basmalah Pictures, Images and Photos
Our Islamic Story

Choose your Language

Siklus Tanah dan Air dalam Rekayasa Kemakmuran Oleh: Nasruloh Baksolahar (Channel Youtube Dengerin Hati) Ahad, berbincang panjan...

Siklus Tanah dan Air dalam Rekayasa Kemakmuran

Oleh: Nasruloh Baksolahar
(Channel Youtube Dengerin Hati)

Ahad, berbincang panjang dengan teman. Dia kandidat Doktor dari IPB. Topiknya tentang hasil panen dan tumbuhan. Salah satu temuan para peneliti adalah tumbuhan memiliki siklus panceklik dan panen. Dalam rentang periode tahun tertentu, tanah dan tumbuhan tidak bisa menghasilkan panen yang maksimal. Namun dalam rentang waktu tertentu tanah dan tumbuhan menghasilkan panen yang luar biasa.

Kapan tanah dan tumbuhan dapat berbuah maksimal? Rentang waktu berapa lama? Bisakah direkayasa keberlimpahan panen tersebut? Semua terdiam tak bisa menjawab. Akhirnya kami membuka lembaran biografi dan sejarah.

Mengapa saat kelahiran Rasulullah saw, binatang peliharaan sang Ibu susu langsung mengeluarkan susu yang banyak, gemuk dan bisa berlari kencang? Mengapa tempat pengembalaan binatang peliharaannya yang kering tiba-tiba dipenuhi rumput yang hijau?

Mengapa saat nabi Yusuf menjadi Mentri di Mesir, Mesir menjadi berkelimpahan hasil panen dan juga air? Mengapa di setiap pemimpin adil yang berkuasa, bumi menjadi sangat subur mengeluarkan kemakmurannya? Apakah periode kesuburan bumi berbanding lurus dengan kehadiran pemimpin adil? Apakah justru kesuburan bumi menunggu berkuasanya pemimpin yang adil?

Salah satu pembicaraan yang menarik lainnya adalah fenomena air hujan. Air hujan adalah nutrisi terbaik bagi tumbuhan. Air tanah tak bisa menandinginya. Bagaimana fenomena turunnya air hujan? Dalam Tafsir Ibnu Katsir dibahas tentang ilmu yang tidak diberikan kepada manusia. Salah satunya, dimana hujan akan turun? Tidak ada seorang pun yang tahu. Hanya rahasia Allah.

Jadi, bagaimana Allah mengelola kemakmuran bumi? Dengan menata turunya air hujan. Bagaimana Allah memberikan kemakmuran bumi? Mengelola di tempat hujan turun. Apakah syarat hujan diturunkan di sebuah negri? Dengan menata pengelolaan harta. Jangan ada kekikiran, jangan ada ketamakan jangan ada korupsi di negri tersebut. Itulah yang diungkapkan Rasulullah saw.

Umar bin Abdul Aziz sangat paham tentang hal ini. Di saat awal pemerintahannya, seluruh kekayaan keluarga khalifah dikembalikan ke rakyat. Semua korupsi diberangus. Bagaimana dengan pemerintah di negri ini? Para koruptor justru difasilitasi agar menikmati korupsinya. Maka kelak lihatlah wajah negri ini??

Jadi cara tercepat memakmurkan sebuah negri adalah dengan menghadirkan pemimpin yang adil. Dengan pemimpin yang adil, kezaliman akan pupus, kemaksiatan diberangus. Kemakmuran negri itu bukan kepintaran para penduduknya tetapi ketakwaan pemimpin dan rakyatnya.

Kisah Generasi Salaf yang Isi Hari-Harinya dengan Bertani https://m.republika.co.id/amp/q7lsrd320 Menanam. Satu kata tapi sangat...

Kisah Generasi Salaf yang Isi Hari-Harinya dengan Bertani

https://m.republika.co.id/amp/q7lsrd320

Menanam. Satu kata tapi sangat mendalam maknanya. Coba simaklah kisah berikut ini. Abu Darda usianya sudah sangat tua. Ia sahabat Rasulullah SAW.

Sehari-hari ia menghabiskan waktunya untuk bertani dan bercocok-tanam. Suatu hari lewat seseorang di depannya. Saat itu Darda sedang menanam pohon asam. Berkatalah orang itu, ''Mengapa kamu menanam pohon ini? Kamu kan sudah lanjut usia, padahal pohon itu akan berbuah dalam rentang waktu yang amat lama?'' Apa jawab Abu Darda? ''Saya hanya mengharap pahalanya, dan biarlah orang lain yang memakan buahnya.''

Bagi para sahabat Rasulullah SAW seperti Abu Darda, pahala tentu saja tidak dipahami hanya sekadar menjalankan ibadah ritual seperti sholat, puasa, dan sebagainya. Mereka memahami bahwa semua kebaikan adalah berpahala. Karena itu, siapa yang menanam kebaikan, ia akan menunai pahala. Dalam kaitan dengan Abu Darda, menanam kebaikan itu berarti menanam tanaman asam atau tanaman apa saja.

Dari tanaman bisa diambil buah dan daunnya. Dari tanaman manusia akan mendapatkan keteduhan. Dari tanaman akan tercipta hutan-hutan yang menghijau yang bisa berfungsi sebagai panadah air hujan agar tidak terjadi banjir dan longsor. 
Darda hanyalah seorang sahabat Rasulullah SAW. Lalu bagaimana dengan Sang Rasul sendiri? Kata beliau, ''Apabila seorang Muslim menanam tanaman, kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, maka itu sudah termasuk sedekah.'' (HR Bukhari Muslim).

''Apabila seorang Muslim menanam, maka apa yang dimakan darinya merupakan sedekah, dan yang dicuri darinya juga sedekah. Apabila dimakan oleh binatang buas juga sedekah, apabila dimakan oleh burung juga sedekah, ataupun diambil oleh seseorang juga dinamakan sedekah.'' (HR Muslim).

Menanam juga berarti memelihara. Kata Sang Rasul lagi, ''Barangsiapa menanam pepohonan, dan menjaganya dengan sabar, serta merawatnya hingga berbuah, maka segala sesuatu yang menimpa terhadap buah-buahnya akan dianggap sedekah bagi Allah.'' (HR Ahmad).

Bukan hanya Abu Darda yang sangat terpengaruh pada arahan Rasulullah. Hampir semua sahabat juga demikian. Mereka bahkan juga memberi contoh dengan tangannya sendiri.

Simaklah perbincangan Khalifah Umar bin Khattab dengan ayahnya di suatu hari. ''Ayah, apa yang menghalangi kamu untuk menanami tanahmu?'' kata Umar. ''Saya orang tua yang bisa jadi akan mati esok,'' jawab ayahnya. ''Aku yakin kamu akan tertipu dengan umurmu,'' ujar Umar kemudian. Mereka, ayah dan anak, lalu menanam sendiri di tanah yang kosong itu dengan tangannya.

Bukan hanya di waktu lapang, di saat yang genting sekalipun, misalnya di waktu perang, para sahabat masih menaruh perhatian tentang pentingnya tanaman. Suatu hari, seperti ditulis dalam buku Islam Agama Ramah Lingkungan karya Dr Yusuf Al Qardhawy, ribuan tentara kaum muslimin di bawah komando Panglima Perang Yazid bin Abi Sufyan telah siap berangkat menuju medan perang. Mereka dikirim Khalifah Abu Bakar ke Syam untuk menyebarkan agama Islam. Ketika menginpeksi barisan, di depan tentara Abu Bakar berpesan kepada sang panglima perang.

''Wahai Yazid, ada sepuluh hal yang ingin aku pesankan kepadamu.  Pertama, janganlah engkau membunuh bayi. Kedua, janganlah engkau membunuh perempuan. Ketiga, janganlah engkau membunuh orang yang lanjut usia. Keempat, janganlah engkau menebang pohon yang berbuah. Kelima, janganlah engkau menghancurkan bangunan. Keenam, janganlah engkau menyembelih kambing atau unta kecuali untuk dimakan. Ketujuh, janganlah engkau merobohkan pohon kurma. Kedelapan, janganlah engkau membakar pohon kurma. Kesembilan, janganlah engkau berkhianat. Dan terakhir, janganlah engkau takut.''

Pertanian Dalam Peradaban Islam https://kisahmuslim.com/6418-pertanian-dalam-peradaban-islam.html Pertanian memiliki peran yang ...

Pertanian Dalam Peradaban Islam


https://kisahmuslim.com/6418-pertanian-dalam-peradaban-islam.html

Pertanian memiliki peran yang penting dalam sejarah peradaban Islam. Pertanian adalah salah satu piranti yang menjaga keseimbangan daulah Islam selama qurun yang panjang. Hal ini ditinjau dari sisi fungsinya memenuhi kebutuhan gizi di berbagai wilayah Islam.

Perhatian Umat Islam Terhadap Pertanian
Perhatian umat Islam terhadap pertanian didorong oleh arahan AlQuran Hal ini tersirat dalam firman Allah Ta’ala yang memerintahkan para hamba-Nya untuk berusaha di muka bumi, makan darinya, dan menikmati rezeki yang datang darinya (hasil bumi). Allah Ta’ala berfirman,

هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” [Quran Al-Mulk: 15]

Allah Ta’ala juga menjelaskan tentang faidah pertanian di banyak ayat. Di antaranya firman-Nya,

وَآيَةٌ لَهُمُ الْأَرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ • وَجَعَلْنَا فِيهَا جَنَّاتٍ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ وَفَجَّرْنَا فِيهَا مِنَ الْعُيُونِ • لِيَأْكُلُوا مِنْ ثَمَرِهِ وَمَا عَمِلَتْهُ أَيْدِيهِمْ أَفَلَا يَشْكُرُونَ

“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? [Quran Yasin: 33-35].

Demikian juga bimbingan nabawi yang menjelaskan tentang urgensi memakmurkan bumi dan jangan membiarkannya sia-sia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَتْ لَهُ أَرْضٌ فَلْيَزْرَ غْهَا فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يَزْرَ عَهَا وَعَجَزَ عَنْهَا فَلْيَمْنَحْهَا أَخَاهُ الْمُسلِمَ وَلاَ يُؤَاجِرْهَاإِيَّاهُ

“Barang siapa memiliki sebidang tanah, maka hendaknya ia menggarap dan menanaminya. Dan bila ia tidak bisa menanaminya atau telah kerepotan untuk menanaminya, maka hendaknya ia memberikannya kepada saudaranya sesama muslim. Dan tidak pantas baginya untuk menyewakan tanah tersebut kepada saudaranya.” [Riwayat Bukhari hadits no. 2215 dan Muslim hadits no. 1536].

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا، أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا، فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ، إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ

“tidaklah seorang Muslim yang menanam tanaman atau bertani, lalu ia memakan hasilnya atau orang lain dan binatang ternak yang memakan hasilnya, kecuali semua itu dianggap sedekah baginya” [HR. Al Bukhari 2320].

Firman Allah dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini memotivasi kaum muslimin untuk menaruh perhatian mengembangkan dunia pertanian. Seperti membuat penampungan air, menggali sumur, membuat kanal, sungai, dan irigasi. Kemudian mengembangkan metode penyerbukan dan pemupukan untuk meningkatkan produksi mereka. Setelah itu, barulah orang-orang mengadopsi teknik-teknik pertanian umat Islam ini. Kemudian mengembangkannya di era modern sekarang.

Karya Tulis Ilmuan Muslim Tentang Pertanian

Di antara bentuk perhatian dan semangat menyebarkan pengetahuan tentang pertanian, ilmuan muslim menuliskan penemuan mereka di bidang pertanian menjadi sebuah buku. Seperti:

• Buku asy-Syajar oleh Ibnu Khaluyah.
• Al-Fallah wa al-‘Imarah oleh Ali bin Muhammad Sa’d.
• Al-Fallah oleh Ibnu Wahsyiyah.
• An-Nabat oleh Ibnu Hanifah ad-Dinuri.
• Az-Zar’ oleh Abu Ubaidah al-Bashri.
• An-Nabat wa asy-Syajar oleh Abu Said al-Ashma’i. Ia menuliskan jenis-jenis tanah dan tingkat kesuburannya. Jenis-jenis tumbuhan; pertumbuhannya, reproduksi, kekuatan, dan bunganya. Ia mengategorikan jenis kelamin tanaman; berkelamin gandan dan tunggal. Rasa buahnya; manis dan asam. Tempat tumbuhnya; mana yang tumbuh di tempat landau dan mana yang di pasir. Ia juga menyebutkan 280 nama dari tanaman.

Pertanian dan Farmasi Bagaikan Dua Sisi Mata Uang

Seiring berkembangnya pertanian, bangsa Arab dan umat Islam pun tertarik dengan botani sebagai sumber pengobatan. Asumsi ini mendorong lahirnya banyaknya penelitian yang dibuat dalam karya tulis dan dinamakan al-Mufradat ath-Thabiyyah. Suatu penelitian yang khusus mengkaji tetumbuhan sebagai sumber obat.

Peradaban Arab dan ensiklopedia peninggalan zaman Abbasiyah membantu membangun pengetahuan kaum muslimin tentang berbagai varian tanaman. Mereka menglasifikasikan tanaman ke dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Di bidang ekologi tanaman, para ilmuwan Arab mewariskan banyak konsep yang menunjukkan pemahaman mendalam mereka tentang sifat-sifat tanah, topografi, salinitas, dan komposisi fisik.

Orang Arab juga mengakui apa yang sekarang disebut faktor alam atau pengaruh lingkungan. Mereka menyadari bahwa ada atau tidak adanya tanaman tertentu dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya spesies lain. Dan karakteristik tanah juga dapat menentukan spesies endemik. Bermula dari ayat-ayat yang memerintahkan mencari penghidupan dengan bercocok tanam, kaum muslimin mengadakan penelitian hingga sejauh ini. Bagaimana Alquran mendorong umat Islam untuk maju dan membukakan tahap demi tahap tangga ilmu pengetahuan.

Teknik Pertanian dan Kontribusi Umat Islam

Di bidang teknik pertanian, umat Islam mewariskan peninggalan besar. Seperti: bagaimana menggunakan bajak, kincir air, alat penumbuk, dan alat untuk mengangkat air dari sungai. Orang-orang muslim Andalusia memanfaatkan angin untuk menggerakkan alat penggiling biji-bijian dan mengangkut air untuk menyirami tanaman. Kemudian orang-orang Eropa mengadopsi teknologi ini untuk kebutuhan mereka dan juga teknologi lainnya.

Umat Islam telah memberi manfaat bagi seluruh dunia dengan kontribusi besar di berbagai bidang. Tidak ketinggalan juga dalam bidang pertanian.

Pertanian dan Kekuatan Peradaban Islam

Dengan perhatian mereka pada bidang ini, orang-orang Arab dan Muslim telah mempertahankan ketahanan pangan dan interaksi sosial mereka selama berabad-abad. Sampai akhirnya kondisi peradaban kaum muslimin memburuk dan malah berbalik menjadi tergantung pada orang lain dalam makanan dan obat-obatan mereka.

Tentu kita sangat berharap, umat ini kembalinya ke masa keemasan mereka sebelumnya. Masa dimana mereka mampu menguasai sains dan berbagai bidang yang memberi mereka swasembada pertanian. Masa yang membuat umat ini tidak bergantung pada bangsa lainnya.

Diterjemahkan dengan bebas dari https://islamstory.com/ar/artical/3409172/الزراعة-في-الحضارة-الاسلامية



Read more https://kisahmuslim.com/6418-pertanian-dalam-peradaban-islam.html

Islam Bangkitkan Revolusi Pertanian https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/q5kzqy430 Pada abad 7-8, agama Islam berk...

Islam Bangkitkan Revolusi Pertanian

https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/q5kzqy430

Pada abad 7-8, agama Islam berkembang sangat pesat, mulai dari Asia, Afrika, hingga Eropa. Demikian juga khazanah ilmu pengetahuan Islam, termasuk bidang pertanian, telah mengalami revolusi hebat. Tercatat, dalam sejarah Islam, revolusi ini mengalir dari Timur ke Barat.

Hal yang menonjol dalam revolusi pertanian kala itu adalah dikenalnya banyak jenis tanaman baru dan peralatan pertanian. Pada buku Teknologi dalam Sejarah Islam karya Ahmad Y Al-Hassan dan Donald R Hill, disebutkan beberapa jenis tanaman yang mulai dikenal masyarakat Arab dalam revolusi itu, seperti padi, tebu, kapas, terong, bayam, semangka, dan berbagai sayuran serta buah-buahan lainnya.

''Penyebaran ini sungguh luar biasa, mengingat penyebaran tersebut terjadi hanya dalam kurun waktu yang singkat. Terlebih lagi, tanaman-tanaman itu berasal dari daerah tropis yang tidak mudah ditanam di daerah yang lebih dingin dan kering (seperti di Jazirah Arab dan Afrika). Prestasi ini tak ada tandingannya hingga masa-masa setelahnya," tulis Al-Hassan dan Hill.

Pengenalan tanaman-tanaman baru itu diikuti pula dengan penemuan cara bercocok tanamnya. Sebelumnya, petani di kawasan Arab dan Afrika memulai musim tanam ketika musim dingin tiba. Sedangkan, pada musim panas, sawah mereka dibiarkan kosong dan mereka pun menganggur.

Model bercocok tanam seperti itu tidak dapat dipertahankan setelah revolusi pertanian terjadi pada era Islam. Karena, padi, kapas, tebu, terong, dan semangka hanya dapat tumbuh dan berbuah pada musim panas. Dengan demikian, irama agrikultur tahunan pun berubah total. Tanah dan tenaga yang dulunya menganggur ketika musim panas, sejak saat itu, bergerak lebih produktif.

Efek lainnya adalah ditemukannya sistem pengairan yang baru. Tanaman, seperti padi, tebu, dan kapas, memang memerlukan air dalam jumlah yang banyak. Sedangkan, sistem pengairan sebelum masa Islam, menurut Al-Hassan dan Hill, sama sekali sudah tidak memadai.

Hingga akhirnya, masyarakat Islam membangun sistem irigasi dengan pola-pola baru. Diciptakanlah teknologi pengangkatan air, distribusi air, serta cara-cara penyimpanannya. Sampai-sampai hampir di semua sumber air, seperti sungai, oasis, dan mata air, didirikan bangunan atau peralatan pengairan kebun dan sawah.

Di dekat Kota Madinah, terdapat Bendungan Qusaybah. Tingginya mencapai 30 meter dan panjangnya 205 meter. Bendungan ini dibangun kira-kira pada abad ke-7 atau 8 dan sisa-sisa bangunannya masih bisa disaksikan sampai sekarang.

Di Afghanistan, ditemukan tiga bendungan yang dibangun kira-kira tahun 998-1030 M. Salah satunya bernama Bendungan Mahmoud. Bendungan ini setinggi 32 meter dan panjangnya 220 meter. Bendungan pada masa Islam juga ditemukan di Spanyol, tepatnya di Sungai Guadalquivir dan Sungai Turia.

Di samping bendungan, di Kota Murcia, juga ditemukan kincir air yang sekarang dikenal dengan sebutan La Nora. Ada pula pompa air yang dikenal dengan nama Shaduf, Saqiya, dan Naura. Kedua jenis alat itu digunakan untuk mencukupi kebutuhan pengairan sawah dan kebun serta kebutuhan air bersih masyarakat.

Alat pertanian

Revolusi pertanian pada zaman keemasan Islam tidak hanya berhasil membangun sistem irigasi yang canggih. Namun, juga mengembangakan peralatan-peralatan pertanian, seperti bajak dan garu. Seorang sejarawan bernama Al-Maqrizi menyebutkan bahwa di Mesir, sebelum para petani menanam tebu, mereka terlebih dahulu membajak sawah sebanyak enam kali. Bahkan, ada yang sampai sepuluh kali.

Rancangan bajak di Mesir dan kawasan Laut Tengah disesuaikan dengan sifat tanah, iklim, dan kelembaban setempat. Mata bajak dibuat tidak terlalu panjang sehingga tidak terlalu dalam saat memotong alur. Al-Hassan dan Hill mengatakan, rancangan bajak pada era Islam itu masih digunakan hingga sekarang di kawasan Timur Dekat dan Laut Tengah.

Peralatan lainnya adalah garu, yaitu alat yang bentuknya seperti sisir. Alat ini biasanya ditarik oleh binatang (sapi atau kerbau) setelah pembajakan. Alat ini berfungsi untuk memecahkan bongkahan tanah, meratakan tanah, dan menutupi benih.

Masyarakat Arab mengenal beberapa jenis garu, seperti al-mijar, al-mislafah, dan al-maliq. Al-mijar dan al-mislafah adalah balok dengan gigi-gigi untuk menggaru tanah. Al-mijar mempunyai dua lubang di ujung-ujungnya dan dua pasang tali pengikat. Sementara itu, pada balok, terdapat dua lubang untuk memasang roda kayu. Di bagian tengah al-mijar, terdapat kayu panjang untuk pegangan. Rancangan ini dipasang pada dua ekor sapi atau kerbau.

Sedangkan, garu jenis al-maliq adalah papan kayu lebar yang ditarik oleh sapi atau kerbau. Alat ini diberi beban untuk mendatarkan alur yang dibuat oleh mata bajak dan untuk menanami benih.

Menyusuri Kemajuan Pertanian dalam Sejarah Islam https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/129237 Kemajuan menyentuh ra...

Menyusuri Kemajuan Pertanian dalam Sejarah Islam


https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/129237

Kemajuan menyentuh ranah pertanian. Serangkaian teori ditemukan oleh kaum intelektual dan dipraktikkan hingga membuahkan hasil melimpah di tanah-tanah negeri Muslim. Panen pun mengerek tingkat kesejahteraan. Ini semua bermuara pada pengetahuan umat Islam yang memadai tentang pertanian.

Tak hanya soal cara memanen. Mereka telah tahu bagaimana memilih lahan bagi tanaman mereka. Mana yang cocok dan mana pula yang tidak. Sistem pengairan bermunculan dan memicu perkembangan teknologi di bidang ini. Mereka hapal bagaimana membuat pupuk dan komposisi penggunaannya.

Dalam bukunya yang terkenal, Kitab al-Filaha (Buku tentang Pertanian), cendekiawan dari Andalusia atau Spanyol, Ibnu al-Awwan, menjelaskan sejumlah langkah memulai bertani. Hal pertama yang perlu diketahui mengenai pertanian adalah lahan pertanian itu. Apakah lahan tersebut baik atau tidak untuk ditanami.

Ia mengingatkan, siapa yang mengabaikan masalah itu tak akan menuai keberhasilan saat menggarap lahan pertanian. Ini bermakna para petani perlu memiliki pengetahuan tentang lahan, karakteristiknya, jenisnya, tanaman, dan pohon yang mestinya ditanam atau tidak di lahan tersebut.

Selain itu, al-Awwan mewanti-wanti pula agar memahami betul tentang tingkat kelembapan tanah yang berdampak pada semua tanaman. Perlu pula mengetahui jenis tanah, apakah lembut, keras, berpasir, hitam, putih, kuning, merah, kemerah-merahan, atau kasar.

Pengetahuan dasar tentang lahan harus didukung dengan langkah lain untuk mencapai hasil pertanian memuaskan. Untuk hal ini, umat Islam telah mengembangkan teknologi sistem irigasi. Bentuknya memang berbeda-beda di setiap wilayah, ada yang sederhana dan ada pula yang lebih canggih.

Sejarawan al-Hamdani mengisahkan salah satu bentuk sistem irigasi yang ada di Yaman, yang disebut dengan alSamman. Ini merupakan sumber air terkenal. Kedalamannya mencapai tiga meter. Di sekitarnya, terdapat sejumlah sumur dan telaga buatan sebagai penampung air. Sisi-sisinya dibatasi dengan batu.

Pakar geografi Muslim bernama al Istakhri dalam bukunya, Al-Masalik walMamalik, berbicara tentang sistem irigasi. Menurut dia, di Marw (kini berada di wilayah Khurasan, Iran), terdapat sebuah departemen yang secara khsusus dibentuk untuk menangani pengelolaan air.
Departemen tersebut memiliki sebanyak 10 ribu staf.

Menurut Jaser Abu Safieh dari Jordan University, Amman, Yordania, sistem irigasi yang diwariskan oleh umat Islam sangat efisien dan hingga kini masih digunakan di sejumlah wilayah di Andalusia atau Spanyol. Badan seperti Water Court of Valencia masih melakukan pertemuan mingguan pada Kamis seperti yang terjadi pada masa Islam.

Pengembangan sistem irigasi lainnya untuk keperluan pertanian terdapat juga di Irak. Tepatnya, di Fowkhara Gate di tepi Sungai al-Nahrawan, Samarra. Adam Mitz, dalam Al-Hadarah alIslamiyyah, menyebutkan bahwa ilmuwan Muslim saat itu telah mampu mengalirkan air dari sumbernya dengan menggunakan pipa.

Mereka mempunyai sejumlah alat-alat teknik yang bermanfaat untuk mengukur ketinggian tanah dan menggali saluran irigasi di bawah tanah. Akhirnya, ujar Mitz, para ilmuwan itu menemukan sejumlah mesin untuk mengukur tingkat air sungai. Dengan berbagai penemuannya,
pertanian di dunia Islam kian berkembang.

Pupuk Pupuk telah sejak dini menjadi perhatian. Bahkan, telah muncul pemikiran komposisi penggunaan pupuk. Ilmuwan Muslim, Ibnu al-Hajjaj al-Ishbili, melalui bukunya Al-Muqni' fi al-Filahah, menjelaskan bahwa seorang petani mesti tahu jika lahan pertanian tak dipupuk, kemampuannya akan melemah.

Di sisi lain, ia berkata agar penggunaan pupuk tak berlebihan. Bila ini terjadi, tanah akan terbakar oleh pupuk. Dengan pandangan yang disampaikan Ibnu al-Hajjaj ini, pengetahuan pertanian umat Islam saat itu telah mencapai taraf yang tinggi. Sejalan pada masa sekarang, penggunaan pupuk harus sesuai aturan pemakaian.

Pentingnya pemupukan untuk lahan pertanian; Ibnu Bassal, Ibnu Hajjaj, dan Ibnu al-Awwam memberikan penjelasan luas mengenai tipe pupuk dan tingkat kecocokan pupuk pada tanaman dan lahan tertentu. Mereka menyinggung pula penggunaan daun-daun pohon untuk menyuburkan lahan pertanian dan pemakaian pupuk kompos.

Penjelasan mengenai pupuk kompos ini di antaranya terdapat dalam buku yang disusun Ibnu al-Awwam yang berjudul Kitab al-Filaha al-Andalusiyyah. Manuskrip karyanya tersimpan di British Museum. Sedangkan, Ibnu Bassal menjelaskan bagaimana membuat pupuk kompos itu.

Paling tidak, Ibnu Bassal membagi kompos menjadi tiga jenis. Salah satunya adalah kompos yang terbuat dari campuran rumput, jerami, dan abu. Ketiga bahan itu dimasukkan ke dalam sebuah lubang. Lalu, tuangkan air ke dalam lubang tersebut, tinggalkan hingga membusuk. Ia menegaskan, penggunaan pupuk secukupnya saja.

Bassal pun berbagi pengetahuan lainnya. Kali ini, terkait dengan penanaman yang ia sebut sebagai seni menanam. Ada masa dan kondisi tertentu untuk menanam suatu jenis tumbuhan agar bisa berkembang sempurna. Ia menunjuk budi daya labu. "Di negara-negara dingin, seperti Andalusia, biji labu mesti ditanam selama bulan Januari." Lalu, pada bulan April, saat bibit tanaman telah kuat, baru dipindahkan ke lahan permanen.

Kontribusi Petani dan Sarjana Pertanian Muslim https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/pl20pp313 ''Dengan pen...

Kontribusi Petani dan Sarjana Pertanian Muslim


https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/pl20pp313

''Dengan penuh kecintaan terhadap alam dan kehidupan, masyarakat Islam klasik telah mencapai keseimbangan ekologi,'' papar Lucie Bolens, ilmuwan yang intens mempelajari sejarah pertanian Muslim. Sayangnya, keseimbangan ekologi yang diciptakan umat Islam melalui Revolusi Hijau-nya dihancurkan pasukan Mongol hingga tentara Perang Salib (Crusaders).

Invasi yang dilakukan Mongol hingga tentara Perang Salib telah menghancurkan jaringan irigasi, memusnahkan tumbuh-tumbuhan serta tanaman serta menutup rute perdagangan. Keseimbangan ekologi terus tergerus ketika era kolonialisme melanda dunia. Ekologi pun semakin hilang keseimbangan, terutama di era industri saat ini.

Sarjana pertanian dan petani Muslim di abad pertengahan tak hanya mengajarkan bagaimana keseimbangan ekologi dibangun, namun juga banyak memperkenalkan beragam inovasi di bidang pertanian.

Mereka memperkenalkan bentuk-bentuk baru kedudukan lahan, memperbaiki irigasi dengan beragam metode irigasi yang mutakhir. Petani Muslim juga memperkenalkan pupuk serta sistem irigasi buatan.

Para petani dan sarjana pertanian Muslim juga mengembangkan sistem irigasi gravity-flow dari sungai dan mata air. Umat Islam pula yang pertama menggunakan noria dan rantai pompa untuk irigasi. Industri gula tebu dan perkebunan tebu juga merupakan rintisan petani dan sarjana pertanian Muslim.

Era kejayaan pertanian Islam juga telah melahirkan ilmuwan Muslim yang meletakan fondasi ilmu pertanian, seperti agronomi, botani, serta ilmu lingkungan. Salah satu ilmuwan pertanian Islam yang terkemuka adalah Abu al-Abbas al-Nabati - gurunya Ibnu Al-Baitar.

Ahli sejarah George Sarton mengungkapkan, ''Catatan-catatan Al-Baitar adalah karya terpenting dalam dunia tumbuhan dari seluruh periode kejayaan ahli botani, mulai dari masa Dioscorides sampai abad ke-16." Catatan Al-Baitar menyerupai kamus atau ensiklopedia lengkap tentang tumbuh-tumbuhan.

Dalam Kitab al-Jami fi al-Adwiya al-Mufrada, Al-Baitar menuliskan 1.400 macam tanaman, makanan dan obat-obatan. Sebanyak 300 di antaranya ditemukan sendiri. Kitab itu begitu berpengaruh di Eropa setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin serta masih digunakan hingga abal abad ke-19.

Salah satu tokoh lainnya adalah Al-Dinawari, ahli botani di abad ke-9 merupakan pendiri botani Arab. Dia menulis sebuah ensiklopedia berjudul Kitab al-Nabat atau Book of Plants, yang terdiri dari enam volume. Itulah sebagain kontribusi Islam dalam bidang pertanian.

Islam Pelopor Revolusi Hijau Abad Pertengahan https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/pl20lc313 Era keemasan Islam ya...

Islam Pelopor Revolusi Hijau Abad Pertengahan


https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/pl20lc313

Era keemasan Islam yang berlangsung dari abad ke-8 M hingga 13 M begitu banyak meninggalkan warisan bagi peradaban manusia. Dalam masa kejayaannya, umat Islam ternyata telah berhasil melakukan transformasi fundamental di sektor pertanian yang kini dikenal sebagai Revolusi Hijau Abad Pertengahan atau Revolusi Pertanian Muslim.

Kala itu, para saudagar Muslim di sepanjang 'dunia tua' yakni Eropa, Asia, dan Afrika sebelum abad ke-15 M , mampu membangun perekonomian global. Revolusi hijau telah memungkinkan beragam tanaman berikut teknik bercocok tanamnya menyebar ke berbagai penjuru dunia Islam. Pada era itu, berbagai teknik serta penyebaran berbagai hasil pertanian dari luar dunia Islam dapat dengan mudah diadopsi.

Umat Islam pada abad pertengahan juga telah menjadi pelaku utama globalisasi hasil pertanian. Ketika itu, tanaman asal Afrika seperti gandum, buah jeruk khas negeri tirai bambu Cina, serta sejumlah tanaman asli dari India seperti buah mangga, beras, kapas, serta gula tebu ternyata dikembangkan dan didistribusikan melalui tanah-tanah yang dikuasai Islam.

Lalu bagaimana globalisasi dan revolusi hijau itu berawal? Cikal bakal globalisasi sudah mulai terbentuk ketika Dinasti Islam menjadi pusat peradaban dunia dan Islam berada dalam era keemasan. Ketika itu, pengetahuan, perdagangan dan perekonomian dari berbagai wilayah yang awalnya terisolasi mulai menjalin kontak dengan para penjelajah, pelaut, sarjana, saudagar, serta wisatawan Muslim.

Beberapa kalangan menjuluki periode itu sebagai Pax Islamica atau 'Era Penemuan Afro-Asiatic'. Para saudagar serta penjelajah Muslim yang mengarungi 'dunia tua' mulai membangun cikal bakal perekonomian global. Jaringan perdagangan pun berkembang luas di Asia, Afrika, serta Eropa. Jalur perdagangan kala itu sudah menyebar dari Samudera Atlantik dan Laut Mediterania di bagian Barat, menuju Samudera India dan Laut Cina di bagian Timur.

Berkembangnya perekonomian global pada abad pertengahan didukung oleh berdirinya Dinasti Islam, seperti Khalifah Rasyidin, Umayyah, Abbasiyah, serta Fatimiyah. Sebab, pada masa dinasti itu berkuasa, pemerintahan Islam menjadi kekuatan ekonomi terkemuka dan terbesar dari abad ke-7 M hingga abad ke-15 M.

Peta wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah.photo
Guru besar sejarah abad pertengahan Prof Thomas F Glick menuturkan, revolusi pertanian Muslim ditandai dengan munculnya varietas tanaman-tanaman yang baru serta dibangunnya jaringan irigasi yang luas dan intensif. ''Pada masa itu, petani Muslim bisa menanam tanaman sebanyak tiga sampai empat kali dalam setahun di atas lahan yang awalnya hanya bisa ditanami sekali setahun,'' ungkap Glick.

Seiring berkembang pesatnya ilmu pengetahuan di pusat-pusat pemerintahan Islam, para sarjana dan petani Muslim mulai mengembangkan inovasi di bidang pertanian. Seperti diungkapkan Glick, umat Islam pada era itu sudah mengembangkan sistem rotasi tanam dengan cara modern.

Dengan mengetahui karakteristik tanaman serta tanah, para petani pada saat itu bisa memanen hasil pertaniannya lebih banyak dan lebih sering. Dr Zohor Idrisi dalam tulisannya berjudul The Muslim Agricultural Revolution mengungkapkan, para saudagar yang menjelajah dunia selalu pulang membawa bibit tanaman.

''Kebanyakan tanaman yang bernilai guna, seperti tebu, pisang, dan kapas membutuhkan air,'' papar Idrisi.

Untuk menanam bibit tanaman yang dibawa dari berbagai wilayah itu, para petani Islam ketika itu membangun sistem irigasi buatan yang luas. Tak heran, jika irigasi buatan lebih dikenal di dunia Islam, ketimbang di Eropa. Apalagi, pada era itu pemerintahan Islam sangat mendukung pembangunan di sektor pertanian. Maka, jaringan dan saluran irigasi pun dibangun untuk mengairi kebun dan sawah. Pembangunan pertanian yang dilakukan umat Islam dikembangkan berdasarkan pendekatan ilmiah.

Hal itu terlihat dari tiga elemen utama penunjang pertanian yakni; sistem pola tanam yang mutakhir, teknik pembangunan irigasi yang tinggi, serta munculnya beragam varietas tanaman yang disertai dengan katalog berdasarkan musim, tipe tanah, dan jumlah air yang dibutuhkan.

Para sarjana pertanian Islam juga mampu menyusun sejumlah ensiklopedia pertanian dan ilmu tumbuh-tumbuhan atau botani. Salah seorang sarjana pertanian Muslim yang banyak memperkenalkan dan menemukan tanaman baru adalah Ibn Al-Baitar.

Pada awal abad ke-9 M, sistem pertanian modern telah menjadi sentra kehidupan ekonomi dan organisasi dalam dinasti Islam. Kekhalifahan Islam menggantikan peran Roma sebagai eksportir produk pertanian. Selama revolusi pertanian Muslim, pengolahan gula mulai diproduksi secara besar-besaran. Penggilingan dan perkebunan gula dalam skala besar bermunculan.

Kitab kajian pertanian karya ilmuwan Muslim di abad pertengahan.
Sejumlah kota di 'Timur Dekat' seperti Anatolia, Yordania, Syria and Lebanon, Georgia, Armenia, Mesopotamia, Afrika Utara, dan Spanyol didukung dengan sistem pertanian yang ditopang irigasi yang luas berbasis pengetahuan hidrolik dan prinsip-prinsip hidrostatis. Sistem irigasi juga digerakkan dengan sistem yang canggih seperti noria, pemutar air, dam, serta waduk.

Pada era keemasan Islam, penguasa juga memberikan insentif bagi para pemilik lahan serta para petani penggarapnya. Dinasti Islam pada masa itu mengakui kepemilikan pribadi dan hasil panen dibagi dengan para penggarapnya. Sementara Eropa masih menerapkan sistem budak di pertanian dan perkebunan.

Pada zaman kejayaan Islam berlangsung transformasi sosial melalui perubahan kepemilikan lahan. Setiap orang, perempuan atau laki-laki dari berbagai etnis serta agama memiliki hak untuk membeli, menjual, menggadaikan, serta menyewakan lahan untuk pertanian atau keperluan lainnya. Setiap kesepakatan dalam pertanian, industri, perdagangan dan ketenagakerjaan harus disertai dengan kontrak. Kedua belah pihak harus memegang kontrak itu. Demikianlah Islam menjadi pelopor revolusi hijau dan globalisasi hasil pertanian di abad pertengahan.

Cari Artikel Ketik Lalu Enter

Artikel Lainnya

Indeks Artikel

!qNusantar3 (1) 1+6!zzSirah Ulama (1) Abdullah bin Nuh (1) Abu Bakar (3) Abu Hasan Asy Syadzali (2) Abu Hasan Asy Syadzali Saat Mesir Dikepung (1) Aceh (6) Adnan Menderes (2) Adu domba Yahudi (1) adzan (1) Agama (1) Agribisnis (1) Ahli Epidemiologi (1) Air hujan (1) Akhir Zaman (1) Al-Qur'an (277) alam (3) Alamiah Kedokteran (1) Ali bin Abi Thalib (1) Andalusia (1) Angka Binner (1) Angka dalam Al-Qur'an (1) Aqidah (1) Ar Narini (2) As Sinkili (2) Asbabulnuzul (1) Ashabul Kahfi (1) Aurangzeb alamgir (1) Bahasa Arab (1) Bani Israel (1) Banjar (1) Banten (1) Barat (1) Belanja (1) Berkah Musyawarah (1) Bermimpi Rasulullah saw (1) Bertanya (1) Bima (1) Biografi (1) BJ Habibie (1) budak jadi pemimpin (1) Buku Hamka (1) busana (1) Buya Hamka (53) Cerita kegagalan (1) Cina Islam (1) cinta (1) Covid 19 (1) Curhat doa (1) Dajjal (1) Dasar Kesehatan (1) Deli Serdang (1) Demak (3) Demam Tubuh (1) Demografi Umat Islam (1) Detik (1) Diktator (1) Diponegoro (2) Dirham (1) Doa (1) doa mendesain masa depan (1) doa wali Allah (1) dukun (1) Dunia Islam (1) Duplikasi Kebrilianan (1) energi kekuatan (1) Energi Takwa (1) Episentrum Perlawanan (1) filsafat (3) filsafat Islam (1) Filsafat Sejarah (1) Fir'aun (2) Firasat (1) Firaun (1) Gamal Abdul Naser (1) Gelombang dakwah (1) Gladiator (1) Gowa (1) grand desain tanah (1) Gua Secang (1) Haji (1) Haman (1) Hamka (3) Hasan Al Banna (7) Heraklius (4) Hidup Mudah (1) Hikayat (3) Hikayat Perang Sabil (2) https://www.literaturislam.com/ (1) Hukum Akhirat (1) hukum kesulitan (1) Hukum Pasti (1) Hukuman Allah (1) Ibadah obat (1) Ibnu Hajar Asqalani (1) Ibnu Khaldun (1) Ibnu Sina (1) Ibrahim (1) Ibrahim bin Adham (1) ide menulis (1) Ikhwanul Muslimin (1) ilmu (2) Ilmu Laduni (3) Ilmu Sejarah (1) Ilmu Sosial (1) Imam Al-Ghazali (2) imam Ghazali (1) Instropeksi diri (1) interpretasi sejarah (1) ISLAM (2) Islam Cina (1) Islam dalam Bahaya (2) Islam di India (1) Islam Nusantara (1) Islampobia (1) Istana Al-Hambra (1) Istana Penguasa (1) Istiqamah (1) Jalan Hidup (1) Jamuran (1) Jebakan Istana (1) Jendral Mc Arthu (1) Jibril (1) jihad (1) Jiwa Berkecamuk (1) Jiwa Mujahid (1) Jogyakarta (1) jordania (1) jurriyah Rasulullah (1) Kabinet Abu Bakar (1) Kajian (1) kambing (1) Karamah (1) Karya Besar (1) Karya Fenomenal (1) Kebebasan beragama (1) Kebohongan Pejabat (1) Kebohongan Yahudi (1) Kecerdasan (230) Kecerdasan Finansial (4) Kecerdasan Laduni (1) Kedok Keshalehan (1) Kejayaan Islam (1) Kejayaan Umat Islam (1) Kekalahan Intelektual (1) Kekhalifahan Islam (2) Kekhalifahan Turki Utsmani (1) Keluar Krisis (1) Kemiskinan Diri (1) Kepemimpinan (1) kerajaan Islam (1) kerajaan Islam di India (1) Kerajaan Sriwijaya (2) Kesehatan (1) Kesultanan Aceh (1) Kesultanan Nusantara (1) Ketuhanan Yang Maha Esa (1) Keturunan Rasulullah saw (1) Keunggulan ilmu (1) keunggulan teknologi (1) Kezaliman (2) KH Hasyim Ashari (1) Khaidir (2) Khalifatur Rasyidin (1) Kiamat (1) Kisah (1) Kisah Al Quran (1) kisah Al-Qur'an (1) Kisah Nabi (1) Kisah Nabi dan Rasul (1) Kisah Para Nabi (1) Kisah Para Nabi dan Rasul (402) kisah para nabi dan rasul. Nabi Daud (1) kisah para nabi dan rasul. nabi Musa (2) kitab primbon (1) Koalisi Negara Ulama (1) Krisis Ekonomi (1) Kumis (1) Kumparan (1) Kurikulum Pemimpin (1) Laduni (1) lauhul mahfudz (1) lockdown (1) Logika (1) Luka darah (1) Luka hati (1) madrasah ramadhan (1) Madu dan Susu (1) Majapahi (1) Majapahit (4) Makkah (1) Malaka (1) Mandi (1) Matematika dalam Al-Qur'an (1) Maulana Ishaq (1) Maulana Malik Ibrahi (1) Melihat Wajah Allah (1) Memerdekakan Akal (1) Menaklukkan penguasa (1) Mendidik anak (1) mendidik Hawa Nafsu (1) Mendikbud (1) Menggenggam Dunia (1) menulis (1) Mesir (1) militer (1) militer Islam (1) Mimpi Rasulullah saw (1) Minangkabau (2) Mindset Dongeng (1) Muawiyah bin Abu Sofyan (1) Mufti Johor (1) muhammad al fatih (3) Muhammad bin Maslamah (1) Mukjizat Nabi Ismail (1) Musa (1) muslimah (1) musuh peradaban (1) Nabi Adam (70) Nabi Ayub (1) Nabi Daud (3) Nabi Ibrahim (3) Nabi Isa (2) nabi Isa. nabi ismail (1) Nabi Ismail (1) Nabi Khaidir (1) Nabi Khidir (1) Nabi Musa (27) Nabi Nuh (6) Nabi Sulaiman (2) Nabi Yunus (1) Nabi Yusuf (7) Namrudz (2) NKRI (1) nol (1) Nubuwah Rasulullah (4) Nurudin Zanky (1) Nusa Tenggara (1) Nusantara (210) Nusantara Tanpa Islam (1) obat cinta dunia (2) obat takut mati (1) Olahraga (6) Orang Lain baik (1) Orang tua guru (1) Padjadjaran (2) Palembang (1) Palestina (301) Pancasila (1) Pangeran Diponegoro (3) Pasai (2) Paspampres Rasulullah (1) Pembangun Peradaban (2) Pemecahan masalah (1) Pemerintah rapuh (1) Pemutarbalikan sejarah (1) Pengasingan (1) Pengelolaan Bisnis (1) Pengelolaan Hawa Nafsu (1) Pengobatan (1) pengobatan sederhana (1) Penguasa Adil (1) Penguasa Zalim (1) Penjajah Yahudi (35) Penjajahan Belanda (1) Penjajahan Yahudi (1) Penjara Rotterdam (1) Penyelamatan Sejarah (1) peradaban Islam (1) Perang Aceh (1) Perang Afghanistan (1) Perang Arab Israel (1) Perang Badar (3) Perang Ekonomi (1) Perang Hunain (1) Perang Jawa (1) Perang Khaibar (1) Perang Khandaq (2) Perang Kore (1) Perang mu'tah (1) Perang Paregreg (1) Perang Salib (4) Perang Tabuk (1) Perang Uhud (2) Perdagangan rempah (1) Pergesekan Internal (1) Perguliran Waktu (1) permainan anak (2) Perniagaan (1) Persia (2) Persoalan sulit (1) pertanian modern (1) Pertempuran Rasulullah (1) Pertolongan Allah (3) perut sehat (1) pm Turki (1) POHON SAHABI (1) Portugal (1) Portugis (1) ppkm (1) Prabu Satmata (1) Prilaku Pemimpin (1) prokes (1) puasa (1) pupuk terbaik (1) purnawirawan Islam (1) Qarun (2) Quantum Jiwa (1) Raffles (1) Raja Islam (1) rakyat lapar (1) Rakyat terzalimi (1) Rasulullah (1) Rasulullah SAW (1) Rehat (449) Rekayasa Masa Depan (1) Republika (2) respon alam (1) Revolusi diri (1) Revolusi Sejarah (1) Revolusi Sosial (1) Rindu Rasulullah (1) Romawi (4) Rumah Semut (1) Ruqyah (1) Rustum (1) Saat Dihina (1) sahabat Nabi (1) Sahabat Rasulullah (1) SAHABI (1) satu (1) Sayyidah Musyfiqah (1) Sejarah (2) Sejarah Nabi (1) Sejarah Para Nabi dan Rasul (1) Sejarah Penguasa (1) selat Malaka (2) Seleksi Pejabat (1) Sengketa Hukum (1) Serah Nabawiyah (1) Seruan Jihad (3) shalahuddin al Ayubi (3) shalat (1) Shalat di dalam kuburannya (1) Shalawat Ibrahimiyah (1) Simpel Life (1) Sirah Nabawiyah (186) Sirah Para Nabi dan Rasul (3) Sirah Penguasa (211) Sirah Sahabat (130) Sirah Tabiin (42) Sirah Ulama (138) Siroh Sahabat (1) Sofyan Tsauri (1) Solusi Negara (1) Solusi Praktis (1) Sriwijaya Islam (3) Strategi Demonstrasi (1) Suara Hewan (1) Suara lembut (1) Sudah Nabawiyah (1) Sufi (1) sugesti diri (1) sultan Hamid 2 (1) sultan Islam (1) Sultan Mataram (3) Sultanah Aceh (1) Sunah Rasulullah (2) sunan giri (3) Sunan Gresi (1) Sunan Gunung Jati (1) Sunan Kalijaga (1) Sunan Kudus (2) Sunatullah Kekuasaan (1) Supranatural (1) Surakarta (1) Syariat Islam (18) Syeikh Abdul Qadir Jaelani (2) Syeikh Palimbani (3) Tak Ada Solusi (1) Takdir Umat Islam (1) Takwa (1) Takwa Keadilan (1) Tanda Hari Kiamat (1) Tasawuf (29) teknologi (2) tentang website (1) tentara (1) tentara Islam (1) Ternate (1) Thaharah (1) Thariqah (1) tidur (1) Titik kritis (1) Titik Kritis Kekayaan (1) Tragedi Sejarah (1) Turki (2) Turki Utsmani (2) Ukhuwah (1) Ulama Mekkah (3) Umar bin Abdul Aziz (5) Umar bin Khatab (3) Umar k Abdul Aziz (1) Ummu Salamah (1) Umpetan (1) Utsman bin Affan (2) veteran islam (1) Wabah (1) wafat Rasulullah (1) Waki bin Jarrah (1) Wali Allah (1) wali sanga (1) Walisanga (2) Walisongo (3) Wanita Pilihan (1) Wanita Utama (1) Warung Kelontong (1) Waspadai Ibadah (1) Wudhu (1) Yusuf Al Makasari (1) zaman kerajaan islam (1) Zulkarnain (1)