basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Yahudi Takkan Pernah Menguasai Palestina Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Yahudi saat ini tidak akan p...

Yahudi Takkan Pernah Menguasai Palestina

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Yahudi saat ini tidak akan pernah menguasai Palestina secara mutlak. Seperti itu perjalanan sejarahnya.

Penguasa Palestina secara mutlak hanya terjadi di era Nabi Dawud dan Sulaiman. Itu pun dibantu oleh bangsa Arab dari kerajaan Saba dan Kan'an.

Nabi Daud dan Sulaiman bukanlah Yahudi, tetapi dari bani Israel yang muslim. Sedangkan Yahudi yang menjajah Palestina sekarang bukan dari Bani Israel

Nabi Yusya bin Nun masuk Palestina pasca wafatnya Nabi Musa, Bani Israel hanya di Jericho saja. Baitul Maqdis terlalu kuat untuk ditaklukkan.

Versi lain, Setiap klan Bani Israel menguasai klan bangsa Kan'an saja. Mereka tetap terpecah hingga akhirnya Nabi Samuel menyatukan dengan diangkatnya Thalut.


Setelah itu muncullah Nabi Dawud  dan Sulaiman, usia pemerintahannya sekitar 80 tahun. Setelah itu terpecah menjadi dua, di Nablus dan Al-Aqsha

Sejarawan mencatat Bani Israel di Palestina hanya 400 tahun, sisanya di luar Palestina. Sedangkan keberadaan penduduk asli Palestina sejak zaman batu.

Bani Israel selalu membutuhkan Nabi dan Rasul untuk membangkitkan kejayaannya. Padahal Nabi dan Rasul tak muncul lagi.

Nabi dan Rasul di era Bani Israel hanya untuk mewujudkan kepentingan egonya saja. Setelah itu mereka bunuh atau didurhakai kembali.

Secanggih apapun kecerdasan, ilmu pengetahuan dan teknologi Yahudi, tetap tak bisa mewujudkan impiannya. Ada syarat yang tak ada padanya

Memahami Pola Takdir dari Al-Fatihah, Kisah Rasul dan Sejarah Palestina Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hat...

Memahami Pola Takdir dari Al-Fatihah, Kisah Rasul dan Sejarah Palestina

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Membaca jalan takdir. Apakah takdir itu misterius, ghaib dan tak terduga? Atau memiliki pola baku? Pahamilah 2 ayat terakhir surat Al Fatihah.

Takdir itu tidak serampangan. Takdir itu ada tata kelolanya. Sebab, Allah itu Maha Pengatur, Pembentuk dan Berilmu. Tata surya saja ada polanya.

Daun yang jatuh saja ada aturannya. Allah mengetahui semua daun yang berguguran, semut hitam di batu hitam saat malam hari. Semuanya dibawah kekuasaan-Nya.

Pola takdir itu ada tiga. Jalan mereka yang diridhai. Jalan kebodohan. Jalan Kesesatan. Setiap jalan berakhir digaris finish yang berbeda-beda.

Bagaimana garis finish setiap perjalanan? Bacalah perjalanan kisah para Nabi dan Rasul. Dalam setiap kisah ada 3 pola takdir yang berlaku secara pararel.

Pola takdir apa yang kita pilih dan jalani? Takdir untuk mereka yang diridhai Allah? Takdir mereka yang sesat? Takdir mereka yang bodoh? Terserah kita sendiri.

Kitalah yang memilih takdir. Kitalah yang menentukan takdir sesuai pola takdir yang sudah disediakan dan ditetapkan oleh Allah.

Bila sudah memilih pola takdir, maka semua peristiwa, kejadian dan fragmen hidup tidak lagi penting dan substansial. Sebab akibatnya sudah tahu sejak awal

Takdir yang diridhai Allah, kemudahan, jalan keluar dan rezeki tak terduga, dibukanya kemenangan, diperbaikinya kesalahan dari semua ragam peristiwa yang dialami.

Takdir kebodohan dan kesesatan adalah kerusakan, kesulitan dan kehancuran, walaupun kekayaan paling kaya dan kekuasaan tertinggi dalam genggamannya.

Takdir yang diridhai Allah dipayungi wahyu dan sunah Rasulullah saw. Takdir kesesatan dan kebodohan, mengandalkan akal, ilmu dan ragam kekuatan selain Allah.

Apakah takdir kebodohan dan kesesatan bisa meraih kekayaan dan kekuasaan? Bisa saja. Namun ada batas waktu dan volume maksimalnya.

Perhatikan Palestina, masa kejayaan Yahudi hanya 80 tahun. Nasrani ratusan tahun. Umat Islam ribuan tahun. Itulah contoh nyata pemilihan takdir

Sikap Kepada Munafikin Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Mengapa Allah menghadirkan para munafikin? Aga...

Sikap Kepada Munafikin

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Mengapa Allah menghadirkan para munafikin? Agar semakin cerdik, waspada dan beristiqamah di tengah serbuan keraguan, kecaman, dan grogotan kamuflase internal. Apakah masih berakhlak? Apakah masih berlapang dada? Seperti Rasulullah saw yang mencegah Sahabat yang ingin membunuh bapaknya karena sangat jelas seorang munafik.

Seorang munafik fokusnya membangun aliansi dan berkhianat dengan Yahudi dan kafirin untuk menghancurkan dan melemahkan umat islam yang seiman dengannya. Karena ingin berkuasa dan lebih berpengaruh di mata masyarakat. Mengundurkan diri saat tengah berhada-hadapan dengan musuh untuk menghancurkan moral juang muslimin.

Membuat desas desus, berita bohong, dan terus menyebarkan keraguan terhadap kepemimpinan kaum muslimin dan menerapkan Islam dalam kehidupan. Mereka senantiasa mencari-cari kekurangan dan menjelek-jelekannya hingga kesatuan muslimin menjadi rusak dan terbelah.

Kaum munafikin mencela kebijakan  Rasulullah saw terhadap pembagian zakat. Padahal berdasarkan firman Allah? Munafikin mencela akhlak dan watak Rasulullah saw yang dianggap mudah mempercayai berita bohong, dan gampang terpengaruh fitnah. 

Para munafikin sangat mudah dan berani bersumpah palsu dan dusta. Dengan sikap ini mereka berhasil membela diri dan mencoba memperoleh ridha banyak orang. Lihatlah di peristiwa Tabuk. Mereka berhasil membuat banyak alasan yang penuh kebohongan saat Rasulullah saw bertanya alasannya tidak berangkat perang Tabuk.

Bagaimana Rasulullah saw bersikap? Rasulullah saw tetap menebarkan rahmat kepada mereka. Menghukum mereka sesuai kondisi lahiriyah. Tidak mengusut semua kondisi detail mereka. Tidak mendetailkan dan menyelidiki hal-hal yang tersembunyi dalam urusan mereka. Namun Allah telah membongkar kedok-kedok mereka melalui Firman-Nya.

Namun bila sikapnya sangat membahayakan keutuhan dan menghancurkan kaum muslimin, maka Rasulullah saw membongkar seluruh rencana para munafikin dihadapan mereka secara jelas dan gamblang. Bila mereka benar-benar  bertaubat, maka akan tetap diampuni oleh Allah. 

Kediktatoran, Periode Penyiapan Umat Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Masa nubuwah yang kedua terjadi ...

Kediktatoran, Periode Penyiapan Umat

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Masa nubuwah yang kedua terjadi setelah era penguasa yang penuh kediktatoran. Era kediktatoran adalah era dimana kaum muslimin bagaikan buih di lautan. Inilah era kezaliman yang sangat pekat. Darah kaum muslimin sangat  murah tak berharga. Mengapa zaman ini hadir?

Shalahuddin Al Ayubi lahir setelah diterjang badai tentara Salib. Saifuddin Qutudz lahir setelah terjangan membabi butanya bangsa Mongol yang kejam dan keji. Sehingga dalam surat tantangannya, bangsa Mongol merasa bisa mengalahkan Tuhan. 

Kediktatoran yang menerjang menguatkan kaum muslimin. Kezaliman yang menimpa membuat kaum muslimin kembali kepada Islam. Kembali membuka solusi apa yang harus dilakukan. Membuka kembali bagaimana generasi sebelumnya memecahkan persoalan dan tantangannya.

Dalam kondisi yang terhina, para pendekar mencari kitab jurus masa lalu yang sudah disiapkan untuk menghadapi masa depan. Mereka kembali ke perguruannya. Kembali ke tempat para gurunya pernah menyendiri untuk menempa kekuatan. Karena solusi sudah ada sebelum persoalan itu hadir.

Tubuh manusia memiliki benteng pertahanan yang sangat kokoh. Juga, serangan yang mematikan. Saat virus, bakteri, kuman dan beragam jenis patogen menyerang pertama kali, tubuh manusia terpapar sakit. Saat tubuh sudah bisa mengidentifikasi,  antibodi diproduksi  yang sesuai dengan patogennya dengan cepat dan tepat untuk menghancurkannya.

Antibodi manusia mampu menghancurkan segala jenis patogen yang telah muncul di masa lalu, yang terjadi di hari ini, dan segala yang terjadi hingga hari kiamat nanti. Itulah keajaiban manusia yang dianugerahkan Allah tanpa diminta oleh manusia itu sendiri.

Umat Islam dianugerahkan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw untuk menghadapi persoalan zaman. Seberapa cepat memecahkan persoalannya? Tergantung seberapa cepat menghadirkan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah saw dalam kehidupan kesehariannya. Kediktatoran dan kezaliman dihadirkan Allah agar kaum muslimin kembali kepada Allah.

Proyek Penerjemahan Seluruh Peradaban Dunia Ada di Era Masa Abbasiyah Penerjemahan ilmu pengetahuan yang berasal dari luar dunia...

Proyek Penerjemahan Seluruh Peradaban Dunia Ada di Era Masa Abbasiyah


Penerjemahan ilmu pengetahuan yang berasal dari luar dunia Islam terjadi secara besar-besaran pada zaman Dinasti Abbasiyah yang berkuasa di Baghdad. Kemenangan tentara Islam pada masa Khalifah al-Mahdi dan al-Rasyid dari Dinasti Abbasiyah atas Bizantium (Romawi Timur) memunculkan sebuah gerakan intelektual dalam sejarah Islam. Gerakan intelektual tersebut, menurut sejarawan Phillip K Hitty, disebabkan oleh masuknya berbagai pengaruh asing, seperti Yunani, Persia, dan India.

Penerjemahan dimulai dengan menerjemahkan karya ilmu pengetahuan, filsafat, dan sastra dari bahasa Yunani, Persia, Sansekerta ke dalam bahasa Arab. Tiga perempat abad setelah berdirinya Baghdad, yaitu pada awal abad kesembilan, pusat dunia literatur Arab itu telah memiliki karya-karya fil safat utama Yunani, seperti karya Aristoteles, Plato, dan juga karyakarya Persia serta India.

Era penerjemahan oleh Dinasti Abbasiyah berlangsung selama satu abad dimulai sejak 750 M. Persentuhan dengan budaya Yunani bermula ketika Dinasti Abbasiyah pada masa Khalifah al-Ma’mun mulai memasuki wilayah kekuasaan Bizantium, seperti Antiokia, Iskandariyah, Suriah, Amorium, dan Ankara. Bahkan, Khalifah al-Manshur diriwayatkan berhasil memperoleh sejumlah buku dalam bahasa Yunani sebagai hadiah dari raja Bizantium. Titik tertinggi pengaruh Yunani terjadi pada masa Khalifah al-Ma’mun.

Kecenderungan sikap rasionalis khalifah dan para pendukungnya dari ke lompok Muktazilah yang menyatakan bahwa teks-teks keagamaan harus bersesuaian dengan nalar manusia, mendorongnya untuk mencari pembenaran bagi pendapatnya dalam karya-karya filsafat Yunani.

Namun, orang Arab tidak memahami bahasa Yunani sehingga hanya bisa bersandar pada terjemahan yang dibuat oleh penganut Kristen Nestorian. Orang Kristen Nestorian dari Suriah yang berada di bawah kekuasaan Abbasiyah menguasai bahasa Yunani dan Aramaik, yaitu bahasa Semit kuno yang bertahan di Suriah sejak zaman Yesus.

Aramaik dialek Suriah disebut juga bahasa Siriak. Karena itu, karya-karya Yunani pertama-tama diterjemahkan ke dalam bahasa Aramaik dulu, baru kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.


Para penerjemah Nestorian tidak tertarik menerjemahkan karya-karya sastra Yunani. Mereka umumnya lebih sering menerjemahkan karya Yunani bidang filsafat, kedokteran, ilmu penge tahuan, dan astronomi. Dengan demikian, tidak terjadi kontak antara pengetahuan Arab dan drama, puisi, serta sejarah Yunani.

Karya-karya yang diterjemah kan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, seperti buku kedokteran Yunani karya Galen (wafat 200 M), matematika, dan ilmu pengetahuan gabungan karya Euclides (wafat 300 SM), yakni Element dan Almagest, yang diter jemahkan ke dalam bahasa Arab menjadi al Majisthi, serta karya Claudius Ptolemeus (wafat 168 M).

Salah satu penerjemah pertama dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab adalah Abu Yahya Ibn al- Bathriq (wafat 806 M) yang menerjemahkan karya-karya Galen dan Hipokrates (wafat 436 SM) untuk Khalifah al-Manshur. Dia juga menerjemahkan Quadripartitum karya Ptolemeus untuk khalifah Dinasti Abbasiyah lainnya.

Penerjemah lainnya adalah seorang penganut Kristen asal Suriah, yakni Yahya Ibn Masawayh (wafat 857 M). Ibn Masawayh telah menerjemahkan beberapa manuskrip untuk Khalifah Harun al-Rasyid, ter utama naskah tentang kedokteran yang dibawa khalifah dari Ankara dan Amorium.

Penerjemah lainnya adalah Hunayn Ibn Ishaq (wafat 873 M). Hunayn adalah penganut Kristen Nestorian yang menjadi asisten Ibn Masawayh. Hunayn banyak menerjemahkan kar ya-karya ilmiah, salah satunya adalah Hermeneutica, karya Aristoteles yang diterjemahkan ke dalam bahasa Aramaik, kemudian dialihbahasakan menjadi bahasa Arab.

Selain itu, Hunayn juga menerjemahkan buku Galen, Hipokrates, Dios korides, dan Plato. Tujuh buku Galen tentang anatomi juga diterjemahkan oleh Hunayn.
Salah satu karya Plato yang diterjemahkan Hunayn adalah Republic (Siyasah) dan karya Aristoteles, seperti Categories (Maqulat), Physics (Tha bi’iyat) dan Magna Moralia (Khulqi yat). 

Sebagai upah menerjemahkan, Hunayn mendapatkan emas seberat buku yang ia terjemahkan. Karier Hunayn selesai ketika ia yang juga ber profesi sebagai dokter menolak pe rin- tah Khalifah al-Mutawakkil untuk meracuni lawan politiknya.

Penerjemah lainnya adalah Tsabit bin Qurrah (wafat 901 M), lagi-lagi penganut Kristen Nestorian. Tsabit menerjemahkan sejumlah karya Yunani tentang matematika dan astronomi, termasuk karya Archimedes (wafat 212 SM). Beberapa terjemahan karya Euklides oleh Hunayn direvisi oleh Tsabit. Pekerjaan Tsabit ini didukung penuh oleh Khalifah al-Mutadhid.

Selain Yunani, peradaban lain yang banyak berpengaruh pada tradisi penerjemahan pada masa Dinasti Abbasiyah adalah India. Sekitar 771 M, seorang pengembara India memperkenalkan naskah astronomi yang berjudul Siddhanta (Sindhind dalam bahasa Arab) ke Baghdad. Atas perintah khalifah al-Manshur, naskah Sinddhanta kemudian diterjemahkan oleh Muhammad Ibn Ibrahim al-Fazari (wafat 806 M) yang kemudian menjadi astronom Muslim pertama. Ilmuwan Muslim paling menonjol pada zamannya, al-Kha warizmi (wafat 850 M), menjadikan terjemahan astronomi al-Fazari sebagai rujukan untuk menulis tabel astronomi.

Tak hanya membawa naskah astronomi, pengembara India tersebut juga membawa naskah matematika. Karena itu, bilangan di Eropa disebut dengan bilangan Arab dan bilangan Hindi masuk ke dunia Arab. Tak hanya itu, pada abad sembilan, India juga memberikan sumbangan penting terhadap ilmu matematika Arab, yaitu sistem desimal.

Dari peradaban Persia, penerjemahan yang dilakukan umumnya adalah penerjemahan karya sastra yang diubah ke dalam bahasa Arab, salah satunya adalah karya sastra Kalilah wa Dimnah. Kalilah wa Dimnah adalah sebuah karya sastra terjemahan dari bahasa Persia yang sebelumnya merupakan terjemahan dari bahasa Sansekerta. Karya sastra asli Kalilah wa Dimnah dibawa dari India ke Persia. Karya sastra ini kemudian menjadi landasan terjemahan karya sastra ke dalam 40 bahasa lainnya.

Kalilah wa Dimnah berisi tentang panduan mengenai hukum-hu kum pemerintahan yang disampaikan dalam bentuk fabel. Nas kahnya diterjemah kan ke dalam bahasa Arab oleh Ibn al-Muqaffa, seorang penganut Zoroaster yang telah me meluk Islam. Terjemahan al-Mu qaf fa tampil sebagai karya yang bernuansa puitis. Sejak saat itu, prosa Arab masa Dinasti Abbasiyah memunculkan nuansa Persia dalam gaya yang elegan, imajinasi yang hidup, dan ungkapan-ungkapan bersayap.

Tak hanya karya sastra, karya astronomi lainnya juga diterjemahkan dari bahasa Persia ke dalam bahasa Arab oleh kepala perpustakaan zaman Harun al-Rasyid, yaitu al Fadhl bin Nawbakhti (wafat 815 M). Semua karya terjemahan dari Yunani, India, dan Persia itu akhirnya mengisi koleksi perpustakaan terbesar di dunia zaman itu, Bayt al-Hikmah.

Lewat upaya penerjemahan karya Yunani, Persia, dan India oleh dunia Islam inilah akhirnya Eropa mendapat kembali akses ilmu pengetahuan dengan menerjemahkan naskah ilmu penge tahuan dalam bahasa Arab itu ke bahasa Latin. Padahal, naskah Yunani sebelumnya ada di depan pintu rumah mereka, namun terabaikan.

Harran yang terletak di wila yah Turki saat ini atau Mesopotamia Atas pada masa lalu adalah kota yang menjadi lokasi bagi pusat penerjemahan pada masa Dinasti Abbasiyah. Letaknya yang di wilayah Asia Minor membuat Harran mudah menjadi tempat berkumpulnya para ahli bahasa Yunani dari Suriah.

Saat itu, penerjemahan dilakukan secara tradisional. Ketika terbentur dengan kalimat-kalimat yang sulit dipahami dalam bahasa aslinya, terjemahan dilakukan kata demi kata. Ketika satu istilah tidak dijumpai atau dikenal padanannya dalam bahasa Arab, istilah-istilah tersebut diterjemahkan secara sederhana dengan beberapa adaptasi. Seperti, istilah aritmatika dalam bahasa Arab menjadi aritsmathiqi, geometri menjadi jumathriya, geografi menjadi jigrafiyah, filsafat menjadi falsafah, magnet menjadi maghnaathis, dan organ menjadi urghun.

Dari Sekolah Harran, lahirlah al- Hajjaj Ibn Yusuf Ibn Mathar (wafat 833 M), seorang penerjemah naskah matematika dan astronomi yang dikenal karena menjadi orang pertama yang menerjemahkan karya Eullides, yaitu Element dan Almagest, karya Ptolemeus. Karya terjemahan edisi pertama itu dibuat dalam dua versi, yaitu untuk Khalifah Harun al-Rasyid dan untuk Khalifah al-Ma’mun, sebelum Hunayn menerjemahkan kembali buku itu.

Al-Hajjaj menerjemahkan Alma gest, buku tentang astronomi berbahasa Aramaik. Upaya pertama untuk menerjemahkan Almagest telah dilakukan sejak masa pemerintahan Khalifah Harun al-Rasyid, namun hasil terjemahan tidak memuaskan. Penerjemahan buku tersebut kemudian dilakukan oleh penerjemah yang juga ahli astronomi dan matematika Islam, Abu al Wafa Muhammad al-Buzjani al- Hasib (wafat 998 M).

Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.photo
Selain al-Hajjaj, lahir juga penerjemah naskah matematika dan astronomi lainnya, yakni Quatha Ibn Luqa (wafat 922 M) yang telah menghasilkan 34 karya terjemahan. Kemudian, mun cul Yahya Ibn Adi (wafat 974 M) dan Abu Ali Isa Ibn Zur’ah (wafat 1008 M). Mereka memperbaiki naskah terjemahan dari karya-karya Aristoteles.

Tak hanya sekolah penerjemahan di Harran, pada masa Khalifah al Ma’mun juga dibangun Bayt al-Hik mah di Baghdad. Bayt al-Hikmah me rupakan sebuah perpustakaan, aka demi, sekaligus biro penerjemah an. Buku-buku yang terdapat dalam Bayt al-Hikmah yang berbahasa selain bahasa Arab (bahasa Yunani, India, dan Persia) diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Buku-buku yang diterjemahkan tersebut adalah buku-buku matematika, astronomi, kedokteran, kimia, dan geografi.

Di Bayt al-Hikmah, buku-buku di simpan sesuai dengan kategori tertentu dan di sini para cendekiawan yang juga penerjemah berkumpul tuk berdiskusi dan menerjemahkan. Ba nyak sekali manuskrip ataupun buku dalam berbagai subjek yang diterjemahkan di Bayt al Hikmah. Namun, sebagian besar karya terjemahan tersebut hancur akibat serangan Mongol atas Baghdad pada 1258 M dan hanya sedikit naskah berhasil diselamatkan ke Armenia.

Sumber:
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/p96ckd313

Kisah Nabi Yunus AS dan Penyesalannya dari Dalam Perut Paus   Sebagai manusia, kita dilengkapi Allah dengan karsa atau kemampuan...

Kisah Nabi Yunus AS dan Penyesalannya dari Dalam Perut Paus

 
Sebagai manusia, kita dilengkapi Allah dengan karsa atau kemampuan untuk berkehendak. Namun, seringkali nafsu lebih besar daripada logika, sehingga kita tidak berpikir matang sebelum bertindak. Akhirnya penyesalan datang. Salah satu Nabi yang mengajarkan kepada kita tentang konsekuensi penyesalan adalah Nabi Yunus. Seperti apakah kisahnya?

Nabi Yunus hidup sekitar abad ke-8 Setelah Masehi, tepatnya setelah masa Nabi Ilyas dan Ilyasa. Beliau disebutkan berasal dari Palestina atau saat itu disebut sebagai negeri Syam. Allah memerintahkan Nabi Yunus untuk menyeru penduduk Ninawa agar menyembah-Nya. Kota Ninawa sendiri terletak di Mosul, Irak.

Kisah Nabi Yunus dalam Al-Qur’an
Yunus termasuk salah satu Nabi yang kisahnya diceritakan berkali-kali dalam Al-Qur’an. Bahkan, namanya diabadikan menjadi salah satu surah. Allah menceritakan kisah Nabi Yunus sebanyak empat kali dalam kitab-Nya tersebut.

Pertama, kisah Yunus alaihissalam disebutkan Allah dalam Surah Yunus (10) ayat 98:

“Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus) itu beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu.”

 

Kemudian Allah menyebutkannya pada Surah Al-Anbiya’ (21) ayat 87—88:

“Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ‘Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim’.

Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.”

 

Kisah Nabi Yunus juga dapat kita temukan pada Surah As-Saffat (37) ayat 139—148:

“Dan sungguh, Yunus benar-benar termasuk salah seorang Rasul, (ingatlah) ketika dia lari, ke kapal yang penuh muatan, kemudian dia ikut diundi ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam undian).

Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berzikir (bertasbih) kepada Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari kebangkitan.

Kemudian Kami lemparkan dia ke daratan yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit. Kemudian untuk dia Kami tumbuhkan sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus ribu (orang) atau lebih, sehingga mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu.”


 

Terakhir, Allah mengisahkan tentang Nabi Yunus pada Surah Al-Qalam (68) ayat 48—50:

“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan ketika dia berdoa dengan hati sedih.

Sekiranya dia tidak segera mendapat nikmat dari Tuhannya, pastilah dia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela. Lalu Tuhannya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang yang saleh.”



Nabi Yunus diutus Allah untuk mengajak kaumnya menyembah hanya kepada Allah SWT. Namun kaumnya menolak hingga membuat nabi Yunus marah dan pergi meninggalkan mereka. Di tengah perjalanan Nabi Yunus menghadapi masalah, namun Allah memberikan pertolongan. Kisah nabi Yunus AS mengajarkan kita arti amarah dan pentingnya bersabar.

Nabi Yunus Pergi Meninggalkan Kaumnya
Nabi Yunus diutus oleh Allah untuk berdakwah pada penduduk Ninawa. Ketika mendapatkan perintah tersebut, perjalanan panjang melintasi padang pasir yang luas dan gersang pun ditempuh Nabi Yunus dari negeri Syam.

Sesampainya di Ninawa, Yunus alaihissalam mendapati para penduduknya tenggelam dalam kekafiran. Mereka menjadikan berhala sebagai Tuhan. Ritual penyembahan terhadap berhala ini telah berlangsung lama.

Sebagai pendatang, Nabi Yunus dianggap orang asing oleh penduduk setempat. Ketika beliau memulai dakwahnya dan mengajak kaum Ninawa untuk menyembah Allah, mereka malah mengolok-olok Nabi Yunus.

Dakwah Nabi Yunus pun tak pernah dianggap oleh kaum Ninawa. Bahkan mereka merasa Nabi Yunus telah melakukan penghinaan terhadap berhala dan agama nenek moyang. Mendapati respon kaum Ninawa yang seperti itu Nabi Yunus tetap sabar.

Tahun demi tahun berlalu, kondisi tersebut belumlah berubah. Hingga sampai 33 tahun Nabi Yunus berdakwah, hanya dua orang penduduk Ninawa saja yang mendengarkan beliau. Nama mereka adalah Tanuh dan Rubil.

Sampai pada suatu hari, habis sudah kesabaran Nabi Yunus menghadapi kaum Ninawa yang keras kepala itu. Beliau pun berniat meninggalkan kaumnya. Namun, sebelum beliau pergi, Nabi Yunus menyampaikan kepada penduduk Ninawa bahwa azab Allah akan datang. Kemudian pergilah Nabi Yunus dalam keadaan sedih, kecewa, dan marah.

 

Nabi Yunus Melompat ke Laut dan Ditelan Ikan Paus
Beranjak dari Ninawa, Nabi Yunus menuju dermaga dan menumpang pada sebuah kapal. Cuaca cerah saat kapal sedang bersandar sehingga sang nakhoda mengizinkan Nabi Yunus untuk ikut naik, meski ia tahu kapalnya sudah kelebihan muatan.

Sampai di tengah laut, cuaca tiba-tiba memburuk. Awan hitam bergulung-gulung, angin kencang, dan gelombang besar tiba-tiba memerangkap kapal. Badai besar itu membuat kapal tidak stabil. Nabi Yunus pun mengajak nakhoda dan seluruh penumpang kapal untuk berzikir kepada Allah.

Sang nahkoda kemudian memerintahkan kepada seluruh penumpang untuk membuang barang bawaan mereka ke laut. Harapannya, dengan beban yang berkurang kapal akan bisa kembali stabil. Ternyata tidak demikian kenyataannya.


Akhirnya sang nakhoda harus mengambil keputusan pahit, yaitu mengurangi jumlah penumpang kapal. Agar adil, penentuan siapa penumpang yang harus keluar dari kapal pun dilakukan dengan undian.

Sang nahkoda meminta seluruh penumpang menuliskan nama mereka, kemudian proses pengundian pun dimulai. Pada pengundian pertama nama yang keluar adalah YUNUS. Namun seluruh penumpang menolak hasil tersebut sehingga diulang kedua kalinya.

Pengundian kedua kali juga mengeluarkan nama yang sama, YUNUS. Meski para penumpang lainnya masih keberatan, tetapi Nabi Yunus menerima hasil undian tersebut dengan ikhlas. Hal ini sesuai dengan firman Allah pada Surah As-Saffat ayat 141 di atas, “kemudian dia ikut diundi ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah (dalam undian).”

Beliau pun menceburkan dirinya ke laut setelah menyebut asma Allah. Dalam beberapa riwayat dikisahkan bahwa setelah Nabi Yunus terjun ke laut, cuaca kembali cerah dan lautan kembali tenang.

Di laut, Nabi Yunus diombang-ambingkan gelombang. Kemudian Allah memerintahkan seekor ikan paus untuk mendekat dan menelan Nabi Yunus tanpa meremukkan tulang dan daging beliau.

Ada pula pendapat yang menyatakan bahwa ikan yang menelan Nabi Yunus adalah ikan Nun (merujuk pada Surah Al-Anbiya’ ayat 87). Ikan itu disebut-sebut masih hidup saat ini dan akan terus hidup hingga hari kiamat. Pendapat tersebut merujuk pada Surah As-Saffat ayat 144, “ … niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari kebangkitan.”

Di dalam perut ikan yang gelap, Nabi Yunus sempat mengira dirinya telah meninggal. Allah pun mewahyukan bahwa beliau ada di dalam perut ikan. Nabi Yunus pun menggerakkan kakinya dan bersujud.

Tak lama kemudian, Nabi Yunus mendengar suara-suara tasbih dari para penghuni lautan. Hal ini mengilhamkan kepada beliau untuk menyadari kesalahannya. Nabi Yunus pun sadar bahwa keputusannya meninggalkan kaum Ninawa dalam keadaan marah adalah hal yang tidak benar. Karena itu Allah menghukum beliau dengan memenjarakan di dalam perut ikan.

Hal ini seperti firman Allah pada Surah As-Saffat ayat 142 di atas, “Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.” Sebutan ‘tercela’ pada ayat tersebut menandakan Allah tidak berkenan pada keputusan Nabi Yunus meninggalkan kaumnya.

Allah juga menegaskan kekecewaan-Nya pada Nabi Yunus dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 87. “Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, …”

Sadar akan kesalahan beliau, Nabi Yunus pun lantas berdoa sebagaimana yang Allah kisahkan dalam lanjutan ayat ke-87 Surah Al-Anbiya’ di atas. “ … maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap, ‘Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim’.”

Allah pun memperkenankan doa Nabi Yunus, seperti yang Dikisahkan dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 88. “Maka Kami kabulkan (doa)nya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman.”

Allah memerintahkan kepada ikan paus untuk memuntahkan Nabi Yunus sehingga beliau terdampar di daratan yang tandus. Tubuh Nabi Yunus pun dalam keadaan lemah dan sakit karena kekurangan nutrisi di dalam perut ikan. Untuk itu Allah menyembuhkan beliau dengan menumbuhkan tanaman yaqthinah (sejenis labu) dan meminta Nabi Yunus memakannya.

Hal ini dikisahkan Allah dalam Surah As-Saffat ayat 145—146. “Kemudian Kami lemparkan dia ke daratan yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit. Kemudian untuk dia Kami tumbuhkan sebatang pohon dari jenis labu.”




Adapun mengenai berapa lama waktu Nabi Yunus berada dalam perut ikan, ada beberapa perbedaan pendapat di antara para ahli tafsir. Ada yang menyebutkan bahwa Yunus alaihissalam ditelan ikan paus pada waktu dhuha dan dimuntahkan kembali sore harinya.

Ada pula yang berpendapat Nabi Yunus ditelan selama 3 hari. Pendapat lain menyebutkan bahwa beliau berada di dalam perut ikan selama 7 hari. Namun, pendapat yang paling masyhur adalah selama 40 hari.

 

Pertobatan Kaum Ninawa dan Kembalinya Nabi Yunus ke Tengah Mereka
Seperginya Nabi Yunus dengan kekecewaan terhadap kaum Ninawa, azab Allah benar-benar datang beberapa hari kemudian, seperti yang beliau janjikan. Awan gelap menutupi langit bersama petir menggelegar, angin kencang menyapu rumah, peternakan, dan ladang kaum Ninawa. Tak sampai di situ, gempa besar juga Allah timpakan kepada mereka.

Penduduk Ninawa pun sadar, peringatan yang disampaikan Nabi Yunus benar-benar terjadi. Karena itulah mereka bertobat dan menyebut nama Allah untuk memohon perlindungan. Kaum Ninawa juga mencari Nabi Yunus, sayangnya saat itu beliau sudah pergi.

Pertobatan yang dilakukan kaum Ninawa ini serius dan jujur. Seluruh penduduk, laki-laki, perempuan, anak-anak, tua, muda, semua luruh dalam khusyuk menyebut asma Allah. Melihat kejujuran pertaubatan mereka, Allah pun menerima dan menghentikan azab-Nya.

Peristiwa tersebut sebagaimana diceritakan Allah dalam Surah Yunus ayat 98 di atas:

“Maka mengapa tidak ada (penduduk) suatu negeri pun yang beriman, lalu imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus) itu beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai waktu tertentu.”

Allah menuntun Nabi Yunus untuk kembali kepada kaum Ninawa. Kaum yang telah bertaubat itu menyambut Yunus alaihissalam dengan sukacita. Allah pun memberikan keberkahan dan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu, seperti yang disebutkan dalam Surah Yunus ayat 98 di atas.

Kembalinya Nabi Yunus kepada kaum Ninawa juga diabadikan Allah dalam Surah As-Saffat ayat 147—148. “Dan Kami utus dia kepada seratus ribu (orang) atau lebih, sehingga mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu.”

 

Pelajaran dari Kisah Nabi Yunus
Dari kisah Nabi Yunus di atas, ada pelajaran yang bisa kita ambil, sebagai berikut:

Sabar dalam menyeru kepada kebaikan
Kepergian Nabi Yunus dari kaum Ninawa memperlihatkan bahwa beliau kurang sabar dalam dakwah atau menyeru kepada kebaikan. Perilaku seperti ini ternyata tidak disukai Allah.

Hal tersebut Allah nyatakan dalam beberapa ayat Al-Qur’an:

“Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya ….” (Surah Al-Anbiya’ ayat 87)
“Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela.” (Surah As-Saffat ayat 142)
Allah pun meminta Nabi Muhammad untuk bersabar dan tidak mencontoh sikap Nabi Yunus di atas, sebagaimana dinyatakan-Nya dalam Surah Al-Qalam ayat 48:

“Maka bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah engkau seperti (Yunus) orang yang berada dalam (perut) ikan ketika dia berdoa dengan hati sedih.”

Ayat tersebut sekaligus memberitahukan kepada kita bahwa dalam berdakwah atau menyeru kepada kebaikan, kita harus senantiasa bersabar. Karena Allah bersama orang-orang yang bersabar.

 

Memperbanyak zikir kepada Allah
Berzikir atau mengingat Allah adalah upaya kita untuk senantiasa dekat dengan Allah. Berzikir juga menjadi upaya untuk membuat hati kita tenang, sebagaimana firman Allah dalam Surah Ar-Ra’d ayat 28, “ …. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”

Memperbanyak zikir ternyata juga dapat menjadi penyebab datangnya pertolongan Allah. Seperti firman-Nya ketika mengisahkan tentang Nabi Yunus pada Surat As-Saffat ayat 143—144 di atas:

“Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berzikir (bertasbih) kepada Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari kebangkitan.”

 

Berserah diri dan memohon ampunan kepada Allah
Pada kisah Nabi Yunus di atas, kita dapat melihat bahwa ketika beliau menyadari kesalahannya kemudian memohon ampunan dan berserah diri kepada Allah, Dia memberikan pertolongan.

Allah telah mengilhamkan kepada Nabi Yunus untuk menyampaikan doa yang luar biasa, “Laa ilaha illa Anta, Subhanaka inni kuntu min al-zhalimin.” Artinya, “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.” 

Pada doa tersebut Allah menuntun lisan Nabi Yunus untuk menyebutkan kalimat tauhid terlebih dahulu. Kemudian Dia mengilhamkan Nabi Yunus untuk melanjutkannya dengan tasbih. Hal tersebut guna menunjukkan betapa sempurnanya Allah dan betapa sucinya Dia dari segala kelemahan dan kekurangan.

Setelah itu, Nabi Yunus melanjutkan dengan pengakuan dosa yang telah diperbuatnya. Rasulullah bersabda seperti yang diriwayatkan oleh Saad bin Abi Waqqas, menyoal doa tersebut:

“Doa yang tidak ada seorang hamba Muslim pun mengucapkan, sedangkan ia berada dalam bencana, kecuali Allah pasti akan memperkenankannya.” 

 

Tidak mengambil keputusan saat sedang emosi
Keputusan yang diambil Nabi Yunus dalam keadaan marah—untuk meninggalkan kaum Ninawa—ternyata berbuah hukuman bagi beliau dari Allah, yaitu “dipenjara” di dalam perut ikan. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita untuk menahan diri tidak mengambil keputusan apa pun saat sedang marah atau emosi.

Demikianlah kisah Nabi Yunus dan pelajaran apa saja yang dapat kita petik darinya. Semoga kita dapat meneladani Nabi Yunus sehingga dapat masuk dalam golongan hamba Allah yang saleh dan disayangi-Nya. Amin.

 Sumber:
https://www.google.com/amp/s/www.gramedia.com/best-seller/kisah-nabi-yunus-as/amp/

Nabi Ibrahim dan Empat Ekor Burung Empat ekor burung dilatih oleh sang tuan. Acap kali dipanggil, mereka akan segera mendatangi ...

Nabi Ibrahim dan Empat Ekor Burung



Empat ekor burung dilatih oleh sang tuan. Acap kali dipanggil, mereka akan segera mendatangi "pelatih"nya itu meski berlokasi amat jauh. Burung-burung itu amat jinak dan menuruti setiap panggilannya.

Namun suatu hari, sang tuan menebas burung itu satu persatu. Tak hanya dibunuh, burung-burung cantik itu juga dicincang hingga tubuh mereka terpotong-potong menjadi banyak bagian. Si pemilik burung itu pun mencampur adukan potongan-potongan tubuh hewan peliharaannya.

Ia lalu menaiki bukit kemudian menaruh seperempat bagian cacahan daging. Kemudian menuju bukit lain dan melakukan hal sama. Demikian seterusnya hingga empat bukit.

Pria itu pun kemudian turun dari bukit dan berjalan menjauh. Seakan tak pernah mencincang hewan yang sudah dipelihara dan dilatih tersebut, ia pun kemudian memanggil mereka dengan seruan dan tepukan. Tak lama hewan-hewan yang sudah mati itu mendatanginya dengan kondisi utuh dan hidup. Menakjubkan! Padahal empat burung itu telah dibunuh bahkan dicacah. Potongan tubuh mereka pun bahkan dipisah-pisah jauh. Namun keempatnya hidup kembali.

Pemilik empat burung itu bukan lain sang nabiyullah yang hanif, Nabi Ibrahim 'alaihis salam. Apa yang dikerjakan beliau pun bukan tanpa arti. Bermula ketika bapak agama samawi tersebut melihat bangkai hewan hingga tinggal tulang belulang. Ibrahim yang tengah mencari ketauhidan pun bertanya-tanya, bagaimana Allah menghidupkan kembali bangkai dan jazad yang telah mati.


                                                                                           *****


Nabi Ibrahim pun berseru meminta kepada Allah, "Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati," pinta beliau.

Allah pun berfirman, "Belum yakinkah kamu?"

Ibrahim pun menjawab, "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)," ujarnya. Allah pun kemudian memperintahkan apa yang dilakukan Ibrahim tersebut.

Allah berfirman: "Kalau demikian tujuanmu, ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. Letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera," firman Allah.

Nabi Ibrahim pun segera melaksanakan panduan Allah. Beliau melatih empat ekor burung hingga jinak. Kemudian melakukan seperti yang dikisahkan tadi. Saat memanggil burung-burung yang telah menjadi bangkai, nabi Ibrahim pun takjub bukan main. Hanya dengan "kun" (jadilah), Allah menghidupkan kembali empat burung yang telah tewas, dicacah bahkan dipisahkan bangkai tubuhnya. Maka yakinlah Nabi Ibrahim bahwa Allah Maha Kuasa, mudah bagi Allah menciptakan dan menghidupkan kembali.

 
Kisah Nabi Ibrahim dan empat burung yang membuktikan kuasa sang pencipta Allah tersebut pun dikabarkan dalam Al Qur'an Surah Ibrahim ayat 260. Di akhir ayat disebutkan, "Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". Kabar kisah dipotong-potongnya empat burung kemudian disatukan oleh Allah untuk dihidupkan kembali merupakan kisah tafsiran menurut Ibnu Katsir dan Ath-Thabari.


                                                                                       ****

Ibnu Katsir dalam "Stories of the prophets" menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim merupakan hamba Allah yang bertauhid. Beliau juga banyak melakukan perjalanan kepada Allah yang menghantarkannya pada keyakinan atas keesaan Allah. Kisah diatas pun terjadi saat Nabi Ibrahim ingin tahu mengenai kehidupan setelah kematian. Demikianlah kemudian Nabi Ibrahim meminta petunjuk Allah untuk memberinya pengetahuan. Maka diperintahkanlah tentang empat burung tersebut.

Drai kisah tersebut nampak jelas bahwa Allah Maha segala sesuatu, apa yang diperitahkannya hanya "Kun, fayakun", Jadi, maka terjadilah. Allah maha membangkitkan sebagaimana dalam salah satu sifatNya dari Asmaul Husna, Al Baa`its yakni Yang Maha Membangkitkan. Dalam Al Qur'an banyak disebutkan sifat Allah yang agung tersebut. Dalam Al Qur'an juga disebutkan kemampuan Allah membangkitkan seperti halnya tanaman yang disuburkan setelah mati.

"....Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur," surah Al Hajj 5-7.

Dengan meyakini sifat Allah tersebut, tentu muncul keyakinan atas kebangkitan manusia dari alam kubur. Allah akan membangkitkan setiap manusia yang mati untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di dunia.

"Dan ditiuplah sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. Mereka berkata: "Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?." Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul- rasul(Nya)," Surah Yasin ayat 52.

Sumber:
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/mr38rq

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (248) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (381) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (273) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (446) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (185) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (206) Sirah Sahabat (128) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)