basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Buya Hamka: Para Pemegang Senjata Hendaknya yang Berideologi Allah tidak menyukai orang berkhianat, maka hendaklah orang yang be...

Buya Hamka: Para Pemegang Senjata Hendaknya yang Berideologi

Allah tidak menyukai orang berkhianat, maka hendaklah orang yang beriman menjaga kekuatan. Karena kalau pihak musuh memungkiri janji, kita hanya dapat menegurnya dengan kekuatan. Kalau kita lemah, maka tiap-tiap ada kesempatan niscaya mereka akan menginjak-injak janji mereka.

Berperang agar terhadap agama tidak ada fitnah lagi dan seluruh keagamaan sudah bulat menuju Allah. Bagaimana akan sanggup berperang kalau persiapan kekuatan tidak ada? Sebab itu Allah menegaskan supaya bersiap terus dengan segala alat senjata yang ada.

Di era Rasulullah saw, berperang dengan pedang dan tombak. Kian lama persenjataan kian maju, sampai kepada bedil dengan segala macam senjata, meriam dan akhirnya sampai ke peluru kendali dan nuklir. Ayat, " Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka apa yang kamu bisa." Menandakan terus bersiap siaga menuruti perkembangan persenjataan.

Di zaman Rasulullah saw, kuda sangatlah penting. Hingga sekarang belumlah mundur kepentingan kuda dalam perang. Disamping itu telah timbul kendaraan bermotor untuk perang, Panse Wagon, truk, tank, ditambah lagi kepentingan angkatan udara.

Angkatan perang dalam kesiapsiagaannya hendaklah senantiasa memelihara kudanya dan memautkannya dengan baik, artinya bila datang keadaan tiba-tiba hendaknya dapat siap menaikinya. Saat Umar bin Khatab membangun kota Kufah, dibuatlah tanah lapang di samping masjid sebagai tempat para pemuda melakukan latihan-latihan perang. Latihan memanah, melemparkan tombak, bermain pedang dan berkuda.

Ahli-ahli pertempuran selalu berkata, "The man behind the gun." Artinya, bukan senjata yang menentukan dan memutuskan, melainkan siapa yang berdiri di belakang senjata itu. Karena itu yang ditekankan ialah ketaatan kepada Allah dan Rasul. Jadi, kalau caranya sekarang, hendaklah pemegang-pemegang senjata itu orang yang berideologi. Yang sadar benar untuk apa senjata itu dipakai.

Dengan persiapan perang yang tangguh dan kuat itu akan berpikir musuh 1.000 kali sebelum memerangi kamu atau sebelum memungkiri janji. Orang munafik pun akan berpikir terlebih dahulu sebelum mereka berkhianat.

Terkadang bilamana musuh telah sangat membahayakan muslimin, berkehendak sangatlah dia pada perlengkapan senjata yang lebih banyak. Kadang perbelanjaan negara untuk bidang pertahanan sangatlah besar jika dibandingkan dengan perbelanjaan bidang lain. Kadang orang mengeluh lantaran ini.

Pajak negara terpaksa dinaikkan. Maka "Dan apa pun yang kamu belanjakan di jalan Allah, akan disempurnakan ganjarannya untuk kamu dan kamu tidaklah akan teraniaya." Merupakan peringatan bahwa pengorbanan untuk itu, apa pun yang dibelanjakan pastilah akan disempurnakan ganjarannya di sisi Allah. Masyarakat akan terjaga. Tidaklah kamu dapat diciderai oleh musuh dengan khianat dan curang sehingga kamu tidak binasa dan teraniaya.

Sumber:
Tafsir Al Azhar Jilid 4, Buya Hamka, GIP 

Buya Hamka: Membongkar Kemenangan dan Kekalahan Dalam Pertempuran  Ketaatan kepada Allah dan Rasul, yaitu tunduk, patuh dan disi...

Buya Hamka: Membongkar Kemenangan dan Kekalahan Dalam Pertempuran 

Ketaatan kepada Allah dan Rasul, yaitu tunduk, patuh dan disiplin yang keras terhadap pemimpin tertinggi pertempuran. Dalam perang Badar, Rasul sendiri yang memimpin. Taat kepada Rasul berarti taat kepada Allah.

Jangan berbantah-bantahan, jangan bertengkar, jangan bertindak sendiri-sendiri, sebab bagaimana pun banyak bilangan pasukan dan senjata, kalo komando tidak satu, tidaklah ada jaminan menang. Perbantahan yang timbul karena tidak ada ketaatan pasti membawa lemah dan hilangnya kekuatan.

Sabar dalam pertempuran adalah daya tahan ketika menyerang dan menangkis. Sudah menjadi adat dari pertempuran yaitu memukul atau dipukul, kena dan mengena, haruslah dihadapi dengan kuat dan sabar. Karena hitungan belumlah dijumlahkan di pertengahan permainan, melainkan di akhir.

Ibarat main sepakbola, sebelum peluit panjang berbunyi, jangan lekas gembira karena dapat memasukkan bola ke gawang lawan, dan jangan putus asa jika gawang sendiri kebobolan.

Jangan sombong. Kesombongan hanya timbul pada jiwa yang kosong tak beriman. Kesombongan hanya timbul karena terlalu mengandalkan banyaknya bilangan dan lengkapnya senjata. Mereka yang riya, menonjolkan diri, ingin dipuji sebagai pahlawan, karakter ini ada pada kaum Quraisy saat perang Badar. Tujuan perangnya, "Seraya  menghalangi dari jalan Allah."

Dengan ini tampaklah kesalahan mental pertempuran yaitu sombong, riya dan hendak menghalangi dari jalan Allah. Orang beriman dalam berperang tidak akan ada penyakit ini. Islam akan berkembang dan menghadapi beragam perjuangan, Islam tegak dan jaya, tetapi kaum beriman jangan lupa daratan.

Allah mengetahui seluruh gerak-gerik, tahu segi kekuatan dan kelemahan. Allah mengungkapkan sifat-sifat perjuangan orang yang tak beriman. Kaum Muslimin jangan sekali-kali meniru hal itu. Sebab hukum sebab akibat berlaku untuk seluruh manusia. Siapa yang sombong akan dihancurkan oleh kesombongannya sendiri. Siapa yang tidak taat pada komando tertinggi pasti kalah walaupun mengaku beriman.

Sebab lain kekalahan musyrikindalam perang Badar  adalah perdayaan Syetan yang masuk ke dalam hati mereka. Syetan menyanjung, memuji-muji perbuatan mereka memerangi Muslimin dan menanggapnya perbuatan benar. Berhala nenek moyang harus dipertahankan sekuat tenaga.

Syetan memuji musyrikin Quraisy bahwa mereka inti seluruh bangsa Arab, disegani oleh seluruh kabilah tidak akan pernah dikalahkan oleh siapa pun. Syetan pun menghasut akan menjamin, melindungi dan membantu dalam memerangi Muhammad. Namun saat pertempuran terjadi, syetan melarikan diri. Ini peringatan kepada Muslimin agar berhati-hati kalau terjadi keadaan gawat pertempuran agar jangan kemasukan pengaruh syetan. 

Sumber:
Tafsir Al Azhar Jilid 4, Buya Hamka, GIP

Buya Hamka: Fenomena Dzikir Bersuara Keras di Perang Kemerdekaan Kemenangan pasti didapat karena dua syarat. Yaitu, Jasad yang t...

Buya Hamka: Fenomena Dzikir Bersuara Keras di Perang Kemerdekaan

Kemenangan pasti didapat karena dua syarat. Yaitu, Jasad yang tak gentar dan teguh serta tetap hati dalam menghadapi musuh serta ruhani yang selalu ingat kepada Allah.

Ingatlah pangkal seruan, yaitu kepada orang beriman. Artinya, berperang bukan karena berperang tetapi ada yang diperjuangkan dan dipertahankan, yaitu iman!

Berdzikir berarti mengingat dan menyebut. Dzikir itu memang ada yang dijadikan semboyan perang dan sorakan kerasnya menaikan semangat dan mendatangkan gentar di hati musuh.

Seorang mantan serdadu Belanda yang pensiun di tahun 1937 menceritakan pengalamannya di Perang Aceh. Dia turut berpatroli sebagai Marsose. Dia menceritakan bahwa Mujahidin Aceh sebelum menyerang, mereka mengadakan ratib dengan berdzikir Laa Ilaha Illallah dengan suara bersemangat. Apabila ucapan itu telah terdengar, serdadu Belanda menjadi kecut karena mereka berjuang menjual jiwanya pada Allah.

Orang Aceh saat perang Aceh menamai dirinya sebagai Muslimin bukan Mujahidin. Karena menurut fatwa Ulama Aceh, yang benar-benar Islam sejati ialah yang pergi melawan Kompeni. "Janganlah kamu mati, melainkan dalam keadaan Muslimin." Kita juga teringat dzikir "Allahu Akbar"  ketika perang Kemerdekaan saat melawan Inggris di Surabaya tahun 1945.

Saat pemuda Islam di Jakarta membantu TNI menumpas kaum Komunis yang hendak menghancurkan NKRI, mereka menyerbu sebuah gedung kepunyaan komunis yang bernama Gedung Aliarcham di Pasar Minggu. Mereka bersuara bersama dan bersemangat menyerbu gedung dengan kalimat Allahu Akbar.

Mereka hantam dinding batu dengan tenaga badan bersama hingga hancur runtuh. Banyak anggota TNI yang turut hadir menjadi sangat heran melihat kekuatan yang timbul saat itu. Tidak memakai linggis dan alat-alat lain, hanya dengan kaki dan bahu-bahu mereka hancurkan dinding gedung dengan Allahu Akbar.

Tentara Jepang pernah menyerbu Indonesia memelihara sistem suara keras yang dihejan dari pusar untuk menimbulkan semangat. Betapa pun mereka menggunakan alat senjata modern, namun mereka tidak mengabaikan alat pusaka nenek moyangnya memakai suara keras saat menyerbu musuh.

Suku bangsa Indonesia yang terkenal memakai sistem suara keras dalam perang adalah bangsa Bugis dan Makasar. Suara perang mereka dinamai "Mangkauk".

Sumber:
Tafsir Al Azhar Jilid 4, Buya Hamka, GIP

Sekelumit Peran Umat Islam di era Airlangga, Sriwijaya dan Majapahit Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) ...

Sekelumit Peran Umat Islam di era Airlangga, Sriwijaya dan Majapahit

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Saat Islam memasuki Nusantara,  pesisir setiap pulau jadi kota perdagangan dan pelabuhan. Kehidupan jadi penuh kegairahan.

Saat Islam memasuki Nusantara, kota di pesisir menjadi kesultanan yang ekonominya bergeliat dan makmur. Kehidupan tersistem dan terstruktur.

Mobilisasi kelas masyarakat menjadi terbuka. Siapapun bisa jadi sultan dan orang kaya. Sultan pun bisa jadi rakyat jelata. Inilah awal kegairahan.

Kota pesisir jadi pusat ilmu pengetahuan. Pesantren pun didirikan  berdampingan dengan Istana. Di setiap pusat perdagangan, ada pusat ilmu pengetahuan.

Maulana Malik Ibrahim datang untuk menuntaskan persoalan ekonomi dan sosial rakyat Majapahit yang hancur karena perang Paregreg

Maulana Ishaq hadir untuk menuntaskan persoalan kesehatan rakyat dan bangsawankerajaan Blambangan yang diserang wabah penyakit.

Sunan Qudus memperlambat kehancuran Majapahit dengan mengajarkan bangsawannya belajar ilmu tata negara.

Umat Islam di Sriwijaya membantu membangun kerjasama internasional dengan bangsa lain dengan menjadikan mereka sebagai duta Sriwijaya

Sejak Era raja Airlangga umat Islam telah menopang dan lebih menggairahkan  perekonomiannya dengan memadati kota pesisir di Jawa.

Umat Islam menopang Majapahit menciptakan angkatan laut yang kuat dengan teknologi perkapalan dan persenjataan.

Saat negara Eropa mulai menjajah Nusantara, Demak menghalau Portugis. Mataram dan Banten menghalau Belanda di Sunda Kelapa atau Jayakarta.

Saat Eropa ke Nusantara? Perdagangan dimonopoli. Ilmu Pengetahuan hanya untuk kalangan terbatas. Perkebunan rakyat dihancurkan

Mengapa sekarang lebih membanggakan Barat daripada Islam? Mari membuka lembaran sejarah Nusantara kembali.

Paus Eugene IV dan Kardinal Cesarini Membujuk Penghianatan Atas Perjanjian Damai Terhadap Sultan Murad Tahun 1444 Masehi Sultan ...

Paus Eugene IV dan Kardinal Cesarini Membujuk Penghianatan Atas Perjanjian Damai Terhadap Sultan Murad


Tahun 1444 Masehi Sultan Murad (ayah Muhammad Al Fatih) membuat perjanjian damai dengan Raja Ladeslase dari Hongaria (Maghyar) selama 10 tahun. Saat itu usia Muhammad Al Fatih baru 14 tahun. Setelah perjanjian ditandatangani sang Sultan ingin mengundurkan diri dari kerajaan karena sudah tua. Hendak pulang ke Asia Kecil dan mengikuti Thariqat Maulawiyah.

Kerjaannya pun diserahkan ke Muhammad Al Fatih. Menurut perhitungan sultan, dengan perjanjian damai 10 tahun, maka tidak akan ada lagi peperangan antara Turki Utsmani dengan kerajaan Eropa. Apalagi perikatan perjanjian disumpah dengan Al-Qur'an bagi sultan dan Injil bagi raja Ladeslase. Setelah 10 tahun putranya akan berumur 24 tahun sehingga sudah sanggup memimpin peperangan.

Akan tetapi pihak kerajaan Eropa, Kardinal Cesarini wakil Paus Eugene IV, mengetahui rencana peralihan kekuasaan di Turki Utsmani ini. Dipikirannya, inilah waktu paling tepat untuk menghancurkan Turki Utsmani dan menghapuskan pengaruh Islam. Tidak ada waktu setepat saat itu. Maka dibujuklah raja Ladeslase supaya menghianati perjanjian tersebut.

Kardinal Cesarini juga membujuk Paus untuk mendukung rencana ini. Paus justru bergembira menerima usulan ini. Dasarnya, raja Ladeslase tidak meminta pertimbangan Paus saat membuat perjanjian tersebut dibuat. Kemudian dikirimlah surat dari Paus untuk seluruh kerajaan di Eropa untuk menyokong raja Ladeslase untuk menyerang Turki Utsmani. 

Raja Ladeslase awalnya menolak usulan tersebut. Namun karena mendapatkan surat dari Paus bahwa dia akan diberi anugerah pengampunan dosa maka ikutlah dia. Kardinal Cesarini juga meyakinkan raja Ladeslase dengan mengangkat tangan ke dada dan bersembahyang bahwa tidak berdosa jika orang Kristen memungkiri janji dengan orang Islam. Maka disusunlah Angkatan Perang Salib yang besar untuk menghancurkan Turki Utsmani.

Informasi ini sampai ke Sultan Murad. Dia paham, anaknya Muhammad Al Fatih belum mampu menghadapi pertempuran besar ini. Sang Sultan pun meninggalkan tasawufnya sementara waktu. Bersegera ke Istana. Diperintahkan Muhammad Al Fatih berburu. Selama Al Fatih berburu, sang Sultan memimpin peperangan dan mengelola pemerintahan.

Sang Sultan memberikan hadiah kepada armada Genua agar keluar dari pihak Salib. Armada Genua justru dimanfaatkan untuk membawa pasukan Turki ke Eropa dengan imbalan satu dinar emas untuk satu pasukan. Akhirnya 40 000 pasukan Turki dibawa ke Eropa.

Pertempuran berkecamuk. Sultan Murad menghadapi raja Ladeslase. Walaupun sultan sudah tua namun kemahiran bertempurnya belum padam. Sultan berhasil menghujam kan tombaknya dengan tepat ke dada Ladeslase hingga tembus ke punggung. Sedangkan Kardinal Cesarini melarikan diri dari pertempuran tersebut.

Sumber:
Tafsir Al Azhar Jilid 4, Buya Hamka, GIP

Tiga Tenaga Medis di Era Rasulullah saw https://m.republika.co.id/berita/q7svtw430/tiga-tenaga-medis-di-zaman-nabi-muhammad Sepa...

Tiga Tenaga Medis di Era Rasulullah saw

https://m.republika.co.id/berita/q7svtw430/tiga-tenaga-medis-di-zaman-nabi-muhammad


Sepanjang sejarah dan bahkan sejak masa Nabi Muhammad, ada wanita muslim yang memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan kualitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat mereka. Mereka secara aktif berpartisipasi dalam manajemen, pendidikan, agama, kedokteran dan kesehatan karena mereka termotivasi oleh kepedulian mereka terhadap urusan rakyat.

Syariah (hukum Islam) menuntut umat Islam untuk memiliki perhatian besar bagi masyarakat di semua bidang kehidupan. Jadi, sepanjang sejarah Islam, pencarian ilmu pengetahuan dianggap sebagai bagian dari sebuah pengabdian.

Perempuan Islam pun hadir sebagai dokter dan memperlakukan sama antara perempuan dan laki-laki terutama di medan perang. Namun, pemisahan ketat antara laki-laki dan perempuan berarti bahwa perempuan memiliki sedikit atau tidak ada kontak dengan laki-laki di luar keluarga dekat mereka.

Jadi perawatan kesehatan wanita Muslim terutama ditangani oleh wanita lain, terutama karena secara sosial tidak pantas bagi seorang pria untuk memeriksa seorang wanita mengenai masalah kesehatannya.

Berikut ini adalah beberapa contoh dari beberapa wanita Muslim yang berkontribusi pada kemajuan kedokteran.

Perawat pertama Islam adalah Rufayda Binti Saad Al Aslamiyya. Tapi nama-nama perempuan lain tercatat sebagai perawat dan praktisi kedokteran pada awal kebangkitan Islam adalah Nusayba Binti Kaab Al-Mazeneya, salah satu wanita Muslim yang menyediakan layanan keperawatan untuk prajurit di pertempuran Uhud (625 H), Umm Sinan Al-Islami (dikenal juga sebagai Umm Imara), yang menjadi seorang Muslim dan meminta izin dari Nabi Muhammad untuk pergi keluar dengan para prajurit untuk merawat yang terluka dan menyediakan air, Umm Matawe 'Al-Aslamiyya, yang dengan sukarela menjadi perawat di tentara setelah terjadinya perang Khaybar, Umm Waraqa Bint Hareth, yang berpartisipasi dalam mengumpulkan Al-Quran dan memberikan layanan keperawatannya kepada para prajurit di perang Badar.

Kali ini dikisahkan, tiga tenaga medis wanita pada masa awal Islam:

Rufayda binti Sa'ad

Rufayda binti Sa'ad juga dikenal sebagai Rufayda al-Aslamiyyah, dianggap sebagai perawat pertama dalam sejarah Islam, hidup pada masa Nabi Muhammad. Dia merawat yang terluka dan sekarat dalam perang bersama Nabi Muhammad dalam pertempuran Badar pada 13 Maret 624 H.

Rufayda belajar sebagian besar pengetahuan medisnya dengan membantu ayahnya, Saad Al Aslamy, yang adalah seorang dokter. Rufayda mengabdikan dirinya untuk merawat orang-orang yang sakit kemudian dikenal sebagai ahli pengobatan.

Dia melatih keterampilannya di tenda rumah sakit darurat di berbagai pertempuran bersama Nabi. Nabi biasa memerintahkan agar semua korban dibawa ke tendanya sehingga dia dapat merawat mereka dengan keahlian medisnya.

Rufayda digambarkan sebagai perawat yang baik dan empati terhadap pasien. Dengan keterampilan klinisnya, ia melatih wanita lain untuk menjadi perawat dan bekerja di bidang perawatan kesehatan.

Dia juga bekerja sebagai pekerja sosial, membantu menyelesaikan masalah sosial yang terkait dengan penyakit. Selain itu, ia membantu anak-anak yang membutuhkan dan merawat anak yatim, disabilatas, dan orang-orang miskin.

Syifa binti Abdullah

Syifa binti Abdullah al Qurashiyah al Adawiyah merupakan seorang wanita yang namanya tercatat dalam sejarah Islam. Dia dikenal sebagai wanita yang bijak di masanya.

Syifa merupakan satu wanita yang pandai membaca dari banyaknya wanita yang masih buta huruf. Karena kepandaiannya dia dilibatkan dalam kegiatan administrasi publik dan dunia kedokteran.

Nama aslinya adalah Laila, Syifa sendiri berarti penyembuhan karena profesiya sebagai perawat. Salah satu metode pengobatannya yang terkenal adalah pengobatan dan pencegahan terhadap gigitan semut.

Nabi menyetujui metodenya dan meminta dia untuk melatih wanita muslim lainnya.

Nusayba binti Harits al-Ansari

Nusayba binti Harits al-Ansari, juga disebut Umm 'Atia, merawat korban di medan perang dan memberi mereka air, makanan dan pertolongan pertama. Selain itu, dia juga bisa melakukan sunat. 

Cara Umar bin Abdul Aziz dan Nurudin Zanky, Mengejar Ketertinggalan Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) M...

Cara Umar bin Abdul Aziz dan Nurudin Zanky, Mengejar Ketertinggalan

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Mengejar ketertinggalan, bagaimana cara yang termudah dan tercepat di tengah hantaman badai?

Umar bin Abdul Aziz menghadapi persoalan besar di tengah carut marutnya kekhalifahan Bani Ummayah. Bagaimana solusinya?

Umar bin Abdul Aziz segera mengumpulkan sahabatnya, mencari dan mengumpulkan  surat-surat, keputusan dan kebijakan di era Umar bin Khatab. Lalu diterapkan.

Cinta seorang keturunan kepada leluhurnya, Umar bin Khatab. Itulah cara mendongkrak kinerja pemerintah sang cicit di era Bani Ummayah

Nurudin  Zanky, kekhalifahan Abbasiyah sedang melemah. Pasukan Salib, gabungan Eropa, bersatu meluluhlantah Baitul Maqdish. Apa yang dilakukannya?

Nurudin Zanky bersama Shalahuddin Al Ayubi, mengumpulkan kebijakan Umar bin Abdul Aziz dan Umar bin Khatab, lalu diterapkan. Inilah ungkapan cinta.

Cara termudah dan mempercepat menaikan derajat keilmuan dan karya dengan cara adalah dengan cinta. Cinta ciptaan lompatan.

Seorang Sahabat ingin disejajarkan dengan Rasulullah saw di surga. Tetapi tak memiliki kualitas seperti Rasulullah saw. Bagaimana caranya?

Umat akhir zaman tak bisa sejajar dengan kualitas para Sahabat. Namun bagaimana melampuinya dengan amal seadanya?

Cinta kepada Rasulullah saw dan cinta kepada Sahabat di tengah carut marutnya huru hara di akhir zaman. Itulah lompatan dari umat akhir zaman

Menggenggam bara api. Beristiqamah dengan sunah Rasulullah saw dan Sahabat dalam segala kondisi, itulah cara cepat sekualitas mereka.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (404) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (305) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (450) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)