basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Tanda Pertolongan Allah, Ketenangan Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Tanda datangnya pertolongan Allah ...

Tanda Pertolongan Allah, Ketenangan

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Tanda datangnya pertolongan Allah adalah ketenangan jiwa.

Saat nabi Musa akan menghadapi Firaun di Istana. Yang diajarkan adalah doa ketentraman.

Saat Baitul Aqabah 2 antara jamaah haji dari Madinah dengan Rasulullah saw, Allah menurun ketentram jiwa. Ketentraman jiwa, lambang keyakinan dan keberanian.

Saat Siti Masyitoh akan diceburkan ke minyak yang panas oleh Firaun bersama anaknya yang masih bayi. Sang bayi diberikan anugerah berbicara. Isinya, untuk menentramkan hati sang ibu.

Saat perang Badar berkecamuk. Allah menurunkan ketentram kedalam hati pasukan Muslimin. Bahkan ada yang mandi junub karena bermimpi. Turunnya air hujan pun untuk menentramkan jiwa pasukan.

Saat pemuda Ashabul Ukhdud menghadapi kobaran api menyala, tak ada ketakutan dan keraguan. Ketentraman menguasai jiwanya.

Saat Omar Mukhtar, ulama kharismatik dari Libiya, menghadapi tiang gantungan penjajah Italia. Saat Sayid Qutb diikat tali gantungan pada lehernya oleh rezim Mesir. Tak ada ketakutan dan keresahan. Ketentraman mereka telah menghujam mengalahkan semua ketakutan manusia.

Andai hidup dipenuhi keresahan, gundah-gulana, ketakutan, kekhawatiran. Tanyakan pada dirimu, dimana posisi Allah dalam jiwa kita ? Sehingga Allah tidak menolong kita dengan anugerah ketentram jiwa ?

Andai kita sudah berani menghadapi kematian. Maka semua tantangan yang ada di dunia tidak akan mengusik ketentraman jiwa kita.

Pertolongan Allah selalu menghampiri pada jiwa yang mencintai kematian.

Jiwa yang selalu siap menghadapi kematian. Merekalah para penikmat kehidupan.












Malam, Mengejar Ketertinggalan Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Malam untuk tidurkah? Siang untuk berak...

Malam, Mengejar Ketertinggalan

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Malam untuk tidurkah? Siang untuk beraktivitaskah? Umar Bin Khatab sangat sulit membagi waktu tidurnya. Jarang berbaring menikmati tidur sambil berbaring. Tidurnya hanya menghilangkan ngantuk sambil duduk. Mengapa sulit membagi tidurnya?

Umar Bin Khatab berkata, "Bagaimana aku bisa tidur? Bila aku tidur di siang hari maka aku menyia-nyiakan urusan kaum muslimin. Bila tidur di malam hari maka aku menyia-nyiakan bagianku dari Allah."

Abu Hanifah selama 40 tahun melakukan shalat Isya hingga Subuh hanya dengan satu wudhu. Berarti beliau tidak tidur Malam? Bagaimana bisa ? Bagaimana mengelola tidurnya?

Imam Syafii membagi malamnya menjadi 3 bagian. Untuk tidur, menuntut ilmu dan beribadah. Bagaimana manajemen malam kita? Hanya tidur mendengkurkah? Atau penuh dengan kumpul riung dengan senda gurau?

Saat Abu Muhammad al Hariri beritikaf di Mekkah pada 292H. Dia sanggup tidak tidur. Apa rahasianya? "Ilmu yang benar di dalam batin sehingga membantuku untuk yang zhahir." Begitu ujarnya. Apakah tidur mendengkur dan bersenda gurau di malam hari, tanda ketidakbenaran bathin kita?

Ustadz Hana Ataki, saat masih kuliah di Mesir di bulan Ramadhan, ikut shalat Tarawih dengan bacaan berjuz-juz dalam satu rakaat. Sang Ustadz sudah gelisah dengan panjangnya bacaan. Bila selesai dua rakaat, jamaah yang lain beristirahat sebentar, namun ada orang yang sepuh melanjutkan shalatnya dengan sangat ringan tanpa rasa lelah. Apa rahasianya? Setelah selesai shalat, sang ustadz mendekati orang sepuh tadi. Sang sepuh berkata, "Anda shalat dengan kekuatan fisik yang masih muda, sedangkan saya shalat dengan kekuatan ikhlas saya." Sang Ustadz pun tertegun lama. Kekuatan ikhlas ternyata memberikan kekuatan pada fisik yang lemah.

Imam Syafii pernah berkunjung ke rumah Imam Ahmad. Anaknya imam Ahmad terus memperhatikan imam Syafii di malam hari. Ternyata setelah imam Syafii ke kamar. Beliau berbaring. Baru bangun di sepertiga malam. Sang anak bingung, seperti itukah malamnya sang Imam. Di pagi harinya, sang anak bertanya apa yang dilakukan imam Syafii di malam hari, hanya tidurkah? Ternyata sang imam tidak tidur semalaman. Saat tubuhnya berbaring, pikirannya sedang mengkaji sebuah permasalahan fiqh, bila dibukukan bisa menghasilkan satu kitab. Luar biasa malamnya sang Imam.

Masruq seorang Tabiin. Bila malam tiba, walau sedang di atas unta pun dia tetap shalat qiyamullail. Bagi para Tabiin, malam adalah taman Firdaus yang disuguhkan gratis bagi hamba-Nya. Ada seorang ulama, andai tidak ada malam hari, maka dia lebih memilih kematian. Dia mencintai hidup, karena mencintai malam untuk beribadah pada Allah. Bila diberikan pilihan masuk surga atau shalat Malam, maka dia lebih memilih shalat malam. Karena shalat adalah memadu cinta dengan Allah.

Mendengkurnya tidur kita di malam hari adalah tanda kelalaian diri. Canda rianya kita di malam hari adalah tanda bahwa Allah sudah tidak memperdulikan kita. Lihatlah diri di malam hari, itulah kualitas kita yang sebenarnya. Dalam pekatnya malam. Dalam kesunyian di rumah. Dalam kerahasiaan. Dalam kenikmatan istirahat. Apa yang kita lakukan? Kelalaian? Atau mengejar ketertinggalan amal?

Ujian Keputusasaan Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Prasangka hamba-Nya itulah yang akan terjadi. Prasa...

Ujian Keputusasaan

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Prasangka hamba-Nya itulah yang akan terjadi. Prasangka yang baik membuahkan kebaikan. Prasangka buruk berbuah keburukan. Prasangka adalah persepsi seseorang terhadap sifat-sifat Allah. Maka berhati-hatilah? Ini cerminan iman. Ini cermin dari nilai-nilai yang mengakar dalam jiwa seseorang, pengalaman yang telah dilaluinya dan kepahaman ilmu yang didapatkannya.

Liku-liku kehidupan sebuah ujian. Lalu, prasangka apa yang ditampilkan? Cara pandang apa yang dimunculkan? Jangan sampai  dikendalikan oleh apa yang terjadi dan perasaan emosi semata. Pahamilah prinsip alam semesta sejak manusia diciptakan bahwa berkesudahan yang baik hanya bagi orang yang beriman dan bertakwa. Setiap yang terjadi untuk melihat diri, adakah iman dan takwa di hati kita?

Ada doa yang selalu dimohonkan saat khatam Al Quran. Yaitu, memohon kebaikan dari semua kejadian yang dialami. Tak peduli apa yang terjadi, namun bagaimana agar akhirnya baik? Jangan memikirkan takdirnya, tapi bagaimana merekayasa kebaikan dari semua takdir. Menemukan ilmu yang mendalam dalam semua kejadian. Itulah ikhtiar manusia. Ingatlah, semua kejadian dalam rancangan Allah yang Maha Halus dan Bijaksana.

Seorang sejarawan pernah menyimpulkan dari semua perjalanan sejarah manusia. Hasilnya, mereka yang memprediksi keburukan terhadap akhir liku-liku perjalanan hidupnya berarti sudah berburuk sangka kepada Allah. Bukankah Ar Rahim dan Ar-Rahim menjadi sifat utama-Nya? Sifat yang pertama kali diperkenalkan kepada hamba-Nya?

Andai menduga bahwa kebaikan dan keadilan tidak bisa menjadi wajah peradaban manusia, berarti sudah berburuk sangka kepada Allah. Andai menduga bahwa keburukan dan kezaliman tidak bisa dihentikan, berarti sudah berburuk sangka kepada Allah. Bukankah Allah berjanji, bila kebenaran ditegakkan maka kebatilan akan lenyap dengan sendirinya? Persoalannya, siapakah yang bersiap menjadi martir kebenaran?

Jerih payah dan liku-liku kehidupan terjadi untuk menguji persepsi dan pemikiran manusia. Persepsi apa yang dimunculkan? Cara berfikir seperti apa yang bergelora dalam jiwa? Kehidupan nyata yang tercipta bermula dari apa yang muncul dari benak pemikiran kita sendiri. Energi yang ditangkap dan direspon yang dilakukan tergantung dari persepsi yang dihadirkan dalam mengarungi kehidupan.

Mengapa keputusasaan dilarang? Mengapa mati dalam keputusasaan, seperti bunuh diri, diganjar neraka? Karena mereka sudah tidak meyakini maha Kerahmanan Allah di semesta ini. Tak meyakini kebijaksanaan Allah. Maka apa gunanya iman kepada Allah tetapi tak meyakinkan Asmaulhusna-nya?

Keadaan terjepit dan terhimpit. Keadaan tak ada yang menolong dari seluruh makhluk adalah ujian. Persepsi apa yang terbangun terhadap kehidupan dan Allah? Saat para Khalifah dan seluruh struktur pemerintahnya menyiksa imam Ahmad bin Hambal. Saat tak ada ulama dan masyarakat yang mampu menghentikan penyiksaan para penguasa. Apakah Imam Ahmad berputus asa?

Saat Sayid Qutb disiksa oleh diktator Gamal Abdul Nasser, apakah terlihat wajah keputusaasaan dan kesedihan dari wajahnya? Itulah ujian berupa rasa keputusasaan. Mau diikuti atau dihancurkan? Saat Palestina berjuang sendiri menghadapi tipu daya Yahudi dan konspirasi adi daya, apakah terlihat keputusaasaan di wajah rakyatnya? Mereka terus berjuang walau hanya menggunakan batu. Yang mereka pilih tetap pilih hanya berbaik sangka kepada Allah Yang Maha Rahman.

Rasa keputusaasaan adalah ujian jiwa. Bisakah memenangkannya? Atau mengikuti arus kehancurannya? 

Ghibah Dan Pemberontakan Terhadap Penguasa Zalim Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Ghibah kepada kezalim...

Ghibah Dan Pemberontakan Terhadap Penguasa Zalim

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Ghibah kepada kezaliman? Itulah bentuk perlawanan. Membongkar kemungkaran bukanlah ghibah tetapi agar kemungkaran yang berbalut pencitraan terbongkar dengan sempurna. Sehingga pendukung yang tertipu oleh kemungkaran kembali menjadi pembela kebenaran. Membongkar ketertipuan bukanlah  ghibah.

Siapa yang tak mengenal Hasan Al Bashri? Karakternya menyamai para Sahabat ra. Pendapatnya menyamai Umar Bin Khatab. Namun bagaimana sikapnya terhadap kemungkaran Hajjaj Ats-Tsaqafi, seorang penguasa di era bani Ummayah? Berdiam dirikah dengan alasan menghindari ghibah?

Hasan Al Bashri, menurut Qatadah, seorang yang paling paham tentang halal dan haram. Abu Jafar pernah berkata bahwa ucapannya hampir mirip dengan ucapan para nabi. Para pendeta Nasrani pun setelah mendengarkan ucapannya berkesimpulan bahwa karakternya mirip nabi Isa. Namun bagaimana menghadapi kemungkaran penguasa Hajjaj Ats Tsaqafi?

Hasan Al Bashri menyatakan bahwa penguasa di era Bani Umayah telah merampas kekuasaan dan mengubah khilafah rasyidah menjadi kerajaan. Menyingkap kezaliman mereka. Dan menjawab orang yang menganggap bahwa itu bagian dari ghibah (menggunjingkan) dan namimah (mengadudomba) yang diharamkan Allah.

Hasan Al Bashri mengatakan, "Tidak ada ghibah untuk orang fasik, tidak ada ghibah untuk ahli hawa nafsu dan bidah, dan tidak ada ghibah bagi penguasa yang zalim."

Hasan Al Bashri melarang melakukan pemberontak bersenjata kepada penguasa. Melarang melakukan anarkis. Bersabar lebih baik dari pada memberontak, hingga Allah berkenan menghapuskan kezaliman orang-orang yang zalim atau memberikan solusi yang terbaik. Namun kesabaran imam Hasan Al Bashri bukan berarti pasrah dan diam, beliau tetap membongkar kezaliman para penguasa. Karena itu bukan ghibah dan namimah.

Umar Bin Abdul Aziz saat masih menjadi penasihat khalifah Abdul Malik bin Marwan. Membongkar kezaliman Hajjaj Ats Tsaqafi di Irak dihadapan sang khalifah. Apakah menjelaskan efek buruk dan kemungkaran penguasa agar umat terselamatkan dari kehancuran bagian dari ghibah dan namimah?

Ibnu Sirin memberikan fatwa melarang menggunakan mata uang yang dibuat penguasa zalim sebagai boikot terhadap kepemimpinannya. Ibnu Sirin, yang juga sebagai pengusaha, tidak menggunakan mata uang penguasa tersebut dalam muamalah dan bisnisnya. Namun beliau, melarang memberontak senjata kepada penguasa zalim.

Abu Hanifah seorang Imam Mazhab. Apakah berdiam diri ketika penguasa melakukan kezaliman? Dia tidak berdiam diri. Dia menyumbangkan harta guna mendukung kehancuran penguasa yang zalim. Dan terus menyebarkan praktek kezaliman para penguasa.

Semua ulama sepakat untuk tidak melakukan pemberontak bersenjata.  Namun mereka tidak pernah diam melihat kezaliman dan terus membongkar kezaliman. Karena itu bukan ghibah dan namimah. Tetapi berkata benar  dan menunjukkan kesalahan untuk membongkar kedok kezaliman yang dibalut pencitraan.


Perjuangan Sebuah Hadist Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Apa yang kita rasakan saat ada sebuah goresan...

Perjuangan Sebuah Hadist

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Apa yang kita rasakan saat ada sebuah goresan hadist dalam sebuah tulisan, lembaran dan buku? Mungkin kita tak merasakan apa-apa bila tak tahu nilai perjuangannya. Kadang goresan hadist yang kita baca dari sebuah lembaran bekas atau dibeli dari beberapa rupiah saja. Kemudahan kadang mengabaikan. Kemudahan kadang membuat sesuatu tak berarti.

Abdullah Ibnu Mubarak hampir menghabis seluruh harta dari perniagaannya hanya untuk mempelajari hadist. Satu hadist, berarti sebuah perjalanan menempuh ratusan kilometer dan mengunjungi beberapa ulama. Itu nilai perjuangannya satu hadist. Bagaimana bila beliau menghafal ratusan ribu  hadist?

Imam Bukhari menghabiskan seluruh harta dari bisnisnya. Menemui ribuan ulama. Menghabiskan umurnya. Demi mengumpulkan hadist. Namun sekarang kitab hadist beliau tergeletak berdebu tak pernah dibaca dan dihayati. Nilai hadist dimata beliau lebih mulia dari semua harta, waktu dan umurnya. Sedang kita, menyia-nyiakannya. Tak merasakan perjuangan, akhirnya menyia-nyiakannya. Seperti harta warisan yang habis tanpa bekas.

Imam Ahmad bin Hambali menempuh perjalanan dari Mekkah ke Shan'a. Rela kehabisan bekal. Bekerja menjadi kuli demi mendapatkan bekal perjalanan. Demi mendapatkan hadist dari imam Abdurrazzaq. Beliau berkata, "Beban berat perjalanan sungguh tiada berarti jika dibandingkan dengan hadist yang kita tulis dari Abdurrazzaq, dari Zuhri, dari Salim bin Abdullah. Serta hadist dari Zuhri, dari Said bin Musayyib, dari Abu Hurairah." Mengapa beliau bisa menikmati perjuangan mendapatkan satu hadist, sedang kita tak merasakan keberartian sebuah hadist?

Imam Syafii berkata kepada muridnya imam Ahmad bin Hambal, "Wahai Abu Abdullah, jika menurutmu ada hadist shahih, beritahukan kepadaku, aku akan menghampiri sumbernya, baik itu orang Hijaz, Syam, Iraq maupun Yaman." Demi satu hadist imam Syafii menempuh berkeliling negara? Mengapa begitu berarti? Ada apa dengan kita yang menyiakannya?

Bagi mereka, satu hadist lebih bermakna dari apa yang mereka miliki. Termasuk jiwa mereka sendiri. Namun mengapa banyaknya hadist yang hanya tinggal membaca dan membelinya tak juga bersedia disentuh? Apakah ada penyakit hati?

Mengapa mendapatkan  satu hadist yang dihafal dan ditulis, sudah cukup mengangkat kemuliaan dan martabat mereka? Mengapa diri kita tidak? Adakah kesalahan kita dalam membaca dan mempelajarinya?

Imam Bukhari, Imam Nawawi hingga ke al Bani, mengerahkan seluruh waktu, pemikiran dan ilmunya, agar satu hadist yang dihadapan kita adalah hadist shahih. Sehingga tinggal diminum kemurnian dan kebenaran bimbingannya. Berapa jutaan ulama yang sudah terlibat dalam satu hadist? Berapa jutaan jarak kilometer sehingga hadist yang tercecer tersuguh rapih dipangkuan kita? Berapa waktu yang terhabiskan dari semua ulama yang fokus  terhadap hadist sehingga tinggal kita amalkan? Berapa jumlah harta dari generasi ke genarasi yang dikorbankan untuk sampai dihadapan kita?

Bila memahami itu semua, bagaimana penghargaan perjuangan terhadap satu hadist yang dihadapan kita?

Rabun Sejarah Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Sejarah itu penuh liku-liku, untuk apa? Bentang sejarah...

Rabun Sejarah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Sejarah itu penuh liku-liku, untuk apa? Bentang sejarah peradaban umat Islam sebuah khazanah solusi untuk menghadapi seluruh tantangan zaman. 1.400 tahun perjalanan begitu berlimpah dan tak terhingga untuk digali. Namun mengapa terpuruk ditengah khazanah solusi falsafah sejarah yang berlimpah?

Apa yang tak pernah dialami oleh umat Islam? Masa ideal peradaban di era Rasulullah saw dan Sahabat ra. Masa Khalifatur Rasyidin, memimpin peradaban dengan keadilan. Memimpin berbagai wilayah dan belahan dunia. Masa konflik dan kehancuran karena internal dan eksternal. Masa kebangkitan dan kejayaan di tengah puing kelemahan dan kehancuran.  Apa lagi yang kurang untuk dijadikan pelajaran?

Semestinya era kelemahan umat Islam tak perlu berlama-lama. Tak perlu berdarah-darah. Tak perlu mengorbankan banyak kesedihan dan kesulitan. Karena solusi itu ada dalam pangkuan kita semua. Ada dalam rekam jejak kita semua. Ada dalam ingatan kita semua. Ada disetiap rumah kita. Namun mengapa belum segera dipulihkan juga?

Bentang sejarah umat Islam tak bisa menyadarkan dan membangkitkan. Bentang sejarah tak pernah mengetuk hati, jiwa dan pemikiran. Bentang sejarah tersudut dan terbuang lusuh dan berdebu di tengah keangkeran perpustakaan, ditengah tebalnya lembaran buku, di tengah kisah yang menjemukan. Mengapa tak ada yang mau mulai membuka lembarannya untuk mendapatkan solusi dari rahim nenek moyang kita sendiri? Dari rahim ajaran dan prinsip kita sendiri? Dari perjalanan generasi pendahulu kita sendiri?

Apakah umat ini bingung dengan banyaknya solusi dari bentang sejarahnya? Atau buta tak melihat? Atau malas untuk mengambilnya? Atau tidak bisa memetakannya? Atau rendah diri untuk mengambil khazanahnya sendiri dan silau dengan peradaban asing?

Ataukah umat ini tidak bisa menghubungkan sejarahnya dengan masa kini? Tidak bisa menghubungkan karya solusi masa lalu dengan problematika sekarang? Tidak bisa berijitihad dan berkias dari masa lalu untuk mencari solusi masa kini? Atau sebenarnya kita yang tak pernah peduli dan mau tahu tentang perjalanan kita sendiri?

Sejarah bukan sekedar urutan peristiwa dari waktu ke waktu. Bukan sekedar pengetahuan tentang apa yang telah terjadi. Bukan pula untuk bernostalgia dengan masa lalu. Bila hanya untuk itu, mengapa ketika Rasulullah saw sedang ditempa masalah, Allah mengutus malaikat Jibril untuk menceritakan Nabi dan Rasul terdahulu?

Bila sejarah itu tentang rentetan masa lalu saja, mengapa Ibnu Khaldun menjadi ilmuwan masyhur dalam membakukan seluruh dasar ilmu pengetahuan? Dan melahirkan tokoh sosial, ekonomi, pokitik dan negarawan di negri barat dan timur dari kajian sejarahnya?

Kelemahan kita sekarang, karena tak peduli dengan perjalanan umat ini? Tak paham makna dan peran  sejarah? Atau dalam kebingungan yang memabukkan sehingga tak tahu apa yang harus dilakukan terhadap sejarahnya sendiri? Itukah  cerminan umat ini?

Malas Mengkaji Keagungan Sejarah Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati)  Sejarah orang besar akan melahirkan ...

Malas Mengkaji Keagungan Sejarah

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati) 

Sejarah orang besar akan melahirkan orang besar. Itulah mengapa Al Quran selalu berkisah tentang manusia terbaik di setiap zamannya. Sejarah bercerita apa adanya. Tidak ada mitos dan takhayul. Karena sejarah orang besar bercerita tentang manusia biasa yang mampu berkarya luar biasa.

Belajar sejarah agar tahu bagaimana orang besar menempa dirinya. Bagaimana dalamnya cinta mereka pada Allah. Bagaimana pengorbanan mereka untuk Islam. Hingga kita sadar bahwa kita belum berbuat apa-apa.

Belajar sejarah menyebabkan kita dapat mengetahui perilaku dan akhlak umat terdahulu, jejak para nabi, para pemimpin, dengan kerajaan dan politik mereka sehingga dapat dijadikan pelajaran oleh orang yang mengambil pelajaran, baik dalam urusan dunia maupun urusan agama.

Panglima perang legendaris Israel, Moshe Dayan, memaparkan rahasia kekalahan umat Islam. Sebab utamanya, umat Islam tidak mau mengkaji keagungan sejarahnya. Keagungan sejarahnya dicampakkan sehingga tidak bisa membangun apa yang harus dilakukan hari ini dan tidak membentuk mindset  imajinasi masa depan. Melupakan masa lalu sehingga tidak tahu masa depan.

Membaca sejarah berarti bersiap diri menyambut estapet visi, misi, pemikiran, perjuangan dan gerakan. Membaca sejarah berarti menyiapkan diri melanjutkan apa yang sebelumnya telah dibangun. Estapet generasi salah satunya dengan membaca sejarah. Bukankah sejarah para Rasul selalu dibacakan kepada Rasulullah saw sebagai penerus para Rasul dan Nabi sebelumnya?

Setiap muslim adalah pelanjut sejarah. Setiap muslim adalah juru dakwah. Karena satu ayat yang diketahui harus disampaikan. Inilah yang menyebabkan para ulama dari generasi awal hingga hari ini terus mengabadikan dan mengkaji Sirah Nabawiyah, Sahabat, Tabiin, Ulama dan para Khalifah. Agar semua muslimin menjadi bagian estapet sejarah. Bukan generasi yang melupakan sejarah.

Ketika kita membaca bentangan sejarah, bersikaplah layaknya seorang murid yang datang pada gurunya. Sejarah adalah guru. Bukan menjadi pembaca yang merasa tak ada hubungan antara kita dengan apa yang dibaca. Bila membaca Sejarah, kita akan menemukan keadaan diri kita, bangsa dan umat ini nyaris persis mengalami apa yang terjadi dalam garis  waktu sejarah yang dibaca. Sadarlah, siapa pun yang merasa dirinya hidup di luar lingkaran naik turunnya sejarah, maka sepanjang hidupnya telah tertipu.

Cobalah tengok sebuah tulisan di Bandara Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, bahwa siapa yang tidak belajar dari masa lalu, maka ia takkan memiliki hari ini, juga tidak punya masa depan. Bukankah ilmu pengetahuan hasil pemikiran masa lalu untuk memperbaiki hari ini dan masa depan?

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (404) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (302) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)