basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Siapakah Istri Nabi Yusuf AS, Benarkah Zulaikha? Tak ada riwayat kuat menjelaskan tentang nama istri Nabi Yusuf Sebetulnya siapa...

Siapakah Istri Nabi Yusuf AS, Benarkah Zulaikha?

Tak ada riwayat kuat menjelaskan tentang nama istri Nabi Yusuf

Sebetulnya siapa perempuan yang menjadi istri Nabi Yusuf? Alquran tidak menyebut soal pernikahan Nabi Yusuf ataupun sosok perempuan yang menjadi istrinya.

Bahkan, hadits Nabi Muhammad SAW juga tidak mengungkapkannya. Ulama sejarah, Muhammad bin Ishaq memberi penjelasan dengan kemungkinan besar menukil perkataan seorang Ahli Kitab seperti yang dilakukan Ibn al-Qayyim dalam menjelaskan istri Nabi Yusuf. 

Ibn Ishaq memaparkan, Ahli Kitab itu menyampaikan bahwa ketika Nabi Yusuf memutuskan untuk meninggalkan godaan yang tidak bermoral dan lebih memilih penjara, Allah SWT kemudian membuat Nabi Yusuf berada dalam penjara yang ketat.  

Hal itu justru untuk melindungi Nabi Yusuf, menguak kebenaran tentang dirinya, dan supaya bisa menikah dengan perempuan tersayang. 
Ibn al-Qayyim memberi tanggapan atas penjelasan tersebut. 

Menurutnya, apa yang disebutkan itu tidak berarti cerita itu benar dan dia menilai cerita tersebut berasal dari Ahli Kitab. Sebab, Rasulullah SAW memerintahkan untuk tidak mempercayai dan tidak menyangkal Ahli Kitab. Nabi 

Muhammad SAW bersabda: 
لا تصدّقوا أهل الكتاب ولا تكذّبوهم، وقولوا: آمنّا بالله وما أَنزل إلينا وما أُنز

 "Jangan percayai Ahli Kitab dan jangan menampiknya juga. Katakan saja, 'Kami beriman kepada Allah SWT dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepadamu (Nabi Muhammad SAW)". (HR Bukhari dari jalur Abu Hurairah) 

Selanjutnya, Muhammad bin Ishaq menjelaskan, Nabi Yusuf menikahi perempuan bernama Rahel setelah bebas dari penjara. Lalu Nabi Yusuf meminta kepada Raja Rayyan bin Al-Walid agar dirinya menjadi penjaga harta dan benda negeri Mesir saat itu. Hal ini sebagaimana 

Surat Yusuf ayat 55:
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَىٰ خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ "

Dia (Yusuf) berkata, 'Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir), karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan." 

Raja Rayyan pun memenuhi Nabi Yusuf dan menyingkirkan posisi Qithfir. Hal ini sebagaimana dalam 

Surat Yusuf ayat 56:
وَكَذلِكَ مَكَّنّا لِيوسُفَ فِي الأَرضِ يَتَبَوَّأُ مِنها حَيثُ يَشاءُ نُصيبُ بِرَحمَتِنا مَن نَشاءُ وَلا نُضيعُ أَجرَ المُحسِنينَ
"Demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju kemana saja ia kehendaki di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik."  

Beberapa hari kemudian, Qithfir meninggal dunia. Lalu Raja Rayyan menikahkan Nabi Yusuf dengan istri Qithfir, Zulaikha. Muhammad bin Ishak menjelaskan, dari pernikahan tersebut, lahirlah Afraim (Efraim) bin Yusuf, dan Misya (Manasye) bin Yusuf.

Sumber:
https://m.republika.co.id/amp/qn1s8y320



Dari Arab, Melayu, Israel: Apa itu istilah Jawa dan Jawi? Silap bahasa kadang membuat berbeda bahkan berbeda arti dan pengertian...

Dari Arab, Melayu, Israel: Apa itu istilah Jawa dan Jawi?


Silap bahasa kadang membuat berbeda bahkan berbeda arti dan pengertian. Bisa saja dalam sebuah kelompok masyarakat menyebut istilah itu dengan arti yang sama, tapi mungkin saja di kelompok atau suku masyarakat lain diartikan berbeda. Beda kata malah berbeda arti dan kadang tidak berhubungan sama sekali.

Guru Besar Filsafat Universutas Paramadina dan sekaligus penyair sufi, Prof Abdul Hadu WM, mencontohkan kondisi itu. Di antaranya adalah soal isitilah dari penggunaan kata ‘Jawa’ dan ‘Jawi’. Pada orang Jawa memang kedua kata sama saja. Jawi adalah bahasa ’tinggi’ (kromo alus) untuk menyebutkan kata Jawa.

“Di kalangan orang Melayu tak dikenal kata-kata piyantun Jawi atau tyang Jawi, yang artinya orang Jawa. Di dalam bahasa Melayu orang Jawa disebut orang Jawa. Tetapi kata-kata 'Jawi' juga digunakan untuk meyebut aksara yang digunakan orang Melayu dari abad ke-14 s/d 20 M untuk menulis teks-teks keagamaan, keilmuan dan sastra,’’ kata Abdul Hadi, kepada Republika.co.id (1/6).

Yang disebut, lanjutnya, aksara Jawi jelas bukan huruf Jawa (abjad Ha Na Ca Ra Ka dst), melainkan aksara Arab Melayu. Di Jawa dan Madura aksara ini disebut aksrara Arab Pegon atau Arab Gundul.

‘’Lalu kenapa aksara Arab Melayu disebut aksara Jawi? Karena penyusun aksara ini ialah Syekh Jawini. Syekh ini adalah guru bahasa yang hidup pada akhir abad ke-13 di Samudra Pasai, Aceh. Dialah yang mempelopori penulisan karangan-karangan berbahasa Melayu dengan menggunakan aksara yang disebut huruf Jawi,’’ ujarnya. (Hal yang sama juga kini terjadi di Pakistan di mana huruf Arab dipakai untuk menulis kata dalam bahasa Urdu).

Tetapi di negeri Arab, kata Abdul Hadi, sebutan Jawi dan Jawa bertumpang tindah. Semua orang Nusantara disebut Jawi. Bahkan istilah ini kerap dipakai bahan candaan atau guyonan ringan.

“Mendiang Gus Dur dahulu pernah berkelakar. Katanya untuk membedakan orang Jawi yang berasal dari Jawa dengan mereka yang datang dari Sumatra dan Malaysia ialah dengan menyebut Jawi al-Mriki untuk orang Jawa dan Jawi al-Mriko untuk yang datang dari Sumatra,’’ ungkap Abdul Hadi seraya menyatakan bila orang Arab umumnya menyebut orang Asia Tenggara sebagai Jawi.

Menurut Abdul Hadi, memang kata Jawi berasal dari nama penyusun abjad Arab Melayu. Sedangkan nama Jawa itu berasal dari kata 'Juwawut'. Di pulau Jawa kata juwawut artinya jelai. Orang India mengartikannya padi.

"Namun, adanya sebutan  kalimat Jawi yang dikatakan orang Arab untuk menyebut orang asal Asia Tenggara itu, juga menunjukkan hebatnya hubungan Melayu dan Islam.'' kata Abdul Hadi lagi.

Selain itu dalam dunia masa kini, istilah Jawa sebagai juga mulai dikenal ada persamaan yang lain. Di dalam dunia pemograman komputer kini ada yang memakai memakai nama 'Java' (Jawa).

Mengutip Wikipedia, Jaffa atau Yafo (bahasa Ibrani: יפו, Yafo; Arab: يَافَا‎, juga disebut japho atau joppa), adalah bagian selatan dan tertua dari Tel Aviv-Yafo, sebuah kota pelabuhan kuno di Israel.

Ibu kota Israel, Tel Aviv,itu juga mendapat penyebutan dengan nama yang ketika dilafalkan seperti seperti 'Jawa', yakni Jaffa'. Apalagi memang kota ini juga memiliki komunitas Arab (Palestina) yang cukup besar. Komunitas Arab terutama berada di wilayah  Yafo atau Jaffa


Sumber:
https://m.republika.co.id/berita/p9ms2d385/dari-arab-melayu-israel-apa-itu-istilah-jawa-dan-jawi

Kisah di Al-Qur'an, Peristiwa Tervalid dan Terpenting Seluruh Bangsa-bangsa di Jagat Raya  Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Chann...

Kisah di Al-Qur'an, Peristiwa Tervalid dan Terpenting Seluruh Bangsa-bangsa di Jagat Raya 

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Sejarah sering menimbulkan kesimpangsiuran. Keterbatasan bahan dan bukti sejarah. Juga kemampuan rekonstruksinya. Wajarlah bila terus diperdebatkan.

Sejarawan bukan mereka yang mengumpulkan kisah-kisah dari buku-buku sejarah, tetapi mereka yang terjun ke bahan baku sejarah lalu merekonstruksinya kembali

Sejarah sangat butuh terhadap kejujuran. Menceritakan setiap kejadian sesuai keadaan dan peristiwanya. Sanggupkah?

Manusia butuh sejarah umat terdahulu agar cerdas dan bijaksana menghadapi liku kehidupan hari ini dan hari esok. Bagaimana bila disimpangkan?

Bagaimana agar manusia mendapatkan manfaat sejarah yang instan dengan kevalidan tertinggi tanpa ribet mengumpulkan bukti dan merekonstruksinya?

Kisah-kisah dalam Al-Qur'an merupakan catatan sejarah yang penuh hikmah dengan validitas yang tertinggi. Ini fasilitas Allah untuk membimbing manusia.


Tanpa perlu ilmu sejarah, tanpa ilmu arkeologi, tanpa ilmu sosiologi, antropologi, ekonomi dan budaya, Allah telah menyajikan sejarah tervalid. Inilah nikmat Allah

Kisah-kisah dalam Al-Qur'an merangkum semua peristiwa sejarah dari seluruh bangsa-bangsa yang ada di dunia sejak manusia diciptakan hingga Rasulullah saw.

Kisah-kisah dalam Al-Qur'an merupakan kisah terbaik dan terpilih dari seluruh peristiwa yang terjadi pada setiap bangsa-bangsa di muka bumi

Hiruk pikuk kehidupan manusia sebenarnya sangat terbatas. Ragam hiruk-pikuknya sebanyak kisah-kisah yang disajikan Allah dalam Al-Qur'an

Bagi yang kurang tertarik terhadap detail-detail sejarah, kisah-kisah dalam Al-Qur'an sudah melampaui kebutuhan manusia akan sejarah. Sebab, Allah yang mengkisahkannya

Bagi peminat sejarah, belajarlah bagaimana Allah menyajikan sejarah dalam Al-Qur'an. Agar sejarah bukan semata berisi detail-detail peristiwa yang tak berguna.

Penamaan dan Asul Usul Komunitas Jawi di Mekkah Sejak Kesultanan Aceh berdiri, di abad ke-17 M, hubungan Nusantara dengan Timur ...

Penamaan dan Asul Usul Komunitas Jawi di Mekkah


Sejak Kesultanan Aceh berdiri, di abad ke-17 M, hubungan Nusantara dengan Timur Tengah, terutama Mekkah, semakin kuat.  Peran Mekkah bukan saja memberikan "pengesahan" gelar Sultan di Nusantara dan pergi haji, tetapi telah menjadi pusat keilmuan yang mempengaruhi dan membentuk ilmu-ilmu keislaman.

Hubungan keilmuan ini dibuktikan dengan terbentuknya jaringan ulama antara ulama Nusantara dengan Timur Tengah. Azyumardi Azra dalam bukunya Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara Abad 17-18 merangkai seluruh jaringan ulama Timur Tengah yang terkoneksi intelektual dengan ulama Nusantara yang saat itu belajar di Timur Tengah.

Ulama Nusantara yang dipaparkan oleh Azyumardi Azra adalah Ar Raniri (w 1608), Abdurrauf Singkili (1615-1693), dan Yusuf Al Makasari (1627-1699). Syeikh Abdul Samad Palimbani (1704-1825) dan Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari, walaupun tidak dibuat diagram koneksi intelektualnya, namun dijelaskan peranannya di Nusantara.

Mereka membentuk "Lingkaran Komunitas Jawi" dengan ulama yang mengajarnya dan kemudian bertanggungjawab merancang pembentukan pemikiran Islam yang berkembang di Mekkah masa itu, neosufisme, ke Nusantara. Dari jaringan inilah, para pencari ilmu dari Nusantara di madrasah di lingkungan Komunitas Jawi.

Yang belajar di komunitas ini tidak saja berasal dari Jawa tetapi seluruh pulau-pulau di Nusantara. Yang terkenal seperti Muhammad Arsyad, Addush Shamad dan Ahmad Khatib justru bukan dari Jawa. Mengapa disebut Komunitas Jawa?

Nusantara merupakan negri maritim yang disatukan oleh laut. Setiap pulau memiliki laut dan selat, namun saling terkoneksi dan membentuk sistem bahari (sea system). Seluruh lautan dan selat di Nusantara terkoneksi ke Laut Jawa.  Laut Jawa menjadi pusat interkoneksi. Jadi penamaan Komunitas Jawi bukan di lihat dari pulaunya tetapi lautnya.

Mengapa cendrung dari nama lautnya? Karena di luar pulau Jawa masih banyak pulau-pulau yang lebih besar. Kerajaannya pun tersebar di setiap pulau. 

Sumber:
Jas Mewah, Tiar Anwar Bachtiar, Pro-U Media
Islam dalam Arus Sejarah Nusantara, Jajat Burhanuddin, Kencana
100 ulama Nusantara di Tanah Suci, Maulana La Esa, Aqwam
Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara abad 17-18, Azyumardi Azra, Kencana 

Melacak Islam dalam Falsafah Hidup Urang Sunda Menggali falsafah hidup tentu saja harus diambil dari keseharian masyarakatnya. J...

Melacak Islam dalam Falsafah Hidup Urang Sunda

Menggali falsafah hidup tentu saja harus diambil dari keseharian masyarakatnya. Jejak budaya keseharian memberikan banyak informasi mengenai bagaimana urang Sunda mendefinisikan kehidupannya dan bagaimana mereka harus menjalaninya. Rekaman jejak ini salah satunya dapat diambil dari warisan peradaban dan pepatah yang hidup di tengah masyarakat Sunda, yang biasa disebut Paribasa dan Babasan

Mas Nataeisastra mengumpulkannya dalam bukunya Saratus Paribasa jeung Babasan sebanyak lima jilid yang dicetak pertama pada tahun 1914. Begitu pun Samsoedi mengumpulkan Paribasa dan Babasan Sunda sebanyak 500 buah dalam bukunya yang ditulis tahun 1950-an. Kedua buku ini dianalisa oleh Ajip Rasidi.

Menurut Ajip Rasidi dari lebih 500 paribasa, yang kosa katanya langsung meminjam peristilahan Islam hanya 16 peribahasa. Kosakata yang berkaitan langsung antara lain, "Jauh kaki Bedug", "Kokoro manggih  Mulud", "Puasa mangih Lebaran" dan sebagainya.

Walaupun sisanya tidak memiliki kosa kata Islam, namun nilai-nilai yang terkandung sesuai dengan Islam. Pendapat yang sama diutarakan oleh Endang Saifudin yang menggelora "Islam teh Sunda, Sunda teh Islam."

Sesungguhnya Islam dan Sunda tak bisa dipisahkan. Kebudayaan yang hidup di tengah masyarakat Sunda telah mendapat sentuhan Islam yang sangat kuat walaupun tidak harus dieksplisitkan dengan ayat Al-Qur'an dan hadist.

Walaupun di Tataran Sunda terdapat agama yang disebut "Sunda Wiwitan", nilai Islamnya masih terlihat walaupun baru sampai batas Syahadatain saja, sedangkan shalat, puasa dan sebagainya tidak mereka ketahui. Ini menandakan bahwa penyebaran Islam sudah jauh menembus pelosok Sunda yang medannya sekalipun sulit di jangkau.

Bertebarannya tekst sastra (wawacan), contohnya yang populer Wawacan Panji Wulung tulisan R.H Muhammad Musa yang diterbitkan 1827 yang berisi memerangi tahayul yang pernah diajarkan di sekolah Jawa Barat. Wawacan seperti Beluk dan Sawer dalam acara pernikahan yang mengandung pesan Islami dalam mengelola keluarga, menandakan kreativitas unik para penyeru dakwah Islam di Tataran Sunda dalam bentuk karya sastra yang telah menjadi bagian adat istiadat  dan kurikulum pembelajaran.

Semua ini menunjukkan intensitas penyebaran Islam dan penerimaan urang Sunda terhadap Islam.

Sumber:
Jas Mewah, Tiar Anwar Bachtiar, Pro-U Media

Prabu Siliwangi dan Putranya, Penyebar Islam di Tataran Sunda? Dalam Babad Cirebon, dikisahkan pangeran Walang Sungsang, putra r...

Prabu Siliwangi dan Putranya, Penyebar Islam di Tataran Sunda?


Dalam Babad Cirebon, dikisahkan pangeran Walang Sungsang, putra raja Pajajaran Prabu Siliwangi dari istrinya yang bernama Nyai Subang Larang.  Kiprahnya menjadi perintis penyebaran Islam di Tataran Sunda. Berdasarkan mitos, pangeran Walang Sungsang bertemu dengan Rasulullah saw padahal secara historis, periode kehidupan pangeran Walang Sungsang  dengan Rasulullah saw sangatlah berjauhan.

Cerita ini menginformasikan bahwa Tataran Sunda diislamkan langsung dari sumbernya yaitu Arab dan ajarannya tejaga kemurnianya.

Kean Santang, nama aslinya Gagak Lumayung, putra dari Prabu Siliwangi. Dia pernah mendengar kisah bahwa di Mekkah ada sosok yang sangat sakti yang bernama Baginda Ali. Dengan ilmu tapak kancang, dia berjalan menuju Barat hingga tiba di Mekkah.

Dia bertemu dengan kakek samaran dari Baginda Ali. Sang kakek memberikan ujian pertama untuk mengambil sisirnya. Kean Santang berhasil menemukannya, tetapi sisirnya amblas ke bumi. Agar sisir tersebut kembali, sang kakek mengajarkan ucapan bismillah kepadanya.

Sang kakek pun membongkar jati dirinya, lalu membawanya ke hadapan Rasulullah saw. Oleh Rasulullah saw diberi nama Sunan Rahmat. Dia ingin bermukim di Mekkah tetapi Rasulullah saw mengangkatnya sebagai Wali untuk mengislamkan tanah Jawa dengan bekal Kalimat Kalih atau Syahadat sambil memejamkan mata. Tiba-tiba dia sudah tiba di Tataran Sunda kembali.

Semua Cerita Rakyat Islamisasi di Tataran Sunda dilakukan oleh putranya Prabu Siliwangi. Bahkan ada kisah lain bahwa yang mengislamkan Tataran Sunda adalah Prabu Siliwangi itu sendiri. Apa makna ini semua?

Islamisasi di Sunda berlangsung damai bahkan sangat damai karena dilakukan oleh sosok yang sangat dihormati oleh rakyat Sunda. Rakyat Sunda menerima penuh Islam dengan rela karena dibawa langsung oleh mereka yang sangat cinta. Keberadaan Islam sama pentingnya dengan keberadaan Prabu Siliwangi.

Walaupun ini dianggap mitos namun ini sesuatu yang dipercayai oleh masyarakat yang mempercayainya. Sekaligus gambaran mentalitas yang menjadi fokus dari mitos tersebut. 

Menurut Buya Hamka di Sejarah Umat Islam, mitos tetaplah mitos, namun mitos bisa jadi berasal dari kenyataan yang ada. Dalam buku ini juga, Buya Hamka banyak mengkoleksi mitos-mitos yang menyebar berkaitan dengan Islamisasi di Nusantara.

Sember:
Jas Mewah, Tiar Anwar Bachtiar, Pro-U Media 
Sejarah Umat Islam, Buya Hamka, GIP

Tokoh Islamisasi di Tataran Sunda Sebelum Sunan Gunung Jati Puncak keberhasilan dakwah Islam di Tataran Sunda di era Sunan Gunun...

Tokoh Islamisasi di Tataran Sunda Sebelum Sunan Gunung Jati

Puncak keberhasilan dakwah Islam di Tataran Sunda di era Sunan Gunung Jati. Dia berhasil mendirikan kesultanan Cirebon, Banten dan mengusir penjajah Portugis dari Sunda Kelapa. Namun, sang Sunan bukan orang pertama yang membawa Islam ke tataran Sunda.

Berdasarkan sumber lokal tradisional dipercaya yang pertama menyebarkan Islam di Tataran Sunda adalah Haji Purwa (Purwa berarti pertama). Panggilan ini ditujukan kepada pangeran Bratalegawa, putra kedua Prabu Guru Pangandiparamarta Jayadewantara, Raja Galuh. Dia menyerang tahta kepada adiknya dan lebih memilih sebagai saudagar besar.

Sebab profesinya ini, dia terbiasa berlayar ke Sumatera, China, India, Srilanka, Iran hingga ke Arab. Dia menikah dengan seorang muslimah dari Gujarat yang bernama Farhana binti Muhammad. Melalui pernikahan ini, pangeran Bratalegawa memeluk Islam lalu menunaikan haji dengan julukan Haji Baharuddin. Lalu menetap di Cirebon Girang yang masih berada di bawah kekuasaan Galuh.

Saat itu pengaruh Hindu masih sangat kuat. Menurut Buya Hamka, Haji Purwa sudah berusaha berdakwah di Istana namun gagal dan akhirnya pergi dari Istana untuk meneruskan pengembaraannya.

Bila cerita ini bisa menjadikan dasar, bila dikaitkan dengan usia kekuasaan Prabu Guru Pangandiparamarta Jayadewantara yang berkuasa selama 14 tahun dari 1357 M hingga 1371 M, maka dapat diketahui bahwa keislaman dan dakwah Pangeran Bratalegawa atau Haji Purwa terjadi pada abad 14 M.

Dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, pada abad ke 14 telah datang ke Tataran Sunda seorang Syeikh Nurjati dari Persia bersama 12 muridnya untuk menyebarkan Islam. Atas ijin penguasa, dia diperbolehkan menetap di Muarajati Cirebon dan mendirikan pesantren.

Ketika Majapahit masih berdiri, Kapal Laksamana Ceng Ho dari Tiongkok berlabuh di Karawang. Seorang ulama yang bernama Syeikh Qura memilih tinggal di Karawang dan menikah dengan Ratna Sondari putri penguasa Karawang. Sedangkan Ceng Ho meneruskan perjalanannya. Syeikh Qura membangun pesantren dan leluasa menyebarkan ajaran Islam.

Sumber:
Jas Mewah, Tiar Anwar Bachtiar, Pro-U Media
Sejarah Umat Islam karya Buya Hamka, GIP

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (230) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (338) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (15) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (4) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (210) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (174) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (122) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (125) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)