahirannya, ambilah peta atau  google maps. Saat bercerita perjalanan keilmuan dan perjuangannya. Gunakan google maps. Visual tempat kelahiran dan perjalanan para pahlawan menjadi lebih tergambar dengan sempurna. Baik pulau, propinsi, kota maupun daerahnya.

Bila filemnya sudah beredar. Gunakan Youtube. Cari potongan filemnya. Sarana visual dan audio harus dioptimalkan secara maksimal. Era Ini, lebih mudah mengajarkan anak pada sejarah. Saat pangeran Diponegoro menyusun kekuatan di Goa Secang di bukit Selarong, tinggal unduh gambarnya. Saat Diponegoro di penjara di Benteng Rotterdam Makassar, tinggal diunduh gambarnya di google.

Mengajarkan sejarah harus mengasah keingintahuan. Buat pertanyaan yang tak terduga. Seperti mengapa Diponegoro dan Imam Bonjol berpakaian putih? Mengapa mereka diasingkan ke Manado? Mengapa kapal yang membawa mereka singgah dulu ke Ambon? Apa pun jawabannya harus diterima dan didukung. Kita tidak sedang melatih jawaban benar-salah, tetapi sedang merangsang daya pikir, daya kritis dan keberanian mengungkapkan pikirannya.

Ungkap juga kisah masa kecil para pahlawan. Seperti, hobinya, kebiasaannya, liku-liku masa kecilnya agar sejak kecil sudah memiliki identitas diri untuk membentuk jati dirinya. Kisah Diponegoro cukup komplit untuk diceritakan masa kecilnya. Karena saat bayi Diponegoro dibawa ke Sultan Jogyakarta, sang Sultan sudah melihat tanda kebesaran dan kepahlawanan Diponegoro dari ramalan Jayabaya. Begitu pula masa kecil Diponegoro yang berada di luar Istana. Hidup bersama masyarakat biasa. Merasakan penderitaan dan kepedihan, juga belajar dengan para kiyai sebagai Santri.

Lebih seru lagi, buatlah drama peperangan Diponegoro bersama anak. Bagaimana berkelahinya. Bagaimana menunggang kudanya. Bagaimana meneriakan takbirnya. Lakukan bersama anak, seolah sang anak ikut hadir dalam perang Sabil  tanah Jawa. Tentu saja suasana rumah akan lebih hidup dibandingkan hanya menonton televisi di rumah.

Di akhir cerita, saya ungkap cerita masuknya Islam di Indonesia sebelum peperangan Diponegoro melalui perdagangan. Saat saya pulang, saya beri keponakan beberapa rupiah dengan penegasan bahwa uang itu bukan untuk jajan atau ditabung tetapi sebagai modal untuk berdagang. Mengajarkan sejarah sambil mempraktekkannya. Sang keponakan tidak saja diajarkan kebijaksanaan sejarah tetapi juga menjadi pengusaha. Begitulah cara memadukan kemilenialan dengan cerita sejarah pada anak kecil.

Perjuangan, Tak Pernah Terputus Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Perjuangan selalu bersambung, yakinla...

Perjuangan, Tak Pernah Terputus

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Perjuangan selalu bersambung, yakinlah. Itulah hukum kesinambungan sejarah. Ajaran tauhid dimulai dari nabi Adam, ditutup oleh nabi Muhammad. Berhentikah? Selalu akan hadir generasi baru. Yang terus menyebar ke setiap penjuru.

Saat perjuangan seakan terhenti. Sesungguhnya Allah sedang melahirkan generasi baru yang tak terduga. Saat Imam Abu Hanifah wafat, di waktu itu pula lahirlah Imam Syafii. Kadang generasi itu lahir dari didikan kita sendiri. Kadang lahir dari tempat yang tak terduga.

Bagaimana perjuangan Raden Fatah sultan Demak, kemudian berlanjut ke Sultan Agung dari Mataram? Bagaimana perjuangan Sultan Hasanuddin terhenti di Makasar, lalu muncul perjuangan baru di Banten dan Trunojoyo di Madura?  Begitulah, walau mereka tak pernah bertemu, namun mengapa memiliki langkah yang sama? Bertemu dalam ruang pemikiran. Bertemu dalam ruang jiwa. Kadang mereka meninggal buku-buku. Kadang mereka hanya meninggalkan kisah-kisah perjuangan yang terus dikisahkan dari generasi ke generasi. Seperti itulah pertemuan mereka.

Imam Syafii tidak pernah bertemu dengan imam Abu Hanifah. Namun Imam Syafii bertanya dengan gurunya Imam Malik tentang kiprah  imam Abu Hanifah. Imam Syafii tidak hanya belajar keilmuan Abu Hanifah tetapi juga biografinya dari imam Malik.  Belajar harus memadukan pemahaman terhadap ilmunya ulama tetapi juga biografinya. Belajar pemikiran dari ilmunya. Belajar jiwa dan akhlak dari biografinya. Untuk itulah mengapa Imam Jauzy merangkum biografi para ulama dalam kitabnya Syair Alam An Nubula,Tadzkirah Huffazah. Begitu pula dengan beragam karya Imam At Thabari, Khatib Al Baghdadi dan imam Adzahabi.

Saat pangeran Diponegoro kalah dalam perang Sabil di Jawa. Apakah ada generasi baru yang bermunculan?  Di 1930, saat Diponegoro ditangkap, di Banten seorang pemuda berusia 20 tahun pergi ke Mekkah untuk menuntut ilmu . Dari tangannya lahir KH Muhammad Khalil Bangkalan yang kemudian melahirkan KH Hasyim Ashari dan KH Ahmad Dahlan. Sang pemuda ini bernama Syekh Nawawi Al Bantani Jawai. Di saat Kiyai Mojo dan Kiyai Sentot ditangkap dan diasingkan. Telah disiapkan generasi yang memiliki cara berbeda dalam berjuang untuk negrinya.

Di saat Diponegoro memulai perang Jawa. Sejarah melahirkan Muhamad Khalil Bangkalan yang kelak menjadi kakek guru Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah. Yang menggerakkan dan mengorganisir masyarakat untuk bergerak secara pendidikan dan perjuangan senjata melawan penjajah.

Saat seluruh kekuasaan struktural digenggam Belanda, bermunculan semangat perlawanan dari sela-sela pesantren, pendidikan non formal, balik mushalah dan masjid. Dalam setiap perjuangan, selalu ada celah-celah sejarah. Dalam setiap perjalanan sejarah, selalu ada intervensi sejarah untuk menahan laju penurunan dan mendongkrak kenaikan. Intervensi sejarah kadang dilakukan oleh mereka yang sudah berkiprah. Namun terkadang berasal dari generasi baru yang tidak terduga.

Begitulah perjalanan perjuangan. Perjuangan membutuhkan energi dan semangat lintas generasi. Perjuangan membutuhkan tanggungjawab setiap generasi. Perjuangan membutuhkan sumbangsih setiap generasi. Setiap generasi memilik peran untuk mengisi ruang kosong yang belum ditunaikan oleh generasi sebelumnya.




Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (233) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (356) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (2) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (4) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (218) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (180) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (124) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (133) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)