basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Hakikat Ilmu Makrifat Ilmu Makrifat adalah ilmu tentang Allah Ta'ala. Yaitu Cahaya dari Cahaya-cahaya Yang Maha Agung, dan p...

Hakikat Ilmu Makrifat

Ilmu Makrifat adalah ilmu tentang Allah Ta'ala. Yaitu Cahaya dari Cahaya-cahaya Yang Maha Agung, dan perilaku dan berbagai perilaku utama.

Dengan pengetahuan ma'rifat itu Allah memuliakan hati para cendekiawan, kemudian Allah merias dengan keindahanNya yang bajik, dan keagunganNya. Dengan ma'rifat pula, Allah mengistimewakan ahli kewalian dan pecintaNya.

Dengan ma'rifat Allah memuliakannya di atas seluruh ilmu mana pun. Manusia, mayoritas alpa atas kemuliaan ma'rifat, bodoh atas kelembutan-kelembutan ma'rifat, lupa atas keagungan getarannya, apalagi mereka juga lupa atas makna makna terdalamnya, yang tak akan ditemui kecuali oleh orang yang memiliki hati yang berserasi denganNya.

Ilmu ma'rifat ini merupakan asas, dasar, dimana seluruh ilmu pengetahuan dibangun. Dengannya pula kebajikan dua rumah dunia dan akhirat tergapai, kemuliaan terengkuh. Dengan ilmu ma'rifat, aib-aib diri terkuak. Anugerah Ilahi dikenal, keagunganNya diketahui, begitu pula keparipurnaan KuasaNya.

Dengan ilmu ma'rifat itu, rahasia hamba terbang dengan sayap-sayap ma'rifat, dalam kelembutan sutera Qudrat, berjalan menuju pangkal kemuliaan. Berwisata di taman Al-Quds. Maka seluruh ilmu manakala tidak berpadu dengan ma'rifat tidak pernah sempurna. Dan amal perbuatan tidak akan rusak kecuali jika ilmu ma'rifat itu sirna. Tidak ada yang menghuni pengetahuan itu kecuali hati yang dipandang oleh Allah Ta'ala, dengan pandangan Kasih dan Sayang. Kemudian Allah meneteskan hujan penghayatan pemahaman yang dalam, lalu menabur aroma yaqin dan kecerdasan. Allah menjadikannya sebagai tempat akal dan firasat, menyucikannya dari kotoran kebodohan dan kealpaan, meneranginya dengan dian-dian ilmu dan hikmah, Allah Swt. berfirman:

و يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات >

"Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dari kalian, dan orang-orang yang diberi ilmu (tentang Allah)."

Setiap 'arif pastilah takut penuh rasa cinta dan bertaqwa menurut kadar pengetahuannya pada Allah Ta'ala, karena firmanNya:

و إنما يخشى الله من عباده العلماء »

"Sesungguhnya yang takut penuh cinta pada Allah dari hamba-hambaNya adalah para Ulama (Billah),"

Dengan cahayaNya godaan syetan bisa dikenal, sekaligus bisa menjadi pertahanan atas tindak maksiat dan dosa, peringatan bagi bencana-bencana hasrat.

Allah Swt. berfirman:

"Bukankah orang yang dilapangkan dadanya oleh Allah bagi Islam adalah orang yang berada dalam pancaran cahaya Tuhannya?" 

ه ومن لم يجعل الله له نورا فما له من ثور »

"Siapa pun yang Allah tidak menjadikan baginya cahaya,

maka baginya tidak mendapatkan cahaya." Dalam hadits dijelaskan, "Sebagian ilmu ada yang seperti perbendaharaan terpendam, di mana tidak diketahui kecuali oleh ahlul ilmi (Ulama) Billah, dan tidak diingkari kecuali oleh

kalangan yang terkena tipudaya."

Ada seseorang datang kepada Nabi Saw. lalu bertanya, "Amal apakah paling utama?" Nabi Saw. menjawab, "Mengetahui Allah."


Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Derajat Ulama Sofyan At-Tsaury mengatakan, Ulama itu terbagi jadi tiga:  1. Orang alim yang tahu perkara Allah, tetapi tidak tah...

Derajat Ulama

Sofyan At-Tsaury mengatakan, Ulama itu terbagi jadi tiga: 

1. Orang alim yang tahu perkara Allah, tetapi tidak tahu Allah. Itulah alim yang dusta, yang tidak layak baginya kecuali neraka!

2. Orang alim yang mengenal Allah, tetapi tidak mengenal perkara Allah, itulah alim yang masih kurang.

3. Orang alim yang mengenal Allah, mengenal perkara Allah, itulah yang disebut Ulama sempurna. 

Sebagaian orang 'arif ditanya, "Apa jalan ma'rifat pada Allah itu?"
"Allah tidak dikenal dengan segala sesuatu. Tetapi segala sesuatu dikenal melalui Allah, sebagaimana Dzun Nuun al Mishry RA, mengatakan, Aku mengenal Allah melalui Allah, dan mengenal selain Allah melalui Cahaya Allah." Jawabnya.

Nabi Ibrahim AS bermunajat, "Ilahi, jika bukan karena Engkau, bagaimana aku mengenal siapa DiriMu..."

Hal senada juga disampaikan Rabi'ah al-Adawiyah, ketika bertanya kepada Dzun Nuun al-Mushry RA, "Bagaimana engkau kenal Allah?"

"Allah melimpahi rizki rasa malu padaku, dan memberikan pakaian muroqobah padaku. Ketika aku susah dengan musibah, aku mengingat kebesaran Allah, lalu aku sangat malu padaNya...", jawab Dzun Nuun.

Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Metafora Makrifat Metafora Makrifat itu seperti pohon yang memiliki enam cabang. Akarnya kokoh di bumi yaqin dan pembenaran, dan...



Metafora Makrifat

Metafora Makrifat itu seperti pohon yang memiliki enam cabang. Akarnya kokoh di bumi yaqin dan pembenaran, dan cabang-cabangnya tegak dengan iman dan tauhid. 

• Cabang pertama, Khauf (rasa takut) dan Raja' (harapan pada anugerah-rahmatNya) yang disertai dengan cabang perenungan.
• Cabang kedua, berlaku benar dan serasi dengan kehendak Allah, yang disertai dengan cabang Ikhlas.
• Cabang ketiga, Khasyyah (takut penuh cinta) dan menangis, yang disertai dengan cabang Taqwa.
• Cabang keempat, Qana'ah (menerima pemberian Allah) dan ridho, yang disertai cabang Tawakkal.
• Cabang kelima, Pengagungan dan rasa malu yang disertai dengan cabang ketentraman.
• Cabang keenam, Istiqomah dan berselaras dengan Allah yang disertai dengan cabang cinta dan kasih.

Setiap cabang dari masing-masing akan bercabang pula sampai tiada hingga dalam jumlah kebajikan, dalam tindakan benar dan perbuatan, kemesraan berdekat-dekat dengan Allah, kesunyian Qurbah, kebeningan waktu dan segala sepadan yang tak bisa disifati oleh siapa pun juga.

Di setiap cabang yang ada akan berbuah bermacam-macam, yang satu sama lainnya tidak sama, rasanya, yang di bawahnya ada cahaya-cahaya taufiqNya, yang mengalir dari sumber anugerah dan pertolonganNya. 
Dalam hal ini manusia berpaut paut dalam derajat dan berbeda-beda dalam kondisi ruhani, Di antara mereka :

1. Ada yang mengambil cabangnya saja, tapi alpa dari akarnya tertutup dari pohonnya dan tertirai dari rasa manis buahnya.
2. Ada yang hanya berpegang teguh pada cabangnya belaka.
3. Adapula yang berpegang pada akar aslinya, dan meraih semuanya (pohon, cabang dan buah) tanpa sedikit pun menoleh pada semuanya, tetapi hanya memandang yang memilikinya, Sang Penciptanya.

Siapa yang tak memiliki cahaya dalam lampu pertolongan Ilahi, walaupun telah mengumpulkan, mengkaji semua kitab dan hadits, kisah-kisah, maka tidak akan bertambah kecuali malah jauh dan lari dari Allah, sebagaimana keledai yang memikul buku-buku.

Ada seseorang yang datang kepada Imam Ali KarromAllahu Wajhah:

"Ajari aku tentang ilmu-ilmu rahasia..." pintanya.
"Apa yang kau perbuat perihal ilmu utama?" kata Sayyidina Ali.
 "Apakah pangkal utama ilmu?" orang itu balik bertanya.
"Ya.." jawabnya.
"Apakah kamu mengenal Tuhanmu?" Tanya beliau. 
"Apa yang sudah kau lakukan dalam menjalankan kewajibanNya?"
"Masya Allah..." jawab orang itu.
 "Berangkatlah dan teguhkan dengan itu (hak dan kewajiban),
jika kamu sudah kokoh benar, kamu baru datang kemari, kamu akan saya ajari ilmu-ilmu rahasia..." Jawab beliau.

Ada yang mengatakan, "Perbedaan antara ilmu ma'rifat dan ilmu lainnya adalah seperti perbedaan antara hidup dan mati".

Sumber :
Menjelang Ma'rifat, Syeikh Ahmad Ar-Rifa'y

Agar Hidup Bergerak Cepat dan Bebas Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Alam semesta bebas bergerak, kare...


Agar Hidup Bergerak Cepat dan Bebas

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Alam semesta bebas bergerak, karena gerakannya mengikuti aturan. Planet di angkasa bebas berputar karena berputarnya selalu pada orbitnya.

Kereta bisa berlaju dengan sangat cepat, karena dia bergerak di atas relnya. Pesawat bergerak super cepat karena bergerak di dalam lintasannya.

Hidup dalam kebebasan justru menimbulkan kemacetan. Itulah sebab mengapa Allah menciptakan pedoman dan aturan hidup agar manusia bebas dan cepat bergerak

Manusia penuh keterbatasan, namun mengapa ingin hidup tanpa batasan hingga melampaui batas?

Makanan selalu nikmat karena setiap ragam racikan bumbunya ada takarannya masing-masing. Itulah sebab kenikmatan dan kelezatan makanan

Takaran unsur hara tertentu ciptakan kesuburan tanah. Pohon tertentu akan tumbuh di ketinggian tertentu. Mengapa manusia ingin hidup tanpa takaran Allah?

Secerdas apapun akalnya. Seluas apapun ilmunya. Setinggi apa pun gelarnya. Manusia akan jatuh pada mengurangi dan melebihi takaran dalam hidupnya.

Aturan Allah yang membuat hidup dalam takaran yang tepat. Bila ditinggalkan, hawa nafsulah yang merusak akal dan ilmunya sehingga merusak takaran hidupnya

Mengapa ada Rukun Iman, Islam dan Ihsan? Agar manusia selalu hidup dalam takarannya. Agar akal dan ilmu dalam takaran yang tepat.

Membatasi Diri Menciptakan Kebebasan Diri Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Dibatasi karena kebebasan. ...

Membatasi Diri Menciptakan Kebebasan Diri

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)


Dibatasi karena kebebasan. Membatasi diri menciptakan kebebasan. Mana yang akan dipilih?

Berpuasalah, maka akan bebas mengkonsumsi ragam menu makan dan minum tanpa takut beragam penyakit

Disiplin keuangan pada sektor yang produktif, jangan berboros ria, maka menciptakan kebebasan finansial.

Tutup satu pintu, membuka pintu yang lainnya. Pilihlah pintu yang harus ditutup secara tepat agar membuka pintu kebebasan lainnya yang lebih luas dan maslahat.

Perhatikan ahli Badar, dengan keutamaan kepribadian dan amalnya, Allah membebaskan mereka untuk melakukan apa saja. Karena mereka memiliki pengendalian diri yang kuat.

Rasulullah saw mempercayakan Muadz bin Jabal jadi hakim di Yaman, sebab disiplin pada Al-Qur'an, Sunnah dan akal yang sehat dalam mengambil keputusan

Orang tua yang yakin anaknya berdisiplin pada kebenaran prinsip hidupnya akan memberikan kebebasan untuk pergi kemana saja yang disukainya.

Membatasi diri menciptakan kebebasan diri. Kebebasan diri menciptakan keterbatasan diri.

Mengapa syariat Allah terkesan banyak aturan? Dengan aturanlah manusia bebas berkiprah tanpa khawatir menciptakan kerusakan dan kezaliman.

Bukankah seks bebas, menciptakan ragam penyakit yang membuatnya tak bisa berhubungan seksual? Kebebasan menciptakan pengekangan

Bukankah bebas makan, menciptakan ragam penyakit yang membuatnya membatasi makanan? Kebebasan menciptakan keterbatasan

Proses Solusi yang Sejalan dengan Lauhul Mahfudz Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Apa penyebab suatu m...

Proses Solusi yang Sejalan dengan Lauhul Mahfudz

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Apa penyebab suatu masyarakat ditimpa wabah penyakit dan bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya?

Apa penyebab suatu negri dilanda kekeringan, kelaparan dan naiknya penguasa yang zalim?

Apa penyebab sebuah negri terhalang dari turunnya hujan?

Apa penyebab suatu negri dikuasai oleh musuh-musuhnya? Mengapa bermunculan penguasa yang perkataannya tak seorang pun berani membantahnya?

Apa penyebab sumber daya alam, kekayaan dan roda perekonomian suatu negri dirampas oleh musuh-musuhnya atau negara-negara asing?

Mengapa suatu negri banyak terpilihnya penguasa yang bodoh? Mengapa muncul penguasa yang sering berdusta namun dianggap jujur?

Mengapa penguasa yang tak amanah atau berkhianat namun dipercaya oleh masyarakat untuk menjadi pemimpin?

Bila ingin tahu penyebab dan solusi pemecahan seluruh persoalan tersebut, bukalah lembaran hadist Rasulullah saw tentang akhir zaman.

Butuh terobosan identifikasi persoalan dan solusi yang tak diambil dari akal dan disiplin  ilmu dari beragam lembaga pendidikan konvensional

Butuh terobosan identifikasi persoalan dan solusi yang tak diambil dari label gelar sarjana hingga profesor formal akademik.

Butuh identifikasi persoalan dan solusi yang diambil langsung dari jiwa spiritual yang terkoneksi dengan Allah Yang Maha Berilmu

Manusia bersolusi dengan logika dan strategi yang tak sejalan dengan goresan Lauhul Mahfudz. Itulah penyebab persoalan hidup dan bangsa tak pernah tuntas.

Yahudi Sekarang Bukan Keturunan Bani Israel  https://almanhaj.or.id/8028-palestina-tanah-kaum-muslimin.html Sebelum Bani Israil ...

Yahudi Sekarang Bukan Keturunan Bani Israel 

https://almanhaj.or.id/8028-palestina-tanah-kaum-muslimin.html

Sebelum Bani Israil masuk ke wilayah tersebut, tanah Palestina telah didiami dan dikuasai suku-suku Arab. Kabilah Finiqiyyin, menempati wilayah utara kurang lebih pada tahun 3000SM. Kabilah Kan’aniyyun, menempati bagian selatan dari tempat yang dihuni orang-orang Finiqiyyin. Mereka menempati wilayah tengah pada tahun 2500SM. Inilah suku-suku bangsa Arab yang berhijrah dari Jazirah Arabiyah.

Kemudian datang kelompok lain, kurang lebih pada tahu 1200SM, yang kemudian dikenal dengan Kabilah Falestin. Menempati wilayah antara Ghaza dan Yafa. Hingga akhirnya nama ini menjadi sebutan bagi seluruh wilayah tersebut dan ketiga suku ini terus mendiaminya.

Secara historis, telah jelas Bani Israil bukanlah bangsa yang pertama menempati Palestina. Daerah itu, sudah dihuni oleh suku-suku Arab sejak beribu-ribu tahun lamanya, sebelum kedatangan Bani Israil. Bahkan keberadaan suku Arab tersebut terus berlangsung sampai sekarang. Adapun Bani Israil, pertama kalia masuk Palestina, yaitu saat bersama Yusya bin Nun, setelah wafatnya Nabi Musa Alaihissalam. 

Sebelumnya mereka dalam kebingungan, terusir, tak memiliki tempat tinggal, karena melakukan pembangkangan terhadap perintah Allah Dikisahkan dalam Al-Qur’an.

 وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا وَآتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ﴿٢٠﴾يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَىٰ أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ 
“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya :”Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka, dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun diantara umat-umat yang lain. Hai kaumku, masuklah ke tanah suci yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena kamu takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi” [al-Maidah/5 : 20-21] 

Akan tetapi, mereka adalah bangsa pengecut yang dihinggapi rasa takut sikap pengecut ini terlihat jelas dari jawaban mereka terhadap ajakan Nabi Musa. Kelanjutan ayat di atas menyebutkan. 

قَالُوا يَا مُوسَىٰ إِنَّ فِيهَا قَوْمًا جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا حَتَّىٰ يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنَّا دَاخِلُونَ 
“Mereka berkata :”Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya”. 

قَالَ رَجُلَانِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوا عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

 “Berkatalah dua orang diantara
 orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya : “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya, nisacaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. 

قَالُوا يَا مُوسَىٰ إِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا ۖ فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ

 “Mereka berkata : “Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinyua selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabb-mu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”.

 قَالَ رَبِّ إِنِّي لَا أَمْلِكُ إِلَّا نَفْسِي وَأَخِي ۖ فَافْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ
 “Berkata Musa : “Ya Rabb-ku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu, pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu”.

 قَالَ فَإِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيْهِمْ ۛ أَرْبَعِينَ سَنَةً ۛ يَتِيهُونَ فِي الْأَرْضِ ۚ فَلَا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ

 “Allah berfirman : “(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu” [al-Maidah/5: 22-26] 

Dengan terusirnya dari tanah yang diberkahi ini, bagaimana mungkin mereka mengaku memiliki hak atas tanah ini? Sementara itu, pengembaraan ke berbagai penjuru bumi, karena terusir di mana-mana menimbulkan konsekwensi bagi mereka berinteraksi, dan beranak-pinak dengan bangsa lainnya. Sehingga terputuslah nasab mereka dengan nenek moyangnya. 

Jelaslah, generasi Yahudi pada masa sekarang ini bukan keturunan Bani Israil sebagaimana yang mereka katakan. Meski demikian, mereka berupaya keras menyebarluaskan klaim palsu ini, bahwa mereka keturunan orang-orang Bani Israil generasi pertama yang menghuni Palestina dahulu. 

Tujuan propaganda ini, agar kaum Nashara menilai mereka sebagai keturunan Nabi Ya’qub. Sehingga muncul opini, bahwa merekalah yang dimaksud oleh janji sebagaimana tersebut dalam Pejanjian Lama. Dengan ini mereka berharap Nashara merasa memiliki ikatan emosional, dan kemudian membela mereka. Sebab Nashara mengagungkan Taurat (Perjanjian Lama) dan menganggapnya sebagai wahyu dari Allah.

Akan tetapi, fakta menujukkan, jika klaim mereka adalah dusta. Mereka mengaku akar keturunannya masih murni, bersambung sampai ke Israil (Ya’qub). Padahal, mereka sendiri telah mengakui, banyak di antara orang-orang Yahudi yang menikahi wanita nonYahudi. Demikian juga, kaum wanitanya pun menikah dengan lelaki non Yahudi.

Sebagai contoh bukti lainnya, sebuah suku yang besar di Rusia , Khazar telah memeluk Yahudi pada abad ke-8 Masehi. Kerajaan ini begitu kuatnya. Kemudian mengalami kehancuran total setelah diserang Rusia. Sejak abad ke -13 Masehi, wilayah ini terhapus dari peta Eropa. Penduduknya bercerai berai di Eropa Barat dan Timur. Ini merupakan salah satu indikasi yang jelas, bahwa mereka tidak mempunyai ikatan dengan Ya’qub dan keturunannya. Kalaupun mereka tetap bersikeras mengaku sebagai keturunan Ya’qub, akan tetapi sebagai kaum Muslimin, kita tidak merubah sikap, selama mereka memusuhi kaum Muslimin. Sebab, nasab tidak ada artinya, bila masih berkutat dalam kekufuran[12]. 

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (232) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (50) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (352) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (69) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (1) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (25) Nabi Nuh (3) Nabi Sulaiman (1) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (218) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (437) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (180) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (204) Sirah Sahabat (124) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (131) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)