basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Sikap Harimau Nan Salapan dan Haji Rasul dalam Pembaharuan Islam di Minangkabau  Tiga pemuda Minangkabau baru pulang belajar dan...

Sikap Harimau Nan Salapan dan Haji Rasul dalam Pembaharuan Islam di Minangkabau 


Tiga pemuda Minangkabau baru pulang belajar dan berhaji dari Makkah pada tahun 1802. Yaitu, Haji Miskin, Haji Abdurahman dan Haji Muhammad Arif. Mereka membawa semangat pembaharuan baru untuk menegakkan tauhid dan syariat murni dari Rasulullah saw.

Semuanya mendapatkan perlawanan di tempat tinggalnya masing-masing. Hanya Haji Miskin yang mendapat teman perjuangan yaitu Tuanku Nan Receh dan beberapa daerah lainnya sehingga dari 3 orang menjadi 8 orang. Mereka menyebutnya Harimau nan Salapan.

Mereka membuat rencana untuk menerapkan syariat Islam di setiap Nagari, bila perlu menggunakan senjata. Rencana ini ditunda, lalu disampaikanlah niatnya kepada ulama senior yaitu Tuanku Nan Tuo. Bagaimana sikapnya?

Menurut Tuanku Nan Tuo, pembaharuan di Minangkabau dimulai dari menanamkan pengaruh yang besar pada satu setiap nagari. Apabila seorang ulama seorang ulama pada satu nagari telah besar pengaruhnya, ulama itu dapat memasukkan pengaruhnya ke penghulu, imam khatib, menteri, dan dubalang karena nagari di Minangkabau telah kukuh memegang adat berdasarkan musyawarah mufakat.

Dengan demikian, tidak ada ada pertentangan antara adat dan agama. Lebih baik bekerjasama dengan kaum adat daripada mengadakan pertentangan, karena kalo ada pertentangan orang lain yang akan mendapatkan untung. Apalagi Belanda telah berkuasa di Padang.

Jasa Tuanku Nan Tuo telah banyak berjasa memperkaya adat istiadat Minangkabau dengan Islam. Beliau menyusun tambo alam Minangkabau dengan dasar Islam. Hukum Islam pun telah banyak dijadikan hukum adat. Pekerjaan ini yang harus diteruskan. Namun nasihat ini tidak digubris oleh Harimau nan Salapan.

----------------
Seratus tahun kemudian, pada 1905 M, Haji Abdul Karim atau Haji Rasul pulang dari Makkah setelah berhaji dan belajar pada Syeikh Ahmad Khatib Minangkabaui. Sang guru membekali kitab Izhharu Zughalil Kazhibin yang memuat beberapa praktek tarekat Naqsyabandiah yang bertentangan dengan syariat seperti merabithahkan guru, berpantang daging dan sebagainya.

Haji Rasul harus menghadapi orang tuanya sendiri, Tuanku Syeikh Kisai seorang Syeikh dari Tarekat Naqsyabandiah. Haji Rasul sangat berpegang teguh pada paham gurunya, namun beliau pun sangat sayang, takut, cinta dan segan pada ayahnya. Sebab itu saat awal kepulangannya, dia tidak banyak menyinggung soal tarekat di kampungnya sendiri.

Haji Rasul masih belum menyatakan pandangannya tentang  thariqah Naqsyabandiah yang telah menjadi pakaian hampir seluruh ulama di Minangkabau. Padahal polemiknya terus memuncak. Hingga pada 1906 M terjadi pertemuan ulama di Pasar Raba Padang Panjang yang membahas tentang thariqah Naqsyabandiah.

Haji Rasul berpegang teguh pada paham gurunya hingga perdebatan tak bisa dihindari. Akhirnya muncul pengelompokan ulama tua dan muda. Bagaimana sikap Haji Rasul terhadap ayahnya?

Sikap Haji Rasul tetap tak berubah. Demikian pula sikap ayahnya sang Syeikh Naqsyabandiah. Banyak pengikut Naqsyabandiah yang mengadukan persoalan ini kepada ayahnya tentang sikap anaknya, Haji Rasul, yang menentang thariqah Naqsyabandiah. Namun sang ayah selalu mendinginkan masalah tersebut. Sang ayah tidak mau terjadi pertentangan dengan anaknya. Dijaga pula hati murid-muridnya.

Setelah peristiwa perkumpulan ulama di Padang Panjang, banyak yang datang ke Haji Rasul untuk belajar. Akhirnya ayah dan anak sama mengajar tentang pandangannya masing-masing di surau yang berbeda.

Setelah sang ayah wafat, Syeikh Muhammad Amrullah 1907 M, barulah Haji Rasul secara terbuka melakukan pembaharuan di Minangkabau.

----------------
Harimau nan Salapan melakukan pembaharuan. Haji Rasul melakukan pembaharuan di tempat yang sama namun dengan strategi yang berbeda.

Sumber:
https://www.google.com/amp/s/katasumbar.com/tuanku-nan-tuo-guru-dari-pejuang-pejuang-perang-padri/amp/
Ayahku, Buya Hamka, GIP

Tasawuf Menghadirkan Pembaharuan di Nusantara Tasawuf dianggap menciptakan kemunduran karena menarik massa Muslim ke arah kepasi...

Tasawuf Menghadirkan Pembaharuan di Nusantara


Tasawuf dianggap menciptakan kemunduran karena menarik massa Muslim ke arah kepasifan dan penarikan diri dari persoalan dunia. Ia dianggap sikap pelarian dari kemunduran sosio-ekonomi dan politik.

Abdurrauf Singkili, pendiri thariqah Syattariyah di Nusantara, memberikan perhatian bukan saja pada perjalanan spiritual mereka sendiri tetapi juga pemegang Mufti di Kesultanan Aceh.

Syeikh Yusuf Al Makasari, Mursyid Thariqah Khalwatiyah, menjadi Qadhi dan Penasihat Kesultanan Banten. Pemimpin perang dan juga pahlawan terpenting dalam Perang Banten melawan Belanda.

Muhammad Arsyad merupakan perintis jabatan Mufti dan pendiri berbagai lembaga pendidikan Islam di Kesultanan Banjar yang terus diganggu oleh Belanda. Al-Palimbani yang disebut sebagai Al-Ghazalinya Nusantara terus mengobarkan jihad kepada kesultanan Mataram. Snouck Hurgronje menyebutkan karya Palimbani jadi referensi jihad Perang Aceh.

Snouck Hurgronje menyarankan kepada Kolonial Belanda bahwa Syeikh Sufi adalah musuh paling berbahaya bagi pemerintah Belanda di Nusantara. Ancamannya tidak lebih kecil daripada ancaman kaum Sanusiyah terhadap Perancis di Aljazair. Mereka sulit dikendalikan karena mengembara ke pelosok tanpa terdeteksi.

Salah satu strategi menahan laju pertumbuhannya, buku-buku dan surat-suratnya dilarang dan ditahan seperti yang dilakukan terhadap Palimbani. Belanda menahan suratnya yang ditujukan kepada penerus kesultanan Mataram. Juga pada Yusuf Al Makasari saat pengasingan di Srilanka yang mengirimkan surat dan tulisannya melalui jamaah haji Nusantara.

Tuanku Nan Tuo, seorang Syeikh Sufi di Minangkabau dari thariqah Syattariyah, merupakan seorang pedagang tulen, dia dikenal sebagai tempat perlindungan para pedagang. Dia memimpin perlawanan terhadap praktek perdagangan yang tidak islami, ajaran syariat yang dilanggar, juga membasmi perampokan dan penawanan orang-orang untuk dijual sebagai budak.

Sumber:
Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara abad 17-18, Azyumardi Azra, Kencana 

Cordoba, Pusat Ilmu Pengetahuan di Eropa Le Mezquita Cordoba bermula ketika Kerajaan Bani Umaiyyah diambil alih oleh Kerajaan Ba...

Cordoba, Pusat Ilmu Pengetahuan di Eropa


Le Mezquita Cordoba bermula ketika Kerajaan Bani Umaiyyah diambil alih oleh Kerajaan Bani Abassiyah pada tahun 750 sehingga pusat peradaban Islam dipindahkan dari Damaskus, Syria, ke Baghdad. Keadaan itu memaksa Abdulrahman I--dikenal sebagai Abdulrahman Al-Dakhil--yang menjadi Khalifah Bani Umaiyyah ketika itu hengkang ke Spanyol. Ia kemudian menjadikan Kerajaan Bani Umaiyah kedua di Spanyol dengan Cordoba sebagai ibu kota.

Bani Umaiyyah kedua ini bertahan selama hampir 800 tahun (756-1492). Perkembangannya pesat, menyaingi Kerajaan Bani Abassiyah yang berpusat di Baghdad ketika itu. Di masa-masa kejayaannya, Cordoba menjadi bandar terkaya di Eropa. Di masa Khalifah Abdul Rahman I itulah, Masjid Cordoba dibangun dan dilanjutkan oleh penerusnya: Abdulrahman II, Al Hakam, dan Al Mansur.

Pada saat pemerintahan Bani Umayyah, Cordoba menjadi ibu kota Spanyol. Cordoba saat itu juga dikenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Volume kunjungan ke perpustakaan mencapai angka 400.000 kunjungan, sementara volume pengunjung perpustakaan-perpustakaan besar di Eropa lainnya jarang mencapai angka seribu.

Cordoba mengalami kemajuan pesat dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan intelektual. Pada masa kekuasaan Abdurhaman III, didirikan Universitas Cordoba yang terkenal dan menjadi kebanggaan umat Islam. Banyak mahasiswa dari berbagai negara, termasuk mahasiswa Kristen dari Eropa, menuntut ilmu di universitas itu. Geliat pendidikan di Cordoba makin bersinar pada era pemerintahan Al Hakam Al Muntasir. Sebanyak 27 sekolah swasta didirikan, bahkan gedung perpustakaan mencapai 70 buah. Anak-anak miskin dan terlantar bisa bersekolah secara gratis di 80 sekolah yang disediakan pemerintah.

Pendek kata, Cordoba masa itu dikenal sebagai the greatest centre of learning di Eropa ketika kota-kota lain di benua itu berada pada masa kegelapan. Cordoba bagai bunga yang menebar harum di Eropa pada abad pertengahan sebagaimana digambarkan oleh seorang penulis Lane-Poole sebagai the wonders of the world.

Cordoba menjadi kota termegah pada masanya. Kejayaannya banyak menginspirasi penulis Barat dan banyak digambarkan oleh para ahli sejarah ataupun politik sebagai cikal bakal pembawa kemajuan bagi Barat di masa sekarang.

Saat Cordoba berada dalam puncak kejayaannya pada abad ke-9 dan ke-10 Masehi, kota ini dipenuhi lebih dari 200.000 rumah, sekitar 600 masjid, dan tak kurang dari 50 rumah sakit serta sejumlah pasar besar yang menjadi pusat perdagangan dan sentra perekonomian. Di antara ratusan masjid yang ada di sana, masjid termegah dan terbesar adalah Le Mezquita atau Masjid Cordoba.

Setelah Pemerintahan Islam jatuh, beberapa bagian dari Masjid Cordoba dirombak menjadi sebuah katedral. Kejatuhan itu diakibatkan adanya perpecahan dalam tubuh umat Islam sendiri karena perebutan kekuasaan antara Dinasti Umayyah dan Dinasti Amiriyah. Perpecahan ini makin tajam oleh segelintir tokoh Islam yang mengundang pihak musuh sebagai sekutunya memerangi sesama raja Islam. Puncaknya, Ratu Isabel dari Castila dan Ferdiand dari Aragon berhasil menaklukkan Grenada dan kemudian mengusir kaum Muslim dari Spanyol.

Kekalahan itu tidak serta-merta meruntuhkan Masjid Cordoba yang kental dengan arsitektur Islam. Beberapa bagian dari masjid tersebut hingga kini masih terpelihara dan telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu tempat peninggalan bersejarah yang penting di dunia. Keberadaan Masjid Cordoba ini menunjukkan jejak sejarah kejayaan Islam di daratan Eropa abad ke-9 dan 10 Masehi. 

Sumber:
https://m.republika.co.id/berita/p66p47313/cordoba-pusat-ilmu-pengetahuan-di-eropa

9 Fakta Menarik Al-Qarawiyyin di Maroko, Universitas Tertua di Dunia Maroko merupakan negara yang sebagian besar penduduknya men...

9 Fakta Menarik Al-Qarawiyyin di Maroko, Universitas Tertua di Dunia

Maroko merupakan negara yang sebagian besar penduduknya menganut agama Islam. Ternyata negara ini juga mempunyai sebuah madrasah yang kini menjadi sebuah universitas yang telah berdiri lebih dari seribu tahun yang lalu dan menjadi universitas tertua di dunia. Universitas ini bernama Universitas Al-Qarawiyyin.


Universitas ini telah mempunyai banyak pelajar yang tersebar di seluruh dunia. Mereka dapat mengambil berbagai program, seperti musik, kedokteran, astronomi, hingga ilmu fisika. Berikut sembilan fakta menarik Al-Qarawiyyin di Maroko, universitas tertua di dunia. Penasaran?

1. Universitas Al-Qarawiyyin merupakan universitas tertua di dunia yang didirikan pada tahun 859 dan terletak di kota Fez
Universitas Al-Qarawiyyin 

2. Guinness World Records dan UNESCO juga menganggap universitas ini sebagai universitas tertua di dunia yang masih beroperasi hingga saat ini

3. Bangunan universitas juga mempunyai fungsi sebagai masjid yang memiliki desain elegan dan indah

4. Bangunan yang indah ini dipenuhi dengan dekorasi seni Andalusia dan juga kaligrafi Kufi

5. Terdapat juga sebuah perpustakaan yang menjadi penyimpanan sejumlah manuskrip berharga, yang diantaranya adalah salinan bersejarah Al-Qur'an

6. Universitas ini sudah dijadikan pusat pendidikan utama di dunia Muslim sejak berabad-abad lamanya

7. Mulanya, pembangunan difokuskan untuk madrasah yang mempelajari agama dan hafalan Al-Qur'an

8. Namun seiring perkembangan jaman, menjadi tempat pembelajaran tata bahasa Arab, kedokteran, astronomi, hingga musik dan tasawuf

9. Mahasiswa universitas tak hanya pelajar yang berasal dari Maroko, melainkan dari Afrika Barat dan meluas hingga Asia Tengah
Universitas tertua ini masih terus beroperasi hingga sekarang. Bahkan seiring perkembangan zaman, universitas ini juga terus mengalami perkembangan. Ada yang tertarik untuk melanjutkan pendidikan di sini?

Sumber:
https://www.google.com/amp/s/www.idntimes.com/life/education/amp/ratna-herlina/9-fakta-menarik-al-qarawiyyin-di-maroko-universitas-tertua-di-dunia-c1c2

Sekilas Sejarah Universitas al-Azhar Kairo, Mesir Kota yang terletak di daerah delta Sungai Nil ini sejak zaman purba menjadi pu...

Sekilas Sejarah Universitas al-Azhar Kairo, Mesir


Kota yang terletak di daerah delta Sungai Nil ini sejak zaman purba menjadi pusat peradaban dunia. Pada awal abad ketujuh, Islam menguasai Mesir di bawah komando Amr bin Ash.

Salah satu pusat intelektual yang masyhur di Kairo adalah Universitas al-Azhar. Kampus ini terbentuk sejak masa Dinasti Fatimiyah, yang menguasai Mesir periode tahun 909-1171.
Menurut Ensiklopedia Islam, peletakan batu pertama Masjid Raya al-Azhar, cikal bakal universitas tersebut, dilakukan atas perintah Khalifah al-Mu’izz Lidinillah (953-975).

Pembangunan masjid ini selesai pada 971. Awalnya, nama masjid tersebut bukanlah al-Azhar, melainkan Jami’ al-Kahhirah. Adapun nama al-Azhar dinisbahkan kepada gelar putri Rasulullah SAW, Fatimah az-Zahra.

Pada awalnya, kegiatan belajar-mengajar di lingkungan al-Azhar dilatari kepentingan mazhab yang dianut penguasa setempat. Dalam perkembangan berikutnya, institusi tersebut menjadi lembaga pendidikan tinggi.

Kegiatan akademis untuk pertama kalinya berlangsung pada 975 di al-Azhar. Pemberi kuliahnya bernama Abu hasan Ali bin Muhammad bin an-Nu’man. Dia adalah kadi tertinggi Dinasti Fatimiyah kala itu.
Jadwal belajar-mengajar kian teratur berkat dorongan Wazir Ya’kub bin Killis. Hal itu atas restu Khalifah al-Aziz Billah Abu Mansur Nazzar (wafat 996 Masehi).

Saat kekuasaan beralih ke Dinasti Ayyubiyah, Universitas al-Azhar tak terlalu berkembang. Ini disebabkan kampus tersebut masih kuat menganut paham sebagaimana dinasti sebelumnya, Fatimiyah.
Perlahan namun pasti, kalangan elite Dinasti Ayyubiyah berupaya menghidupkan lagi aktivitas intelektual di al-Azhar. Mereka pun mengundang para sarjana dari pelbagai penjuru Dunia Islam untuk datang dan mengajar di sana.
Dalam masa Dinasti Mamluk (1250-1517), Universitas al-Azhar sempat vakum 100 tahun lamanya. Bagaimanapun, periode ini merupakan masa yang penuh kemelut di pelbagai belahan Dunia Islam.

Di timur, Baghdad (Irak) porak-poranda akibat serangan bangsa barbar, sedangkan di barat terjadi pengusiran yang dialami kaum Muslimin di Andalusia (Spanyol). Dalam momentum itulah, banyak sarjana Muslim dari arah timur dan barat menyelamatkan diri ke Mesir.
Menyadari hal itu, tidak ada alasan untuk menunda-nunda pemulihan aktivitas keilmuan di al-Azhar. Dinasti Mamluk pun mendukung hal itu. Para sultan meminta alim ulama untuk tidak hanya mengajar di sana, tetapi juga membukukan pengajaran mereka.

Jabatan syekh atau rektor Universitas al-Azhar baru terbentuk pada 1517 Masehi. Seorang rektor al-Azhar berhak memberikan penilaian atau reputasi kepada para sarjana, guru, mufti, dan hakim.
Sistem pengajaran di al-Azhar adalah lingkaran-lingkaran studi dalam masjid (halaqah), dengan syarah, diskusi-diskusi (niqasy), dan dialog (hiwar). Sebelum tahun 1872, ijazah tidak diperoleh para mahasiswa melalui ujian, melainkan keputusan para guru dengan ketentuan yang ketat.
Misalnya, untuk mahasiswa kuliah tertentu, ia diwajibkan mendampingi seorang guru besar sampai wafatnya. Diharapkan, mahasiswa tadi dapat mencapai taraf keilmuan yang setara dengan sang guru.

Selain itu, ada pula ketentuan lain. Bilamana ada mahasiswa yang merasa mampu dalam matakuliah tertentu, maka ia berkesempatan mengajar dan memberikan fatwa terkait ilmu itu. Perpustakaan al-Azhar berdiri sejak 1879 Masehi dengan jumlah koleksi awalnya sebanyak 7.700 buku.


Sumber:
https://m.republika.co.id/amp/pnj0ql458

Universitas Al-Mustansiriyah, Cahaya Peradaban dari Baghdad Universitas Al-Mustansiriyah. Nama universitas tertua yang berdiri d...

Universitas Al-Mustansiriyah, Cahaya Peradaban dari Baghdad


Universitas Al-Mustansiriyah. Nama universitas tertua yang berdiri di kota Baghdad, Irak ini memang tak setenar Al-Azhar di Kairo, Mesir atau Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko. Meski begitu, perguruan tinggi yang dibangun Khalifah Al-Muntansir Billah (1226 M - 1242 M) --penguasa Abbasiyah ke-37 -- pada 5 Mei 1234 M ini turut memainkan peranan penting dalam sejarah peradaban Islam.

Perguruan tinggi yang namanya masih tetap dijadikan universitas di era modern itu tercatat sebagai universitas pertama yang secara konsen mengajarkan ilmu Alquran, seni berpidato, serta matematika. Universitas Al-Mustansiriyah pun mencatatkan dirinya sebagai perguruan tinggi perintis di Baghdad yang mampu menyatukan pengajaran berbagai bidang ilmu dalam satu tempat.

Pada awalnya, madrasah-madrasah di Metropolis Intelektual Islam - begitu Baghdad kerap dijuluki -- mengajarkan ilmu tertentu secara khusus. Namun, Khalifah Al-Mustansir Billah menyatukan empat studi penting pada masa itu ke dalam satu perguruan tinggi. Keempat bidang studi itu antara lain; ilmu Alquran, biografi Nabi Muhammad, ilmu kedokteran, serta matematika.

Universitas yang dibangun pada 1227 M dan diresmikan tahun 1234 M itu diyakini sebagai salah satu universitas tertua dalam sejarah. Pamor dan popularitas universitas ini mampu membetot perhatian para pelajar dari seluruh dunia untuk menimba ilmu di kota Baghdad. Para pelajar berbondong-bondong datang ke Mustansiriyah untuk mempelajari beragam ilmu unggulan yang ditawarkan di sana.
Al-Mustansiriyah pun menjadi perguruan tinggi yang mengajarkan dan menyatukan empat madhab fikih Sunni yakni, Hambali, Syafi'i, Maliki dan Hanafi. Setiap madhab menempati pojok madrasah - istilah perguruan tinggi di era kekhalifahan. Inilah salah satu kelebihan dari Universitas Al-Mustansiriyah.

Guna menunjang aktivitas perkuliahan, Khalifah Al-Mustansir Billah mendirikan sebuah perpustakaan yang luar biasa besarnya. Penjelajah Muslim terkemuka kelahiran Tangier, Maroko bernama Ibnu Batutta dalam catatan perjalanannya berjudul Ar-Rihla mengungkapkan betapa besarnya perpustakaan kampus Universitas Al-Mustansiriyah.

Menurut Ibnu Batutta, perpustakaan ini mendapatkan sumbangan buku-buku langka yang diangkut oleh 150 unta. Dari kekhalifahan saja, pada abad ke-13 M perpustakaan ini mendapatkan sumbangan 80 ribu buku. Perpustakaan ini terbilang unik, karena di dalamnya terdapat rumah sakit.


Sumber:
https://m.republika.co.id/amp/px145z313

Madrasah Nizamiyah, Madrasah Pertama di Dunia Islam Kata madrasah berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat belajar. Akar kat...

Madrasah Nizamiyah, Madrasah Pertama di Dunia Islam


Kata madrasah berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat belajar. Akar katanya darasa yang artinya belajar. Madrasah merupakan nama atau sebutan bagi sekolah agama Islam, tempat proses belajar-mengajar ajaran Islam secara formal yang mempunyai kelas dan kurikulum dalam bentuk klasikal.

Dalam bahasa Indonesia,  padanan kata madrasah adalah sekolah.  Pengertian madrasah dalam bahasa Arab menggambarkan bawah tempat belajar tak harus dilakasanakan di suatu tempat tertentu. Belajar juga bisa dilaksanakan di mana saja, seperti di masjid atau di surau.

Dalam perkembangannya, kata madrasah secara teknis memiliki arti atau konotasi tertentu, yakni suatu gedung  atau bangunan tertentu yang lengkap dengan segala sarana dan fasilitas yang menunjang proses belajar agama. Istilah madrasah juga berarti aliran atau mazhab, yakni sebutan bagi sekelompok ahli yang mempunyai pandangan atau paham yang sama dalam ilmu-ilmu keislaman.

Pada awal perkembangan Islam, umat Muslim belum memiliki madrasah atau tempat belajar seperti saat ini. Saat itu, kegiatan proses belajar mengajar dilaksanakan di masjid-masjid. Di zaman Rasulullah SAW, para sahabat menimba ilmu agama di Masjid Nabawi.  Di dalam masjid itu terdapat suatu ruangan tempat belajar yang disebut suffah, sekaligus menjadi tempat menyantuni fakir miskin.

Keadaan itu berlangsung hingga pada zaman Khulafa ar-Rasyidun  (empat sahabat Nabis SAW) dan  Bani Umayah.  Madrasah mulai berubah pada era kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Di masa itu ilmu pengetahuan berkembang pesat. Kegiatan belajar mengajar sudah dilaksanakan di perpusatakaan, istana khalifah serta rumah-rumah para ulama dan tentunya masjid.

Kebanyakan masjid di masa keemasan Islam itu sudah dilengkapi dengan ruang belajar, ruang baca dan ruang perpustakaan. Para ulama dan sarjana mengajar dengan sistem halaqah (murid duduk bersila di sekeliling guru), seperti yang berlangsung Masjidilharam, Masjid Madinah dan masjid-masjid di Baghdad, Kufah, Basra, Damaskus dan Kairo.

Madrasah yang pertama kali berdiri di dunia Islam sebagai lembaga pendidikan yang bentuk dan sistemnya mendekati sperti sekarang adalah Madrasah Nizamiyah di baghdad. Madrasah ini didirikan oleh Perdana Menteri Nizamul Mulk (1018-1092), seorang penguasa bani Seljuk pada abad ke-11 M.

Sejak saat itu, madrasah mulai berkembang di berbagai kota di wilayah kekuasaan Islam dan banyak melahirkan ulama dan sarjana. Di Indonesia, perkembangan pendidikan dan pengajaran Islam dalam bentuk madrasah juga merupakan pengembangan dari sistem tradisional yang diadakan di surau,  masjid dan pesantren.

Pada perkembangannya, sistem halaqah mulai berubah menjadi sistem klasikal. Hal itu dipengaruhi oleh sikaf diskriminatif sekolah-sekolah milik penjajah Belanda terhadap umat Islam. Bertujuan untuk menandingi sekolah-sekolah milik  penjajah Belanda, madrasah pun berubah bentuk dari sistem halaqah ke klasikal. Di Indonesia, madrasah berkembang setelah lahirnya organisasi-organisasi Islam. 

(disarikan dari Ensiklopedi Islam terbitan Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta).

Sumber:
https://m.republika.co.id/berita/p6xdyf313/madrasah-nizamiyah-madrasah-pertama-di-dunia-islam

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (232) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (352) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (25) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (218) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (180) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (124) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (131) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)