basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Musa bin Nusair, Panglima yang Setia Hingga Mati Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati l) Dengan alasan sakit...

Musa bin Nusair, Panglima yang Setia Hingga Mati

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati l)

Dengan alasan sakit hati banyak yang akhirnya berpisah dengan organisasi. Dengan alasan jasanya sangat besar namun tak dihargai, lalui diberhentikan,  akhirnya memisahkan diri dengan organisasi? Sebegitu hebatkah jasanya?

Jiwa besar tak butuh pengakuan. Tak butuh penghargaan. Tak butuh ucapan terimakasih. Jiwa besar berkarya hanya untuk memelihara amanah potensi dirinya sendiri. Potensi diri harus diberdayakan.

Musa Bin Nusair panglima perang yang berhasil membebaskan Afrika Utara dan Andalusia. Musa memulai kiprahnya dari Mesir, ke Aljazair lalu menyeberangi lautan menuju Andalusia. Thariq bin Ziyad adalah anggota pasukannya yang mampu menaklukan Andalusia. Strateginya, membakar kapal perangnya, agar seluruh pasukannya fokus menghadapi pasukan Spanyol.

Ditengah deretan prestasinya. Musa Bin Nusair dipecat sebagai panglima karena dikhawatirkan makar. Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik termakan hasutan. Sang khalifah ingin menyalibnya karena dianggap ingin memberontak. Saat proses penyaliban akan berlangsung, Umar Bin Abdul Aziz memberikan masukan ke khalifah, bahwa Musa Bin Nusair seorang yang taat kepada khalifah. Beliau tak mungkin berkhianat. Akhirnya sang khalifah menuruti saran Umar Bin Abdul Aziz.

Yang dianggap makar tidak saja Musa Bin Nusair tetapi juga putranya yang bernama Abdul Aziz bin Musa. Padahal anaknya orang yang bertakwa dan taat pada khalifah. Namun karena hasutan, sang khalifah membunuhnya. Jasad anaknya, dia sendiri yang membawa dan menguburkannya. Bagaimana bila kita sebagai Musa Bin Nusair?

Dipecat tanpa kesalahan. Anaknya dibunuh tanpa kesalahan. Semua  karena hasutan. Bila kita sebagai Musa Bin Nusair, apa yang akan dilakukan? Kekayaan Musa Bin Nusair melimpahkan. Budaknya mencapai 1 juta orang. Bila digerakan, bisa saja untuk melawan  sang khalifah? Apa yang dilakukannya?

Musa Bin Nusair berkata, "Sampai hari kiamat aku takkan melakukan gerakan pembangkangan terhadap khalifah. Aku tidak ingin meninggalkan jamaah."  Ini kata sakti luar biasa. Dia tetap tunduk pada khalifah.

Musa Bin Nusair sangat kecewa pada keputusan Khalifah atas diri dan anaknya. Apakah egois diri didahulukan untuk menghancurkan kestabilan dan keutuhan? Apakah sakit hati pribadi didahulukan daripada kelangsungan negri? Musa Bin Nusair tetap kokoh bersama Khalifah, seperti tak ada masalah antara dirinya dan khalifah. Bagaimana dengan kita yang kadang merasa berjasa besar  terhadap organisasi sehingga sangat wajar menuntut organisasi? Kadang merasa jasanya lebih hebat daripada jasa organisasi pada dirinya sendiri?

Mari berkaca pada Musa Bin Nusair.  Sebuah kisah panglima perang penakluk dunia yang tak pernah takluk dengan sakit hati dan kekecewaan dirinya.

Yang Ada di Dunia, Sama Saja Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Imam Ahmad bin Hambali menerima siksaan d...

Yang Ada di Dunia, Sama Saja

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Imam Ahmad bin Hambali menerima siksaan dari 3 khalifah. Beliau dimuliakan oleh satu khalifah. Apa yang dirasakannya? Sama saja. Dalam siksaan dan kemuliaan, tetap istiqomah, tetap sederhana, tetap wara.

Muhammad bin Wasi, seorang Tabiin, yang menganggap sama batu dengan permata. Saat dia diberi mahkota yang penuh permata oleh panglima perangnya, dia memberikan mahkota tersebut kepada peminta-minta di tepi jalan. Pengintai yang ditugasi oleh panglima terheran-heran dan takjub melihatnya.

Khalid Bin Walid menganggap menjadi panglima dan prajurit biasa adalah sama saja. Tetap bersemangat, tetap memberikan kontribusi, tetap memberikan ide brilian bagi kemenangan kaum muslimin. Karena rasa egonya sudah tercabut demi tujuan besar. Apakah arti nilai diri dibandingkan kemaslahatan umat?

Kemuliaan itu bukan pada tampilan publik, bukan pada penghargaan manusia, bukan sanjungan manusia. Tetapi apakah Allah meridhoi hidup kita? Apakah Allah memberikan Rahman-Rahim saat sakratul maut? Fokuslah beribadah, jalani hidup dengan kesungguhan ikhtiar dan ketinggian cita-cita. Apa jadinya kita, serahkan semuanya pada Allah.

Apakah ada yang berubah dari Rasulullah saw saat menjadi orang terkaya di Mekkah, saat terusir dan disiksa di Mekkah, saat seluruh Hijaz ditaklukan? Beliau sama saja. Karena kemuliaan itu milik Allah. Karena semua karunia dari Allah. Bukan kehebatan dan kepintaran kita. Banyak orang yang lebih pintar yang bernasib buruk. Banyak orang yang lebih bodoh yang bernasib baik?

Inti Zuhud itu, menganggap sama permata dan batu. Menganggap sama, pujian dan hinaan. Menganggap sama posisi panglima dan prajurit. Karena kemuliaan itu bukan apa yang dicapai di dunia, tapi apa pun capaian dunia untuk capaian akhirat. Apa yang dikerasikan dunia untuk akhirat ?

Tak silau dan tak rendah diri. Selalu berwibawa dan memiliki harga diri. Selalu bahagia dan tak ada yang bisa merampas kebahagiaannya. Itulah Zuhud.

Jerih Payah Untuk Peradaban Mereka Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Bisnis bukan alat pencari nafkah. ...

Jerih Payah Untuk Peradaban Mereka

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Bisnis bukan alat pencari nafkah. Bekerja bukan sarana mencari nafkah. Tapi sarana perjuangan, bagian perjuangan mimpi sebuah peradaban. Bila bisnis dan bekerja sekedar urusan perut dan kesenangan. Seperti apa wajah kita? Seperti hewan yang mengais makanan setiap hari?

Peradaban mereka atau peradaban kita? Membangun peradaban mereka atau kita? Jerih payah, waktu, pikiran dan perasaan sering kali terperas untuk peradaban mereka. Lalu siapa yang mau menjadi prajurit peradaban kita?

Terbuai dengan gelar pendidikan, label kenegaraan, label posisi yang menawan. Decak kagum berkumandang. Bukan untuk kita, tapi melanggengkan peradaban mereka? Kita memikirkan nasib perut sendiri, padahal mereka sedang membangun peradabannya melalui tangan kita sendiri. Berpayah ria untuk menghancurkan peradaban sendiri, namun memperkokoh peradaban mereka.

Nama mereka terpampang berwibawa di media lokal dan dunia. Padahal salah satunya dari jerih payah kita sendiri. Mereka terus menggurita, sedang kita terpana dengan label yang diberikan mereka dan sedikit iming-iming dunia. Mereka terus berwibawa, sedang kita hancur dimakan waktu yang menua. Inilah wajah kita. Semakin hari peradaban kita tak ada yang mengurusi, karena waktu, pemikiran dan kerja keras kita untuk membangun peradaban mereka.

Kita sering salah menyalur energi, pikiran dan waktu. Kita sering jatuh pada kubang dimanfaatkan bukan menjadi berdaya. Kita terbuai dengan kemudahan dan sarana. Tak berupaya membangun pondasi peradaban kita sendiri. Menghindari kesulitan, menghindari tantangan karena sudah dimanjakan kemudahan dan fasilitas dari peradaban mereka.

Mereka duduk disinggasana. Kita menjadi sapi perahnya. Mereka mencengkeram peradaban kita melalui pikiran, kerja keras dan jerih payah kita sendiri. Menghancurkan diri sendiri, dengan memperkokoh peradaban mereka. Itulah perjalanan hari ini, masih bersambungkah pada generasi pelanjut kita?

Di usia kita, saat kematangan sudah ditapaki. Saat keseimbangan jiwa sudah mulai dirasakan. Saat kejernihan berpikir mulai merambat. Apakah masih jalan di tempat? Apakah terus terbelenggu dengan kemudahan dan fasilitas? Apakah terus dibuai dengan keterlenaan? Jangan sampai peradaban kita hancur, ditangan kita sendiri, di era kita.

Mari berhijrah. Mari memulai langkah baru. Jangan sampai engkau berikan sisa umur, siswa waktu, sisa kepikunan untuk peradaban kita. Namun memberikan vitalitas keprimaan untuk peradaban mereka.

Roti Seharga 50 Dinar Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Mungkinkah harga roti dibawah satu dirham menjad...

Roti Seharga 50 Dinar

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Mungkinkah harga roti dibawah satu dirham menjadi 50 dirham. Padahal itu hanya roti biasa. Bagaimana teknik membuat dan menjualnya? Bagaimana bisa menciptakan nilai tambahnya?

Roti itu hanya roti biasa. Dibuat dari bahan ala kadarnya. Bukan dari kualitas super dengan koki yang mumpuni. Namun mengapa orang berebut ingin membelinya? Nilai apa yang terkandung dari rotinya?

Nilai sebuah produk kuliner sering tertuju pada enaknya, sesuai dengan lidah dan kantongnya, suasana ruangannya, prestisenya. Itu yang membuat produk kuliner sangat bernilai. Semua diukur dari kualitas produknya. Namun bagaimana sebuah produk biasa saja dihargai selangit luar biasa?

Fenomena produk harus dirubah. Tidak lagi mengandalkan fisik produk tetapi pada nilai keberkahan dari produk tersebut. Bagaimana produk menciptakan keberkahan bagi pembelinya? Sehingga keberkahannya melampaui harganya?

Bagaimana menciptakan produk kuliner yang bisa menentramkan jiwa pembelinya? Menghidupkan akal dan jiwa pembelinya? Menghidupkan jiwa fitrah dan iman pembelinya? Itulah keberkahan sebuah produk. Jangan sampai produk kuliner hanya berorientasi pada kenikmatan dan sensasional saja.

Satu pagi imam Ahmad bin Hambal, duduk di Masjid di hadapan muridnya. Kemudian seorang peminta-minta datang. Imam Ahmad memberi sepotong roti. Salah satu muridnya menghampiri sang peminta-minta sambil berkata, "Berikan roti itu kepadaku, aku akan ganti dengan yang lain." Sang pengemis berkata, "Tidak mau." Sang murid berkata, "Harga roti itu tidak senilai satu dirham, biarlah ku bayar dengan 50 dirham."  Sang pengemis termangu-mangu lalu berkata, " Aku mengharap berkah darinya, sama seperti mu yang juga mengharapkan berkah darinya." Itulah rahasia keberkahan produk kuliner ditangan imam Ahmad. Bagaimana produk kuliner Kita? Seperti imam Ahmad kah?

Suatu hari Imam Syafii berkunjung ke rumah imam Ahmad. Ketika disuguhi makanan oleh imam Ahmad, Imam Syafii makan dengan lahapnya. Anaknya imam Ahmad terheran-heran melihat lahapnya imam Syafii. Sang anak berkata, "Mengapa imam Syafii makan dengan lahapnya?" Imam Syafii menjawab, " Makanan yang disajikan oleh ayahmu pasti halal, karena beliau sangat wara?" Itulah ketentraman hati sang imam Syafii saat menyantap makanan imam Ahmad.

Imam Ahmad bukan sekadar memakan yang halal tetapi berhati-hati dari subhat. Suatu hari tetangganya menyuguhkan makanan. Sang Imam bertanya, "Bagaimana memasaknya?" Tetangganya menjawab makanan itu dimasak di sebuah rumah. Dimana pemilik rumahnya terkadang mendapatkan fasilitas dari negara. Mengetahui hal itu, sang imam tidak mau memakannya. Karena alat masak dan kayu bakarnya bisa jadi dibeli dari dana fasilitas negara. Bila seperti ini, wajar saja bila imam Syafii makan dengan lahapnya?

Apa yang membuat hidup penuh ketentraman? Apa yang membuat hati begitu lembut? Abu Hafsh bertanya kepada imam Ahmad. Dijawabnya, "Makanan yang halal." Abu Hafsh bertanya kepada beberapa ulama yang lain. Para ulama menjawab, "Dengan berzikir kepada Allah." Abu Hafs berkata kepada para ulama, "Mengapa imam Ahmad bin Hambal menjawab makanan yang halal?" Sang ulama berkata, "Imam Ahmad telah menyampaikan esensinya kepadamu. Landasan utamanya seperti yang disampaikan imam Ahmad."

Tanggungjawab para produsen kuliner adalah menciptakan keberkahan langit dari produk kulinernya. Produk kuliner yang menghidupkan hati, jiwa dan akal. Bukan produk kuliner yang menghidupkan hawa nafsu dan kegelapan hati. Bila itu sudah tercipta, harga bukanlah masalah. Keuntungan mudah diraih. Itulah sumbangsih kita pada peradaban saat ini.

Tufail bin Amr Ad Daus, Lunglainya Berita Hoax Terhadap Islam Oleh : Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Adakah ...

Tufail bin Amr Ad Daus, Lunglainya Berita Hoax Terhadap Islam

Oleh : Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Adakah keburukan berita hoax bagi pelaku kebaikan ?  Adakah efek kehancuran dari berita Hoax bagi pembela kebenaran ?

Berita Hoax yang diformulasikan untuk menghancurkan Islam dan pembelanya,  merupakan rentetan sejarah yang sudah ada sejak hadirnya Islam. Jadi mengapa dipusingkan ?

Bukankah Abu Jahal dan Abu Lahab selalu mengikuti Rasulullah saw dari belakang untuk menyebarkan berita Hoax tentang Rasulullah saw ?

Saat Tufail bin Amr Ad Daus datang ke Mekkah. Dia seorang bangsawa mulia di kabilah Daus. Para petinggi musyrikin  mengabarkan berita Hoax tentang Rasulullah saw. Para petinggi berkata, "Kami khawatir (Rasulullah) laki-laki itu menemuimu, dan kamu mendengar sebagian kata-katanya, karena kata-katanya seperti sihir. Dia telah memisahkan saudara dari saudaranya. Suami dar istrinya dan seorang ayah dari anaknya."

Tufail pun bertekad menutup telinganya dengan kapas. Saat bertemu dengan Rasulullah saw dia berkata pada dirinya, "Aku adalah lelaki ulung. Kebaikan dan keburukan tidak samar bagiku. Demi Allah, aku akan mendengarkan kata-katanya."

Setelah mendengarkan lantunan al Quran. Tufail pun berkata, "Subhanallah, aku tak pernah mendengar ucapan yang lebih baik dan lebih indah darinya seperti hari ini."

Kebenaran Islam dan kebenaran para pembelanya takkan pernah bisa dikaburkan oleh Hoax. Berita Hoax akan hancur dengan sendirinya manakala dibentur dengan hakikat ilmu dan akhlak mulia.

Tanda Pertolongan Allah, Ketenangan Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Tanda datangnya pertolongan Allah ...

Tanda Pertolongan Allah, Ketenangan

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Tanda datangnya pertolongan Allah adalah ketenangan jiwa.

Saat nabi Musa akan menghadapi Firaun di Istana. Yang diajarkan adalah doa ketentraman.

Saat Baitul Aqabah 2 antara jamaah haji dari Madinah dengan Rasulullah saw, Allah menurun ketentram jiwa. Ketentraman jiwa, lambang keyakinan dan keberanian.

Saat Siti Masyitoh akan diceburkan ke minyak yang panas oleh Firaun bersama anaknya yang masih bayi. Sang bayi diberikan anugerah berbicara. Isinya, untuk menentramkan hati sang ibu.

Saat perang Badar berkecamuk. Allah menurunkan ketentram kedalam hati pasukan Muslimin. Bahkan ada yang mandi junub karena bermimpi. Turunnya air hujan pun untuk menentramkan jiwa pasukan.

Saat pemuda Ashabul Ukhdud menghadapi kobaran api menyala, tak ada ketakutan dan keraguan. Ketentraman menguasai jiwanya.

Saat Omar Mukhtar, ulama kharismatik dari Libiya, menghadapi tiang gantungan penjajah Italia. Saat Sayid Qutb diikat tali gantungan pada lehernya oleh rezim Mesir. Tak ada ketakutan dan keresahan. Ketentraman mereka telah menghujam mengalahkan semua ketakutan manusia.

Andai hidup dipenuhi keresahan, gundah-gulana, ketakutan, kekhawatiran. Tanyakan pada dirimu, dimana posisi Allah dalam jiwa kita ? Sehingga Allah tidak menolong kita dengan anugerah ketentram jiwa ?

Andai kita sudah berani menghadapi kematian. Maka semua tantangan yang ada di dunia tidak akan mengusik ketentraman jiwa kita.

Pertolongan Allah selalu menghampiri pada jiwa yang mencintai kematian.

Jiwa yang selalu siap menghadapi kematian. Merekalah para penikmat kehidupan.












Malam, Mengejar Ketertinggalan Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Malam untuk tidurkah? Siang untuk berak...

Malam, Mengejar Ketertinggalan

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Malam untuk tidurkah? Siang untuk beraktivitaskah? Umar Bin Khatab sangat sulit membagi waktu tidurnya. Jarang berbaring menikmati tidur sambil berbaring. Tidurnya hanya menghilangkan ngantuk sambil duduk. Mengapa sulit membagi tidurnya?

Umar Bin Khatab berkata, "Bagaimana aku bisa tidur? Bila aku tidur di siang hari maka aku menyia-nyiakan urusan kaum muslimin. Bila tidur di malam hari maka aku menyia-nyiakan bagianku dari Allah."

Abu Hanifah selama 40 tahun melakukan shalat Isya hingga Subuh hanya dengan satu wudhu. Berarti beliau tidak tidur Malam? Bagaimana bisa ? Bagaimana mengelola tidurnya?

Imam Syafii membagi malamnya menjadi 3 bagian. Untuk tidur, menuntut ilmu dan beribadah. Bagaimana manajemen malam kita? Hanya tidur mendengkurkah? Atau penuh dengan kumpul riung dengan senda gurau?

Saat Abu Muhammad al Hariri beritikaf di Mekkah pada 292H. Dia sanggup tidak tidur. Apa rahasianya? "Ilmu yang benar di dalam batin sehingga membantuku untuk yang zhahir." Begitu ujarnya. Apakah tidur mendengkur dan bersenda gurau di malam hari, tanda ketidakbenaran bathin kita?

Ustadz Hana Ataki, saat masih kuliah di Mesir di bulan Ramadhan, ikut shalat Tarawih dengan bacaan berjuz-juz dalam satu rakaat. Sang Ustadz sudah gelisah dengan panjangnya bacaan. Bila selesai dua rakaat, jamaah yang lain beristirahat sebentar, namun ada orang yang sepuh melanjutkan shalatnya dengan sangat ringan tanpa rasa lelah. Apa rahasianya? Setelah selesai shalat, sang ustadz mendekati orang sepuh tadi. Sang sepuh berkata, "Anda shalat dengan kekuatan fisik yang masih muda, sedangkan saya shalat dengan kekuatan ikhlas saya." Sang Ustadz pun tertegun lama. Kekuatan ikhlas ternyata memberikan kekuatan pada fisik yang lemah.

Imam Syafii pernah berkunjung ke rumah Imam Ahmad. Anaknya imam Ahmad terus memperhatikan imam Syafii di malam hari. Ternyata setelah imam Syafii ke kamar. Beliau berbaring. Baru bangun di sepertiga malam. Sang anak bingung, seperti itukah malamnya sang Imam. Di pagi harinya, sang anak bertanya apa yang dilakukan imam Syafii di malam hari, hanya tidurkah? Ternyata sang imam tidak tidur semalaman. Saat tubuhnya berbaring, pikirannya sedang mengkaji sebuah permasalahan fiqh, bila dibukukan bisa menghasilkan satu kitab. Luar biasa malamnya sang Imam.

Masruq seorang Tabiin. Bila malam tiba, walau sedang di atas unta pun dia tetap shalat qiyamullail. Bagi para Tabiin, malam adalah taman Firdaus yang disuguhkan gratis bagi hamba-Nya. Ada seorang ulama, andai tidak ada malam hari, maka dia lebih memilih kematian. Dia mencintai hidup, karena mencintai malam untuk beribadah pada Allah. Bila diberikan pilihan masuk surga atau shalat Malam, maka dia lebih memilih shalat malam. Karena shalat adalah memadu cinta dengan Allah.

Mendengkurnya tidur kita di malam hari adalah tanda kelalaian diri. Canda rianya kita di malam hari adalah tanda bahwa Allah sudah tidak memperdulikan kita. Lihatlah diri di malam hari, itulah kualitas kita yang sebenarnya. Dalam pekatnya malam. Dalam kesunyian di rumah. Dalam kerahasiaan. Dalam kenikmatan istirahat. Apa yang kita lakukan? Kelalaian? Atau mengejar ketertinggalan amal?

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (404) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (302) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)