basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

13 Juta Gulden (Rp 1.000 Triliun) Sumbangan Sultan Siak untuk Modal Indonesia Merdeka Pengorbanan Riau untuk keberlangsungan bay...

13 Juta Gulden (Rp 1.000 Triliun) Sumbangan Sultan Siak untuk Modal Indonesia Merdeka


Pengorbanan Riau untuk keberlangsungan bayi baru lahir bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tak bisa ditandingi provinsi lainnya di Nusantara.

Sejak awal Proklamasi diucapkan oleh Dwi Tunggal, Soekarno-Hatta, 17 AGustus 1945, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II, tak perlu waktu lama untuk menyatakan bergabung ke ibu pertiwi.

Sulltan Siak ini tak hanya menyatakan bergabung begitu saja, bahkan ia menyerahkan harta dengan jumlah sangat banyak ketika itu guna modal perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

"Setidaknya Sultan Syarif Kasim II menyerahkan ke Indonesia melalui Soekarno sejumlah uang senilai 13 juta Gulden Belanda, Mahkota berlian miliknya, serta pedang keris dan harta-harta bernilai lainnya," kata Bupati Siak, Syamsuar, kepada SELASAR RIAU, belum lama ini.

Tak hanya uang 13 juta Gulden Belanda saja diserahkan Sultan ke Indonesia, melainkan juga wilayah kerajaannya, mulai dari Sumatera Timur, meliputi Kerajaan Melayu Deli, Serdang, Bedagai hingga Provinsi Riau dan Kepulauan Riau saat ini.. Termasuk Istana sekarang ini.

Di dua provinsi terakhir, terutama Riau, sejak zaman Belanda sudah dilakukan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas (Migas) dengan kualitas terbaik di dunia.

Sumbangan dari perut bumi Riau berupa Migas itulah selama sejak Indonesia merdeka hingga sekarang, menghidupi negara bernama Indonesia ini.

Jika dihitung, sumbangan Sultan Siak sebanyak 13 juta Gulden Belanda, sama dengan lebih kurang 69 Juta Euro. JUmlah tersebut jika di-Rupiah-kan sekitar Rp 1,074 Triliun.

Sumbangan Sultan Siak itu merupakan sumbangan terbesar kerajaan-kerajaan di nusantara bagi bayi baru lahir, Indonesia. Bandingkan dengan Kesultanan Yogyakarta. Raja Hamengku Buwono IX hanya menyumbangkan 6,5 juta Gulden Belanda bagi modal perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pada tahun 2016 silam, Pemerintah Kabupaten Siak mendirikan Tugu Penyerahan Kesultanan Siak kepada Republik Indonesia, sebagai gambaran perjuangan Sultan Syarif Kasim II, seorang nasionalis relijius sejati.

Tugu Peringatan Penyerahan Kesultanan Siak kepada pemerintah Republik Indonesia ini peletakkan batu pertamanya dilakukan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Pernyataan penyerahan kekuasaan ke Soekarno, tuturnya, sarat dengan penuh makna. "Itu merupakan pernyataan tak jadi Sultan lagi. Sultan siap tak tinggal di Istana, jadi rakyat biasa, sama seperti rakyat lainnya," kata Syamsuar.

Bukan hanya itu, tutur Syamsuar, Sultan Syarif Kasim II juga seorang pejuang bagi warga Riau, melainkan juga berjuang hingga ke Aceh.

"Sultan itu anggota resimen dengan pangkal Kolonel tergabung dalam resimen Rencong di Aceh. Sultan juga dengan kesadarannya menaikkan bendera merah putih yang dijahit permaisuri, istrinya di halaman Istana Siak," kata Syamsuar.

Sejawan Riau, OK Nizami Jamil, mengatakan, saat berjuang ke Aceh, Sultan Syarif Kasim II juga ikut menyumbangkan hartanya untuk membeli pesawat Seulawah.

"Sultan juga ikut menyumbangkan hartanya guna membeli pesawat Seulawah, yang terkenal itu bagi perjuangan rakyat Indonesia, ketika itu," kata OK Nizami Jamil, anak dari Sekretaris Pribadi Sultan Syarif Kasim II, Muhammad Jamil.

Sultan Syarif Kasim II merupakan sultan ke-12 Kerajaan Siak. Ia lahir tahun 1908 dan meninggal 60 tahun kemudian, 1968. Tugu Penyerahan Kesultanan Siak ini material pembentuk patung atau tugu menggunakan bahan perunggu. Pemilihan material ini sebagai perlambang dinamis yang selalu mengikuti perkembangan zaman.

Hingga Sultan mangkat tahun 1968, ia seperti rakyat jelata lainnya. Menghabiskan masa hidupnya di sebuah tempat bernama Istana Peraduan. Ia hanya diberi uang pensiun oleh Soekarno setiap bulannya

https://m.kumparan.com/amp/selasarriau/13-juta-gulden-rp-1-000-triliun-sumbangan-sultan-siak-untuk-modal-indonesia-merdeka-1539145538460527427

Sultan yang Berkorban demi Bangsa Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tidak hanya mendapat dukungan dari rakyat, namun jug...

Sultan yang Berkorban demi Bangsa


Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tidak hanya mendapat dukungan dari rakyat, namun juga dari pihak kerajaan-kerajaan besar Nusantara.

Bentuk dukungan yang diberikan kerajaan Nusantara kepada Republik Indonesia sangat beragam, mulai dari segi materiil hingga imateriil.

Berikut merupakan kerajaan-kerajaan yang mendukung kemerdekaan Republik Indonesia:

Kesultanan Yogyakarta
Dukungan Kesultanan Yogyakarta terhadap kemerdekaan Republik Indonesia dapat kita lihat dari tindakan Sultan Hamengkubuwono IX sebagai raja Kesultanan Yogyakarta.

Dilansir dari buku Hamengkubuwono IX: Inspiring Prophetic Leader (2013) karya Pami Hadi dan Nasyith Majidi, Hamengkubuwono IX mengirim telegram kepada Soekarno dan Hatta yang berisi ucapan selamat atas terpilihnya mereka sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia.

Selain itu, Hamengkubuwono IX juga mengadakan pidato 19 Agustus 1945 di bangsal Kepatihan yang berisi, sebagai berikut:


Kesultanan Yogyakarta merupakan bagian dari Republik Indonesia yang bersifat kerajaan dengan sistem pemerintahan daerah istimewa.

Seluruh kekuasaan dan urusan dalam negeri Kesultanan Yogyakarta berada di tangan Hamengkubuwono IX.
Hubungan antara Kesultanan Yogyakarta dan Pemerintah Indonesia bersifat langsung dan Sultan Yogyakarta bertanggung jawab kepada RI.

Selain dukungan dalam bentuk pengakuan, Kesultanan Yogyakarta juga memberikan dukungan berbentuk materiil. Kesultanan Yogyakarta pernah merelakan wilayahnya untuk menjadi Ibu Kota Republik Indonesia pada 1946.

Baca juga: Perlawanan Raden Mas Said dan Pangeran Mangkubumi Terhadap VOC

Pemindahan ibu kota didasarkan pada situasi yang tidak aman akibat dari Agresi Militer Belanda I.

Pada masa Agresi Militer Belanda II, Kesultanan Yogyakarta juga mendukung operasi militer gerilya yang dilakukan oleh pasukan Republik Indonesia dengan bantuan logistik, persenjataan dan tentara.
Kesultanan Siak Indrapura
Dikutip dari buku Kisah Perjuangan Pahlawan Indonesia (2010) karya Lia Nuralia, dukungan terhadap kemerdekaan Republik Indonesia juga dilakukan oleh Sultan Syarif Kasim II sebagai raja Kesultanan Siak Indrapura.

Sultan Syarif Kasim II memberikan dukungan dalam bentuk materiil dan imateriil kepada pemerintah Republik Indonesia. Berikut dukungan Kesultanan Siak Indrapura:

Memberikan pernyataan bahwa Kesultanan Siak Indrapura merupakan bagian dari NKRI.
Memberikan bantuan berupa uang senilai 13 juta gulden atau sekitar 1,4 Trilliun kepada pemerintah Republik Indonesia.
Membentuk Komite Nasional Indonesia di Siak
Membentuk Tentara Keamanan Rakyat dan Barisan Pemuda Republik

Menyerahkan 30% hartanya kepada presiden Soekarno untuk menghadapi Agresi Militer Belanda di Yogyakarta

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/skola/read/2020/10/24/143009169/raja-raja-yang-berkorban-demi-bangsa

Tengku Mahratu: Penjahit Merah Putih, Sumbang Perhiasannya buat Kemerdekaan RI Sosok Tengku Syarifah Fadlun atau Tengku Mahratu ...

Tengku Mahratu: Penjahit Merah Putih, Sumbang Perhiasannya buat Kemerdekaan RI


Sosok Tengku Syarifah Fadlun atau Tengku Mahratu merupakan salah wanita yang berperan dalam perjuangan kemerdekaan RI di Kabupaten Siak. Ia seorang permaisuri Sultan Syarif Kasim II.

Tengku Syarifah Fadlun dijadikan seorang permaisuri menggantikan kakak kandungnya Tengku Agung Sultanah Latifah yang merupakan permaisuri Sultan Syarif Kasim II yang pertama.

Tengku Mahratu mendirikan Maddrasatun Nisa' melanjutkan kakaknya Tengku Agung yang mendirikan Latifah School.


Tengku Mahratu menginginkan kesamaan hak pendidikan antara kaum perempuan dan laki-laki.

"Tengku Mahratu melanjutkan cita-cita kakaknya Tengku Agung Sultanah Latifah untuk mengangkat derajat perempuan Siak dalam mengenyam pendidikan," terang Tokoh Masyarakat Siak, Said Muzani kepada SuaraRiau.id.


Tengku Mahratu, kata Said Muzani, benar-benar menjadi seorang permaisuri yang bijaksana. Selain sebagai penjahit bendera merah putih di Istana Kerajaan Siak, ia juga menyematkan baret merah putih kepada Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dibentuk oleh Sultan Syarif Kasim II.

"Tidak hanya menjahit bendera merah putih, Tengku Mahratu juga menyematkan lambang merah putih di baju Tentara Keamanan Rakyat yang dibentuk Sultan. Dan hal itu tentunya menjadi semangat tersendiri bagi TKR dalam menyambut kemerdekaan republik Indonesia," kata Muzani.

Dijelaskan Muzani, pasca pengibaran bendera merah putih di Istana Kerajaan Siak, Sultan Syarif Kasim II bersama Tengku Mahratu dikabarkan yang ikut menyerahkan 13 juta Gulden untuk Indonesia.

"Setelah pengibaran bendera merah putih, Sultan berpesan kepada TKR bahwa dia akan berangkat kemedan ketemu Gubernur Sumatera membahas langkah yang akan dilakukan Sultan paska kemerdekaan," terangnya.

"Setelah itu, pulang ke Istana Siak dan berangkat ke Jogjakarta bersama permaisuri Tengku Mahratu. Di situlah kabarnya 13 juta Gulden itu diserahkan. Bahkan kabar dari orangtua dulu, Tengku Mahratu melepaskan semua emas di tangannya untuk diserahkan untuk kemerdekaan Republik Indonesia," sambung Muzani.

Tidak sampai di situ, nama Tengku Mahratu diabadikan di sebuah gedung di depan Istana Siak, Gedung Tengku Mahratu.

"Namanya disematkan di sebuah gedung di depan istana Siak, bahkan sekarang juga dibangunkan sebuah taman dekat gedung itu," ungkap Muzani.


Kontributor : Alfat Handri

https://riau.suara.com/read/2021/08/19/151224/tengku-mahratu-penjahit-merah-putih-sumbang-perhiasannya-buat-kemerdekaan-ri?page=all


Nasehat Umar untuk  Rasullah tentang perlakuan jenazah musuh Allah Ketika Abdullah ibn Ubay meninggal, anaknya datang menghadap ...

Nasehat Umar untuk  Rasullah tentang perlakuan jenazah musuh Allah

Ketika Abdullah ibn Ubay meninggal, anaknya datang menghadap Rasulullah meminta gamis Rasul untuk kain kafan ayahnya. Beliau pun memberikannya. Ia pun meminta Rasul agar bersedia menshalati jenazah ayahnya. Namun, ketika Nabi berdiri hendak menshalati nya, Umar menghalangi beliau sampai di depan dada beliau. Umar memegang baju Rasul seraya berkata, "Apakah engkau akan menshalati musuh Allah, wahai Rasulullah? Padahal ia telah mengerjakan keburukan dalam bilangan harinya?."

Rasulullah yang penuh bijaksana tersenyum dan berkata, "Menyingkirlah dariku, hai Umar. Sesungguhnya aku diberikan pilihan, lalu aku memilih. Telah dikatakan kepadaku, apakah engkau akan memintakan ampun bagi mereka atau tidak. Jika engkau memintakan ampunan bagi mereka sebanyak tujuh puluh kali, Allah tetap tidak akan mengampuninya. Aku tidak tahu apakah jika aku menambahnya lebih dari tujuh puluh lalu Allah akan mengampuninya atau tidak. Jika mengampuni maka akan aku tambah."

Umar berkata lagi, "Tetapi dia seorang munafik." Namun, Rasulullah kemudian menshalatinya dan berjalan di belakang jenazah Abdullah ibn Ubay serta berdiri ketika penguburannya sampai selesai. Tidak lama kemudian, turunlah ayat, "Dan janganlah engkau (Muhammad) melaksanakan shalat untuk seseorang yang mati di antara mereka (orang-orang munafik), selama lamanya dan janganlah engkau berdiri (mendoakan) di atas kuburnya. Sesungguhnya mereka ingkar kepada Allah dan rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik." (at Taubah [9]: 84).

Sejak saat itu, Rasulullah tidak pernah menshalati jenazah kaum munafik dan tidak pernah pula berdiri di pekuburan mereka sampai beliau meninggal dunia.


Sumber:
The Great of Two Umars, fuad Abdurahman, Zaman 

Rambu Sejarah Menyikapi Peristiwa Antar Sahabat Rasulullah saw Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Bebera...

Rambu Sejarah Menyikapi Peristiwa Antar Sahabat Rasulullah saw

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Beberapa peristiwa, diangkatnya Abu Bakar sebagai khalifah, Era Ali bin Abi Thalib dan Hasan bin Ali, ada kisah yang tak selaras dengan kemuliaan Sahabat

Peristiwa tersebut ada referensinya. Namun apakah para Sahabat dengan kemuliaannya bersaing soal kekuasaan? Padahal mereka tak menginginkannya

Ada prinsip sejarah yang bisa digali dari peristiwa Hadistul Ifki. Apakah kita sebaik Sahabat? Apakah kita akan melakukan hal itu?

Bila kita tak sebaik Sahabat dan tak menginginkan peristiwa itu terjadi. Maka para Sahabat pasti berakhlak melampaui jauh kebijaksanaan kita.

Bagaimana bila para Sahabat benar melakukannya? Bukalah peristiwa pembocoran rahasia futuh Mekkah, adakah niat jahat? Apa prinsip Rasulullah saw?

Sahabat yang merencanakan membocorkan hanya kasihan dengan keluarganya di Mekkah, khawatir terjadi peristiwa tertentu. Bukan menjadi musuh dalam selimut

Rasulullah saw memaafkan Sahabat tersebut karena dia seorang ahli Badar, walaupun Umar bermaksud hendak membunuhnya.

Perhatikan sikap Rasulullah saw terhadap Sahabatnya yang pernah khilaf? Khalid bin Walid, Usamah bin Zaid, Kaab bin Malik, bagaimana sikap beliau?

Umar bin Khatab sering memuji Khalid bin Walid, walaupun mereka berbeda pendapat dalam bayak persoalan.

Banyak referensi pendukung beragam kejadian antar  Sahabat Rasulullah saw, bila sikapnya bertentangan dengan akhlak mulia, benarkah referensinya?

Bersikaplah seperti sikap Rasulullah saw saat menyikapi beragam perbedaan dan kekhilafan diantara Sahabat.

Peristiwa antar Sahabat dihadirkan untuk menguji akhlak terhadap para Sahabat dan apakah mengikuti Sunah Rasulullah saw terhadap pribadi sahabatnya?

Bertani dan Berternak, Seni Berinteraksi dengan Fitnah  Akhir Zaman Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati)6 ...

Bertani dan Berternak, Seni Berinteraksi dengan Fitnah  Akhir Zaman

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)6


Apa pun profesi dan kiprahnya, berbisnislah. Itulah pesan Hasan Al-Banna. Berbisnis untuk meraih keberkahan sunah Rasulullah saw

Nubuwah Rasulullah saw, pasar itu berdekatan dan suami istri saling bermitra dalam berbisnis. Itulah takdir akhir zaman. Ambillah peluang.

Berbisnis untuk menyaksikan bagaimana Qadha dan Takdir itu bekerja. Menyaksikan janji Allah pada setiap hamba dan berkah taqwa

Dari bisnis, terpapar jelas, ikhtiar manusia bukan penyebab rezeki. Malu pada Allah bila tidak berikhtiar dan berstrategi. Padahal manusia makhluk terbaik.

Apa pun kiprahnya, bertanilah. Jadilah pebisnis, profesional, dan penguasa yang bertani. Ambil cangkul dan pergilah ke lahan pertanian.

Di zaman yang penuh huru-hara dan semakin dekat Hari Kiamat, bertani dan berternaklah itulah pesan Rasulullah saw. Bertani mengikuti Sunah

Huru-hara dan fitnah akhir zaman mengeraskan hati. Melembutkannya dengan bertani dan berternak. Bergaul dengan makhluk yang selalu berdzikir pada Allah.

Hancurkan ego, tumbuhkan rendah hati dan lapang dada dengan bertani dan berternak. Bergaul bersama makhluk yang selalu merendahkan diri pada Allah

Andai tidak ada lagi teman bergaul yang taqwa, bertani dan berternaklah, karena alam dan hewan makhluk Allah yang selalu bertasbih kepada Allah

Saksikan Maha Agung, Maha Suci, Maha Teliti, Maha Sempurna dan rahmat Allah, serta Asmaulhusna-Nya  dari bertani dan berternak

Bila bertani dan berternaknya gagal berarti ada kesombongan, keangkuhan dan kebakhilan yang menyelusup di hati. Ini sebuah introspeksi diri.

Kisah 3 pemuda yang buta, kusta dan gundul, yang diceritakan Rasulullah saw dalam hadist, gagal berternak karena angkuh dan bakhil saat Jibril datang

Kisah Para pemilik kebun yang gagal panen di sejumlah surat dalam Al-Qur'an, karena angkuh, bakhil dan durhaka kepada Allah.

Bertani dan berternaklah untuk membongkar penyakit hati dan akal yang tak terdeteksi sebab keangkuhan diri.

Strategi Utsman bin Affan Menghadapi Pemberontak Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Saat Utsman bin Affa...

Strategi Utsman bin Affan Menghadapi Pemberontak

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Saat Utsman bin Affan menghadapi pemberontak, apa yang dilakukannya? Tidak mau menjadi orang pertama yang menumpahkan darah sesama muslim

Ali bin Abi Thalib memerintahkan Hasan dan Husein menjaga Utsman bin Affan agar pemberontak tidak memasuki rumahnya.

Saat para Sahabat ingin memadamkan pemberontakan, Utsman bin Affan memerintahkan menyarungkan pedang

Utsman mampu menaklukkan Romawi, Persia dan mengarahkan pasukan ke Eropa, namun dia berdiam diri di rumah saat pemberontak mengepungnya

Saat dikepung Utsman bin Affan lebih memilih mendekatkan diri pada Allah, membaca Al-Qur'an dan bermusyawarah. Dia sudah rindu bertemu Rasulullah saw

Saat pemberontak terus merangsek rumahnya. Utsman lebih memilih berdialog. Menyodorkan fakta sejarah untuk menangkis tuduhan pemberontak.

Saat pemberontak tidak mengijinkan shalat di Masjid, Utsman pun shalat di rumah saja. Tidak menumpahkan darah muslimin menjadi fokus perhatiannya

Utsman bin Affan sudah paham isyarat kematian yang diinformasikan Rasulullah saw sudah terlihat jelas. Itulah sebab dia tak meladeni pemberontak

Pemberontak pun pulang ke rumah masing-masing setelah membunuh sang Khalifah adi daya yang tak mau menumpahkan darah muslimin.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (402) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (300) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)