basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

ABDUL KADIR, RATU BAGUS Keturunan Sultan Banten yang anti penjajahan. Setelah Sultan Haji bekerja sama dengan Belanda, beliau tu...

ABDUL KADIR, RATU BAGUS


Keturunan Sultan Banten yang anti penjajahan. Setelah Sultan Haji bekerja sama dengan Belanda, beliau turut mundur bersama Sultan Ageng Tirtayasa dan pengikutnya. Dari pedalaman dengan serentak mengadakan perlawanan-perlawanan terhadap Belanda dan serdadu-serdadunya yang terus mengadakan pengejaran.


Tanggal 2 Januari 1679 Benteng Marunda yang diduduki serdadu-serdadu VOC digempur dan dibakar habis. Barang-barang yang didapat dari perahu-perahu Belanda dan perlengkapannya dibawa ke daerah Cakung, Bekasi dan daerah pedalaman lainnya. Serangan-serangan yang di lakukan bersama pasukannya merupakan serangan kilat yang membingungkan, hingga beberapa kali Belanda mengirimkan bantuan. Tanggal 4 Januari 1679 daerah Angke diserang dengan serentak oleh pasukannya, kampung dan orang Belanda dibakar habis. Tanggal 10 Mei 1679 Ratu Bagus Abdul Kadir dengan Pangeran Surya beserta pasukannya menggempur Belanda yang berada di Loji Indragiri. Loji dibakar habis, orang-orang Belanda melarikan diri, ada juga yang tertawan. Setelah banyak mengalami kekalahan, Belanda mengirimkan utusannya untuk minta berunding.


Tanggal 10 Juli 1679 pasukan Ratu Bagus Abdul Kadir dan Pangeran Surya menyerang Ciparage. Pertempuran yang membingungkan Belanda terus dilakukan oleh kedua Pangeran ini hingga daerah pedalaman yang sudah diduduki Belanda dengan serdadu-serdadu semuanya diserang Kemudian pasukan Ratu Bagus Abdul Kadir menerobos ke arah barat pedalaman di daerah dekat Bekasi. Akhir tahun 1680 terjadi peristiwa di Santigi dimana Belanda mengerahkan pasukan pilihannya. Saat itu banyak pasukan Banten yang mengundurkan diri ke arah pedalaman dan pada akhir tahun 1683 Ratu Bagus Abdul Kadir hilang tidak ada kabamya. Perjuangannya sangat dikagumi kawan maupun lawan, terutama sifat perlawanannya yang serentak dengan kecepatan bergeraknya dalam suatu pertempuran.

Sumber:
http://jakgo-dev.smartcity.jakarta.go.id/artikel/konten/488/abdul-kadir-ratu-bagus

Sejarah Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa Terhadap VOC Sejarah Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa Terhadap VOC Sejarah perlawanan...

Sejarah Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa Terhadap VOC


Sejarah Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa Terhadap VOC
Sejarah perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa terhadap VOC di Kesultanan Banten terkait dengan persaingan dagang dan intrik kekuasaan. 
   
tirto.id - Kesultanan Banten pernah dipimpin oleh raja yang bergelar Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683 M). Pada periode kepemimpinannya tersebut, raja yang dikenal sebagai Pangeran Surya ini pernah melakukan perlawanan terhadap VOC, kongsi dagang Belanda.

Berdasarkan catatan Sardiman dan Amurwani Dwi dalam buku ajar Sejarah Indonesia (2014:74), Banten mempunyai lokasi yang cukup strategis sebagai salah satu pusat perdagangan internasional. Hal ini membuat Belanda yang kala itu dengan organisasi dagang bernama VOC tertarik untuk menguasai Banten.

Mulai 1619, VOC sudah berhasil menguasai dan membangun benteng pertahanan di Batavia (sekarang Jakarta). Pada akhirnya, kedua belah pihak, Banten dan VOC, saling bertikai untuk menjadi pusat dagang internasional.


Pada 1651 M, seorang bernama Pangeran Surya naik menjadi pemimpin Kesultanan Banten bergelar Sultan Ageng Tirtayasa. Situasi konflik yang sudah terjadi dengan VOC sebelumnya kian memanas berkat perlawanan yang dilakukan pemimpin baru ini. Lantas, bagaimana sejarah perlawanan tersebut?

Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa

Kala menjadi Raja Banten, Sultan Ageng Tirtayasa telah melakukan beberapa strategi untuk memulihkan kembali Banten sebagai bandar perdagangan internasional. Dalam Modul Sejarah Indonesia (2020:14), Anik Sulistiyowati menjabarkan beberapa strategi tersebut:


Mengundang para pedagang dari Inggris, Perancis, Denmark, dan Portugis berdagang di Banten.
Meluaskan interaksi dagang dengan bangsa Cina, India, dan Persia. Mengirim beberapa kapal dengan maksud mengganggu pasukan VOC.

Membuat saluran irigasi sepanjang Sungai Ujung Jawa sampai Pontang yang ditujukan sebagai persiapan suplai perang dan pengairan sawah. Rupanya, segala yang dilakukan Sultan Ageng Tirtayasa tersebut terjadi karena VOC sering menghadang kapal asal Cina yang tengah melakukan perjalanan ke Banten. Dengan semangat mempertahankan kehidupan Banten, Pangeran Surya tidak segan melakukan gangguan balik kepada pihak VOC.

Di tengah situasi konflik, pada 1671, Sultan Ageng Tirtayasa menitahkan Sultan Haji menjadi orang yang mengurus masalah dalam negeri Banten. Terkait masalah dengan luar negeri, merupakan urusan Sultan Ageng sendiri.

Akan tetapi, pengangkatan Sultan Haji ini membawa keuntungan kepada VOC. Berkat dukungan VOC, Sultan Haji justru merebut kekuasaan Banten dan menjadi raja di Istana Surosowan pada 1681.

Sebagai imbal balik dukungannya VOC, Sultan Haji harus menandatangani perjanjian. Isinya, Kesultanan Banten musti memberikan daerah Cirebon kepada VOC, monopoli lada di Banten diambil alih VOC, dan pasukan Banten yang ada di pantai Priangan harus ditarik mundur. Terakhir, VOC meminta 600.000 ringgit jika Banten nantinya mengingkari perjanjian yang telah disebutkan.

Kelakuan Sultan Haji ini membuat rakyat Banten tidak mengakuinya sebagai pemimpin. Bahkan, rakyat Banten kala itu lebih ingin melakukan perlawanan terhadap Sultan Haji yang disertai VOC.

Sultan Ageng Tirtayasa beserta rakyat yang mengikuti jalurnya berniat mengambil kembali Kesultanan Banten. Pada 1682, Sultan Haji mulai terdesak oleh serangan pasukan Sultan Ageng dan istana Surosowan pun dikepung.

Akan tetapi, VOC datang memberikan bantuan kepada Sultan Haji. Pasukan Sultan Ageng pun dipukul mundur kala itu dan pemimpinnya ini dijadikan sebagai buronan. Ia bersama para pengikutnya melarikan diri ke Rangkasbitung dan melakukan perlawanan selama kurang lebih setahun lamanya.

Pada 1683, Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap karena ditipu oleh VOC. Ia ditahan oleh Belanda di penjara daerah Batavia sampai 1692, tepat ketika dirinya menutup usia.


(tirto.id - prd/agu)

Penulis: Yuda Prinada
Editor: Agung DH
Kontributor: Yuda Prinada
   

Kisah Suram di Balik Kegagalan Mataram Taklukan Batavia Di pengujung tahun 1619, Sultan Agung cemas setelah mendapatkan kabar VO...

Kisah Suram di Balik Kegagalan Mataram Taklukan Batavia


Di pengujung tahun 1619, Sultan Agung cemas setelah mendapatkan kabar VOC berhasil merebut Jayakarta dari Kesultanan Banten. Jayakarta yang kemudian namanya diubah menjadi Batavia itu adalah salah satu wilayah yang btelum mampu ditaklukan Kerajaan Mataram.

Fakta VOC yang terkenal memperbudak pribumi juga mengganggu pikiran Sultan Agung. Sebelum Jayakarta takluk, VOC yang sebelumnya bermarkas di Kepulauan Banda, Ambon, Kepulauan Maluku, mengirimkan utusan untuk meminta izin kepada Sultan Agung guna membuka loji-loji dagang di pantai utara Mataram. Tawaran itu pun ditolak Sultan Agung. Alasannya, Sultan Agung yakin jika izin diberikan maka ekonomi di pantau utara akan dikuasai VOC.

Setelah menaklukkan Jayakarta pada 1619, VOC memindahkan kantor pusatnya ke wilayah di pesisir Pulau Jawa tersebut. Di tahun-tahun tersebut Kerajaan Mataram sedang berkonflik dengan Kerajaan Surabaya dan Kesultanan Banten. Menyadari kekuatan VOC, Sultan Agung sempat berpikir untuk memanfaatkan VOC.

Pada tahun 1621, Mataram mulai menjalin hubungan dengan VOC. Kedua pihak saling mengirim duta besar. Namun VOC ternyata menolak membantu saat Mataram menyerang Surabaya. Akibatnya, hubungan diplomatik kedua pihak pun putus.

Setelah Surabaya jatuh ke tangan Mataram, sasaran Sultan Agung selanjutnya adalah Kesultanan Banten di ujung barat Pulau Jawa. Namun, posisi Batavia yang menjadi "benteng" Kesultanan Banten perlu diatasi terlebih dahulu. Alasan itu adalah keinginan lain Sultan Agung untuk menyerbu Batavia selain ingin mengusir penjajah VOC dari bumi Nusantara.
Kiai Rangga, Bupati Tegal sempat dikirim Sultan Agung ke Batavia pada April 1628. Ia dikirim sebagai utusan untuk menyampaikan tawaran damai dengan syarat-syarat tertentu dari Kerajaan Mataram. VOC menolak. Sultan Agung pun memutuskan menyatakan perang.

Buku Sejarah Nasional Ketika Nusantara Berbicara karya Joko Darmawan menuliskan, persiapan untuk menyerang Batavia pun dilakukan pada tahun 1628. Pada tanggal 22 Agustus 1628, Tumenggung Bahureksa dari Kendal yang diberi titah Sultan Agung memimpin penyerbuan ke Benteng Belanda, mendaratkan 59 perahu berisi 900 prajurit ke teluk Jakarta.

Di dalam kapal, armada Bahureksa membawa 150 ekor sapi, 5.900 karung gula, 26.600 buah kelapa dan 12.000 karung beras. Semua itu tentu saja tidak diakui sebagai perbekalan untuk menyerang benteng Batavia. Armada Bahureksa beralasan kedatangan mereka untuk berdagang dengan Batavia.

Namun VOC tidak semudah itu untuk ditipu. Meski sempat curiga, tetapi VOC menyetujui sapi diturunkan dari kapal. Syaratnya kapal Mataram hanya menepi satu demi satu. Guna mengantisipasi, 100 prajurit bersenjata dari garnisun Kasteel (benteng) keluar untuk menjaga-jaga saat penurunan sapi.

Tiga hari setelahnya, tujuh kapal Mataram kembali datang ke Teluk Jakarta. Kali ini kedatangan tujuh kapal itu untuk meminta surat jalan dari VOC agar dapat berlayar ke Malaka yang saat itu berada di bawah kekuasaan VOC. Kecurigaan VOC semakin membesar. Terbukti mereka memperkuat penjagaan di dua benteng kecil utara dan menyiapkan artilerinya.

Matahari belum lagi terbenam. Ba'da waktu Ashar sekitar 20-an kapal Kerajaan Mataram menurunkan pasukannya di depan Kasteel. Belanda terkejut dan buru-buru masuk benteng kecil. Sejumlah kapal Mataram lain mendaratkan prajuritnya. Dikira akan menyerbu, Pasukan Mataram kemudian dihujani tembakan dari Kasteel.

Tanggal 25 Agustus 1628, 27 kapal Mataram lagi masuk Teluk Jakarta, tetapi berlabuh agak jauh dari Kasteel. Di sebelah selatan Batavia, serdadu Mataram mulai tiba, dengan panji perang berkibar.
Tanda sudah dimunculkan, Kerajaan Mataram menyatakan keinginannya menyerang Batavia. Esok harinya, terhitung 1.000 prajurit Mataram memasang kuda-kuda di depan Batavia. Serangan pertama pasukan Mataram pun dimulai pada tanggal 27 Agustus.
Pasukan Mataram menyerang benteng kecil "Hollandia" di sebelah tenggara kota. Namun satu kompi pasukan VOC berkekuatan 120 prajurit di bawah pimpinan Letnan Jacob van der Plaetten mampu menghalau serangan prajurit Mataram.

Kewalahan menghadapi gempuran pasukan Mataram, Belanda mendatangkan bantuan 200 prajurit dari Banten dan Pulau Onrust. Kini Kasteel dipertahankan sekitar 530 prajurit. Sekitar 500-800 orang termasuk tentara bayaran dari Jepang, China, India, dan Jawa, terlibat membantu VOC mempertahankan Kastil Batavia.
Serangan Mataram kian gencar. Pasukan kedua yang dipimpin cucu Ki Juru Martani, Pangeran Mandurareja tiba di Batavia pada bulan Oktober. Kini 10.000 prajurit mengepung Batavia.

Perang besar pecah di Benteng Holandia. Namun, serangan Pasukan Mataram ke Batavia gagal lantaran kurang perbekalan.
Sultan Agung naik pitam. Kemarahan atas kegagalan tersebut tidak bisa ditoleransi. Sejarah mencatat, pada 21 Oktober 1628 Tumenggung Bahureksa dan Pangeran Mandurareja serta prajurit yang tersisa dihukum mati dengan cara dipenggal. "VOC menemukan 744 mayat prajurit Jawa yang tidak dikuburkan, beberapa di antaranya tanpa kepala," tulis sejarawan M.C. Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200–2008. Catatan itu merupakan salah satu kisah suram di balik serangan Kerajaan Mataram ke Batavia.

Sultan Agung kembali menyerang Batavia untuk kedua kalinya pada tahun berikutnya atau 1629. Pasukan pertama dipimpin Adipati Ukur berangkat pada bulan Mei 1629, sedangkan pasukan kedua dipimpin Adipati Juminah berangkat bulan Juni. Total semua 14.000 orang prajurit.

Belajar dari pengalaman karena kurangnya perbekalan, Kerajaan Mataram membangun lumbung-lumbung beras di Karawang dan Cirebon. Namun, lumbung-lumbung pangan yang dibangun sembunyi-sembunyi itu berhasil ditemukan lewat mata-mata. Belanda pun membakar semua lumbung padi yang membuat pasukan Mataram kekurangan perbekalan.
Di tahun itu wabah malaria dan kolera menyerang. Termasuk Pasukan Mataram yang hendak menuju Batavia.

Tumenggung Sura Agul-Agul yang memimpin pasukan Mataram tiba di Batavia. Ia didampingi dua bersaudara panglima lapangan, Kiai Adipati Mandurareja dan Kiai Adipati Upa Santa dalam misi menyerang Batavia. Namun, jauh panggang dari api. Menurunkan kualitas prajurit karena wabah kolera dan malaria, kurangnya perbekalan, dan ancaman kekalahan membuat mental pasukan Mataram hancur.

Paham jika kekuatan pasukannya berkurang dan tak mungkin menyerang mendadak, Mandurareja menggunakan cara yang berhasil mengalahkan Surabaya, yakni membendung sungai. Pasukan Mataram melemparkan bangkai hewan ke Sungai Ciliwung yang aliran airnya mengalir ke Batavia.
Sungai Ciliwung pun tercemar. Penduduk Batavia yang mau tak mau memanfaatkan air dari sungai tersebut akhirnya terserang penyakit kolera. Pasukan VOC banyak yang meninggal. Termasuk Gubernur Jenderal VOC saat iut, JP Coen dilaporkan meninggal dunia karena wabah kolera dan dimakamkan di Museum Wayang. 

Namun, dalam riwayat lain, Coen dilaporkan tewas dalam serangan Mataram dan kepalanya dipenggal serta dikuburkan di bawah tangga jembatan Kompleks Pemakaman Imogiri.

Pasukan Mataram yang luluh lantak dalam pertempuran memilih bersembunyi di tepian Sungai Ciliwung. Namun, keberadaan mereka ketahuan pasukan VOC yang menyisir Sungai Ciliwung menggunakan perahu. Pasukan Mataram pun berpencar. Sebagian pasukan ada yang bersembunyi di perkampungan yang kini dikenal sebagai Matraman.

Sumber:
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/qfqjts282

Cacian Komunis Terhadap Ulama di Era Kolonial Belanda Melawan dan tidak puas atas hegemoni Belanda membuat banyak orang tak pedu...

Cacian Komunis Terhadap Ulama di Era Kolonial Belanda


Melawan dan tidak puas atas hegemoni Belanda membuat banyak orang tak peduli dengan ragam pemikiran. Yang terpenting melawan kapitalisme imperialisme.  Rasa benci kepada penjajahan telah tersalurkan dalam komunis.

Haji Abdul Karim Amrullah membaca buku Arradu alad Dahriyin karangan Jamaluddin Al Afghani. Kesimpulannya, komunisme dan marxisme menentang segala agama. Sejak itu, beliau mengeluarkan fatwa-fatwa anti komunis.

Kolonial Belanda pun jadi sering mendatangi beliau, agar beliau menentang komunis dan mempertahankan Belanda. Namun ditolaknya. Fatwanya, "Cukup Islam saja, tidak perlu paham lain." Saat diajak memberantas komunis oleh Belanda, komunis diberantasnya, tetapi  paham Islam yang dikemukakan.

Komunis terus mengupayakan penjatuhan pengaruhnya di Sumatera Barat tak pernah berhenti. Beliau terus dicela tanpa sedikitpun rasa hormat lagi. Namun beliau terus melawan komunis dan tetap tidak mempercayai pemerintah kafir.  Caranya, dengan memperdalam pengaruh Islam, memperkuat tenaga kaum Muslimin. Sebab inilah beliau dituduh "perkakas" Pemerintah Belanda oleh kaum Komunis.

HOS Cokroaminoto di Jawa, dihantam, dicaci, dicuci, dan dimaki habis-habisan dalam surat-surat kabar komunis.  Beliau dituduh sebagai pemeras rakyat, penipu dan menggelapkan uang. Orang yang menggelapkan uang disebut "mencokro". Tak dibedakan urusan personal dengan urusan paham. Tuduhan yang hina mulai dilemparkan ke beliau, "Pemeras rakyat, minta sedekah, menjual ayat untuk kepentingan pribadi."

Dalam hantaman cacian dan makian, yang memperkuat jiwa Haji Abdul Karim Amrullah adalah dzikir,  wirid, membaca Al-Qur'an, berlagu kasidah dan mengarang buku Sendi Aman Tiang Selamat yang berisi akhlak, masyarakat dan adab.

Alasan Dusta dan Pengadu Domba, Penangkapan Ulama di Era Kolonial Belanda Haji Abdul Karim Amrullah di tahan Belanda pada 12 Jan...

Alasan Dusta dan Pengadu Domba, Penangkapan Ulama di Era Kolonial Belanda

Haji Abdul Karim Amrullah di tahan Belanda pada 12 Januari 1241M. Beliau ditangkap saat akan pergi memberikan penerangan agama ke Lubuk Basung. Mantri Polisi menangkapnya lalu dibawalah ke Bukit Tinggi Kantor Assistant Residen.

Dua hari beliau di beri introgasi dari biografi, pendidikan, dan perjuangannya. Setelah itu dipulangkan. Pada 18 Januari 1941, beliau dijemput kembali dan ditahan di penjara Bukit Tinggi. Dia menyiapkan kitab-kitab untuk ditelaah dan Al-Qur'an. Beliau menghadapi dengan tenang dan tidak ada sedikitpun perasaan bersalah.

Sahabatnya, Syeikh Muhammad Jamil Jambek, berkata, "Pembuangan bukanlah perkara besar. Bagi beliau, bumi Allah ini luas, beliau dekat dengan Allah. Hanya saja, bagi kolonial Belanda, sudahkah dipikirkan masak-masak sikapnya ini?"

Ada satu pihak yang mengupayakan pembebasan beliau, syaratnya berjanji merubah sikapnya. Tentu ini percuma, karena kolonial Belanda sudah sering kali menasihati dan memperingatkan, tapi beliau tak bergeming. Pikiran dan prinsipnya sudah matang.

Saat didesak alasan penangkapannya, Kolonial Belanda beralasan karena kaum adat dari negri Sungai Batang Tanjung Sari merasa keberatan atas fatwanya yang menyinggung kaum adat. Kaum adat pun bergolak menepis tuduhan Kolonial Belanda. Para penghulu mengirimkan daftar volkstraad yang diteken oleh seluruh penghulu.

Tak berhasil dengan cara pertama, Kolonial Belanda beralasan bahwa ulama Sumatera Barat yang memintanya dipenjara. Para ulama tersinggung, maka seluruh ulama di Sumatera Barat mengirimkan daftar penolakan atas pengasingannya. Usaha Belanda memecah belah kaum adat dan ulama tidak berhasil.

Akhirnya Kolonial Belanda memberikan jawaban yang tegas bahwa penangkapannya karena kekuasaan pemerintah yang sah dan hukum-hukum adat tidak dapat dijalankan lagi di negeri yang beliau duduki. Bila tidak diasingkan, pemerintah Kolonial Belanda tidak berjalan lancar.

Akhirnya Haji Abdul Karim Amrullah diasingkan di Sukabumi dengan menggunakan kapal KPM pada Agustus 1941 M

Sumber:
Ayahku, Buya Hamka, GIP 

Saad bin Abi Waqqash, Aktor Interaksi Awal Islam dan Tiongkok  Persia sebagai imperium raksasa yang pernah mengangkangi dunia, t...

Saad bin Abi Waqqash, Aktor Interaksi Awal Islam dan Tiongkok 


Persia sebagai imperium raksasa yang pernah mengangkangi dunia, terus terjepit oleh panglima perang Saad bin Abi Waqqash pada era Umar bin Khatab. Sang Kisra Persia akhirnya mengirim utusan untuk minta bantuan kepada Kaisar Cina dari Dinasti Tang (618-907 M). 

Kaisar Dinasti Tang bertanya pada utusan Persia, “Apa yang terjadi, kalian yang begitu besar bisa dikalahkan oleh kaum yang kecil? Bagaimana sebenarnya kaum itu?”

Utusan Persia balik bertanya, “Silahkan Tuan bertanya, apa yang Tuan ingin ketahui tentang kaum itu?”

“Apa yang mereka katakan kepada kalian sebelum perang?”

Dengan jujur utusan Persia menuturkan, “Mereka menawarkan satu dari tiga hal. Pertama, kami diajak masuk Islam dengan demikian kami sama dengan mereka. Kedua, kalau kami tidak mau masuk Islam maka kami harus membayar jizyah (semacam pajak) dengan demikian maka kami dalam jaminan dan perlindungan mereka. Ketiga, kalau kami menolak, maka perang.”

Kaisar Cina, ” Apakah mereka menepati janji?”

Utusan Persia, “Ya, mereka adalah kaum yang sangat menepati janji.”

“Apakah mereka suka menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal?”

“Tidak. Mereka adalah kaum yang sangat memegang teguh ajaran Agama mereka.”

“Selama mereka tidak menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal maka mereka takkan bisa dikalahkan.”

Selanjutnya Kaisar Dinasti Tang bertanya tentang kondisi fisik mereka seperti pakaian yang dikenakan, kendaraan yang ditumpangi, dan perkakas yang dihunakan kaum Muslimin. Utusan Persia menjawab dengan detail, jelas, dan terbuka tanpa menutupi sesuatu apapun yang ditanyakan.

Kasar Dinasti Tang menulis surat jawaban untuk Raja Persia, Kisra Yazdegerd III. Isi suratnya adalah, “Sesungguhnya bukan aku tidak tahu bahwa sesama raja ada hak dan kewajiban untuk saling membantu, dan bukan aku tidak mau membantu. Aku bisa membantu pasukan perang yang paling depan sudah sampai di wilayah Persia dan yang belakang masih di Cina. Tapi itu tak ada gunanya. Karena, kaum yang memiliki sifat-sifat sebagaimana yang disebutkan oleh utusanmu itu jika mau meruntuhkan gunung niscaya mereka bisa meruntuhkannya, dan jika mereka menyerang kerajaanku karena ikut membantumu, niscaya mereka melenyapkanku dan kerajaanku. Kaum ini, tak bisa dikalahkan sehingga mereka berubah menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Maka saranku, berdamailah dengan mereka. Dan terima tawaran mereka.”

------------------------------------
Pada masa pemerintahan pemerintah Tau Tsung (627-650), kaisar ke dua Dinasti Tang, diberitakan datangnya empat orang muslim dari Jazirah Arab di era Khalifah Utsman bin Affan. Mereka menetap di Canton (Guangzhou) di kota Chow, dan bermukim di Coang  Chow. Sejarah Islam di Cina mencatat nama Saad bin Abi Waqqash seorang mubaligh dan Sahabat Nabi Rasulullah saw yang mendirikan masjid di Canton atau Masjid Wa Zhin Zi (masjid kenangaan atas Nabi).

Tak heran bila sampai sekarang kaum muslimin Tiongkok membanggakan sejarah Islam di negrinya karena dibawa langsung oleh Sahabat dekat Rasulullah saw sendiri. Sejak abad ke 7 atau 8, semakin banyak Muslim berdatangan ke Tiongkok baik sebagai pedagang maupun mubaligh yang melakukan penyebaran Islam.

----------------
Kaisar Dinasti Tang telah melihat langsung kehebatan Saad bin Abi Waqqash sebagai panglima perang dari surat Kisra Persia di era Umar bin Khatabdan bertemu langsung saat menjadi utusan khalifah Utsman bin Affan ke Tiongkok



Sumber:
https://www.islampos.com/surat-kaisar-cina-pada-kisra-persia-tentang-umat-islam-202041/
Islam dan Transformasi Masyarakat Nusantara, Moeflich Hasbullah, Kencana 

Keadilan Sejarah Terhadap Algojo Bani Ummayah Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Hajjaj Bin Yusuf Ats Ts...

Keadilan Sejarah Terhadap Algojo Bani Ummayah

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Hajjaj Bin Yusuf Ats Tsaqafi dijuluki Algojo Bani Ummayah. Oleh Asma binti Abu Bakar, kehadirannya sudah diberitakan oleh Rasulullah saw.

Hajjaj Ats Tsaqafi, mengepung Mekkah. Kabah pun retak. Pemugaran Kabah justru membuat Kabah menjadi sesuai dengan arsitektur Nabi Ibrahim.

Ada konstruksi Kabah yang salah saat pemugaran oleh Musyrikin akibat banjir melanda Mekkah sebelum Muhammad saw diangkat Nabi, perbaikannya saat Kabah retak diserang Hajjaj Ats Tsaqafi 

Hajjaj Ats Tsaqafi berjasa pula dalam pengembangan ilmu Al-Qur'an, pengembangan wilayah ke India dan Cina, dan penumpasan Khawarij

Hajjaj Ats Tsaqafi berjasa menciptakan keamanan, namun pada sisi lain banyak membunuh ulama. Puncaknya, membunuh Said bin Jubair.

Umar bin Abdul Aziz menyebutnya musuh Allah, tetapi iri padanya atas sikapnya yang mencintai dan pemurah terhadap ahli Al-Qur'an, istighfarnya jelang maut

Hasan Al Bashri mengomentari doa Hajjaj, "Ya Allah ampuni aku, karena orang mengira Engkau tak melakukannya." Bisa jadi bermanfaat.

Hajjaj Ats Tsaqafi berjasa dalam membubuhkan tanda titik pada huruf-huruf Al-Qur'an sehingga memudahkan kaum muslimin dalam membacanya

Hajjaj Ats Tsaqafi penuh kontroversial, kebaikan yang dilakukan tak bisa kita lampaui. Namun menjauhkan diri dari keburukannya. Itulah kebijaksanaan sejarah.

Sumber:
Hajjaj Bin Yusuf Algojo Bani Ummayah, Mansur Abdul Hakim, Al-Kautsar 

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (402) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (300) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)