basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Pembelaan Nahdlatul Ulama pada  Palestina di Era Kolonial Belanda  Nahdlatul Ulama bersikap saat Inggris melakukan penjajahan te...

Pembelaan Nahdlatul Ulama pada  Palestina di Era Kolonial Belanda 

Nahdlatul Ulama bersikap saat Inggris melakukan penjajahan terhadap Palestina dan berniat menjadikan Palestina menjadi tanah air bangsa Yahudi.

Dalam Berita Nahdlatul Oelama (BNO) No 21, tanggal 1 September 1938, redaksi BNO memuat tulisan menyuarakan dukungan terhadap perjuangan rakyat Palestina. Isi beritanya sebagai berikut:

------------
"Orang mengatakan bahwa Oem. Islam sekarang sudah roesak lahir bathinnja, soenggoehpoen oetjapan itoe ada djoega benarja, bilamana kita bertjermen pada riwajat dan tarichja oemat Islam bahari, aken tetapi perdjoangan Oem. Islam Falasthina, memberikan pengertian dan penharepan pada kita, bahwa Oem. Islam sesoenggoehnya tiada mati, roeh Islam sesoenggoehnya masih besar fi'ilnya.

Oem. Islam Falasthina, soedah hampir seperempat abad melawan Inggris, seboeh keradjaan jg. maha besar di atas doenia ini. Seperempat abad Oem. Islam itoe berdjoeang, kadang-kadang berhenti sebentar sekadar mengasoeh dan menghimpoenkan kekuatannja poela jg. loempoeh beradu dengan besi dan api...
---------

BNO juga menganjurkan umat Islam ikut membantu perjuangan rakyat Palestina terutama dengan dana. BNO sekaligus mengumumkan bahwa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama siap menerima titipan dari kaum Muslimin di Indonesia untuk diteruskan kepada pejuang di Baitul Maqdis.

Dalam Berita Nahdlatul Oelama (BNO) No 21, tanggal 1 September 1938 dilanjutkan seruannya:

------------
Kesengsaraan mereka soengguh wadjib mendapet perhatianja Oem. Islam seloeroeh doenia, Oem.Islam wadjib menoeloeng saudaranja jang ditimpah malapetaka. Bintjana jang maha heibat itoe.

Disini ada baiknja kami terangkan, bahwa Hoofbestuur (Pengurus Besar) N.O. bersedia aken menjampaiken dermanja siapapoen, kepada Oem. Islam Falasthina, dan bersedia akan mengoeroeskannja."
------------

Dari dukungan Nahdlatul Ulama ini menunjukkan bahwa seluruh kalangan umat Islam di di Indonesia di era Kolonial Belanda secara bulat telah menjadi Palestina khususnya Baitul Maqdis menjadi persoalan bangsa Indonesia dan dunia.

Sumber:
Jas Mewah, Tiar Anwar Bachtiar, Pro-U 

Surat Ulama, Berita Surat Kabar dan Aksi Dana Palestina di Era Kolonial Belanda Komite Palestina terbentuk pada 5 Juli 1937. Yan...

Surat Ulama, Berita Surat Kabar dan Aksi Dana Palestina di Era Kolonial Belanda

Komite Palestina terbentuk pada 5 Juli 1937. Yang berorasi, KH Mas Mansur, Ketua Umum PB Muhammadiyah. Umar Hubeis, Ketua Umum Al-Irsyad. KH Abdullah Qahhar Mudzakir, Ketua Komisi Luar Negri Partai Sarekat Islam Indonesia.

Pada akhir acara dibacakan petisi penolakan atas rencana Inggris membagi Palestina menjadi tiga wilayah. Petisi ini dikirimkan langsung ke sekretariat Lembaga Bangsa-bangsa (LBB) di Jenewa Swiss, Mufti Palestina dan Kongres Umat Islam di Damaskus melalui Telegram. Berikut isi petisi tersebut:

------------
"Muslems Sourabaya 33 organizations hold great meeting for Palestinian problem hoping mandates commission refruse dividing Palestine.

Palestinian Committee
WONDOAMISENO
Sourabaya

1. Mu'tamar Islamy Albaroudy Damascus
2. Grand Mufti Yerussalem."
-----------------

Aksi peduli bukan saja terjadi di kalangan elit. Namun masyarakat bawah pun berbondong mengumpulkan dana kemanusiaan untuk rakyat Palestina. Aksi ini diabadikan pada Berita Priangan No 214 pada Jumat 22 September 1939. Isi beritanya sebagai berikut:

---------
"H Otjoh dalam perajaan Mi'radj di sebuah madrasah di kampung Station Tjitjalengka mengajak hadirin untuk berderma bagi Palestina. Karena itu tanpa ijin, ia kemudian berurusan dengan polisi."
------------------

Pada 1 September 1938, Berita Nahdlatoel Oelama No 21 membuat ulasan tentang Palestina sebagai berikut:

-----------
"Aken tetapi perdjoangan Oem. Islam Falasthina  memberikan pengertian dan pengharepan pada kita, bahwa Oem. Islam sesoenggoehnya tiada mati, roeh Islam sesoenggoehnya masih besar fi'ilnya."
-------------------

Bila merujuk surat ulama, berita surat kabar dan aksi penggalangan dana hingga ke pelosok menandakan, persoalan Palestina di Nusantara sejak awal sudah menjadi urusan elit pemimpin dan akar rumput masyarakat. Ini menandakan bahwa Baitul Maqdis merupakan bagian keyakinan umat Islam bahwa Baitul Maqdis adalah milik umat Islam sedunia bukan milik orang Palestina atau Arab semata-mata.

Sumber:
Jas Mewah, Tiar Anwar Bachtiar, Pro-U 

Aksi Peduli Baitul Maqdis Ulama Nusantara di Era Kolonial Belanda Yahudi berada di pihak Inggris pada perang Dunia I (1914-1917)...

Aksi Peduli Baitul Maqdis Ulama Nusantara di Era Kolonial Belanda

Yahudi berada di pihak Inggris pada perang Dunia I (1914-1917). Tiba-tiba mereka yang tak punya hak di Palestina mengaku pemilik sahnya. Kekalahan Turki Utsmani di Perang Dunia dari Inggris dan serangan Jenderal Allenby berhasil menaklukkan Baitul Maqdis yang menganggapnya sebagai kemenangan Perang Salib menjadi awal kezaliman terhadap Baitul Maqdis.

Kondisinya semakin diperparah dengan perjanjian Arthur Balfour yang memberikan Yahudi tanah air khusus di Palestina. Gerakan Turki Muda yang berkolaborasi dengan Yahudi pada Maret 1924 berhasil menghancurkan institusi kekhalifahan di Turki.

Rakyat Palestina melakukan perlawanan besar-besar pada 1936 terhadap Inggris dan Yahudi yang mendapat perhatian dunia. Sebelumnya, rakyat Palestina juga sudah melakukan perlawanan secara sporadis. Perang ini memberikan legitimasi bagi Inggris membagi wilayah Palestina menjadi tiga, kawasan untuk Yahudi, Yordania dan Muslim.

Di Nusantara, kalangan Islam memandang sikap Inggris dan Yahudi terhadap rakyat Palestina sebagai penjajahan terhadap muslimin. Sedangkan kalangan Nasional Sekuler memandang sebagai konflik agama belaka.

Respon sangat keras umat Islam Nusantara langsung datang dari aktivitas gerakan modern seperti Sarekat Islam, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Al-Irsyad, Persis dan lainnya dengan mendeklarasikan berdirinya Majelis Islam A'la Indonesia pada 1935, sebuah konfederasi berbagai organisasi gerakan Islam.

Mereka membentuk komite khusus sebagai tanda kepedulian kepedulian yang sangat serius terhadap persoalan Palestina. Komite ini diketuai oleh Wondoamiseno dari Sarekat Islam dengan nama Komite Palestina.

Peresmian Komite Palestina dilaksanakan dalam satu acara Rapat Akbar Umat Islam di Gedung Al-Irsyad Surabaya pada 5 Juli 1937 yang dihadiri 2.000 peserta dari 33 utusan perhimpunan, dan 13 wartawan dari berbagai media. Berbagai tokoh pergerakan Islam tampil sebagai pembicara.

Sumber: 
Jasa Mewah, Tiar Anwar Bachtiar, Pro-U 

Teladan Musyawarah Rasulullah SAW Rasulullah Muhammad SAW merupakan pemimpin yang agung. Sebab, beliau memimpin dengan panduan d...

Teladan Musyawarah Rasulullah SAW

Rasulullah Muhammad SAW merupakan pemimpin yang agung. Sebab, beliau memimpin dengan panduan dari Allah Azza wa Jalla. Tidak ada satu pun perintah dan kebijakan Nabi SAW yang timbul dari hawa nafsu. Semuanya dilandasi oleh wahyu Ilahi.

Bagaimanapun, corak pemerintahan beliau shalallahu ‘alaihi wasallam cenderung demokratis. Bila wahyu tidak turun tentang suatu persoalan, maka Rasulullah SAW mengadakan musyawarah dengan para sahabat. Malahan, tak jarang beliau mengambil pendapat mereka sehingga meninggalkan opininya sendiri.

Kecenderungan Nabi SAW dalam membuka dialog, alih-alih monolog, merupakan terobosan yang melampaui zamannya. Berkata Aisyah RA, “Saya belum pernah melihat seseorang yang lebih banyak bermusyawarah daripada Rasulullah SAW.”

Nabi SAW juga pernah bersabda, “Barangsiapa menghendaki mengerjakan sesuatu, lalu ia bermusyawarah dengan seorang Muslim, maka Allah akan memberikan taufik kepadanya untuk memilih yang paling baik baginya.” Di sinilah pentingnya sikap saling menasihati dalam kebaikan antarsesama Mukmin. Sebaliknya, sikap khianat akan merusak persaudaraan dan menyesatkan nakhoda kepemimpinan.

Beliau berpesan, “Barangsiapa memberikan nasihat kepada temannya dengan suatu pendapat, padahal ia mengetahui bahwa yang benar bukan itu, maka ia telah khianat.”

Kisah musyawarah Nabi
Salah satu contoh musyawarah yang diadakan Nabi SAW terjadi menjelang Perang Badar. Inilah pertempuran pertama kaum Muslimin dalam menghadapi intimidasi kaum musyrik. Dalam perjalanan, Rasulullah SAW memerintahkan pasukannya untuk berhenti sejenak di dekat mata air sekitar Badar. Salah seorang dari para sahabat, yakni Hubab bin Mundzir, telah mengenal betul medan pertempuran ini.

Dia sempat bertanya-tanya, mengapa Rasul SAW memutuskan untuk singgah sebenar di lokasi tersebut. Lantas, ia memberanikan diri untuk bertanya kepada beliau.
“Wahai Rasulullah,” kata Hubab, “apakah lokasi ini memang dipilih berdasarkan wahyu yang tak bisa diubah, ataukah ini pendapatmu sebagai strategi perang?”
“Ini hanya pendapatku dan strategi perang,” jawab Nabi SAW.
“Bila demikian, wahai Rasulullah, sungguh lokasi ini bukanlah tempat yang tepat bagi kita. Bagaimana kalau kita mengambil tempat di mata air yang terdekat dengan musuh? Kita turun dari tempat itu, lalu kita gali sumur-sumur di belakangnya.

Kolam-kolam kita penuhi dengan air dari oasis itu. Alhasil, ketika sedang bertempur, kita dapat mengambil air yang cukup, sedangkan musuh kehabisan air,” papar Hubab.
Rasulullah SAW menerima pendapat sahabatnya itu. Maka, beliau beserta pasukannya meneruskan berjalan hingga mata air yang terdekat dengan musuh. 

Selanjutnya, kaum Muslimin melaksanakan sebagaimana rencana Hubab bin Mundzir.
Usai Perang Badar, Nabi SAW pun menyelenggakan musyawarah dengan sahabat-sahabatnya. Kali ini, Muslimin memperoleh kemenangan. Bahkan, pasukan jihad ini dapat menawan sebanyak 70 orang lelaki musyrikin Quraisy. Nabi SAW meminta pendapat beberapa sahabatnya tentang nasib para tawanan itu.

“Wahai Rasulullah,” kata Abu Bakar, “mereka itu adalah putra paman-paman kita, kerabat kita, dan saudara kita. Mereka adalah kaummu dan keluargamu. Hendaknya mereka diwajibkan untuk membayar tebusan sehingga dengan tebusan itu kita dapat menambah kekuatan. Mudah-mudahan Allah memberikan hidayah-Nya kepada mereka sehingga nantinya mereka dapat turut memperkuat kita.”

Setelah Abu Bakar mengutarakan pendapatnya, kini giliran Umar bin Khattab.
“Ya Rasulullah, mereka telah mendustakan dan mengusirmu dari kampung halaman. Mereka adalah gembong orang-orang kafir. Mereka keluar dari kota hanya untuk memerangimu. Menurut pendapatku, hukum mati saja mereka,” kata Umar dengan nada tegas.

Lalu, berkatalah Abdullah bin Rawahah. “Wahai Rasulullah,” katanya, “di dekat kita ada lembah yang banyak kayu. Kita dapat menyalakan api besar di sana, lalu melemparkan mereka ke dalamnya.”

Rasulullah SAW kemudian terdiam. Beliau tak menjawab, lalu masuk ke tendanya. Maka, Abu Bakar, Umar, dan Ibnu Rawahah saling bertanya-tanya. Pendapat manakah yang akan disetujui Nabi SAW?
Tak lama kemudian, Rasulullah SAW keluar dan berkata, “Sungguh, Allah Maha Besar melunakkan hati orang hingga lebih lunak daripada yang lunak. Sungguh, Allah Maha Kuasa mengeraskan hati orang hingga lebih keras daripada batu.”

Beliau lantas mengibaratkan sifat Abu Bakar seperti Nabi Isa AS, yang pernah berdoa, “Jika Engkau (Allah) menyiksa mereka, sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah yang Mahaperkasa dan Mahabijaksana” (QS al-Maidah: 118).

Sifat Umar diibaratkannya dengan Nabi Nuh kala berkata, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi” (QS Nuh: 26).

Adapun sifat Abdullah bin Rawahah disandingkan beliau dengan Nabi Musa saat bermunajat, “Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman sehingga mereka melihat siksaan yang pedih” (QS Yunus: 88).

Nabi SAW lantas lebih condong pada pendapat Abu Bakar. Maka, para tawanan itu bisa dibebaskan dengan jaminan. Keesokan harinya, ternyata turunlah firman Allah, surah al-Anfal ayat 67.

Artinya, “Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi, sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Nasib Yahudi di Negri Islam dan Kristen? Sejak zaman dahulu kala, toleransi Islam telah dirasakan oleh orang Yahudi. Mereka tak ...

Nasib Yahudi di Negri Islam dan Kristen?


Sejak zaman dahulu kala, toleransi Islam telah dirasakan oleh orang Yahudi. Mereka tak pernah merasakan hal itu di dalam satu negri yang Kristen. Sejarah mencatat, ketika kaum muslimin memasuki Spanyol, negara Kristen, orang Yahudi merasa diri terlepas dari perbudakan dan penghinaan.

Saat Eropa Timur dikuasai Turki Utsmani pun, Yahudi mendapatkan keamanan dan perlindungan. Di zaman itu, jauh benar perbedaan antara orang Yahudi yang berdiam di negri Eropa Barat dengan yang berlindung di Istambul, ibu kota Turki Utsmani.

Di Turki dan negri Islam lainnya, mereka tidak disisihkan dalam satu kampung yang dinamai Ghetho. Malahan mereka dibiarkan bebas berniaga. Tetapi toleransi kekhalifahan Turki yang sangat besar kepada mereka telah mereka ambil menjadi kesempatan menghianati Turki, terutama pada zaman kerajaan Inggris dikuasai Perdana Mentri Disraeli. Orang Yahudi menjadi spionase Inggris untuk menghancurkan Turki.

Lord Bolfour, Menteri Luar Negri Inggris, setelah Inggris menang atas Turki, telah membuka tanah Palestina menjadi negri jajahan Yahudi dengan alasan 2000 tahun yang lalu mereka pernah mendirikan kerajaan Yahudi.

Di Jerman, era Hitler, bangsa yang paling hina dan musuh negara nomor satu adalah Yahudi. Mereka ditangkapi. Kekejaman komunis Stalin terhadap Yahudi, mendekati kekejaman Hitler. Dokter-dokter Yahudi dibunuh karena tersangka hendak meracuni Stalin.

Sedangkan di negri-negri Islam, Mesir, Irak, Yaman, Tunisia, mereka dipandang sebagai warganegara penuh. Tetapi balas jasanya, mereka merampas tanah Palestina lalu mendirikan negara Israel, dan terusirlah satu juta orang Arab dari tanah airnya menuju negara-negara Arab lainnya. Yahudi menjajah Palestina mendapatkan bantuan dari kerajaan Barat terutama Inggris dan Amerika.

Allah memberi tahu musuh Umat Islam yaitu Yahudi. Mengapa bangsa Barat membantu Yahudi? Mereka takut dan khawatir akan kebangkitan Islam kembali ke tanah Arab. Bangsa besar Inggris, Perancis, Amerika dan umumnya Eropa Barat telah membantu Yahudi. Mereka benci kepada Yahudi dan Islam.

Untuk menghabiskan pengaruh Yahudi yang dibenci Eropa, mereka diberi tanah Arab. Arab adalah bangsa yang dipandang musuh besar sebab merekalah tulang punggung Islam. Apatahlagi Jazirah Arab memiliki emas hitam.

Namun walaupun dari kiri-kanan musuh-musuhnya bersatu hendak menghancurkannya, jangan umat Islam merasa cemas dan putus asa. Allah tetap menjadi penolong dan pelindung mereka. 

Sumber: 
Tafsir Al Azhar Jilid 2, Buya Hamka, GIP

Proyek Penanaman Pohon Umar bin Abdul Aziz Ketika Dinasti Umayyah menguasai dunia, wilayah as-Suwaida sudah berada dalam genggam...

Proyek Penanaman Pohon Umar bin Abdul Aziz


Ketika Dinasti Umayyah menguasai dunia, wilayah as-Suwaida sudah berada dalam genggaman kaum Muslimin. Menurut Dr Syauqi Abu Khalil, awalnya as-Suwaida hanyalah wilayah yang gersang. Namun, kawasan itu mulai dihijaukan pada era kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz.

Ia adalah khalifah ke-8 Dinasti Umayyah. Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi Khalifah pada 99 H, pada hari wafatnya Khalifah Sulaiman bin Abdil Malik. Khalifah Sulaiman telah me wasiatkan kekhali- fahan kepada Umar ketika ia ditimpa sakit demam.

Sejatinya, ia bukanlah putra mahkota. Namun, kehebatan dan kemuliaan akhlak serta tauhidnya, keturunan Khalifah Umar bin Khattab itu dianugerahi sebuah jabatan yang mulia. Umar bin Abdul Aziz memimpin Dinasti Umayyah selama tiga tahun dari 717 hingga 720 M.

Meski hanya tiga tahun, jasanya begitu besar dalam membangun dan menyebarluaskan agama Islam. Umar bin Abdul Aziz adalah pemimpin umat yang adil dan bijaksana. Ia begitu jujur. Selama tiga tahun memimpin, semua rakyat yang berada dalam lindungan Dinasti Umayyah hidup berkecukupan alias sejahtera.

Baginya, jabatan adalah ujian. Simak pidato kenegaraannya yang begitu diamanahi kursi khalifah, Wahai saudara-saudara! Aku telah diuji untuk memegang tugas ini tanpa meminta pandanganku terlebih dahulu dan bukan juga permintaanku serta tidak dibincangkan bersama dengan umat Islam. Sekarang aku membatalkan baiat yang kalian berikan kepadaku dan pilihlah seorang Khalifah yang kalian sukai.

Tiba-tiba orang-orang serentak berkata: Kami telah memilihmu wahai Amirul Mukminin, dan kami rida kepadamu. Maka, uruslah urusan kami dengan kebaikan dan keberkatan. Begitulah pemimpin yang sejati. Ia tak haus kekuasaan, apalagi menge- jar jabatan dan kedudukan dengan menghalalkan segara cara. Umar adalah teladan bagi umat Islam. Ia tak hanya menyejahterakan rakyatnya.

Menurut Dr Syauqi, Umar bin Abdul Aziz juga sangat peduli dengan kelestarian lingkungan hidup. As-Suwaida menjadi saksi kepeduliannya. Daerah yang awalnya gersang itu oleh Khalifah yang adil dan bijaksana itu ditanami dan dihijaukan dengan pepohonan.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz membiayai sendiri penanaman pohon di as-Suwaida dengan harta kekayaannya, papar Dr Syauqi. Tak cuma itu, ia juga membuat sumur di as-Suwaida. Ia hidup seder- hana dengan pendapatan sebesar 200 dinar dan sekantong buah kurma.


Sumber:
https://m.republika.co.id/amp/pe8zgp313

Kisah Pengangkatan Umar bin Abdul Aziz Menjadi Khalifah Di antara kebaikan-kebaikan Sulaiman bin Abdul Malik adalah bahwa dia be...

Kisah Pengangkatan Umar bin Abdul Aziz Menjadi Khalifah


Di antara kebaikan-kebaikan Sulaiman bin Abdul Malik adalah bahwa dia berkenan menerima nasihat dari seorang ulama ahli fikih, Raja' bin Haiwah al-Kindi, yang mengusulkan ketika Sulaiman dalam keadaan sakit dan akhirnya wafat, agar mengangkat Umar bin Abdul Aziz sebagai penerusnya. 

Akhirnya Sulaiman menetapkan surat wasiat yang tidak memberi celah bagi setan sedikit pun. Ibnu Sirin mengatakan, "Semoga Allah merahmati Sulaiman, dia mengawali kekhalifahannya dengan menghidupkan shalat dan mengakhirinya dengan menunjuk Umar bin Abdul Aziz sebagai penerusnya."

Khalifah Sulaiman wafat tahun 99H, Umar bin Abdul Aziz menshalatkan jenazahnya, tertulis dalam stempelnya, "Aku beriman kepada Allah dengan ikhlas.".

Ada beberapa riwayat tentang pengangkatan Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah. Di antara riwayat-riwayat tersebut adalah yang dikisahkan oleh Ibnu Sa'ad dalam ath-Thabaqat dari Suhail bin Abu Suhail, dia berkata, 'Aku mendengar Raja' bin Haiwah berkata, "Di hari Jumat, Sulaiman bin Abdul Malik memakai baju berwarna hijau dari wol, dia bercermin dan berkata, 'Aku adalah raja muda'. Lalu dia keluar untuk menunaikan shalat Jumat bersama rakyat, dia langsung sakit begitu pulang, manakala sakitnya semakin keras dia menulis wasiat untuk anaknya Ayyub. Ayyub adalah anak yang belum dewasa, aku berkata kepadanya, 'Apa yang engkau lakukan wahai Amirul Mukminin? Di antara kebaikan seseorang yang mengalir ke kuburnya adalah bahwa dia mengangkat orang shaleh sesudahnya.' Sulaiman berkata, 'Surat wasiat ini, aku masih beristikharah kepada Allah, masih mempertimbangkan, dan belum memutuskan dengan pasti'. 

Satu atau dua hari setelah itu Sulaiman membakar surat tersebut, kemudian dia mengundangku. Dia bertanya, 'Bagaimana pendapatmu tentang Dawud bin Sulaiman?' Aku menjawab, 'Dia berada di Konstantinopel, Anda sendiri tidak tahu dia masih hidup atau telah mati.' Sulaiman bertanya, 'Siapa menurutmu wahai Raja?' Aku menjawab, 'Terserah Anda wahai Amirul Mukminin.' Aku berkata demikian karena aku sendiri masih mempertimbangkan. Sulaiman berkata, 'Bagaimana menurutmu Umar bin Abdul Aziz?' Aku menjawab, 'Demi Allah, yang aku tahu bahwa dia adalah laki-laki yang utama, muslim pilihan'. Sulaiman berkata, 'Benar, dialah orangnya, tetapi jika aku mengangkatnya dan tidak mengangkat seorang pun dari anak-anak Abdul Malik, maka hal itu bisa memicu perpecahan, mereka tidak akan membiarkannya memimpin selama-lamanya, kecuali jika aku menetapkan seseorang dari mereka setelah Umar. Aku akan mengangkat Yazid bin Abdul Malik sesudah Umar. -Pada saat itu Yazid sedang tidak berada di tempat, dia menjadi Amirul Haj- Hal itu akan membuat anak-anak Abdul Malik tenang dan menerima'. Aku berkata, 'Terserah Anda'.

Sulaiman bin Abdul Malik menulis surat tangannya, 'Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ini adalah surat wasiat Sulaiman bin Abdul Malik, Amirul Mukminin, untuk Umar bin Abdul Aziz. Sesungguhnya aku menyerahkan khilafah kepadanya sesudahku dan sesudahnya kepada Yazid bin Abdul Malik, dengarkanlah dan taatilah, bertakwalah kepada Allah, janganlah berselisih, karena musuh-musuh kalian akan berharap mengalahkan kalian'. Lalu Sulaiman menstempel surat tersebut.

Sulaiman kemudian meminta Ka'ab bin Hamid, kepala pasukan pengawal khalifah, agar mengumpulkan keluarganya. Ka’ab melaksanakan dan mengumpulkan mereka. Setelah mereka berkumpul, Sulaiman berkata kepada Raja', bawalah surat wasiatku kepada mereka, katakan kepada mereka bahwa itulah surat wasiatku, minta mereka untuk membaiat orang yang aku tunjuk'. Raja' melaksanakannya, ketika Raja menyampaikan hal itu, mereka berkata, 'Kami mendengarkan dan menaati siapa yang tercantum di dalamnya'. Mereka berkata, 'Bolehkah kami menemui Amirul Mukminin untuk mengucapkan salam?' Raja' menjawab, 'Silahkan'. Mereka pun masuk, Sulaiman berkata kepada mereka, 'Itu adalah wasiatku, -Sulaiman menunjuk kepada surat yang ada di tangan Raja' dan mereka melihat surat tersebut- Itu adalah pesan terakhirku, dengarkanlah, taatilah dan baiatlah orang yang aku sebutkan namanya dalam surat wasiat tersebut'. Raja' berkata, 'Maka mereka membaiatnya satu per satu'. Kemudian Raja' membawa surat yang berstempel itu keluar'."

Raja' berkata, "Manakala mereka telah meninggalkan tempat itu, Umar datang kepadaku, dia berkata, 'Wahai Abu al-Miqdam, sesungguhnya Sulaiman sangat menghormati dan menyayangiku, dia bersikap lembut dan baik, aku khawatir dia menyerahkan sebagian perkara ini kepadaku, maka aku meminta kepadamu dengan nama Allah kemudian dengan kehormatan dan kasih sayangku, agar engkau memberitahuku jika perkaranya demikian, sehingga aku bisa mengundurkan diri saat ini sebelum datangnya suatu keadaan dimana aku tidak mampu merubahnya lagi'. Raja' menjawab, 'Tidak demi Allah, aku tidak akan mengabarkan satu huruf pun kepadamu'. Maka Umar pergi dengan kesal."

Raja' berkata, "Maka Hisyam bin Abdul Malik menemuiku dan berkata, 'Sesungguhnya antara diriku dengan dirimu terdapat hubungan baik dan kasih sayang lama, aku pun tahu berterima kasih, katakan kepadaku apakah aku orang yang disebut dalam surat tersebut? Jika aku adalah orangnya, maka aku tahu. Jika orang lain, maka aku akan berbicara, orang sepertiku tidak patut dipandang sebelah mata, perkara seperti ini tidak pantas dijauhkan dari orang sepertiku, katakan kepadaku. Aku berjanji dengan nama Allah kepadamu tidak akan menyebutkan namamu selama-lamanya'."

Raja' berkata, "Aku menolak permintaan Hisyam, aku berkata, 'Tidak demi Allah, aku tidak akan membuka satu huruf pun kepadamu dari apa yang telah dirahasiakan Sulaiman kepadaku'. Hisyam pun pergi sambil menepukkan satu tangannya ke tangan yang lain, dia berkata, 'Kepada siapa perkara ini diserahkan jika tidak kepadaku, apakah kami ini dianggap bukan anak Abdul Malik? Demi Allah, sesungguhnya aku adalah putra Bani Abdul Malik yang sebenarnya'."

Raja' berkata, "Aku menemui Sulaiman bin Abdul Malik, ternyata dia sudah wafat, namun aku masih mendapati saat-saat sakratul mautnya, setiap kali dia menghadapinya, maka aku menghadapkannya ke arah kiblat, Sulaiman mengucapkan dengan tersendat-sendat, 'Wahai Raja', saatnya belum tiba sekarang'. Sampai aku mengulangnya dua kali, pada kali ketiga Sulaiman berkata, 'Sekarang wahai Raja', jika kamu ingin sesuatu, maka aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya'."

Raja' berkata, "Maka aku menghadapkannya ke arah kiblat, dan Sulaiman wafat. Aku memejamkan kedua matanya, aku menyelimutinya dengan sebuah kain hijau, aku menutup pintu, istrinya mengutus seorang utusan untuk meminta izin melihat keadaannya, aku berkata kepadanya, 'Dia telah tidur dan berselimut'. Utusan itu telah melihat Sulaiman yang telah berselimut kain, dia pulang menyampaikannya kepada istrinya, istrinya tenang karena dia mengira bahwa Sulaiman tidur."

Raja' berkata, "Aku meminta seseorang yang kupercayai untuk berdiri di pintu, aku berpesan kepadanya untuk tidak beranjak sampai aku sendiri yang datang kepadanya dan tidak memperkenankan siapa pun untuk masuk menemui khalifah. Lalu aku memanggil Ka'ab bin Hamid al-Ansi, aku memintanya untuk mengumpulkan keluarga Amirul Mukminin, mereka pun berkumpul di masjid Dabiq, aku berkata kepada mereka, 'Berbaiatlah kalian'. Mereka menjawab, 'Kami telah berbaiat, sekarang berbaiat lagi?' Aku berkata, 'Ini adalah pesan Amirul Mukminin, berbaiatlah untuk mematuhi perintahnya, mengakui siapa yang disebutkan namanya dalam surat wasiat yang distempel ini'. Mereka pun satu per satu membaiat untuk kedua kalinya."

Raja' berkata, "Ketika mereka bersedia membaiat untuk kedua kalinya, maka aku yakin telah menata urusan ini sebaik mungkin, aku mengucapkan, 'Jenguklah Khalifah Sulaiman, karena beliau telah wafat'. Mereka berkata, 'Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun'. Kemudian aku membacakan isi surat wasiat Sulaiman, ketika aku menyebut nama Umar bin Abdul Aziz, Hisyam berkata, 'Kami tidak akan membaiatnya selama-lamanya'. Raja' mengatakan, 'Demi Allah, aku akan memenggal lehermu, berdiri dan berbaiatlah'. Lalu Hisyam berdiri dengan "menyeret" kedua kakinya.

Raja' melanjutkan, "Aku memegang pundak Umar bin Abdul Aziz, aku mendudukkannya di atas mimbar, sementara Umar bin Abdul Aziz mengucapkan, 'Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun'. Ia menyesali apa yang didapatkannya. Sementara Hisyam juga mengucapkan ucapan yang sama karena bukan dia yang ditunjuk oleh Sulaiman bin Abdul Malik sebagai penggantinya. Hisyam bertemu Umar bin Abdul Aziz, dia berkata, 'Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun'. Karena kekhalifahan telah berpindah tangan dari anak-anak Abdul Malik kepada Umar bin Abdul Aziz. Maka Umar menjawab, 'Ya, Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun'. Karena perkara itu sampai ke tangannya padahal dia tidak menyukainya."

Abu al-Hasan an-Nadawi berkata tentang sikap Raja', "Raja' telah melakukan sebuah jasa besar yang tidak akan dilupakan oleh Islam. Aku tidak mengetahui seorang laki-laki dari kalangan sahabat raja dan orang-orangnya, yang bisa memberi manfaat (dengan kedekatan dan kedudukannya) seperti manfaat yang diberikan oleh Raja'.

Umar naik mimbar, dan dalam tatap muka pertama dengan rakyat, dia mengatakan, "Jamaah sekalian, sesungguhnya aku telah diuji dengan perkara ini, tanpa dimintai pendapat, tidak pernah ditanya dan tidak pula ada musyawarah dengan kaum muslimin. Aku telah membatalkan baiat untukku, sekarang pilihlah seseorang untuk memimpin kalian." Orang-orang serentak menjawab, "Wahai Amirul Mukminin, kami telah memilihmu, kami menerimamu, silahkan pimpin kami dengan kebaikan dan keberkahan."

Di saat itulah Umar merasa bahwa dirinya tidak mungkin menghindar dari tanggung jawa khalifah, maka Umar menambahkan kata-katanya untuk menjelaskan kebijakan-kebijakannya dalam menata umat Islam, "Amma ba'du, tidak ada lagi nabi setelah nabi kalian, tidak ada kitab selain kitab yang diturunkan kepadanya. Ketahuilah bahwa apa yang Allah halalkan adalah halal sampai hari kiamat. Aku bukanlah seorang hakim, aku hanyalah pelaksana, dan aku bukanlah pelaku bid'ah melainkan aku adalah pengikut sunnah. Tidak ada hak bagi siapapun untuk ditaati dalam kemaksiatan. Ketahuilah! Aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian, aku hanyalah seorang laki-laki bagian dari kalian, hanya saja Allah Subhanahu wa Ta’ala memberiku beban yang lebih berat dibanding kalian.

Kaum muslimin, siapa yang mendekat kepadaku, hendaknya dia mendekat dengan lima perkara, jika tidak, maka janganlah mendekat: Pertama, mengadukan hajat orang yang tidak kuasa untuk mengadukannya, kedua, membantuku dalam kebaikan sebatas kemampuannya, ketiga, menunjukkan jalan kebaikan kepadaku sebagaimana aku dituntut untuk meniti jalan tersebut, keempat, tidak melakukan ghibah terhadap rakyat, dan kelima, tidak menyangkalku dalam urusan yang bukan urusannya.

Aku berwasiat kepada kalian agar kalian bertakwa kepada Allah, karena takwa kepada Allah memberikan akibat yang baik dalam setiap hal, dan tidak ada kebaikan apabila tidak ada takwa. Beramallah untuk akhirat kalian, karena barangsiapa beramal untuk akhirat, niscaya Allah akan mencukupkan dunianya. Perbaikilah (jaga) rahasia (yang ada pada diri kalian), semoga Allah memperbaiki apa yang terlihat dari (amal perbuatan) kalian. Perbanyaklah mengingat kematian, bersiaplah dengan baik sebelum kematian itu menghampiri kalian, karena kematian adalah penghancur kenikmatan. Sesungguhnya umat ini tidak berselisih tentang Tuhannya, tidak tentang Nabinya, tidak tentang Kitabnya, akan tetapi umat ini berselisih karena dinar dan dirham. Sesungguhnya aku, demi Allah, tidak akan memberikan yang batil kepada seseorang dan tidak akan menghalangi hak seseorang.”

Kemudian Umar meninggikan suaranya agar orang-orang mendengar, "Jamaah sekalian, barangsiapa yang menaati Allah, maka dia wajib ditaati dan barangsiapa mendurhakai Allah, maka tidak wajib taat kepadanya dalam permasalahan tersebut. Taatilah aku selama aku (memerintahkan untuk) menaati Allah, namun jika (perintahku) mendurhakai-Nya, maka kalian tidak boleh taat dalam hal itu…" kemudian Umar turun dari mimbar.

Begitulah prosesi pengangkatan Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah umat Islam, salah seorang khalifah Daulah Umawiyah. Ia diangkat pada hari Jumat 11 Shafar 99 H. (kisahmuslim/why)

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (232) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (355) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (26) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (218) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (180) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (124) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (133) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)