basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, Buah Makrifat Ulama Nusantara  Tarekat sebagai sebuah jalan untuk mendekatkan diri kepada Al...

Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, Buah Makrifat Ulama Nusantara 


Tarekat sebagai sebuah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah telah berkembang sangat pesat. Tarekat bukan hanya sebagai metode pembersihan hati dengan zikir, wirid, shalawat semata, namun sudah melembaga menjadi lembaga-lembaga formal sufi. Agar terhindar dari ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan al-Quran dan Sunah, kaum sufi mengelompokkan tarekat menjadi tarekat qodariah, Tarekat Naqsabandiyah, Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, Tarekat Syadziliyah, Tarekat Syatariyyah, Tarekat Khalwatiyah, Tarekat Tijaniyah, danTarekat Samaniyah.

Nah siapa tokoh Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah? Apa ajaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah?

Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah adalah sebuah tarekat yang didirikan oleh seorang sufi besar asal Indonesia, yakni Syakh Achmad Khatib al-Syambasi. Beliau adalah ulama besar Nusantara yang tinggal di Mekah sampai akhir hayatnya. Tarekat ini merupakan gabungan dari dua tarekat, yaitu tarekat Qadiriyah dan tarekat Naqsabandiyah. Tradisi tarekat Qadiriyah memiliki kebebasan bagi yang telah memikili derajat mursyid. Gabungan dari dua tarekat ini menjadi tarekat baru dan berdiri sendiri. Penggabungan ini bisa dilakukan karena Syaikh Achmad Khatib al-Syambasi adalah mursyid Tarekat Qadiriyah. Sebagai seorang mursyid Syaikh Achmad Khatib memiliki otoritas untuk memodifikasi tersendiri tarekat yang dipimpinnya.


Menurut Naquib al-Attas seorang cendekiawan dan filosof muslim, Syakih Sambas adalah seorang syaikh dari dua tarekat, Tarekat Qadiriyyah dan Naqsabandiyah. Namun, dia tidak mengajarkan kedua tarekat tersebut secara terpisah tetapi mengkombinasikan keduanya. Sehingga tarekat kombinasinya dapat dilihat sebagai sebuah tarekat yang baru, berbeda dari kedua tarekat asalnya. Sambas juga merupakan ulama yang handal, unggul didalam tiap-tiap cabang pengetahuan Islam dan menguasai hukum fiqih empat mazhab. Keahlian yang luas ini menyebabkan beliau menggunakan pendekatan yang menyeluruh untuk memahami tarekat, terutama keputusannya mendirikan TQN (Tarekat Naqsabandiyah wa Qadiriyah).

Pada masanya telah ada penyebaran tarekat Naqsabandiyah di kota suci Makkah maupun Madinah, maka sangat dimungkinkan dia mendapat bai’at dari tarekat tersebut. Kemudian dia menggabungkan inti ajaran kedua tarekat tersebut yaitu tarekat Qadiriyah wa Naqsabanidiyah dan mengajarkan kepada murid-muridnya, khususnya yang berasal dari Indonesia.

Ajaran Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah
Kesempurnaan Suluk, yaitu keyakinan bahwa kesempurnaan sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt jika berada dalam 3 (tiga) dimensi keimanan, yaitu Islam, Iman dan Ihsan. Ketiga term ini merupakan rangkaian ajaran yang dikenal juga dengan sebutan syariat, tarekat dan hakikat.

Adab, yaitu adab seorang murid kepada mursyid adalah ajaran yang sangat prinsip dalam tarekat. Adab atau etika murid kepada mursyid-nya diatur sedemikian rupa menyerupai adab para sahabat terhadap Nabi. Hal ini diyakini karena hubungan antara murid dan mursyid sebagai cara melestarikan ajaran Nabi Muhammad Saw.
Dzikir. Tarekat Qadariyah wa Naqsabandiyah dikenal dengan tarekat dzikir. Dzikir dilakukan terus menerus, sebagai suatu latihan psikologis agar seseorang dapat mengingat Allah Swt disetiap waktu dan kesempatan. Dzikir adalah bentuk cinta kepada Allah. Sebab orang yang mencintai sesuatu tentunya akan menyebut nama yang dicintainya.

Muraqabah, yaitu latihan psikologis untuk menanaman keyakinan yang mendalam bahwa ibadahnya seorang hamba dilakukan dengan penuh kesadaran seolah-olah mereka melihat Allah Swt.

Tarekat Syattariyah, Menyebar dari Aceh ke Nusantara Tak seperti penyebaran tarekat lainnya yang dilakukan seorang mustyid (guru...

Tarekat Syattariyah, Menyebar dari Aceh ke Nusantara


Tak seperti penyebaran tarekat lainnya yang dilakukan seorang mustyid (guru) dari mushala ke mushala, dari masjid ke masjid, dan majelis taklim ke majelis taklim, penyebaran Tarekat Syattariyah justru menyebar ke berbagai pelosok Nusantara melalui jalur atas, kalangan masyarakat elite, yakni istana.

Di Indonesia, Tarekat Syattariyah dibawa oleh Syekh Abdurrauf Singkili, ulama asal Aceh. Keilmuan dan ketokohannya membuat Ratu Shafiyyatu Ad-Din, yang memerintah Aceh kala itu tahun 1641-1675, tertarik untuk mendapatkan pelajaran agama dari Syekh Abdurrauf Singkili. Ratu ini pun memintanya untuk menuliskan sebuah buku yang menjelaskan tentang Tarekat Syattariyah. Syekh Abdurrauf Singkili lalu menulis buku dengan judul At-Tariqatu Asy-Syattariyyah.

Sang Ratu juga meminta kepada Syekh Abdurrauf agar membimbingnya dalam menjalankan disiplin tasawuf. Permohonan itu lantas ia sanggupi setelah terlebih dahulu Syekh Abdurrauf melakukan shalat istikharah, agar memperoleh petunjuk dari Yang Mahakuasa. Keterlibatan Ratu Shafiyatu ad-Din dalam aktivitas Tarekat Syattariyah akhirnya memperkuat kedudukan ajaran tarekat itu di dalam istana.

Sebagaimana dicatat oleh Ahmad Syafii Mufid dalam bukunya Tangklukan, Abangan, dan Tarekat, Tarekat Syattariyah masuk ke Nusantara pada 1665 M. Diterimanya tarekat ini oleh masyarakat Aceh, tidak lama setelah Kerajaan Aceh menolak ajaran Hamzah Fansuri dan muridnya, Syamsudin Sumatrani, dengan paham wujudiyah, yang mengajarkan konsep wihdatul wujud (penyatuan jiwa dengan Tuhan).

Syafii Mufid menuturkan, meskipun Tarekat Syattariyah berasal dari India, namun ia masuk ke Indonesia melalui jalur Makkah. Menurut sejarah, Syekh Abdurrauf mempelajari tarekat ini di Makkah dari Syekh Ahmad al-Qusyasyi asal Palestina dan Ibrahim al Kurani asal Turki. Sesudah Syekh Ahmad Qusyasyi meninggal, Syekh Abdurrauf kembali ke Aceh dan mengembangkan Tarekat Syattariyah di daerah asalnya itu (Aceh--Red).

John L Esposito dalam Ensiklopedi Dunia Islam Modern menyebutkan, Syekh Abdurrauf belajar kepada Syekh Ahmad al-Qusyasyi selama 19 tahun. Menurut Esposito, Tarekat Syattariyah merupakan tarekat pertama yang berkembang di Pulau Jawa.

Dengan dukungan dari istana, perkembangan tarekat ini berjalan sangat cepat hingga merambah ke luar wilayah Aceh, melalui aktivitas murid-murid Syekh Abdurrauf. Di wilayah Sumatra Barat, ada muridnya yang bernama Syekh Burhanuddin dari Pesantren Ulakan; di Jawa Barat, daerah Kuningan sampai Tasikmalaya, ada Abdul Muhyi.

Dari Jawa Barat, tarekat ini kemudian menyebar ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Sulawesi Selatan, disebarkan oleh salah seorang tokoh yang cukup terkenal dan juga murid langsung dari Ibrahim al-Kurani, yaitu Yusuf Tajul Khalwati (1629-1699).

Seperti halnya di Aceh, perkembangan Tarekat Syatariyah di luar Aceh, juga didukung oleh kalangan istana. Di Cirebon, Jawa Barat, misalnya, tarekat ini dikembangkan oleh Pangeran Muhammad Syafiyuddin atau yang dikenal juga dengan nama Pangeran Raja Suleman Sulendraningrat. Ia mengajarkan doktrin Tarekat Syattariyah kepada putranya, Pangeran Arifuddin. Lalu, diturunkan lagi kepada Pangeran Adikusumo.

Syafii Mufid menjelaskan, penyebaran Tarekat Syattariyah sejak dari Makkah sampai di tanah Jawa dapat diketahui dari Naskah Keprabon yang terdiri atas seratus halaman dengan bahasa Jawa berhuruf Arab. Naskah ini ditulis oleh Syekh Muhammad Nurullah Habibuddin atau Pangeran Adikusumo.

Selain Naskah Keprabon, ada pula sebuah naskah yang dikenal dengan Naskah Sumedang. Naskah ini terdiri atas 84 halaman, dan ditulis oleh Bagus Alifuddin atau Syekh Muhammad Arifuddin, ayahanda Pangeran Adikusumo.

Silsilah
Para pengikut Tarekat Syattariyah meyakini betul bahwa para syekh tarekat ini punya sanad atau silsilah yang bersambungan sampai kepada Rasulullah SAW. Mereka meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW--atas petunjuk Allah SWT--menunjuk Ali bin Abi Thalib untuk mewakilinya dalam melanjutkan tugas-tugas kerasulannya. Kemudian Ali menyerahkan risalahnya kepada putranya, Hasan bin Ali, dan demikian seterusnya.

Pelimpahan hak dan wewenang ini tidak selalu didasarkan atas garis keturunan, tetapi lebih didasarkan atas kehendak Allah SWT yang isyaratnya biasanya diterima oleh sang wasithah (syekh tarekat) jauh sebelum melakukan pelimpahan kepada syekh penggantinya, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW sebelum melimpahkan amanah kerasulan kepada Ali bin Abi Thalib. Adapun penerima tugas dan fungsi sebagai syekh tarekat yang pertama di Indonesia adalah Syekh Abdurrauf.

Sumber:
https://m.republika.co.id/amp/qaqecz430

Kiprah Ulama di Nusantara Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Bagaimana karateristik ulama di era awal ke...

Kiprah Ulama di Nusantara

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Bagaimana karateristik ulama di era awal kedatangan Islam? Saudagar, kelas menengah ekonomi, orang kaya, orang kota terhormat, berkedudukan tinggi di Istana

Ulama jadi kelompok sosial utama yang terlibat dalam kehidupan istana sebagai penasihat raja, dan penegak hukum Islam di kerajaan.

Ulama Sufi mengembara ke pelosok pedalaman tertutup, yang berbudaya agraris dan naturalis yang menyatu dengan alam.

Ulama menjadi sentral studi Teologis Islam seperti yang ada di Kudus. Membangun irigasi, lahan dan teknologi pertanian.

Ulama membangun sentra-sentra pengobatan penyakit dan menghilangkan Pandemi seperti di Blambangan

Ulama membentuk kesultanan, seperti di Banten dan Cirebon. Juga, mengislamkan berbagai kerajaan

Ulama sebagai Sultan, seperti Giri Gresik yang menjadi mutiara Jawa diantara bandar perdagangan, pusat pendidikan dan penyebaran Islam di Nusantara.

Ulama mengasimilasikan budaya-budaya lokal dengan Islam. Juga membangun budaya dan kesenian baru

Ulama juga penentang semua bentuk penjajahan terhadap manusia dengan gerakan jihad konprehensifnya dengan niat di jalan Allah

Kisah Iskandar Zulkarnain dan Obsesi Para Sultan Nusantara Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Zulkarnain...

Kisah Iskandar Zulkarnain dan Obsesi Para Sultan Nusantara

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Zulkarnain sebuah kisah yang melenggeda. Awalnya kisah ini hilang atau dihilangkan, lalu Al-Qur'an memunculkannya kembali.

Awalnya kisah Zulkarnain untuk menghancurkan kredibilitas Kerasulan Muhammad saw. Musyrikin dan Yahudi menguji kisah yang hilang, apakah Rasulullah saw tahu?

Obsesi kepemimpinan para Sultan di Nusantara adalah menjadi Zulkarnain. Menurut imam Ibnu Taimiyah, inilah kisah terbaik para penguasa.

Sedikit penguasa yang terobsesi menjadi Zulkarnain, sebab kisahnya tersembunyi. Jarang diketahui manusia. Dihimpun hanya di surat Al-Kahfi saja.

Wilayah Nusantara terdiri dari lautan, daratan dan gunung, tersebar luas melebihi Timur Tengah, juga Eropa. Wajar bila visi kekuasaan sultannya seperti Zulkarnain

Daerah kekuasaan Zulkarnain di Al-Qur'an persis sama dengan Nusantara. Maka cara pengelolaannya harus seperti Zulkarnain. Itu yang dipahami Sultan Nusantara

Kisah Zulkarnain merata pada historiografi kesultanan di Nusantara. Contohnya pada Hikayat Sejarah Melayu, Hikayat Siak, Misa Melayu dan Hikayat Zulkarnain

Kisah Zulkarnain merata di historiografi Melayu, di Sejarah Melayu, Misa Melayu, Hikayat Siak dan Hikayat Zulkarnain. Artinya, Obsesi ini sangat kuat

Kisah Zulkarnain menonjol dan mendominasi pada Historiografi Melayu, di sejarah Melayu kisah ini setengah dari isinya. Ini mimpi besar Sultan di Nusantara

Para sultan di Nusantara menobatkan dirinya sebagai keturunan langsung dari raja Iskandar Zulkarnain. Inilah hebatnya Historiografi Melayu dibandingkan Sejarawan Arab

Sejarawan Arab menulis Zulkarnain itu Alexander Agung, Penguasa Himyar, Koresh. Tapi Sultan Nusantara ingin mewujudkan kisah Zulkarnain.

Allah merahasiakan jati diri Zulkarnain, tempat, era dan daerah kekuasaannya. Karena setiap penguasa bisa menjadi Raja Iskandar Zulkarnain di sepanjang zaman


Sumber:
Zulkarnain Sang Penakluk Timur dan Barat, Syeikh Muhammad Khair  Ramadhan Yusuf, Al-Kautsar
Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara abad 17-18, Azyumardi Azra, Kencana
Ulama dan Kekuasaan, Jajat Burhanuddin, Mizan 

Nyimas Gamparan Panglima Perang Perempuan Banten Buat Belanda Keok, Berujung Adu Domba Warga Banten mungkin masih terbilang asin...

Nyimas Gamparan Panglima Perang Perempuan Banten Buat Belanda Keok, Berujung Adu Domba


Warga Banten mungkin masih terbilang asing mendengar nama Nyimas Gamparan.

Nyimas Gamparan merupakan salh satu pahlawan lokal yang menjadi panglima perang perempuan Banten yang memimpin perang di sekitar Cikande.

Berada di bagian depan pasukan perang, pahlawan daerah beranama Nyimas Gamparan mengebu-gebu melawan Belanda di medan perang.

Nyimas Gamparan kumandangkan genderang perang saat Belanda memberlakukan aturan tanam paksa.

Lantaran Belanda saat itu hampir keok dengan pasukan Nyimas Gamparan, Belanda adu domba rakyat hingga perembunyiannya diketahui dan dikepung pasukan.


Nyimas Gamparan, merupakan pahlawan wanita Banten yang dengan gagah berani turun ke medan perang melawan penjajahan kolonial Belanda.

Ia menjadi panglima perang, dan kumandangkan genderang perang kepada kolonial Belanda pada saat perang Cikande pada tahun 1830 an. Saat itu pemerintah Belanda melakukan tanam paksa kepada masyarakat sekitar.

Salah satu pahlawan perempuan Banten itu, tidak terima dengan aturan tanam paksa yang diberlakukan oleh pemerintah kolonial Belanda kepada masyarakat Cikande dan sekitarnya.

Tidak ada kata yang pantas bagi Nyimas Gamparan ucapkan selain menabuh genderang perang melawan para penjajah di tanah jawara.

Nyimas Gamparan bersama pasukannya melawan Belanda menggunakan strategi griliya. Kala itu Belanda nyaris terseok dan kalah oleh Nyimas Gamparan bersama dengan pasukannya.


Namun Belanda yang tidak mau kalah akhirnya Belanda mengatur strategi adu domba antara masyarakat sekitar.

Sehingga strategi dan kerahasiaan serta persembunyian atau tempat petapa Nyimas Gamparan bocor ke tangan Belanda, sehingga terkepung Nyimas Gamparan saat berperang melawan Belanda.

Hingga saat ini di wilayah Banten makam Nyimas Gamparan tidak diketahui. Akan tetapi, tempat patilasan atau tempat berkumpul mengatur strategi perang melawan Belanda itu di Kampung Kadaung, Desa Tanjung Sari, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Serang,

Hal itu diterangkan Beni Kusnandar Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang, berdasarkan informasi yang diterimanya dari jukpel atau juru pelihara patilasan Nyimas Gamparan bernama Afan bahwa makan Nyimas Gamparan berada di daerah Kecamatan Pamarayan.

"Tapi setelah saya selidiki kesana itu tidak ada, dan tidak ada yang mengetahui keberadaan makam Nyimas Gamparan," kata Beni kepada Suara.com di Serang.

Dikatakan Beni, artinya Nyimas Gamparan bukan kelahiran asli Banten. Menurut informasi yang diterimanya, Nyimas Gamparan merupakan keturunan Kesultanan yang lahir kala itu di di Surakarta.

"Di Kabupaten Serang, Nyimas Gamparan ini hanya ada patilasan saja, artinya Nyimas Gamparan tidka lahir di di wilayah Kabupaten Serang atau bukan asli Pabuaran," katanya.

Beni membeberkan asal-usul nama Nyimas Gamparan. Nama asli dari Nyimas Gamparan adalah Saliah. Kata Beni, nama Nyimas itu merupakan keturunan dari kesultanan kala itu, sementara nama Gamparan diambil dari kata Gampar yang artinya sandal.


"Karena pahlawan perempuan satu ini sering membawa sendal kemana dia pergi dan sering mengacungkan sendalnya saat mengumandangkan genderang perang, akhirnya julukan Saliyah itu menjadi Nyimas Gamparan," beber Beni yang mendapatkan informasi dari Afan selaku Jukpel.

Beni menceritakan, perperangan yang dipimpin oleh Nyimas Gamparan merupakan perperangan yang ada di wilayah Cikande, kala itu kolonial Belanda yang dipimpin Daendles ingin memberlakukan tanam paksa kepada masyarakat sekitar.

Nyimas Gamparan yang tidak terima dengan aturan para penjajah itu, mengajak masyarakat untuk melakukan perlawanan kepada pemerintah Belanda.

Nyimas Gamparan menggunakan strategi griliya atau strategi yang berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat yang lain untuk mengelabuhi Belanda sehingga strategi pernah tidak diketahui.

Pasukan Nyimas Gamparan dengan pasukan Belanda sudah bersiap untuk berperang. Kala itu, Belanda sudah terseok atau terdesak nyaris kalah oleh Nyimas Gamparan bersama pasukannya, Belanda sempat menarik mundur pasukannya.

"Tak ingin kalah, oleh pahlawan perempuan. Belanda akhirnya mengatur strategi adu domba antara masyarakat, sehingga strategi dan taktik serja tempat perkumpulan Nyimas Gamparan diketahui oleh Belanda," kata Beni.


Kala itu, saat Nyimas Gamparan memimpin perang di Cikande usianya sangatlah produktif berkisar antara 30 hingga 40 tahun.

Bahkan lanjut Beni, perang Cikande lebih besar dibandingkan dengan Geger Cilegon, pasalnya Geger Cilegon tidak sampai kepada adu domba antara masyarakat.

"Perang Cikande itu, sampai ke adu domba berarti kan saking lamanya perang Cikande itu yang dipimpin oleh Nyimas Gamparan," tutur Beni.

Ditambahkan Beni, oleh karena ini petilasan Nyimas Gamparan yang berada di daerah Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang saat ini sudah dimasukan ke dalam situs cagar budaya.

"Bahkan Bupati Serang sudah mengeluarkan SK untuk patilasan Nyimas Gamparan dengan nomor Nomor 430/Kep173-U/2017 Tentang penetapan situs dan Cagar Budaya sebagai aset daerah di Kabupaten Serang," pungkasnya.

Kontributor : Adi Mulyadi

Sumber:
https://banten.suara.com/read/2021/08/17/101623/nyimas-gamparan-panglima-perang-perempuan-banten-buat-belanda-keok-berujung-adu-domba?page=all

ABDUL KADIR, RATU BAGUS Keturunan Sultan Banten yang anti penjajahan. Setelah Sultan Haji bekerja sama dengan Belanda, beliau tu...

ABDUL KADIR, RATU BAGUS


Keturunan Sultan Banten yang anti penjajahan. Setelah Sultan Haji bekerja sama dengan Belanda, beliau turut mundur bersama Sultan Ageng Tirtayasa dan pengikutnya. Dari pedalaman dengan serentak mengadakan perlawanan-perlawanan terhadap Belanda dan serdadu-serdadunya yang terus mengadakan pengejaran.


Tanggal 2 Januari 1679 Benteng Marunda yang diduduki serdadu-serdadu VOC digempur dan dibakar habis. Barang-barang yang didapat dari perahu-perahu Belanda dan perlengkapannya dibawa ke daerah Cakung, Bekasi dan daerah pedalaman lainnya. Serangan-serangan yang di lakukan bersama pasukannya merupakan serangan kilat yang membingungkan, hingga beberapa kali Belanda mengirimkan bantuan. Tanggal 4 Januari 1679 daerah Angke diserang dengan serentak oleh pasukannya, kampung dan orang Belanda dibakar habis. Tanggal 10 Mei 1679 Ratu Bagus Abdul Kadir dengan Pangeran Surya beserta pasukannya menggempur Belanda yang berada di Loji Indragiri. Loji dibakar habis, orang-orang Belanda melarikan diri, ada juga yang tertawan. Setelah banyak mengalami kekalahan, Belanda mengirimkan utusannya untuk minta berunding.


Tanggal 10 Juli 1679 pasukan Ratu Bagus Abdul Kadir dan Pangeran Surya menyerang Ciparage. Pertempuran yang membingungkan Belanda terus dilakukan oleh kedua Pangeran ini hingga daerah pedalaman yang sudah diduduki Belanda dengan serdadu-serdadu semuanya diserang Kemudian pasukan Ratu Bagus Abdul Kadir menerobos ke arah barat pedalaman di daerah dekat Bekasi. Akhir tahun 1680 terjadi peristiwa di Santigi dimana Belanda mengerahkan pasukan pilihannya. Saat itu banyak pasukan Banten yang mengundurkan diri ke arah pedalaman dan pada akhir tahun 1683 Ratu Bagus Abdul Kadir hilang tidak ada kabamya. Perjuangannya sangat dikagumi kawan maupun lawan, terutama sifat perlawanannya yang serentak dengan kecepatan bergeraknya dalam suatu pertempuran.

Sumber:
http://jakgo-dev.smartcity.jakarta.go.id/artikel/konten/488/abdul-kadir-ratu-bagus

Sejarah Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa Terhadap VOC Sejarah Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa Terhadap VOC Sejarah perlawanan...

Sejarah Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa Terhadap VOC


Sejarah Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa Terhadap VOC
Sejarah perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa terhadap VOC di Kesultanan Banten terkait dengan persaingan dagang dan intrik kekuasaan. 
   
tirto.id - Kesultanan Banten pernah dipimpin oleh raja yang bergelar Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683 M). Pada periode kepemimpinannya tersebut, raja yang dikenal sebagai Pangeran Surya ini pernah melakukan perlawanan terhadap VOC, kongsi dagang Belanda.

Berdasarkan catatan Sardiman dan Amurwani Dwi dalam buku ajar Sejarah Indonesia (2014:74), Banten mempunyai lokasi yang cukup strategis sebagai salah satu pusat perdagangan internasional. Hal ini membuat Belanda yang kala itu dengan organisasi dagang bernama VOC tertarik untuk menguasai Banten.

Mulai 1619, VOC sudah berhasil menguasai dan membangun benteng pertahanan di Batavia (sekarang Jakarta). Pada akhirnya, kedua belah pihak, Banten dan VOC, saling bertikai untuk menjadi pusat dagang internasional.


Pada 1651 M, seorang bernama Pangeran Surya naik menjadi pemimpin Kesultanan Banten bergelar Sultan Ageng Tirtayasa. Situasi konflik yang sudah terjadi dengan VOC sebelumnya kian memanas berkat perlawanan yang dilakukan pemimpin baru ini. Lantas, bagaimana sejarah perlawanan tersebut?

Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa

Kala menjadi Raja Banten, Sultan Ageng Tirtayasa telah melakukan beberapa strategi untuk memulihkan kembali Banten sebagai bandar perdagangan internasional. Dalam Modul Sejarah Indonesia (2020:14), Anik Sulistiyowati menjabarkan beberapa strategi tersebut:


Mengundang para pedagang dari Inggris, Perancis, Denmark, dan Portugis berdagang di Banten.
Meluaskan interaksi dagang dengan bangsa Cina, India, dan Persia. Mengirim beberapa kapal dengan maksud mengganggu pasukan VOC.

Membuat saluran irigasi sepanjang Sungai Ujung Jawa sampai Pontang yang ditujukan sebagai persiapan suplai perang dan pengairan sawah. Rupanya, segala yang dilakukan Sultan Ageng Tirtayasa tersebut terjadi karena VOC sering menghadang kapal asal Cina yang tengah melakukan perjalanan ke Banten. Dengan semangat mempertahankan kehidupan Banten, Pangeran Surya tidak segan melakukan gangguan balik kepada pihak VOC.

Di tengah situasi konflik, pada 1671, Sultan Ageng Tirtayasa menitahkan Sultan Haji menjadi orang yang mengurus masalah dalam negeri Banten. Terkait masalah dengan luar negeri, merupakan urusan Sultan Ageng sendiri.

Akan tetapi, pengangkatan Sultan Haji ini membawa keuntungan kepada VOC. Berkat dukungan VOC, Sultan Haji justru merebut kekuasaan Banten dan menjadi raja di Istana Surosowan pada 1681.

Sebagai imbal balik dukungannya VOC, Sultan Haji harus menandatangani perjanjian. Isinya, Kesultanan Banten musti memberikan daerah Cirebon kepada VOC, monopoli lada di Banten diambil alih VOC, dan pasukan Banten yang ada di pantai Priangan harus ditarik mundur. Terakhir, VOC meminta 600.000 ringgit jika Banten nantinya mengingkari perjanjian yang telah disebutkan.

Kelakuan Sultan Haji ini membuat rakyat Banten tidak mengakuinya sebagai pemimpin. Bahkan, rakyat Banten kala itu lebih ingin melakukan perlawanan terhadap Sultan Haji yang disertai VOC.

Sultan Ageng Tirtayasa beserta rakyat yang mengikuti jalurnya berniat mengambil kembali Kesultanan Banten. Pada 1682, Sultan Haji mulai terdesak oleh serangan pasukan Sultan Ageng dan istana Surosowan pun dikepung.

Akan tetapi, VOC datang memberikan bantuan kepada Sultan Haji. Pasukan Sultan Ageng pun dipukul mundur kala itu dan pemimpinnya ini dijadikan sebagai buronan. Ia bersama para pengikutnya melarikan diri ke Rangkasbitung dan melakukan perlawanan selama kurang lebih setahun lamanya.

Pada 1683, Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap karena ditipu oleh VOC. Ia ditahan oleh Belanda di penjara daerah Batavia sampai 1692, tepat ketika dirinya menutup usia.


(tirto.id - prd/agu)

Penulis: Yuda Prinada
Editor: Agung DH
Kontributor: Yuda Prinada
   

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (232) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (356) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (2) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (4) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (218) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (180) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (124) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (133) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)