basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Filosofi Kesuksesan Dari Alam Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Awal dan Akhir, itulah kefanaan hidup. A...

Filosofi Kesuksesan Dari Alam

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Awal dan Akhir, itulah kefanaan hidup. Awal, menembus permukaan tanah yang keras. Awal, sangat rentan. Awal, menembus tempurung dan biji-bijian yang keras. Awal itu memang sebuah  perjuangan yang keras.

Awal itu menembus kegelapan rahim. Tak tahu ada cahaya. Yang dilakukan hanya menembus rentang kegelapan untuk mendapatkan cahaya.  Benih yang lemah menembus permukaan tanah dan biji yang keras. Bagaimana cara menembus yang keras di tengah kelemahan?  Yang pasti setiap yang keras, dapat ditaklukan dengan kelembutan.

Air yang lembut, mampu menembus bebatuan dan perkapuran. Dia tidak melawan, tetapi memanfaatkan lorong dan celah yang sempit. Menaklukan tak harus memiliki kekuatan yang sama atau lebih besar. Menaklukan tak harus melakukan cara yang sama dengan yang dilakukan mereka.

Api ditaklukan dengan air. Air ditaklukan dengan angin. Angin ditaklukan dengan gunung. Untuk menaklukan, hanya membutuhkan pemahaman terhadap karakternya. Menaklukan dengan memanfaatkan karakternya dengan karakter yang berbeda. Itulah yang dilakukan Snouck Hurgronje untuk meredam total jihad umat Islam di Indonesia. Menaklukan hanya butuh cara yang berbeda.

Segala sesuatu memiliki keterpaduan. Dalam kekuatan ada kelemahan. Setiap kekuatan memiliki kelemahan. Setiap kekuatan memiliki umurnya. Tak ada kekuatan yang abadi. Semua kekuatan akan hancur pada waktunya. Jadi tak ada kekuatan yang tak bisa ditaklukan.

Setiap benih baru selalu memiliki peluang untuk melampui pohon-pohon yang sudah besar dan berbuah. Setiap benih baru memiliki kesempatan untuk besar seperti pohon yang sudah ada. Setiap pohon yang besar dan berbuah akan redup dan mati ditelan usia. Hukum kehidupan inilah yang membuat keoptimisan setiap benih yang baru tumbuh.

Setiap pohon itu akan tua, menguning dan mati. Ada pohon yang cepat memanen, umurnya pun akan pendek. Ada pohon yang lama memanennya, usianya pun akan panjang melampaui umur petaninya. Segala yang serba cepat, biasanya mudah hancur dan tenggelam karena tak menyiapkan akar yang menghujam, batang dan dahan yang kokoh. Yang bisa kita lakukan adalah menghambat datangnya kelemahan, memperpanjang usia kekuatan namun tak bisa menghentikan tua dan keterpurukan.

Setiap petani selalu menanam benih baru agar panenya tak pernah berhenti setiap musim. Sebelum pohon yang sedang berbuah mati, dia sudah menanam benih baru untuk menggantikan pohon yang akan mati. Begitulah cara menjaga panen yang terus terjaga di sepanjang waktu.

Setiap pohon menciptakan buah yang sangat banyak. Agar buahnya menjadi bibit dan benih yang baru. Seharusnya dari waktu ke waktu sumberdaya terus berkembang dan tumbuh, tidak ada yang habis dan hilang.

Pohon, buah, benih dan petani. Sebuah filosofi memulai dan melanggengkan sebuah kesuksesan hidup.

Hidup, Menciptakan Nilai Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Yang dikenang? Siapakah? Apakah? Apakah pemen...

Hidup, Menciptakan Nilai

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Yang dikenang? Siapakah? Apakah? Apakah pemenang selalu yang dikenang? Mengapa dikenang? Mereka yang memilik jejak kehidupanlah yang selalu dikenang. Jejak seperti apa? Dikenang bukanlah sebuah tujuan. Kadang Allah menyembunyikan untuk menjaga kebaikannya, baik itu keburukan atau kebaikannya. Agar yang baik, dilipatgandakan pahalanya. Agar yang buruk, tidak menambah keburukannya.

Apakah para pecundang akan selalu dilupakan? Apakah yang kalah akan selalu dipetieskan? Kenangan sejarah tidak berbicara tentang menang-kalah, tak berbicara siapa yang paling tinggi jabatan dan kejayaan. Kenangan sejarah selalu berbicara tentang nilai kehidupan. Apakah jejak karya mampu membangun peradaban? Mampu menginspirasi kesinambungan nilai kehidupan melintasi generasi? Keabadian kenangan tergantung seberapa jauh dan lama efek jejak nilai kehidupan yang dibangun. Seberapa lama dan dalam mempengaruhi jiwa, pemikiran, hati dan perasaan dalam memandang diri dan kehidupan.

Mari melihat buku 100 orang yang berpengaruh di dunia? Apakah hanya berisi para pemenang? Apakah melupakan para pecundang? Kemenangan yang mempengaruhi pemikiran banyak orang. Kekalahan yang membimbing banyak orang untuk membangun peradaban baru. Mengapa masih memunculkan Napoleon Bonaparte? Bukankah dia mengalami kekalahan di akhirnya?

Mengapa sejarah Indonesia tetap mencatat Sultan Hasanuddin, Sultan Ageng Tritayasa, Syekh Yusuf, Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol yang dikalahkan Belanda? Kekalahan yang membangkitkan semangat untuk berjuang dan membangun. Kekalahan yang menciptakan kebangkitan orang yang tertidur. Sejarah tetap mencatat kemenangan dan kekalahan, bukan untuk menyombongkan dan merendahkan tetapi membangkitkan dan membangun jiwa peradaban manusia.

Apakah pemenang akan selalu dikenang? Kadang kemenangan tidak menghasilkan senyuman tetapi pil pahit bagi sebuah negri. Berapa banyak para pemenang bersama Belanda yang hilang dari peredaran. Kemenangan justru melumpuhkan dan menghancurkan. Seperti kemenangan Sultan Haji, Amangkurat 1-2, Aru Palaka dan Kapten Yonker dari Maluku. Jangan berfikir menang-kalah dan pemenang-pecundang, tapi apakah kemenangan dan kekalahan akan memberikan nilai positif bagi kehidupan dan peradaban?

Mengapa perang Uhud dan Hunain diabadikan dalam Al Qur'an? Padahal hampir memusnahkan kaum muslimin? Mengapa kisah Ashabul Ukhdud diabadikan dalam Al Quran? Padahal memusnahkan semua orang beriman yang ada dinegri tersebut? Yang diabadikan sejarah bukan lagi menang dan jaya, tetapi nilai kehidupan yang ingin terus terjaga dalam jiwa manusia.

Mengapa Nabi Zakaria terus dicatat sejarah? Padahal wafatnya digregaji oleh penguasa? Mengapa turunya Nabi Adam dari Surga tetap tercatat? Mengapa Allah tidak membuat perjalanan nabi Adam yang tetap di Surga?

Takdir manusia adalah sebuah perjalanan karya. Menang-kalah, sukses-gagal, pemenang-pecundang tak perlu dipersoalkan. Namun apakah semua ikhtiar karya  memberikan nilai bagi kehidupan?

Hancur Di Tangan Anak Negri Sendiri Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Ternyata bangsa ini dijajah melalu...

Hancur Di Tangan Anak Negri Sendiri

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Ternyata bangsa ini dijajah melalui tangan anak bangsanya  sendiri. Saat Sultan Hasanuddin Makassar ditaklukan oleh Belanda. Belanda dengan kekuatan 600 pasukan hanya berdiri di tepian pantai sambil menyaksikan Sultan Hasanuddin berperang dengan Aru Palaka.

Saat Belanda menaklukan pangeran Diponegoro, ada bangsawan Madura dan sekitar Jogyakarta membantu Belanda. Bahkan  panglima perang Belanda salah satunya putra Jawa yang diberi gelar Raden Cokronegoro yang kelak menjadi bupati Purworejo.

Pangeran Diponegoro membuat tulisan Babad Diponegoro, sedang Cokronegoro membuat tulisan babad tersendiri. Mereka berdua bukan hanya bertarung di medan laga tetapi juga melalui tulisan-tulisan tentang perang Jawa menurut persepsinya sendiri. Pertarungan senjata tak lepas dari pertarungan pemikiran melalui tulisan

Mataram hancur bukan oleh Belanda sendiri tetapi ditopang oleh anak-anak Sultan Agung sendiri. Menggadaikan  negri demi kenyamanan, keselamatan, dan kesinambungan tahta. Mereka tak memiliki jiwa perjuangan seperti Ayahnya. Mengapa Sultan Agung tidak bisa melahirkan sultan Agung yang baru? Mengapa baru beberapa generasi melahirkan seorang pangeran Diponegoro?

Sebuah negri hancur bukan melalui tangan orang lain bukan tangan asing, tetapi melalui tangan kita sendiri. Yang selalu memandang asing sebagai biang kehancuran bertanda tidak mau menelisik dirinya sendiri. Penyakit tubuh bukan karena kekuatan luar tubuh, tetapi antibodi yang lemah. Pertahanan terbaik adalah membangun diri.

Abdurahman Ad-Dakhil, mengalami kegagalan saat ingin melakukan penetrasi ke Eropa. Ternyata biang kekalahan bukan hebatnya Eropa. Tetapi lemahnya internal. Lalu dia membangun pendidikan, ekonomi, menghilangkan semua kezaliman pemerintah terhadap rakyatnya. Setelah kurun waktu tertentu, penyerbuan ke Eropa dilakukan, sebagian Eropa pun takluk.

Bangun rasa gentar musuh dengan membangun diri kita sendiri. Buat keajaiban kemakmuran dan kesejahteraan. Bangun ikatan hati dan persatuan. Dengan ini Musuh sudah gentar dengan aura kita. Pertikaian hanya menghabiskan energi dan kekuatan. Seperti pepatah, kalah jadi debu, menang jadi arang.

Bacalah perjuangan negri ini, setiap kekalahan oleh Belanda selalu dimulai dengan pergulatan internal yang keras. Musuh menguasai tanpa berjerih payah. Cukup memanfaatkan kekuatan kita untuk menghancurkan diri kita sendiri.

Sultan Ageng Tritayasa kalah dari Belanda bukan karena kehebatan Belanda tetapi topangan kekuatan Anaknya, Aru Palaka dari Makassar dan seorang Kapten dari tanah Maluku. Setelah itu baru kekuatan Kompeni Belanda. Mengapa terhadap asing kita lebih bersahabat dibandingkan dengan sesama  anak negri? Mengapa bila ditopang asing kita merasa lebih hebat dan berwibawa? Mengapa kekuatan asing hanya digunakan untuk menghancurkan negri sendiri?

Kita begitu heroik bertarung dengan bangsa sendiri. Namun rendah diri dihadapan bangsa asing yang ingin menghancurkan bangsa kita sendiri. Itukah yang terjadi pula saat ini?

Konsisten Hingga Akhir Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Konsisten membuahkan kemukjizatan. Konsistensi,...

Konsisten Hingga Akhir

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Konsisten membuahkan kemukjizatan. Konsistensi, membuat amal yang tak dikerjakan karena darurat, tetap tercatat seperti sedang dikerjakan. Bila terbiasa bertahajud saat sehat, maka bila sakit tak mengerjakan tahajud tetap tercatat sebagai seolah-olah sedang bertahajud. Konsistensi meraih kebaikan tanpa dikerjakan.

Konsistensi membentuk kebiasaan, karakter dan akhlak. Konsistensi menciptakan gerakan refleks sebuah perbuatan. Konsistensi menciptakan brand image kepribadian. Apa yang dikenang tentang dirimu, itulah yang konsisten ditampilkan oleh dirimu sendiri.

Karya Besar lahir dari sebuah konsistensi. Abu Bakar Asshidiq, selalu membenarkan Rasulullah saw. Umar Bin Khatab Al Faruq, selalu tegas terhadap kemungkaran. Imam Al-Bukhari menghabiskan seluruh hidup untuk meneliti hadist. Lampu pijar, lahir dari ribuan percobaan. Apa yang sudah dikonsistenkan hingga hari ini? Apa yang akan dikonsistenkan hingga hari esok? Itulah karya terbesar yang akan tercipta. Satu konsistensi lebih berguna daripada ide brilian yang berubah-ubah.

Konsistensi tanda kestabilan emosi, pemikiran dan suasana jiwa. Konsistensi bertanda ada titik fokus dan arah kehidupan. Konsistensi bertanda keteguhan dan ketegaran terhadap aral rintangan yang menghadang. Konsistensi tanda ketidakjemuan. Mereka yang berjiwa labil, selalu berkelok-kelok mengikuti arah angin dan suasana emosi jiwa. Apa yang bisa dihasilkan dari sebuah ketidakstabilan? Negri yang tidak stabil hanya membuahkan huru-hara dan keributan saja.

Konsistensi buah dari kelongaran, hiburan,  disiplin dan keteguhan. Tanpa kelonggaran dan hiburan, jiwa ditimpa kebosanan. Jiwa butuh rileksasi untuk mengambil energi.  Jiwa butuh disiplin untuk fokus pada tujuan. Hanya disiplin saja, jiwa menjadi kaku dan keras. Hanya hiburan saja, jiwa terjatuh pada keterlenaan. Konsistensi hasil rumusan dan ramuan keseimbangan beragama karakter yang bertolak belakang.

Menjaga konsistensi sangat berat. Perintah beristiqamah membuat rambut Rasulullah saw beruban putih. Surga atau neraka terlihat di akhirnya, saat maut menjemput. Kondisi akhir hayat manusia merupakan perjuangan menempuh hingga titik akhir. Akhir yang baik, buah menjaga konsisten kebaikan. Akhir yang buruk, buah jiwa yang terombang-ambing antara hawa nafsu dan fitrah. Berkacalah pada perjalanan hidup Harun Yahya yang tak bisa menjaga konsistensi intelektualnya. Berkacalah pada pengusaha dan pejabat yang hancur di hari tuanya.

Ada guru Imam Bukhari yang akhirnya memusuhi sang Imam. Ada sahabat Rasulullah saw yang murtad di Habasyah. Ada yang dulunya ulama, kemudian menjadi penguasa yang kejam. Ini cermin beratnya konsistensi dan keistiqamahan. Untuk itulah nabi Yusuf berdoa agar dimatikan dalam kondisi orang yang berbakti. Untuk itulah kaum muslimin berdoa agar mati dalam berserah diri kepada Allah. Hidup yang tetap konsistensi dalam pergolakan yang tak menentu, itulah pembuktian jati diri manusia.

Rahasia Amalan Rahasia Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Apa yang dirahasiakan itulah jati diri yang seb...

Rahasia Amalan Rahasia

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Apa yang dirahasiakan itulah jati diri yang sebenarnya. Itulah inti, tujuan dan target yang sebenarnya. Bukankah Allah menerima esensi amal dari keikhlasan hati yang tak terdeteksi? Apa yang disembunyikan? Apa yang tidak ingin diketahui? Apa yang ditutupi?  Itulah diri kita yang sebenarnya. Untuk menilai diri, cukup perhatikan apa yang ingin dirahasiakan dari manusia. 

Berbagai hal yang berkecamuk di jiwa. Niat yang terbesit di hati. Ide yang berhamburan dari akal. Itu sangat rahasia. Tak seorangpun yang bisa mengetahuinya. Namun itulah cerminan kualitas diri seseorang. Kualitas karya, kerja dan kinerja dimulai dari mengelola apa yang tersembunyi. Mengelola niat, ide, perasaan dan suasana jiwa.

Bila dapat mengelola yang tersembunyi, maka akan bisa mengelola yang nyata. Bila bisa membentuk dan membangun kebaikan yang tersembunyi, maka akan bisa membangun kedahsyiatan di dunia nyata. Kelola bisikan syetan. Kelola godaan hawa nafsu. Kelola perasaan negatif yang menghancurkan maka akan dapat mengelola kehidupan. Jiwa, hati dan akal adalah balai latihan, penempaan dan pendidikan bagi dirinya sendiri. Sukseskah disini? Bukankah mendidik diri baru bisa mendidik orang lain? Bukan memimpin diri sendiri, baru bisa memimpin orang lain? 

Dalam kegelapan malam, apa yang dilakukan? Dalam kesendirian, apa yang dilakukan? Bukankah ujian terberat adalah ujian saat sendiri? Bukankah ujian terberat itu yang dialami oleh Nabi Yusuf? Saat istri pembesar Mesir menutup semua pintu dan tak seorangpun berada di rumah tersebut? Apa yang dilakukan di sepertiga malam terakhir hingga Subuh ? Itulah dirimu.

Bukankah kemalasan dan membuang waktu lebih banyak dilakukan ketika sedang sendiri? Bukankah keburukan dan kelalaian sering terpampang jelas ketika sedang sendiri? Bukankah manusia lebih banyak takut namanya tercoreng di muka manusia dibandingkan di hadapan Allah? Bukankah manusia rela mengeluarkan sumberdaya besar agar nama harumnya di muka publik?

Kita sendiri yang bisa menilai hakikat yang sebenarnya. Diri kita bukanlah apa yang dilakukan dan terlihat di ruang-ruang publik. Diri yang sebenarnya adalah saat sendiri, saat sunyi, dan saat di ruang yang tak terlihat. Saat diri bersama dirimu sendiri itulah diri kita yang sebenarnya. Itulah mengapa para Sufi gemar beruzlah dan berkhalwat hanya bersama diri dan Tuhannya? Saat sendiri, hakikat diri terpampang sangat jelas.

Dirimu, apa yang terbesit dalam jiwa mu ? Dirimu, apa yang terlintas dalam hati dan pikiran ? Tingkah pola di ruang publik bisa jadi hanya sandiwara kamuflase kehidupan. Bisa kemunafikan yang dipertontonkan. Rahasiamu itulah yang menolong dirimu. Banyak kisah masuk surga karena amalan yang rahasia. Kisah 3 pemuda yang terjebak dalam Gua. Mereka bertawasul kepada Allah dengan 3 amalan rahasianya

Kuatkan amalan rahasia yang tersembunyi. Mereka yang terbiasa dengan amalan rahasia, akan bisa membaca dan merasakan kamuflase para calon pemimpin yang bersandiwara di depan publik dengan firasatnya. Mengapa pemimpin yang terpilih selalu pemimpin boneka dan para kamuflase pejuang rakyat ? Karena pemilihnya tak menempa dirinya dengan amalan rahasia. Firasatnya mati dalam membaca raut muka kepalsuan.

Nikmatilah amalan rahasia. Giatkan dengan amalan rahasia. Agar jiwa bersih dari kotoran kepalsuan. Para pejuang kebenaran di setiap masanya selalu lebih kuat amalan rahasianya. Para pemenang kehidupan lebih memilih bergelut dengan amalan rahasianya. Para pemandu kehidupan, mereka penggiat amalan rahasia.

Pertarungan yang dimenangkan kaum muslimin dalam berbagai kesempatan dalam rentangan sejarah yang panjang, para pemimpin dan prajuritnya adalah para pelaku amalan rahasia. Bangunan yang kokoh justru ditopang oleh yang tak terlihat. Itulah kekuatan amalan rahasia. Itulah cara menilai hakikat diri.

Muhammad bin Qasim, Ikhlas Ujian Sepanjang Rentang Waktu Oleh: Nasruloh Baksolahar Ujian keikhlasan sebuah rentang waktu yang ti...

Muhammad bin Qasim, Ikhlas Ujian Sepanjang Rentang Waktu

Oleh: Nasruloh Baksolahar

Ujian keikhlasan sebuah rentang waktu yang tidak pernah berhenti. Ujian keikhlasan ada di awal, di tengah, di akhir, bahkan setelah jauh waktunya dari amal yang telah dikerjakan. Sebelumnya nyawa terpisah, ujian keikhlasan akan selalu digugat dan dihembuskan untuk menghancurkan nilai sebuah karya.

Karynya luar biasa, dikagumi banyak orang. Apakah dikagumi oleh para malaikat dan Maha Pencipta? Maha karya kadang tak dibarengi kebesaran jiwa dan kesucian jiwa. Berkarya memang penuh ujian. Tidak berkarya membuat  diri tak pernah ditempa ujian. Lebih berkualitas mana?

Muhammad bin Qasim pembebas Sindh atau India. Berjuang Dengan keberanian dan kegagahan. Mencurahkan waktu, pikiran dan segala hidupnya. Saat prestasinya tertoreh luar biasa, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, memecatnya dan mempenjarakannya. Bisa jadi  beliau ikhlas berjuang di awal dan sepanjang perjuangan. Namun kemudian di penjara dan dipecat di akhirnya? Bagaimana seandainya kita adalah Muhammad bin Qasim?

Mengapa banyak orang hebat dikecewakan di akhirnya? Allah ingin melihat untuk siapa amalnya. Allah ingin melihat keikhlasan dan kesungguhan amalnya di setiap waktu dan moment kehidupannya. Untuk siapa hidupnya, dirinya atau Allah?

Allah menguji keikhlasannya dalam menuntut ilmu. Bagaimana bila sorang guru harus mengakui keluasan ilmu murid yang dulu pernah diajarkan? Ikhlas dalam mengajar dan ikhlas dalam mengakui keluasan ilmu orang lain. Keduanya harus berpadu agar tidak ada ruang ketidakikhlasan. Ini terjadi saat salah satu guru Imam Bukhari akhirnya tak mengakui keluasan ilmu muridnya.

Imam Syafii memiliki dua orang murid di Mesir. Namanya Buwaith dan Abdullah. Sama-sama pintar dan Shalih. Sama-sama diamanahi menggantikan sang Imam di halaqahnya bila sang imam berhalangan. Keduanya berilmu luas dan dalam pemahamannya. Namun sang imam membaca kejernihan muridnya Buwaith. Saat sang imam akan wafat, halaqahnya diserahkan ke Buwaith. Bagaimana dengan Abdullah?

Abdullah sakit hati. Menebarkan fitnah hingga Buwaith ditangkap dan dipenjarakan. Abdullah diangkat menjadi Qadhi. Selama di penjara, Buwaith tak diijinkan shalat berjamaah. Keluasan dan pemahaman ilmu kadang tak berbanding lurus dengan keikhlasan. Ilmu kadang hanya jadi khazanah pengetahuan. Jadi kebanggaan seperti kekayaan semata.

Lihatlah hidup dari kacamata Allah. Jangan melihat hanya hubungan dalam organisasi dan lembaga. Jangan melihat hubungan antar manusia saja. Bertanyalah, mengapa Allah mentakdirkan sesuatu di moment kehidupan kita? Apa yang ingin dilihat Allah dari sikap kita terhadap takdir-Nya?  Apa rencana Allah dari takdir-Nya? Inilah cara melihat semua moment kehidupan. Bukan lagi hubungan organisasi dan kelembagaan. Bukan lagi hubungan antar manusia atasan dan rekan organisasi.

Sakit hati dan kecewa, lahir karena kacamatanya masih tentang dirinya. Kepentingan diri, kebanggaan diri. Bukan sekenario Allah untuk melihat gejolak hati terhadap apa yang menimpanya. Bukan untuk melihat kejernihan hati atas semua karya-karyanya.

Jangan merasa Allah membiarkan diri kita. Sebelum diuji dengan beragam ketercamukan kecewa dan sakit hati dari penghargaan orang terhadap karya kita.

Musa bin Nusair, Panglima yang Setia Hingga Mati Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati l) Dengan alasan sakit...

Musa bin Nusair, Panglima yang Setia Hingga Mati

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati l)

Dengan alasan sakit hati banyak yang akhirnya berpisah dengan organisasi. Dengan alasan jasanya sangat besar namun tak dihargai, lalui diberhentikan,  akhirnya memisahkan diri dengan organisasi? Sebegitu hebatkah jasanya?

Jiwa besar tak butuh pengakuan. Tak butuh penghargaan. Tak butuh ucapan terimakasih. Jiwa besar berkarya hanya untuk memelihara amanah potensi dirinya sendiri. Potensi diri harus diberdayakan.

Musa Bin Nusair panglima perang yang berhasil membebaskan Afrika Utara dan Andalusia. Musa memulai kiprahnya dari Mesir, ke Aljazair lalu menyeberangi lautan menuju Andalusia. Thariq bin Ziyad adalah anggota pasukannya yang mampu menaklukan Andalusia. Strateginya, membakar kapal perangnya, agar seluruh pasukannya fokus menghadapi pasukan Spanyol.

Ditengah deretan prestasinya. Musa Bin Nusair dipecat sebagai panglima karena dikhawatirkan makar. Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik termakan hasutan. Sang khalifah ingin menyalibnya karena dianggap ingin memberontak. Saat proses penyaliban akan berlangsung, Umar Bin Abdul Aziz memberikan masukan ke khalifah, bahwa Musa Bin Nusair seorang yang taat kepada khalifah. Beliau tak mungkin berkhianat. Akhirnya sang khalifah menuruti saran Umar Bin Abdul Aziz.

Yang dianggap makar tidak saja Musa Bin Nusair tetapi juga putranya yang bernama Abdul Aziz bin Musa. Padahal anaknya orang yang bertakwa dan taat pada khalifah. Namun karena hasutan, sang khalifah membunuhnya. Jasad anaknya, dia sendiri yang membawa dan menguburkannya. Bagaimana bila kita sebagai Musa Bin Nusair?

Dipecat tanpa kesalahan. Anaknya dibunuh tanpa kesalahan. Semua  karena hasutan. Bila kita sebagai Musa Bin Nusair, apa yang akan dilakukan? Kekayaan Musa Bin Nusair melimpahkan. Budaknya mencapai 1 juta orang. Bila digerakan, bisa saja untuk melawan  sang khalifah? Apa yang dilakukannya?

Musa Bin Nusair berkata, "Sampai hari kiamat aku takkan melakukan gerakan pembangkangan terhadap khalifah. Aku tidak ingin meninggalkan jamaah."  Ini kata sakti luar biasa. Dia tetap tunduk pada khalifah.

Musa Bin Nusair sangat kecewa pada keputusan Khalifah atas diri dan anaknya. Apakah egois diri didahulukan untuk menghancurkan kestabilan dan keutuhan? Apakah sakit hati pribadi didahulukan daripada kelangsungan negri? Musa Bin Nusair tetap kokoh bersama Khalifah, seperti tak ada masalah antara dirinya dan khalifah. Bagaimana dengan kita yang kadang merasa berjasa besar  terhadap organisasi sehingga sangat wajar menuntut organisasi? Kadang merasa jasanya lebih hebat daripada jasa organisasi pada dirinya sendiri?

Mari berkaca pada Musa Bin Nusair.  Sebuah kisah panglima perang penakluk dunia yang tak pernah takluk dengan sakit hati dan kekecewaan dirinya.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (233) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (356) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (2) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (4) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (218) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (180) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (124) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (133) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)