basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Aliran Objektif dan Individualis dalam Penulisan Sirah Nabawiyah Sebelum abad ke 19, penulisan Sirah Nabawiyah menggunakan metod...

Aliran Objektif dan Individualis dalam Penulisan Sirah Nabawiyah


Sebelum abad ke 19, penulisan Sirah Nabawiyah menggunakan metodologi "Aliran Objektif". Sirah ditulis menggunakan prinsip-prinsip  dalam pengumpulan hadist dengan merujuk pada studi ilmu mushthalah al hadist dan jarh wa al-ta'dil. Tujuannya seluruh informasi yang ada berdasarkan riwayat-riwayat yang shahih.

ilmu mushthalah al hadist berkaitan dengan sanad dan matan. Sedangkan jarh wa al-ta'dil berkaitan dengan para perawi, termasuk biografi dan catatan kepribadian masing-masing perawi.

Ketika menemukan sebuah kejadian, yang dinilai benar-benar nyata berdasarkan kedua metode yang digunakan, lalu menuliskannya tanpa menambahkan opini apa pun. Para penulis lebih meninggikan kredibilitas dan kepresisian. Mereka meyakini bahwa memasukkan opini dan tendensi pribadi ke dalam sirah merupakan penghianatan intelektual.

Dengan begitu, sirah benar-benar terjaga dan terawat hingga ke tangan generasi berikutnya. Aspek keterandalan sangat penting karena kehidupan Rasulullah saw merupakan cara memahami Al-Qur'an dan Sunnah.

Sigmund Freud, meninggal 1939 M,  mengajukan ide penulisan biografi berdasarkan tendensi pribadi. Menurutnya, sejarawan boleh saja memasukkan kecendrungan pribadi, ideologi, atau pandangan politiknya dalam menyusun narasi seseorang. Menurut Dr Said Ramadhan Al-Buthy, method ini disebut "Aliran Individualis".

Method ini membuat sejarah tidak lagi hanya menjadi penutur ulang berbagai peristiwa sejarah tetapi memasuki kreasi seni atau sastra, bukan lagi karya ilmiah yang disusun secara cermat. Pengaruh penulisan ini mulai muncul sejak Inggris menjajah Mesir tahun 1882 M.

Inggris berusaha memasukkan gagasan pro Barat dengan menanamkan perasaan kalah terhadap Barat. Dipertontonkan berbagai capaian teknologi dan pemikiran sekuler. Lewat pengaruh ini, Sirah Nabawiyah diuji dengan rasionalisme dan empirisisme sehingga wahyu dan hal-hal transenden tidak dianggap lagi.

Berbeda dengan sebelumnya, Sirah Nabawiyah tidak lagi menggunakan riwayat, sanad dan prinsip sebagaimana yang berlaku di ilmu hadist. Wahyu tidak lagi menjadi tolak ukur.

Dengan method baru ini, para penulis Sirah Nabawiyah yang sesat tersebut tidak menyinggung yang dianggapnya tidak masuk akal, seperti mukjizat dan kejadian luar biasa. Mereka hanya mencitrakan Rasulullah saw sebagai sosok pemimpin jenius yang hebat, heroik dan sebagainya. Salah satu yang menggunakan method ini adalah Muhammad Husein Haikal dalam bukunya Hayyatu Muhammad (1993)

Kilas Balik Sejarah, Bisakah Palestina Dihapus dari Peta Dunia? Oleh: Nasrulloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati)  Bisa...

Kilas Balik Sejarah, Bisakah Palestina Dihapus dari Peta Dunia?

Oleh: Nasrulloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati) 

Bisakah Palestina dihapus dari peta dunia diganti menjadi Israel? Bisakah Masjidil Aqsha diruntuhkan menjadi Haikal Sulaiman oleh Yahudi?

Allah menetapkan Palestina negri yang diberkahi. Rasulullah saw mengkabarkan ragam kejadian akhir zaman di Palestina. Bisakah merubah ini?

Firaun Mesir telah mencoba mengubah nama Palestina menjadi Yapti. Beberapa kali menjajahnya pada 1.600 dan 1347 SM. Tapi tetap terusir dari Palestina pada akhirnya.

1.400 SM Palestina diserang oleh bangsa Hyksos. 722 SM bangsa Asyiria, 586 SM bangsa Babilonia dipimpin Nebukadnezar menyerang Palestina.

546 SM bangsa Persia dibawah komando Koresh Agung. 332 SM, Yunani dibawah Alexander Agung. 203 dan 170 SM, kaisar Seleukia menyerang Palestina

199 SM pasukan Ptolemaic. 168 SM Yunani dipimpin Apollonius. 66 SM Romawi dipimpin Pompay. 614 M Kisra menyerang Palestina.

Palestina tetap berdiri di tengah serbuan bangsa-bangsa adi daya yang sangat kuat sejak era sebelum masehi dan sesudah masehi. Sekarang Yahudi menjajahnya

Bisakah Yahudi mengubah perjalanan sejarah sejak sebelum masehi? Bangsa penjajah Palestina hancur di Palestina. Ini catatan sejarah abadi

Bangsa penjajah Palestina telah musnah ditelan zaman. Namun nama Palestina tetap berdiri kokoh tak bergeming sedikit pun. Bisakah Yahudi mengubah takdir ini?

Nabi dan Rasul memperingatkan kaumnya atas kekuatan tipu daya kejahatan Dajjal. Ini puncaknya keangkaramurkaan terdahsyat dunia

Puncak keangkaramurkaan di alam semesta akan dihancurkan di bumi Palestina. Mengapa Yahudi tetap pongah ingin melenyapkan Palestina?

Gus Dur dan Pembelaannya Atas Palestina https://www.google.com/amp/s/jatim.nu.or.id/amp/read/gus-dur-dan-pembelaannya-atas-palestina ...

Gus Dur dan Pembelaannya Atas Palestina

https://www.google.com/amp/s/jatim.nu.or.id/amp/read/gus-dur-dan-pembelaannya-atas-palestina


Dari kiri Mr Chung Hwang Kwak, KH Abdurrahman Wahid dan Mr Taj Hamad dari IIFWP. (Foto: NOJ/ISt)

Foto ini saya dapatkan dari Nuruddin Hidayat, salah satu santri Gus Dur. Dari kiri Mr Chung Hwang Kwak, KH Abdurrahman Wahid dan Mr Taj Hamad dari IIFWP, selepas melewati barikade pasukan Israel, di Jalur Gaza. Foto ini diambil di depan markas pasukan Palestina yang berjarak kira-kira 300 meter dari pos pemeriksaan (check point) pasukan Israel.

Jika tidak salah, kunjungan tersebut dilakukan pada 19 Desember 2003. Di Tanah Air, hanya sedikit yang mengetahui lawatan istimewa di kota yang menjadi salah satu basis perjuangan rakyat Palestina itu.

Bersama beberapa penggerak dialog lintas iman dan didampingi anggota Kongres AS serta para jurnalis, Gus Dur berdialog dengan anggota parlemen dan pemuka agama Palestina. Pada kesempatan itu, Gus Dur juga dipersilakan berorasi.

Pada mulanya, pidato disampaikan dalam bahasa Inggris yang fasih, tetapi para tokoh Palestina kemudian meminta mengulangi penyampaiannya dalam bahasa Arab.

Gus Dur menyampaikannya dengan  bahasa Arab yang sempurna sembari bernostalgia di masa muda saat kuliah di Al-Azhar, disertai kesan-kesannya saat tinggal di Arab, khususnya Mesir dan Irak.

Lebih lanjut, dirinya menyampaikan harapannya terkait nasib bangsa Palestina, yaitu kemerdekaan bangsa dan berdaulatnya sebuah Negara Palestina dan keadilan bagi seluruh rakyatnya.

Gus Dur melakukan kunjungan ini atas inisiatif pribadi, walaupun juga didukung dengan rombongan tamu asing lain. Posisinya sebagai mantan Presiden RI sangat strategis. Selain karena Indonesia sebagai sebuah negara muslim yang hingga kini menolak eksistensi Israel, Gus Dur juga dianggap representasi Nahdlatul Ulama sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di dunia. Uniknya, posisinya yang dekat dengan Shimon Peres Institute tak membuat tokoh Palestina alergi.

Menurutnya, langkah memerdekakan Palestina bisa dilakukan dengan cara membawa mereka duduk di dalam perundingan sekaligus menentukan konsesi politik di pihak Palestina. Harus kedua belah pihak, tidak mungkin hanya menggandeng salah satu kubu yang bertikai.

Sehari setelah kunjungan bersejarah di kota kelahiran Imam Syafii ini, Gus Dur menulis artikel yang beredar di beberapa media di Tanah Air. Cucu Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari ini menulisnya saat berada di Yerussalem, tertanggal 20 Desember 2003. Tak hanya mencibir Israel, Gus Dur juga blak-blakan mengkritik Palestina. Khususnya terkait dengan perpecahan internal di kalangan pejuang.

"Palestina tidak memiliki kepemimpinan yang tangguh dan para pemimpin mereka saling bertengkar dalam perbedaan strategi dan garis perjuangan. Inilah yang harus mereka koreksi untuk diperbaiki dalam waktu dekat ini. Bagaimanapun juga, harus ada strategi perjuangan bagi sebuah bangsa, agar supaya segala macam energi dan kemampuan yang dimiliki bangsa itu dapat tersalur keluar menjadi alat perjuangan yang ampuh menghadapi lawan. Menurut penulis, strategi itu adalah perundingan yang lama dan berkepanjangan dengan pihak Israel, untuk memperjuangkan kemerdekaan sebagai negara dan keadilan." tulis Gus Dur dalam sebuah artikel berjudul ‘Arti Sebuah Kunjungan’.

Meski mengkritik elit Palestina (dan Israel), Gus Dur menggarisbawahi perjuangan dan kegigihan rakyat Gaza melawan senjata modern Israel. "Bagi penulis, Gaza adalah sumber perlawanan terhadap penjajahan, dan alangkah indahnya jika perlawanan itu tidak hanya mengambil bentuk fisik saja, melainkan juga perlawanan kultural terhadap keadaan," tulis Gus Dur dalam kolomnya tersebut.

Kunjungan ini bernilai strategis. Selain bisa diterima kedua belah pihak, Gus Dur berusaha membuka kebuntuan yang beberapa kali terjadi pasca upaya diplomatik sejak era Yasir Arafat dan Yitzhak Rabin dalam Perjanjian Oslo II, 1994.

Tindakan melibatkan diri di arena perang dua negara yang tidak akur selama lebih dari 60 tahun tersebut tentu saja juga berisiko. Kita masih ingat caci maki yang senantiasa tertuju kepada Gus Dur karena dekat dengan tokoh-tokoh Israel dan Yahudi, juga kunjungannya ke Israel, 1994, yang menghebohkan itu.

Dalam buku Damai Bersama Gus Dur (2010), Djohan Effendi, sahabatnya, menjelaskan dua alasan Gus Dur mengapa harus melibatkan diri dalam upaya damai dua negara ini, dan gagasannya membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Pertama, Gus Dur ingin memastikan kapitalis George Soros, yang keturunan Yahudi, tidak mengacaukan pasar modal. Kedua, ingin meningkatkan posisi tawar Indonesia di Timur Tengah, sebab sebagai sebuah negara berpenduduk mayoritas muslim, sudah sewajarnya melibatkan diri secara aktif dalam merajut perdamaian di sana.

 
Gus Dur tampak percaya diri dengan kemampuan yang seharusnya dimiliki Indonesia. Ide Gus Dur simpel. Indonesia mustahil bisa berperan dalam perdamaian Palestina dan Israel jika tidak menjalin hubungan diplomatik dengan keduanya.

 
Di sisi lain, tiga tahun sebelum kunjungannya ke Gaza, ketika bertemu dengan Presiden Palestina Yasser Arafat, dalam sebuah kunjungan kenegaraan resmi ke Indonesia (16/08/2000), Presiden Gus Dur selaku kepala negara menegaskan bahwa Indonesia terikat kepada keputusan yang dulu, yaitu bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan hak untuk mencapai perdamaian di Palestina ada di tangan rakyat Palestina sendiri. “Yang dalam hal ini tentu diwujudkan dalam bentuk keputusan-keputusan atau konferensi OKI, PBB, dan lain-lain,” ujar Presiden Gus Dur saat jumpa pers bersama Yasser Arafat.

Bagi Gus Dur, mewujudkan perdamaian di wilayah Palestina bisa dimulai dari kiprah Indonesia sebagai juru damai kedua belah pihak. Sebagai juru damai, Indonesia harus bisa dipercayai oleh Palestina maupun Israel untuk menjadi penengah. Langkah ini sudah dimulai olehnya, antara lain dengan menjadi anggota Simon Peres Institute, Israel. Sebuah langkah strategis yang sebenarnya bisa menjadi jembatan antara Yerussalem dan Tel Aviv.

Walaupun ide Gus Dur tidak bisa direalisasikan, namun perjuangannya dalam merajut perdamaian tidak pupus. Kunjungan di Gaza, kota kecil yang menjadi sentra perlawanan para pejuang, khususnya Hamas dan faksi Jihad Islam juga menjadi titik tolak membuka kejumudan dan alih strategi. Dirinya memang sudah tidak lagi menjadi presiden, namun visinya tetap hidup dan diperjuangkan dengan risiko yang berat. Sejak ada Perjanjian Camp David antara Mesir-Israel, 1978, maupun perjanjian Oslo I, 1993, yang mengakui adanya Otoritas Palestina, maupun perjanjian antara Yordania-Israel di tahun 1994, tampaknya Gus Dur memilih pola win-win solution dalam melihat masalah Palestina dan Israel ini.

Lantas bagaimana memulai inisiatif mempertemukan kubu Palestina dan Israel? Ahmad Suaedy, pimpinan Wahid Institute, menyatakan bahwa dirinya pernah mendampingi seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) bidang advokasi Anti-Semitisme untuk kawasan Timur Tengah, yang juga seorang Yahudi, untuk bertemu Gus Dur di kantor PBNU. Diplomat itu lalu bertanya: Apa sebaiknya yang harus dilakukan untuk mencapai perdamaian Israel – Palestina saat ini?

“Tegakkan keadilan dan berikan hak-hak Palestina kepada mereka, baru bicarakan perdamaian!!." jawab Gus Dur tegas.

Wallahu a'lam bishshawab


Rijal Mumazziq Z adalah Rektor Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah (Inaifas) Kencong, Jember dan Mahasiswa Program Doktor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. 

Buya Hamka bersama tokoh tokoh islam Indonesia menyatakan sikap mengutuk atas pendudukan tanah palestina dan masjidil Aqsho oleh...


Buya Hamka bersama tokoh tokoh islam Indonesia menyatakan sikap mengutuk atas pendudukan tanah palestina dan masjidil Aqsho oleh Israel....6 september 1977

Studi: Orang Arab Penghuni Pertama di Yerusalem https://m.republika.co.id/amp/qcmoyp430 Berdasarkan studi terbaru dari lembaga t...

Studi: Orang Arab Penghuni Pertama di Yerusalem

https://m.republika.co.id/amp/qcmoyp430

Berdasarkan studi terbaru dari lembaga think tank yang berbasis di Amman, orang-orang Arab nyatanya merupakan penghuni pertama di Yerusalem. Bahkan, bukti itu telah ada sejak lima ribu tahun lalu.

"Mereka mendirikan dan membangun (Yerusalem) sejak pertama- dan telah ada di sana sejak itu," tulisnya, seperti dikutip Arab News, Ahad (28/6).

Makalah yang diterbitkan oleh Institut Royal Aal Al-Bayt itu ditujukan untuk memperbaiki persepsi bahwa orang Arab adalah pendatang di Yerusalem. Walaupun, dokumen terkait yang mendukungnya sengaja tidak dipublikasikan.

Namun demikian, dari banyaknya referensi yang digunakan, ada dokumen yang menegaskan bahwa hal tersebut bagian dari Korespondensi Amarna. Yaitu, serangkaian surat diplomatik antara raja-raja kota-negara Kanaan dan penguasa Mesir selama abad ke-14 SM, yang menyebut Yerusalem. Tak hanya itu, makalah ini juga menunjukkan gambar yang ditemukan di Mesir pada akhir abad ke-19 sebagai penguat argumennya.

Studi yang dilakukan itu, bersamaan dengan penemuan arkeologis lainnya, salah satunya adalah catatan Alkitab, yang juga digunakan sebagai sumber untuk menguatkan adanya kehadiran Arab asli di Yerusalem.

Lebih jauh, Alkitab tersebut disebut juga menunjukkan bahwa ”orang Arab, Hamite, Kanaan, dan Yebus adalah penduduk asli tanah Palestina, termasuk wilayah Yerusalem.”. Bahkan, orang Kanaan dan Yebus ada di sana jauh sebelum orang Yahudi, termasuk sebelum Yudaisme timbul.

Sekitar 108 lembar dokumen yang dimaksud, mengutip berbagai bagian dari Perjanjian Lama itu menetapkan jika “Yerusalem selalu menjadi kota Arab” dan mencatat bahwa, “Orang-orang Arab Palestina saat ini sebagian besar merupakan keturunan langsung dari orang-orang Arab Kanaan asli yang ada di sana lebih dari 5.000 tahun yang lalu.

Sehingga, bisa dikatakan, Keluarga Arab Muslim dan Kristen Palestina modern (seperti suku "Kanaan", keturunan langsung orang Kanaan) adalah penduduk tertua di negeri itu.

Dalam makalah itu, disebutkan juga salah satu tokoh Muslim yang berperang melawan Tentara Salib dan merebut kembali Yerusalem pada abad ke-12, Salahudin Al-Ayubi. Dalam prosesnya, dimungkinkan jika orang-orang kristen saat itu dibolehkan untuk menetap, selain dari langkahnya untuk mengundang orang-orang Yahudi yang diusir dari Yerusalem oleh Tentara Salib untuk kembali bermukim di sana.

Menanggapi itu, mantan presiden Universitas Al-Quds di Yerusalem, Prof. Sari Nusseibeh mengatakan, buku putih yang diterbitkan oleh lembaga think tank itu merupakan dokumen yang dirujuk dengan baik dan dengan jelas. Pasalnya dicantumkan juga bahwa, Keluarga Nusseibeh, sejak abad ketujuh, dipercayakan kunci-kunci Gereja bersejarah Makam Suci (terletak di kawasan Kristen Kota Tua Yerusalem).

Tak hanya itu, buku putih tersebut juga menegaskan, setiap kepemimpinan Muslim di Yerusalem (638,1187 dan 1948) tidak pernah sekalipun mengusir orang Kristen dan Yahudi. Sebaliknya, Muslim disebut menjamin hak-hak mereka, termasuk hak beragama.

Dengan adanya argumen itu menunjukkan pertentangan dengan anggapan pengusiran terhadap Yahudi pada 630. Termasuk, pembantaian pada Yahudi dan Kristen Orthodoks. Hal itu berbalikan dengan pembantaian Yahudi atas penduduk asli Yerusalem pada 1.000 SM dan pengusiran orang-orang Palestina pada 1948.

Dari berbagai temuan studi itu, memunculkan persepsi bantahan menyoal Islam tidak memiliki hak moral untuk Yerusalem. Padahal nyatanya, Islam secara historis lebih damai dan toleran terhadap negara lain.

Lebih jauh, makalah ini juga mencatatkan kembali bahwa Islam telah dominan di Yerusalem pada kurun waktu 1.210 dari 1.388 tahun terakhir. Lamanya dominasi itu, lebih daripada periode Yahudi selama 3.000 tahun terakhir (selama 953 tahun) ataupun dominasi Kristen selama 2.000 terakhir dengan 417 tahun dominasi.

Palestina Sebelum Kedatangan Nabi Musa  Bangsa yang pertama kali mendiami Palestina dan kota Al-Quds adalah bangsa Kan'an. K...

Palestina Sebelum Kedatangan Nabi Musa 


Bangsa yang pertama kali mendiami Palestina dan kota Al-Quds adalah bangsa Kan'an. Keberadaannya sebelum 10.000 SM. Mereka telah membangun peradaban dan kebudayaan di Palestina dengan membangun kota Jericho, Gaza, Baitul Maqdis, Al-Khalil dan Nablus. Jadi bangsa Kan'an merupakan penghuni negeri yang awal dan asli sejak keberadaan manusia.

Ada satu kabilah bangsa Kan'an yang pergi ke Baitul Maqdis, yaitu Yebus. Saat itu tempat tersebut masih kosong. Lalu mereka membangu kota Al-Quds pada 6.000 sd 7.500 SM. Semula mereka memberinya nama Yebus.

Salah satu rajanya, Salim Al-Yabusi, membangun sebuah Kastil yang diberi nama Kastil Yebus, di sebelah tenggara Masjidil Aqsha. Orang Yahudi sekarang menyebutnya Kastil Zionis. Kemudian Raja Salim mengganti nama Yebus menjadi Ursaalim. Bisa juga dibaca Ursyaalim atau Yerusalem yang berarti Kota Salim, Kota Salam atau Kota Keselamatan.

Sebutan Ursyaalim atau Yerusalem merupakan bahasa Arab Kan'an, bukan bahasa Ibrani Yahudi. Sebutan Ursyaalim sudah disematkan pada kota Al-Quds sebelum kelahiran Yahudi seluruhnya. Jadi Yerusalem merupakan sebutan Arab, tetapi tersiar luas di dunia dan dalam sejarah Yahudi bahwa Yahudi yang menamai kota Al-Quds dengan Yerusalem.

Pada 1.600 SM, Palestina dan Al-Quds menghadapi serangan Firaun dari Mesir yang kemudian menjajah Palestina dan Al-Quds. Mereka menamainya Yapti untuk setiap orang Palestina, sebenarnya nama ini pengalihan dari nama Yebus.

Pada 1.400 SM, kota Al-Quds menghadapi serangan dari Hyksos. Kemudian tentara Firaun kembali dan menyerang kota Al-Quds sekali lagi pada 1.347 SM, padahal saat itu sudah dilakukan perjanjian damai antara bangsa Fir'aun dengan bangsa Yebus.

Pada 1.200 SM, Nabi Musa membawa Bani Israel dari Mesir ke Palestina tetapi Bani Israel menolaknya karena di Palestina sudah ada bangsa Yebus Kan'an yang berbadan besar dan tegap. Akhirnya Bani Israel tersesat dan terkurung di padang pasir Sinai selama 40 tahun.

Sumber:
Sejarah dan Keutamaan Masjid Al-Aqsha, Mahdy Saied Rezk Kerisem, Al-Kautsar 

Buya Hamka: Membuka Rahasia Orang Lain Berarti Menyakitinya Judul Buku : Akhlaqul Karimah Penulis : Buya Hamka Pener...

Buya Hamka: Membuka Rahasia Orang Lain Berarti Menyakitinya


Judul Buku : Akhlaqul Karimah
Penulis : Buya Hamka
Penerbit : Gema Insani


Membuka rahasia sangat terlarang yakni haram karena membukakan rahasia orang lain itu sama dengan menyakiti dan menghinanya. Banyak janji Allah SWT tentang menjaga kerahasiaan. Sampai di dalam hadits yang shahih pernah disebutkan, bahwasanya barangsiapa yang menutup rahasia orang lain, akan ditutupkan pula oleh Allah SWT rahasianya di hari kemudian. Termasuk di dalam tanda-tanda munafik, seorang yang dipercaya dengan suatu rahasia, kemudian ia membuka rahasia itu kepada orang lain padahal rahasia jika telah diketahui oleh tiga orang, sudah tidak rahasia lagi. Rasulullah saw. bersabda, "Jika ada orang menyampaikan perkataan kepadamu, sedang dia menoleh ke kiri-kanan dengan perasaan curiga, pertanda apa yang hendak dikatakannya merupakan suatu amanah yang wajib engkau pegang teguh."

Namun, rahasia boleh dibukakan jika sekiranya berbahaya bagi jiwa dan harta-benda, misalnya seorang membuka suatu rahasia dengan maksud hendak membunuh atau membakar rumah orang. Dalam hal ini tidak boleh lagi menyimpan rahasia itu, tetapi wajib dengan segera memberi tahu kepada orang yang terancam jiwanya itu.

Perkataan itu telah diringkaskan oleh Tsauban, "Segenap dusta itu dosa, kecuali untuk kemaslahatan kaum Muslimin atau untuk menolak mudharat dari diri kaum Muslimin."

Sesungguhnya ada pula beberapa dusta yang biasa terpakai dalam pergaulan hidup yang biasa pula diberikan didikannya kepada anak, misalnya ketika dipanggil orang untuk makan dengan mulut manis, “Silakan makan." Kemudian kita jawab saja, "Baru habis makan." Padahal kita sebenarnya belum makan. Dusta yang begini memaniskan pergaulan.

 Sebab kadang-kadang ketika kita bertamu ke rumah orang, kita diajaknya makan, padahal tidak ada persediaannya sehingga jika kita mau menurutkan ajakannya, akan beroleh malu dan kita terhitung orang yang tidak tahu basa basi. Kemudian kita jawab dengan ucapan, "Saya baru habis makan." Kadang-kadang yang empu nya rumah berkata, "Ah bohong." Kemudian kita jawab, "Memang saya baru habis makan."

Dusta yang begini karena terang bukan untuk mencelakakan orang lain, bukan untuk merusak tatanan masyarakat, bukan pula untuk merendahkan budi sendiri, tidaklah dilarang dalam agama. Semisal pula, dusta melebihkan kepentingan pembicaraan, misalnya "Sudah seratus kali saya katakan padamu, tetapi tidak juga engkau turuti perkataanku." Atau, "Kukumu sudah sepanjang hujan, tidak juga dikerat."

Kedua perkataan ini mengandung dusta sebab baru beberapa kali saja sudah dikatakan seratus, dan baru lebih sedikit saja sudah dikatakan sepanjang hujan.

Pada kedua perkataan ini tidak pula terdapat maksud berdusta, menipu, atau merugikan orang lain. Akan tetapi, untuk menekankan perkataan agar dipahami oleh orang lain, ucapan-ucapan seperti itu tidak boleh dikatakan sebagai dusta. Manakah batas dusta dan tidak, kembali pada budi masing-masing kita jua adanya.

Namun, yang sangat tercela ialah mengatakan bermimpi melihat suatu perkara padahal tidak. Itu pun merusak diri sendiri, di sana tidak ada tersimpan suatu maksud untuk mencari maslahat diri atau maslahat kaum Muslimin.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (404) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (304) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)